• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA KARTU ANGKA UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DITK BUANA SUTHA NUGRAHA SELEMADEG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA KARTU ANGKA UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DITK BUANA SUTHA NUGRAHA SELEMADEG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA

KARTU ANGKA UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN

KOGNITIF ANAK DITK BUANA SUTHA NUGRAHA

SELEMADEG

Gusti Ayu Made Mertadi1, I Ketut Pudjawan2,I Gede Raga3 1, 3

Jurusan Pendidikan Guru PAUD, 2Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan

UniversitasPendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: gstmertadi@yahoo.com1, ketutpudjawan@gmail.com2, ragapaud@gmail.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan kognitif setelah menerapkan model Make A Match berbantuan media kartu angka pada anak kelompok B TK Buana Sutha Nugraha Selemadeg, Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan semester II tahun pelajaran 2013/2014.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus.Subyek penelitian adalah 22 anak TK pada kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014. Data tentang perkembangan kognitif kelompok B dikumpulkan dengan metode observasi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriftif dan metode analisis deskriftif kuantitatif.Hasil analisis data menunjukkan setelah penerapan model Make A Match berbantuan media kartu angka terjadi peningkatan perkembangan kognitif anak kelompok B pada siklus I sebesar 61,6% pada kategori rendah dan pada siklus II meningkat menjadi sebesar 82,95 % berada pada kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan perkembangan kognitif anak kelompok pada TK Buana Sutha Nugraha Selemadeg, Kabupaten Tabanan. Kata kunci: model Make A Match, perkembangan kognitif, media kartu angka.

Abstract

This study aims to determine the increase in cognitive development after applying Make A Match -aided models media card numbers on kindergarten children in group B Buana Sutha Selemadeg Nugraha, District Selemadeg, Tabanan second semester of academic year 2013/2014 . This research is an action research conducted in two cycles . Subjects were 22 kindergarten children in group B the second semester of academic year 2013/2014 . Data on cognitive development group B followed by using a model Make A Match with instruments such as the observation sheet . Research data using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method . The results of the data analysis showed that after the application of the Make A Match -assisted media card numbers increased cognitive development of children in group B in the first cycle was 61.6 % in the low category and the second cycle increased to 82.95 % in the high category . So an increase in cognitive development of children in the kindergarten group Buana Sutha Selemadeg Nugraha, Tabanan. Keywords: Make A Match models, cognitive development, media card numbers

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling penting untuk anak karena pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling dasar dalam dunia pendidikan yang ikut menentukan anak didik mengikuti pendidikan dikemudian hari.

Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas baik secara fisik, sosial, moral dan sebagainya. Menurut Siti Aisyah, dkk (2010) karakteristik anak usia dini antara lain : memiliki rasa ingin tahu yang besar, merupakan pribadi yang unik, suka berfantasi dan berimajinasi, masa paling potensial untuk belajar, memiliki sikap egosentris, memiliki rentan daya konsentrasi yang pendek, merupakan bagian dari makhluk sosial.

Seperti halnya anak pada TK Buana Sutha Nugraha Selemadeg, anak ini merupakan anak yang tergolong kedalam kelompok anak usia dini. Anak ini tentunya juga memiliki karakter-karakter yang telah disebutkan diatas, namun ada satu hal yang menjadi perhatian khusus peneliti dalam hal ini menyangkut aspek perkembangan kognitif pada anak di kelompok B. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti, ditemukan bahwa anak di kelompok B kemampuan menguasai dan memahami konsep bilangan masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dalam instrument penilaian anak yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat perkembangan kognitif anak pada tahun pelajaran 2012/2013 adalah 52,6%. Sesuai dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP) maka perkembangan kognitif anak berada pada kriteria sangat rendah.

Salah satu ketrampilan yang diperlukan anak dalam memahami bilangan adalah pengenalan angka yang melibatkan pemikiran tentang “berapa jumlahnya atau berapa banyak” termasuk menghitung/membilang, mencocokkan dan memasangkan lambang bilangan dengan benda–benda. Namun yang terpenting adalah mengerti dan memahami bilangan itu sendiri. Pemahaman bilangan pada anak berkembang seiring waktu dan kesempatan untuk mengulang. Hal-hal

yang perlu diingat bahwa mendapat suatu pemahaman adalah proses yang berjalan perlahan-lahan.

Pemahaman konsep bilangan perlu dikembangkan karena akan berdampak pada proses menghitung dan berhitung dikemudian hari. Oleh karena itu diperlukannya penggunaan media yang dapat menyalurkan pesan secara efektif, efisien dan praktis sebagai cara agar anak dapat memahami konsep bilangan sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan anak usia dini. Untuk membantu kelancaran memahami bilangan sangat diperlukan penunjang media. Salah satu media yang bisa digunakan untuk mengenal bilangan adalah kartu angka. Dengan menggunakan media kartu angka diharapkan mampu membantu anak untuk mempermudah memahami bilangan. Penerapan media kartu angka memerlukan suatu model yang tepat. Model pembelajaran yang bisa digunakan adalah model Make A Match.

Setelah dilakukan penelusuran lebih jauh, maka diketahuilah bahwa ini guru tidak memberikan pemahaman bilangan dengan baik. Guru hanya memberikan tugas kepada anak tanpa mengajarinya menghitung jumlah kumpulan benda dengan benar. Pemanfaatan media juga sangatlah kurang karena guru hanya menggunakan media buku majalah saja.Media ini sangat monotun dan kurang menarik sehingga anak cenderung cepat bosan dan tidak mau peduli akibatnya anak kurang memahami bilangan yang selama ini diajarkan oleh guru.

Dari penjelasan di atas maka dapat di identifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut : kemampuan mengenal bilangan anak di kelompok B TK Buana Sutha Nugraha Selemadeg tergolong sangat rendah, guru masih menggunakan metode yang sudah lama, kurangnya penggunaan media yang membantu pelajaran, guru hanya berpatokan dengan majalah. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan suatu tindakan agar pemahaman bilangan pada anak kelompok B TK Buana Sutha Nugraha Selemadeg dapat meningkat. Guru diharapkan dapat menggunakan

(3)

model yang lebih cocok dan inovatif dalam usaha meningkatkan perkembangan kognitif anak. Selain model penggunaan media juga sangat diperlukan dalam mengenalkan bilangan pada anak. Sebagai akibat rendahnya pemahaman bilangan pada anak kelompok B Tk Buana Sutha Nugraha Selemadeg sehingga guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan perkembangan kognitif anak. Hal ini terbukti ketika anak diberi tugas untuk menentukan berapa banyak benda, menghitung benda yang ada, memasangkan angka dengan jumlah benda-benda, anak mengalami kebingungan.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif anak pada TK. Buana Sutha Nugraha Selemadeg Kecamatan Selemadeg perlu ditingkatkan dengan model pembelajaran serta media yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak.

Berdasarkan uraian tersebut maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas melalui penerapan Model A Match berbantuan Media Kartu Angka Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Pada Anak TK Kelompok B Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 di TK. Buana Sutha Nugraha Selemadeg.

Model pembelajaran adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program belajar melalui program komputer”.Joyce and Weil (dalam Fuji

Mulia tersedia pada

www.trigonalworld.com).

Menurut Arends (dalam Suprijono, 2011 : 42) menyatakan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu yang mengacu pendekatan pendekatan pembelajaran.Ada banyak model-model pembelajaran yang bersifat mengaktifkan peserta didik (inovatif) baik secara fisik maupun psikis. Adapun Model Pembelajaran yang diterapkan dalam dunia pendidikan yaitu : CTL (Contextual Teaching and Learning), CL (Cooperative Learning), PBL (Problem Based Learning), Pembelajaran Bersiklus (Cycle Learning), RME (Realistic Mathematic Education), OE (Open Ended).Dari beberapa model pembelajaran tersebut, Model Make A

Match merupakan salah satu

pengembangan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning).

Menurut Lorna Curran (dalam Miftahul Huda, 2011) model Make A Match adalah teknik mencari pasangan, siswa digabung suruh mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Pendapat lain tentang model make a match merupakan bagian dari metode structural yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Struktur-struktur tersebut memiliki tujuan umum diantaranya untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan mengajarkan ketrampilan sosial (Sugiyanto,2010).

Model pembelajaran make a match adalah suatu model pembelajaran di mana dalam proses pembelajarannya siswa mencari pasangan dari kartu yang dibagikan oleh guru diawal pembelajaran selanjutnya peserta didik menggabungkan pertanyaan dengan jawaban yang sesuai.

Secara garis besar Make A Match adalah teknik belajar mencari pasangan, siswa mencari pasangan sambil belajar. Dengan teknik ini diharapakan guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban paling tepat, selain itu teknik yang terdapat didalamnya

(4)

juga mendorong siswa untuk semangat kerjasama.

Ada tiga tujuan penerapan model pembelajaran Make A Match yaitu, pendalaman materi, menggali materi, untuk selingan.Pengembangan model pembelajaran make a match pada mulanya merancang model ini untuk pendalaman materi. Siswa melatih penguasaan materi dengan cara memasangkan antara pertanyaan dan jawaban. Jika tujuan ini yang akan pakai, maka guru harus membekali dulu anak dengan materi yang akan sampaikan guru dapat menjelaskan materi terlebih dahulu, sebelum anak menerapkan model ini. Prinsipnya, anak anda harus mempunyai pengetahuan tentang materi yang akan terlebih dahulu sampaikan.

Adapun langkah-langkahpenerapan model pembelajaran Make A Matchantara lain: guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk review, siswa dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok 1 mendapat kartu soal dan kelompok 2 mendapat kartu jawaban sedangkan kelompok 3 berfungsi sebagai penilai, tiap peserta didik mendapatkan satu kartu yang berisi pertanyaan atau jawaban, setiap peserta didik mencari pasangan yang cocok dengan kartunya (pasangan pertanyaan-jawaban), setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin oleh penilai, setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, setelah semua siswa mendapatkan pasangannya kemudian siswa yang berperan sebagai penilai berganti peran menjadi pemegang kartu pertanyaan dan sebagian memegang kartu jawaban. Sedangkan siswa pada kelompok 1 dan 2 sebelumnya berganti peran sebagai penilai, kemudian lakukan kegiatan seperti langkah pada nomor 4 dan 5, kesimpulan dan penutup. (tersedia pada http://Sumber-informasi-kita-blogspot.com (2012/10 Model-Pembelajaran-Make-Match-Mencari.html)

Kelebihan model pembelajaran Make A Match yaitu: siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu

angka, meningkatkan kreativitas belajar siswa, menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran yang dibuat oleh guru. Sedangkan kekurangan model pembelajaran Make A Match antara lain: sulit bagi guru mempersiapkan kartu-kartu yang baik dan bagus sesuai dengan materi yang disampaikan, siswa kurang menyerap makna pembelajaran yang ingin disampaikan karena siswa hanya merasa sekedar bermain saja. (tersedia pada http://Sumber-informasi-kita-blogspot.com (2012/10 Model-Pembelajaran-Make-Match-Mencari.html).

Dalam dunia pendidikan, sering kali istilah alat bantu atau media komunikasi digunakan secara bergantian atau sebagai pengganti istilah media pendidikan (pembelajaran). Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (dalam Ika rahayu,2010) bahwa dengan penggunaan alat bantu berupa media komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang maksimal.

Menurut National Education Association -NEA (dalam Ika Rahayu, 2010), media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik yang tercetak maupun audio visual beserta peralatannya.Menurut Anderson (1983), media terdiri atas bermacam-macam jenis, antara lain audio, cetak, audio cetak, proyeksi visual diam, proyeksi audio visual diam, visual gerak, audi visual gerak, objek fisik, komputer, serta manusia dan lingkungan.

Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar, (Nana Sudjana, 1997), merumuskan fungsi media sebagai berikut : penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif,penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar, media pengajaran, penggunaannya dengan tujuan dari sisi pelajaran, penggunaan media bukan semata–mata alat hiburan, bukan sekedar melengkapi proses belajar

(5)

supaya lebih menarik perhatian siswa, penggunaan media dalam pengajaran lebih dituangkan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap perhatian yang diberikan guru, pengunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

Ketika fungsi–fungsi media pengajaran itu diaplikasikan kedalam proses belajar mengajar , maka terlihatlah perannya sebagai berikut : media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang guru sampaikan, media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya.

Secara umum menurut Sadiman kartu (card) adalah kertas tebal yang tidak seberapa besar, berbentuk persegi panjang atau persegi sedangkan arti angka lebih mendekati “digit” dalam bahasa Inggris.Menurut Azhar arsyad (dalam Nanik Primaningsih, Purwati, Halida), flash card adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, angka atau tanda symbol yang mengingatkan atau menuntun anak kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu.

Dapat disimpulkan media kartu angka merupakan media yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak usia dini dengan melakukan beberapa langkah dalam proses pembelajarannya.

Keuntungan dari penggunaan kartu angka adalah : dapat merangsang anak lebih cepat mengenal angka, membuat minat anak menguat dalam menguasai suatu konsep bilangan, merangsang kecerdasan dan ingatan anak, mampu mengembangkan kemampuan kognitif, memiliki konsep berhitung dengan baik, anak akan mengembangkan segenap potensinya yang ada pada dirinya, anak akan belajar mengenal urutan biangan dan pemahaman angka dengan baik, anak akan lebih mudah memahami penjumlahan dan pengurangan dengan baik dengan menggunakan gambar dan benda.

Kekurangan dari penggunaan kartu angka adalah : memerlukan kreativitas dari guru yang tinggi untuk memberikan inovasi dari media kartu sehingga tidak membosankan anak,biaya yang dikeluarkan banyak apabila ingin membuat kartu yang lebih bagus dan bervariasi, jika tidak dirawat dengan baik media kartu akan mudah rusak dan hilang.(tersedia dalam http : //paudanakbermainbelajar. blogsport.com/2013/11/ (membuat-kartu-angka-sederhana-html)

Kognitif adalah pengertian yang luas mengeni berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan.Menurut Chaplinkognisi adalah konsep umum yang menyangkut semua bentuk pengenal, termasuk didalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, member, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai. (dalam

http//tarman-revolusimahasiswa.blogspot.com,2013) Menurut Piaget dalam perkembangan kognitif adalah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dan menginterprestasikan objek dan benda-benda disekitarnya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu teori yang mencangkup model pemahaman, mengamati, melihat serta mampu beradaptasi dengan objek atau benda disekitarnya.

Menurut Piaget (tersedia pada http://tarman-revolusi mahasiswa.

blogspot.com/2013/02/karakteristik-perkembangan-kognitif.html), tahapan dari perkembangan kognitif manusia ada 4 tahap, yaitu : tahap sensori motorik (sejak lahir sampai usia dua tahun), tahap pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun), tahap konkret operasional (usia 7 sampai 11 tahun), tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas).

Faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak antara lain: faktor hereditas/keturunan, faktor lingkungan, faktor kematangan, faktor

(6)

pembentukan, faktor minat dan bakat, faktor kebebasan

Adapun implikasi perkembangan kognitif dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: aktivitas didalam proses belajar mengajar hendaknya ditekankan pada pengembangan struktur kognitif, melalui pemberian kesempatan kepada anak untuk memperoleh pengalaman langsung dalam berbagai aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran terpadu dan mengandung makna, memulai kegiatan dengan membuat konflik dalam pikiran anak, memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif, melakukan kegiatan tanya jawab yang dapat mendorong anak untuk berfikir dan mengemukakan pikirannya.(Tersedia padahttp://dianasary92.blogspot.com/2012 /12/ perkembangan-kognitif-anak-usia-dini.html)

METODE

Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 pada bulan Maret dan April tahun 2014.Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelompok B di TK Buana Sutha Nugraha, Kecamatan Selemadeg.Subjek penelitian ini adalah anak TK Kelompok B semester II di TK. Buana Sutha Nugraha, Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 22 orang dengan 9 anak perempuan dan 13 anak laki-laki. Obyek yang ditangani dalam penelitian ini adalah perkembangan kognitif anak TK Buana Sutha Nugraha Selemadeg pada semester II dalam kegiatan pembelajaran.

Penelitian ini tergolong dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Agung (2010:2) menyatakan “PTK sebagai bentuk suatu penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional”.

PTK (Penelitian Tindakan Kelas) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh guru

dalam mengajar dan ditujukan untuk mengembangkan kwalitas pembelajaran untuk menciptakan proses pembelajaran

di kelas secara lebih

professional.Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam beberapa siklus.Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi atau evaluasi dan refleksi.

Penelitian ini memiliki dua variabel penelitian meliputi variabel bebas yaitu model pembelajaran Make A Match dan media kartu angka dan variabel terikat yaitu perkembangan kognitif. Definisi dari masing-masing variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Model pembelajaran Make A Match adalah cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran melalui kegiatan mencari pasangan pada saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran Make A Match dapat menghasilkan pemahaman yang maksimal sehingga tercapainya kompetisi yang diharapkan.Model pembelajaran Make A Match dapat digunakan dengan menggunakan media kartu angka dalam membantu anak-anak untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, sehingga anak memiliki kemampuan untuk memahami bilangan.

Model pembelajaran Make A Match dengan media kartu bilangan secara nyata. Salah satu pemahaman yang dapat ditanamkan melalui model pembelajaran Make A Match adalah kemampuan memahami bilangan. Model pembelajaran Make A Matchdengan media kartu angka dapat menciptakan suasana yang menyenangan dan sangatlah menarik yang dipadukan dengan kegiatan bermain. Dalam penelitian ini ada lima perkembangan yang diteliti, kelima memasangkan perkembangan tersebut adalah membilang (mengenai konsep bilangan dengan benda-benda) 1 sampai 10, menunjuk urutan bilangan untuk bilangan 1 sampai 10 dengan benda-benda, membuat urutan bilangan 1 sampai 10 dengan benda-benda, Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini hanya menggunakan satu metode yaitu menggunakan metode observasi.

(7)

Menurut Agung (2011:61) menyatakan bahwa metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu obyek tertentu.Observasi dilakukan terhadap kegiatan anak dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini,

observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan pada masing-masing siklus dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi. Setiap kegiatan yang diobservasi dikategorikan ke dalam kualitas yang berpedoman pada Permendiknas No. 58 Tahun 2009.

Tabel 1. Tabel Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang perkembangan Kognitif

Persentase Kriteria Kemampuan Kognitif 90-100 80-89 65-79 55-64 0-54 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Sumber : Agung (2010 : 12)

Untuk mendapatkan data yang diinginkan maka disusunlah kisi-kisi instrumen penelitian untuk memudahkan dalam proses penelitian. Berikut kisi-kisi instrumen penelitian penerapan model pembelajaran Make A Matchdengan media kartu angka untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak.Setelah semua data dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data.Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif.

Agung menyatakan bahwa ada dua jenis metode analisis statistik yaitu metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik inferensial.Dalam buku penghantar metodelogi penelitian dinyatakan bahwa metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum. (Agung, 2011:67).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis

Penelitian dilaksanakan di kelompok B Tk Buana Sutha Nugraha Selemadeg dengan jumlah siswa 22 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus dimana siklus I terdiri dari lima kali pertemuan, yaitu lima kali pertemuan untuk pembelajaran dan untuk evaluasi penilaian dilakukan setelah melakukan pembelajaran. Sedangkan siklus II terdiri dari lima kali pertemuan, yaitu lima kali pertemuan untuk pembelajaran dan diadakan evaluasi penilaian setelah melakukan pembelajaran.Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan Maret dan April 2014.Data perkembangan anak pada perkembangann kognitif disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Me), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan model Make A Match dengan media kartu angka dengan menggunakan lima indikator (lampiran), dan

(8)

masing-masing indikator yang muncul dalam pembelajaran akan diberi skor (lampiran).

Pada siklus I diperoleh rata-rata(mean) sebesar 12,32, nilai tengah (median) sebesar 13,00, dan nilai yang paling banyak muncul (modus) sebesar 15,00. Jika, nilai mean, median, dan modus tersebut digambarkan kedalam kurve poligon, maka akan membentuk kurva juling negatif Mo >Me>M (14,00/15,00 >13,00>12,14), yang berarti skor perkembangan kognitif cenderung tinggi.

Gambar 1. Kurve Poligon Siklus I

Perbandingan rata-rata presentase yang diperoleh yaitu 61,6%berada pada kategori 55-64% yang berarti bahwa hasil perkembangan kognitif pada siklus I berada pada kriteria rendah.

Dari hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I tingkat perkembangan kognitif masih berada pada kriteria rendah, maka masih perlu dilanjutkan pada siklus II.

Adapun kendala-kendala yang dihadapi saat penerapan siklus I antara lain : anak tidak menyukai alat peraga kartu angka buatan sendiri dari bahan bekas, karena tidak menarik baginya dan ukurannya kecil serta tidak berwarna, anak masih terlihat bingung ketika diajak bermain mencari pasangan saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung, karena proses pembelajaran yang biasanya didapat saat kegiatan berpusat pada guru dan anak duduk yang manis dalam mengerjakan tugasnya.

Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala diatas adalah : membuat media kartu angka yang lebih menarik bagi anak dengan ukuran yang lebih besar dari sebelumnya dan dikombinasi dengan warna, mengajak anak lebih sering melakukan kegiatan pembelajaran dengan bermain sambil belajar agar semua aspek perkembangan baik aspek kognitif, bahasa, fisik, maupun sosial emosional anak dapat berkembang optimal.

Pada siklus II diperoleh rata-rata (mean) sebesar 16,59, nilai tengah (median) sebesar 17,00, dan nilai yang paling banyak muncul (modus) sebesar 19,00. Jika, nilai mean, median, dan modus tersebut digambarkan ke dalam kurve poligon, maka akan membentuk kurve poligon juling negatif (M>Md>Mo)(19,00>17,00>16,59).Untuk menentukan tingkat belajar siswa, maka rata-rata dibandingkan dengan kriterian PenilaianAcuan Patokan.

Gambar 2. Kurve Poligon Siklus II

Perbandingan rata-rata presentase yang diperoleh yaitu 82,95%berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti bahwa hasil perkembangan kognitif pada siklus II berada pada kriteria tinggi.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskripsi kuantitatif memberikan gambaran bahwa dengan penerapan Model Make A Match berbantuan Media Kartu Angka untuk meningkatkan perkembangan kognitif pada Siklus I sebesar 61,6% dan rata-rata perkembangan kognitif pada Siklus II sebesar 82,95%. Ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase

(9)

perkembangan kognitif anak dari Siklus I ke Siklus II sebesar 21,35%.

Model make a match merupakan salah satu model untuk memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan cara belajar yang lebih baik dan kemampuan menguasai bilangan dengan tehnik mencari pasangan. Dengan metode ini akan memberikan kesempatan kepada anak untuk bisa bereksplorasi dengan benda-benda dan media kartu angka serta mengajarkan keterampilan sosial. Melalui model make a match anak akan dapat memahami bilangan dengan suasana yang menyenangkan. Suasana yang menyenangkan ini akan memberikan sesuatu pengalaman yang nyata dan menarik bagi anak sehingga anak mudah memahami bilangan dan dapat mengingatnya dengan baik.

Keberhasilan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Make A Match berbantuan Media Kartu Angka untuk meningkatkan perkembangan kognitif ternyata sangat efektif. Oleh karenanya para guru sangat perlu menerapkan Model Pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu angka untuk meningkatkan perkembangan kognitif secara intensif dan berkelanjutan guna meningkatkan dan memaksimalkan perkembangan peserta didik.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana yang disajikan dalam BAB IV di depan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.Terdapat peningkatan perkembangan kognitif setelah diterapkan model make a match berbantuan media kartu angka pada anak kelompok B Semester II TK Buana Sutha Nugraha Selemadeg Kabupaten Tabanan sebesar 21,4% yang berada pada kategori sangat rendah. Ini terlihat dari peningkatan rata-rata persentase perkembangan anak pada Siklus I sebesar 61,6% yang berada pada kategori rendah menjadi sebesar 82,95% pada Siklus II yang ada pada kategori tinggi.

Berdasarkan simpulan di atas, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut : kepada guru, disarankan untuk

meningkatkan kreativitas dan kemampuan dalam membuat gambar yang lebih inovatif dan menarik sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Kepada kepala sekolah, disarankan mampu memberikan suatu informasi mengenai media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif, efisien, dan inovatif.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2010. Metodologi Pendidikan, Suatu Pengantar. Singaraja: FIP Undiksa.

---, 2010.Statistik, Bahan Ajar. Singaraja: FIP Undiksa.

Aqib, Zainal. 2013. Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual(Inovatif). Bandung : Yrama Widya.

Anonim, 2010.tersedia pada http://eprints.uny.ac.id/7778/3/bab %202%-%20091111247009.pdf (diakses tanggal 2 Oktober 2013). ---, 2012.Definisi Model Pemberlajaran Menurut Para Ahli.tersedia pada http://mtk2012unindrablogspot.co m. (diakses tanggal 2 Oktober 2012).

---, 2012.Model Pembelajaran Make a Match. tersedia pada http: //sumber.informasi.kita.blogspot.c om. (diakses tanggal 2 Oktober 2013).

---, 2012.Pengertian, Tujuan, Manfaat, dan Fungsi Media Pemberlajaran. tersedia pada http://der-traumer.blogspot.com. (diakses tanggal 2 Oktober 2013).

---, 2012. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini. Tersedia pada http//dianasary92.blogspot.com/2 012/12/perkembangan-kognitif-anak-usia-dini.html(diakses tanggal 29 September 2013)

(10)

---, 2012.Model Pembelajaran Make a Match (Mencari Pasangan). Tersedia pada http: //sumber.informasi.kita.blogspot.c om/2012/10 Model Pembelajaran-Make–Matcl-Mencari. html. (diakses tanggal 2 Oktober 2013). ---, 2013. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini. Tersedia pada http//primazip.wordpress.com/201 3/06/08 perkembangan-kognitif-anak-usia-dini (diakses tanggal 2 Oktober 2013)

---, 2013.Karakteristik Perkembangan Kognitif. Tersedia pada http: //sumber.informasi.kita.blogspot.c om/2012/10 Model Pembelajaran-Make–Matcl-Mencari. html. (diakses tanggal 2 Oktober 2013). ---, 2013.Model Pemberlajaran Make a Match. tersedia pada http: //coretanpenacianda.wordpress.c om. (diakses tanggal 2 Oktober 2013).

Apriliani, Ni Wayan. 2013. Penerapan Model Number Head Together Dengan Media Dadu Untuk

Meningkatkan Kemampuan

Mengenal Konsep Bilangan Pada Anak Kelompok A Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 Di TK. Saraswati I Denpasar. Tugas Akhir (Tidak Diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. FIP Undiksa Singaraja.

Fadillah, Muhammad dan Lilif Mualifathu Khorida, 2013.Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Mulia, Fuji. 2013. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Para Ahli.

Tersedia pada

http://ww.trigonalword.com/2013/ 04/pengertian-pembelajaran-menurut.html (diakses tanggal 30 September 2013)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58 Th. 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD. PG PAUD FKIPUR. 2012. Model

Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini. Tersedia pada http:/pgpaudfkipur.blogspot.com/2 012/12/model-pembelajaran-pada-pendidikan-anak.htm

(diakses tanggal 25 September 2013)

Primaningsih, Nunik dkk.Penggunaan Media Kartu Angka Bergambar

Dalam Mengenal Konsep

Bilangan Usia 5 – 6 Tahun. tersedia pada Email:nick-/ady09@yahoo.com. (diakses tanggal 2 Oktober 2013).

Rita Kurnia, 2010. Program Pembelajaran Pendidikan AUD. Pekanbaru : Cendekia Insani.

Santoso, Iman. 2013. Macam-Macam Media Pemberlajaran. tersedia pada

http://imansantosa73.wordpress.c om. (diakses tanggal 2 Oktober 2013).

Semiawan, Conny. R. (eds). 2009. Penerapan Pembelajaran pada Anak.Jakarta : PT. Indeks.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). tersedia pada

http://akhmadsudrajat.wordpress. com. (diakses tanggal 2 Oktober 2013).

Sujiono, Yuliani Nurani. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.

Gambar

Gambar 1. Kurve Poligon Siklus I

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Pasal tersebut ditegaskan bahwa “Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud

Nurul Amelia, Pengembangan Media Kartu Bergambar Make A Match Geometri Untuk Meningkatkan Kognitif Berpikir Logis Anak di TKIT Al-Farabi Sunggal Sumatera Utara, Tesis,

!entu" pem!ela#aran !er!asis pengalaman ( experential learning  experential learning ). Nila Nilai-ni i-nilai lai dasa dasar r pro% pro%esi esi NS NS ini ini

Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada teman-teman Mahasiswa S2 Teknik Geofisika : Adhilaksana, Kusnahadi, Nanang, Eko Ari, Dedy, Sabri, Imam, Deni, Erfan, Andri dan Johan

Dengan kata lain, pajak adalah suatu pungutan yang merupakan hak progratif pemerintah, (b) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

Permasalahan anak tersebut dapat diatasi dengan mengembangkan kemampuan kognitif anak khususnya dalam mengklasifikasikan benda menurut warna, bentuk dan ukuran melalui

Sedangkan menurut Connolly dan Begg (2010, p65) basis data adalah kumpulan data yang saling berhubungan satu sama lain secara logis yang digunakan secara bersama-sama dan

Pada tahap ini penulis mengidentifikasi permasalahan yang terjadi terhadap sistem reporting yang sedang berjalan di PT Huawei Services. Adapun permasalahan yang