• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN HASIL SIPENMARU, MINAT DAN MOTIVASI DENGAN INDEKS PRESTASI MAHASISWA PRODI DIII KEBIDANAN TINGKAT III STIKES MEDIKA CIKARANG TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN HASIL SIPENMARU, MINAT DAN MOTIVASI DENGAN INDEKS PRESTASI MAHASISWA PRODI DIII KEBIDANAN TINGKAT III STIKES MEDIKA CIKARANG TAHUN 2014"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN HASIL SIPENMARU, MINAT DAN MOTIVASI DENGAN INDEKS PRESTASI MAHASISWA PRODI DIII KEBIDANAN TINGKAT III

STIKES MEDIKA CIKARANG TAHUN 2014 Lina Mardianti, SST

Dosen Prodi DIII Kebidanan STIKes Medika Cikarang

ABSTRAK

Indeks prestasi semester merupakan salah satu acuan mahasiswa untuk menentukan hasil belajar selama di akademi. Berdasarkan hasil data dari bagian BAAK Prodi DIII Kebidanna STIKes Medika Cikarang IPS rata-rata di STIKes Medika Cikarang mengalami kecenderungan penurunan nilai IPS. Sebagai bekal awal calon mahasiswa STIKes mengadakan sipensimaru yang diharapkan dapat meningkatkan SDM mahasiswa bidan lebih baik lagi mutu dan kualitasnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara penyeleksian mahasiswa baru (SIPENSIMARU), minat dan motivasi dengan prestasi belajar mahasiswa tingkat III angkatan 2013-2014 di STIKes Medika Cikarang.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan teknik sampel digunakan adalah total populasi. Dengan menggunakan responden 83 mahasiswa. Data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder serta pengolahan data yang dilakukan menggunakan software SPSS.

Hasil penelitian, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mahasiswa yang memiliki IPS yang tidak baik sebanyak 48 responden (57,8% ), mahasiswa yang memiliki hasil penyeleksian mahasiswa baru yang tidak baik sebanyak 50 responden (60,3%), minat belajar yang tidak baik 80 responden (96,4%), motivasi belajar yang tinggi 47 responden (56,6%). Kesimpulan, tidak ada hubungan hasil penyeleksian mahasiswa baru dengan IPS (P value = 0,599), tidak ada hubungan minat belajar dengan IPS (P value = 1,000), ada hubungan motivasi belajar dengan IPS (P value = 0,033).

Disarankan untuk institusi penyelenggara pendidikan untuk lebih meningkatkan kualitas pengajaran dalam upaya meningkatkan motivasi dan minat mahasiswa sehingga mengoptimalkan hasil pencapaian belajar mahasiswa.

(2)

RELATION BETWEEN STUDENTS NEW RESULTS MIDWIFERY STUDENTS WITH LEARNING ACHIEVEMENT FORCE STIKES MEDIKA CIKARANG 2014

ABSTRACT

Grade point semester a factor for determining student learning outcomes for the academy. IPS Cikarang average in social studies in particular have increasingly declined. As an initial stock stikes candidate sipensimaru hope SDM students hold more midwives increased further in the quality of midwives.The purpose of this study to determine the relationship between the selection of new students the achievement of students in the third grade 2013-2014STIKES MEDIKA CIKARANG.

Whice method used in this research is analytic kuantitatif method with cross sectional and the sample used is the total population. Using the 83 student respondents. The data used are primary and secondary data and data processing were performed using SPSS software.

The results, based on survey results revealed that students who had not a good IPS by 48 respondents (57.8%), students have the result of selecting new students who are not good as much as 50 respondents (60.3%), interest in learning is not good 80 respondents (96.4%), high motivation to learn 47 respondents (56.6%).

Conclusion, there was no association with the outcome of selecting new students IPS (P value = 0.599), there was no interest in learning relationships with IPS (P value = 1.000), there is a motivation to learn with IPS (P value = 0.033). Recommended for stikes MEDIKA CIKARANG improving infrastructures teaching and learning activities.

(3)

Pendahuluan

Pelaksanaan pendidikan Nasional berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk : Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut atau Universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.13

Pendidikan adalah proses alamiah yang harus terjadi pada manusia. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat.7Pendidikan merupakan upaya manusia unuk memperluas cakrawala pengetahuan dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai upaya yang bukan saja membuahkan manfaat yang besar, pendidikan yang merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sering dirasakan belum memenuhi harapan. Pendidikan memiliki peran strategis menyiapkan generasi berkualitas untuk kepentingan masa depan, bagi setiap orang tua, masyarakat dan bangsa.8Pendidikan di Indonesia ternyata mengalami masalah besar yaitu dalam hal mutu, biaya dan kualitas. Dampak dari kualitas pendidikan tersebut adalah rendahnya mutu sumber daya manusia. Rendahnya mutu sumber daya manusia Indonesia, dapat dilihat dari HDI (Human Development Indeks), berdasarkan angka HDI tahun 2007 Indonesia menempati urutan ke 108 dari 177 negara sedunia. Indonesia menempati urutan ke 7 dari 9 negara ASEAN. Laporan ini dikeluarkan oleh UNDP pada 27 November 2007.5

Pendidikan tentang kesehatan merupakan bagian dari pendidikan nasional yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga kesehatan baik dalam jumlah, jenis maupun mutunya. Tenaga kesehatan merupakan sumber daya manusia yang penting untuk menggerakan upaya kesehatan masyarakat.9

Pendidikan tenaga kesehatan di koordinasikan oleh pusat pendidikan tenaga kesehatan (Pusdiknakes) yang dapat digolongkan menjadi jenjang pendidikan tingkat dasar atau menengah dan jenjang pendidikan tingkat lanjut atau Akademi. Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan

pendidikan menengah yang

diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademi dan atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi.4

Akademi kebidanan (AKBID) adalah salah satu institusi pendidikan kebidanan tingkat dasar yang mempunyai tujuan untuk menghasilkan tenaga pelaksana kebidanann yang terampil dan profesional. Pada umumnya mahasiswa saat ini hanya belajar secara rutin pada saat akan menempuh ujian, tidak semua mata kuliah dapat dipelajari dalam waktu yang singkat. 11

Indeks Prestasi (IP) merupakan cerminan dari hasil belajar yang telah dilalui mahasiswa selama mengikuti perkuliahan selama satu semester di suatu pendidikan tinggi. Sebagai indikator prestasi belajar, IPS (Indeks Prestasi Semester) memberikan gambaran kemampuan akademik seorang mahasiswa dalam satu semester.12Batas nilai IPS (Indeks Prestasi Semester) baik dan tidak baik adalah 2,75. Jika nilai IPS < 2,75 maka nilai tersebut termasuk golongan tidak baik. Sedangkan nilai IPS > 2,75 termasuk golongan nilai baik.4

Bertitik tolak pada Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2002 tentang kesehatan telah dikembangkan

(4)

sesuai dengan peraturan perundangan tersebut yang mengarah pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK). KBK mengarah pada pencapaian kompetensi atau competency based (dalam bentuk kuantitatif) dan menekankan pada peningkatan kemampuan lulusan yang berorientasi pada potensi manusia yang beragam untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja.15

Untuk mencapai kompetensi diatas diberlakukanlah sistem seleksi penerimaan mahasiswa baru(sipensimaru) yang diharapkan dapat memprediksi secara cermat tentang peluang keberhasilan calon mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran kedepan yang meliputi tiga tahap yakni tes tulis, psikologi dan kesehatan.6 Seleksi mahasiswa baru (sipensimaru) yang dapat dipandang selaku bekal ajar awal mahasiswa (entry level achievement) antara lain dapat digunakan selaku satu faktor peramalan dalam memprediksi hasil belajar kemudian hari.6

Keberhasilan peserta didik sangat menentukan indeks prestasinya. Dalam mencapai keberhasilan tersebut ada faktor – faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.2 Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Salah satunya faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya prestasi antara lain motivasi dan minat. Motivasi adalah suatu dorongan yang menyebabkan Hasil Indeks Prestasi Semester (IPS) mahasiswa kebidanan STIKes MEDIKA CIKARANG pada tingkat III tahun ajaran 2013 - 2014 nilai < 2,75 sebanyak 30 mahasiswa, sedangkan indeks prestasi semester (IPS) mahasiswa kebidanan pada tingkatIII tahun ajaran 2013-2014 nilai < 2.75 sebanyak 48 mahasiswa. (Transkip

nilai STIKes MEDIKA

CIKARANG).Nilai tersebut menunjukan bahwa ada beberapa mahasiswa yang belum mencapai hasil belajar yang baik.

Hasil belajar yang didapatkan nilai < 2.75 sebanyak 48 mahasiswa pada tingkat III. Sehingga terjadi peningkatan hasil belajar yang tidak baik pada mahasiswa kebidanan tingkat III tahun ajaran 2013-2014. (Transkip nilai STIKes MEDIKA CIKARANG).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin meneliti masalah tersebut dan mengambil judul “Hubungan Antara Hasil Sipensimaru Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Kebidanan Tingkat III STIKes MEDIKA CIKARANG tahun ajaran 2013-2014”.

Dalam kerangka teori dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik yaitu minat, kecerdasan , bakat motivasi, dan kemampuan kognitif. Sedangkan dalam kerangka konsep penelitian ini variabel independen hasil sipenmaru minat belajar, dan motivasi belajar . Variabel dependen yaitu indeks prestasi semester

Menurut slameto (2010) faktor psikologis sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat , motivasi, kematangan dan kelelahan. Penelitian ini di dalam kerangka konsepnya yang termasuk dalam variabel independen adalah hasil sipenmaru, minat belajar, motivasi belajar. Sedangkan variabel dependen indeks prestasi semester.

Dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan hasil sipenmaru, motivasi belajar, minat belajar terhadap indeks prestasi semester pada mahasiswa kebidanan tingkat III di STIKes Medika Cikarang tahun 2013/2014.

Metode

Penelitian dilakukan secara analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang diuraikan untuk fakta-fakta atau kejadian secara akurat mengenai sifat-sifat populasi di suatu tempat tertentu dan cenderung tidak

(5)

mencari atau menerangkan hubungan dari setiap subyek yang diteliti.

Variabel dependen dan independen diukur secara bersamaan dan dilakukan hanya satu kali.Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2014 dan tempat penelitian di ruang belajar prodi DIII kebidanan STIKes Medika Cikarang.

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti. Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah mahasiswa Akademi kebidanan tingkat III di STIKes MEDIKA CIKARANG tahun 2014 yang berjumlah 83. Sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel untuk penelitian adalah total populasi yaitu mahasiswa Akademi Kebidanan di STIKes MEDIKA CIKARANG tahun 20124 yang berjumlah 83 orang. Inklusi semua mahasiswa DIII kebidanan semester III, Eklusi mahasiswa kebidanan di luar mahasiswa kebidanan semester III.

Teknik pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner sebanyak 83 responden kepada mahasiswa akademi kebidanan tingkat III di STIKes MEDIKA CIKARANG tahun 2014, sementara data sekunder diperoleh dengan cara melihat transkip nilai IPS (Indeks prestasi semester) mahasiswa pada bagian administrasi yang dilakukan pada bulan november 2014.

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan software SPSS yaitu dengan mengolah data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden menggunakan analisis univariat dan bivariat.Penulis membuat penyebaran data menggunakan kuesioner, sebelum disebarkan penulis melakukan uji validitas dengan melihat definisi opersional dengan melihat hasil ukur setiap variabel yang berdasarkan skala likert dengan penjelasan variabel IPS hasil ukurnya kategori tidak baik jika nilai mean < 2,75 sedangkan kategori yang baik jika nilai mean > 2,75. Variabel motivasi hasil

ukurnya tidak baik jika nilai mean < 30, sedangkan kategori baik jika nilai mean > 30. Variabel minat kategori tidak baik jika nilai mean < 13, sedangkan kategori baik jika nilai mean > 13. Variabel hasil kelulusan sipensimaru kategori tidak baik jika nilai mean < 70, sedangkan baik jika nilai mean > 70.

Editing adalah memeriksa kesalahan dan kekurangan dan kelengkapan data yang diisi dalam pengambilan data di lapangan, sehingga dapat menghasilkan data yang lebih akurat untuk pengolahan data, selanjutnya kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa dan mengamati apakah pertanyaan yang dibutuhkan sudah terjawab.

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak setelah melalui tahapan tersebut. Kemudian diuji dengan menggunakan hubungan antara variabel dengan analisa statistik secara univariat dan bivariat.

Pada hasil pengolahan data dilakukan dengan analisa univariat, analisa dilakukan untuk mengetahui ditribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti. Analisa data kemudian disusun dalam tabel dengan variabel yang diteliti dan dihitung dengan persentase memakai rumus:7 100% x N X = F Keterangan : F : Frekuensi

X : Jumlah yang di dapat N : Jumlah sampel

Analisa Bivariat tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

variabel dependen dengan

variabelindependen.Untuk mengetahui hubungan dua variabel tersebut. Digunakan prosedur statistik. Pilihan uji statistik disesuaikan dengan jenis data dari kedua variabel yang akan di uji.

(6)

Hasil

Tabel 1 Analisa univariat

Variabel Frekuensi Presentase Indeks prestasi semester (IPS) Tidak baik 48 57,8 Baik 35 42,2 Hasil kelulusan sipenmaru Tidak baik 50 60,3 Baik 33 39,7 Minat belajar Tidak baik 80 96,4 Baik 3 3,6 Motivasi belajar Tidak baik 47 56,6 Baik 36 43,4

Dari tabel 1 analisis hasil analisis dari 83 responden yang diteliti ada sebanyak 48 (57,8 %) mahasiswa yang mempunyai nilai IPS tidak baik, sedangkan yang memiliki nilai IPS baik ada sebanyak 35 (42,2 %) mahasiswa .Hasil analisis dari 83 responden yang diteliti ada sebanyak 50 (60,3 %) mahasiswa yang mempunyai hasil kelulusan sipensimaru tidak baik, sedangkan yang memiliki hasil kelulusan sipensimaru baik ada sebanyak 33 (39,7 %) mahasiswa.Hasil analisis dari 83 responden yang diteliti ada sebanyak 80 (96,4 %) mahasiswa yang mempunyai minat belajar tidak baik, sedangkan yang memiliki minat belajar baik ada sebanyak 3 (3,6 %)Hasil analisis dari 83 responden yang diteliti ada sebanyak 47 (56,6 %) mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar tidak baik, sedangkan yang memiliki motivasi belajar baik ada sebanyak 36 (43,4 %).

Tabel 2 Hubungan Hasil sipenmaru, Minat, Motivasi dengan nilai Indeks Prestasi Belajar Variabel IPS Total P Valu e Tidak Baik Baik f % f % F % Hasil sipenmaru Tidak baik 30 61, 2 1 9 38, 8 4 9 10 0 0,599 9 Baik 18 52, 9 1 6 47, 1 3 4 10 0 Minat belajar Tidak baik 46 57, 5 3 4 42, 5 8 0 10 0 1,000 Baik 2 66, 7 1 33, 3 3 10 0 Motivasi belajar Tidak baik 33 68, 8 1 5 31, 3 4 8 10 0 0,033 Baik 15 42, 9 2 0 57, 1 3 5 10 0

Berdasarkan hasil analisis Dari tabel 2 diketahui bahwa hubungan antara hasil sipensimaru dengan prestasi belajar mahasiswa yaitu sebagian besar responden dalam kategori nilai IPS dengan hasil kelulusan sipensimaru yang tidak baik 30 orang (61,2%), dan responden hasil kelulusan sipensimaru yang baik 18 orang (52,9 %). Berdasarkan kategori nilai IPS nya baik pada responden yang hasil kelulusan sipensimaru tidak baik 19 orang (38,8 %), dan responden yang hasil kelulusan sipensimaru baik 16 orang (47,1 %). Dan hasil uji statistik diketahui bahwa nilai p = 0,599 berarti p > 0,05, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara hasil kelulusan sipensimaru dengan IPS mahasiswa DIII kebidanan di STIKes MEDIKA CIKARANG tahun 2014.

Berdasarkan hasil analisis tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara nilai IPS dengan minat belajar yaitu IPS yang tidak baik pada responden minat belajar tidak baik 46 orang (57,5 %), dan responden minat belajar yang baik dengan IPS yang tidak baik sebanyak 2 orang (66,7%). Berdasarkan nilai IPS yang baik pada responden minat belajar yang tidak baik 34

(7)

orang (42,5 %), dan responden minat belajar baik dengan IPS yang baik 1 orang (33,3% ). Dan hasil uji statistik diketahui bahwa nilai p = 1,000 berarti p > 0,05, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara minat belajar dangan nilai IPS mahasiswa DIII kebidanan di STIKes MEDIKA CIKARANG tahun 2014.

Berdasarkan hasil analisis tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara nilai IPS dengan motivasi belajar yaitu IPS yang tidak baik pada responden motivasi belajar tidak baik 33 orang (68,8 %), dan responden motivasi belajar yang baik dengan IPS yang tidak baik sebanyak 15 orang (42,9 %). Berdasarkan nilai IPS yang baik pada responden motivasi belajar yang tidak baik 15 orang (31,3 %), dan responden motivasi belajar yang baik dengan IPS baik 20 orang (57,1 %). Dan hasil uji statistik diketahui bahwa nilai p = 0,033 berarti p < 0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan antara motivasi belajar dangan nilai IPS mahasiswa DIII kebidanan di STIKes MEDIKA CIKARANG tahun 2014, dan pada odd ratio hasilnya 2,933 artinya mahasiswa dengan motivasi belajar yang tidak baik mempunyai peluang 2,933 kali besar mendapatkan IPS yang tidak baik dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki motivasi belajar yang baik. Diskusi

Nilai Indeks Prestasi Semester (IPS) Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai IPS yang tidak baik sebanyak 48 orang (57,8%), sedangkan responden yang mempunyai IPS baik sebanyak 35 orang (42,2%). Pada variabel ini dapat dikatakan bahwa responden mengalami banyak penyesuaian diri dan perubahan karena peralihan dari SMA ke Akademi, sehingga responden banyak yang mendapatkan nilai tidak baik pada semester I.IPS adalah indeks prestasi rata-rata yang dicapai oleh seorang mahasiswa selama beberapa semester yang dilaluinya. IPS di kategorikan baik jika >

2,75. Sedangkan nilai < 2,75 dikatakan tidak baik (Hidayat,2003). Di STIKes MEDIKA CIKARANG menerapkan sistem yang sama yaitu nilai IPS yang baik > 2,75, sedangkan nilai IPS yang tidak baik < 2,75.12

Pengukuran IPS merupakan pengukuran yang cukup adil dan memiliki faktor koreksi yang baik karena SKS yang berbeda pada tiap semester. Oleh karena itu, IPS dapat dijadikan indikator prestasi belajar mahasiswa.

Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses dan hasil belajar siswa. Untuk mengetahui seberapa jauh proses belajar dan hasil belajar siswa telah sesuai dengan tujuan instruksional yang sudah ditetapkan, baik menurut aspek isi maupun aspek perilaku.

Prestasi belajar menggambarkan bahwa penguasaan siswa atas materi pelajaran atau perilaku yang relative menetap sebagai akibat adanya proses belajar yang dialami peserta didik dalam jangka waktu tertentu. 14

Hasil Kelulusan Sipensimaru

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai hasil kelulusan sipensimaru yang tidak baik sebanyak 50 orang (60,3%), sedangkan responden yang mempunyai hasil kelulusan sipensimaru baik sebanyak 33 orang (39,7%). Pada variabel ini dapat dikatakan bahwa responden yang memiliki hasil kelulusan sipensimaru tidak baik lebih banyak. Hanya saja persoalan yang sering terjadi adalah tidak semua calon mahasiswa yang melewati seleksi masuk dengan nilai relative tinggi akan menunjukkan keberhasilan dalam proses belajarnya, begitu pula hal sebaliknya bahwa terdapat jumlah lainnya yang relative rendah skor kelulusan sipensimarunya namun memperlihatkan keberhasilan tertentu dalam proses pembelajaran.Penyeleksian Mahasiswa Baru (Sipensimaru) Dengan Nilai IPS Mahasiswa tingkat III DIII Kebidanan STIKes MEDIKA CIKARANG tahun 2014.

(8)

Dari 83 responden diketahui bahwa hubungan antara nilai IPS dengan hasil kelulusan penyeleksian mahasiswa baru yaitu sebagian besar responden dalam kategori nilai IPS nya tidak baik pada responden yang hasil kelulusan sipensimaru yang tidak baik 30 orang (61,2%), dan responden hasil kelulusan sipensimaru yang baik 18 orang (52,9%).

Sedangkan kategori nilai IPS nya baik pada responden yang hasil penyeleksian mahasiswa baru (sipensimaru) tidak baik 19 orang (38,8%), dan responden yang hasil penyeleksian mahasiswa baru (sipenmaru) baik 16 orang (47,1%). Dan hasil uji statistik diketahui bahwa nilai p = 0,599 berarti p > 0,05, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara hasil kelulusan sipensimaru dengan IPS mahasiswa DIII kebidanan tingkat III di STIKes MEDIKA CIKARANG tahun 2014.

Sehingga untuk mencapai kompetensi diatas diberlakukanlah sistem seleksi penerimaan mahasiswa baru (sipensimaru) yang diharapkan dapat memprediksi secara cermat tentang peluang keberhasilan calon mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran kedepan yang meliputi tiga tahap yakni tes tulis, psikologi dan kesehatan.6

Menurut Luvri (2000), seleksi mahasiswa baru (sipensimaru) yang dapat dipandang selaku bekal ajar awal mahasiswa (entry level achievement) antara lain dapat digunakan selaku satu faktor peramalan dalam memprediksi hasil belajar kemudian hari. Setelah melewati penapisan sipensimaru, setiap mahasiswa dalam menjalani proses belajarnya (PMB) akan dihadapkan pada upaya pencapaian standar yang diterapkan oleh setiap program studi. Selanjutnya dalam setiap tahapan pembelajaran (semester), mahasiswa dirangsang dengan pemberlakuan indeks prestasi (IP).6

Penyelenggaraan Sipensimaru Diknakes telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan melalui surat keputusan nomor 778/Menkes/SK/VI/2003 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Seleksi Penerimaan Siswa/ Mahasiswa Baru Pendidikan Tenaga Kesehatan (Sipensimaru Diknakes). Keputusan Menteri tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan untuk setiap tahun ajaran agar sejalan dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan program kesehatan. Hasil kelulusan sipensimaru menggambarkan bahwa sebagai bekal ajar awal calon mahasiswa sebelum menjalani proses belajarnya yang akan dihadapkan pada upaya pencapaian standar yang diterapkan oleh setiap program study.6 Minat Belajar

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai minat belajar yang tidak baik sebanyak 80 orang (96,4%), sedangkan responden yang mempunyai minat belajar baik sebanyak 3 orang (3,6%). Pada variabel ini dapat dikatakan bahwa responden yang mempunyai minat belajar yang baik banyak dilakukan, karena tertarik pada profesi kebidanan yang bisa membantu sesama manusia.

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyusun. Minat pada dasarnya adalah penerimaaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat.14

Suatu minat dapat diekpresikan melalui pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktiviitas. Siswa yang memilki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.14

Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu yang dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong

(9)

belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya.14

Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini menujukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya. Melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya.

Minat belajar menggambarkan bahwa suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat untuk mempelajarinya.6

Motivasi

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai motivasi belajar yang tidak baik sebanyak 47 orang (56,6%), sedangkan responden yang mempunyai motivasi belajar baik sebanyak 36 orang (43,4 %). Pada variabel ini dapat dikatakan bahwa responden motivasi belajar yang baik banyak dilakukan karena cita-cita responden banyak sekali ingin menjadi bidan karena bisa menolong ibu dan anak di sekitar lngkungannya.

Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal mengetahui apa yang akan dipelajari, memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.10 Dengan berpijak pada dua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi (tidak mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami

mengapa hal itu dipelajari) kegiatan belajar-mengajar sulit untuk berhasil.10Persoalan motivasi ini tergantung pada unsur pengalaman dan interest. Sebagai contoh misalnya pada suatu ketika seseorang yang kebetulan memiliki spesialisasi bidang sejarah, kemudian diajak temannya menghadiri ceramah tentang matematika, jelas seseorang tadi jelas tidak di landasi oleh motivasi. Ia tidak mengetahui apa yang dipelajari dan juga dipandang tidak perlu meningkatkan dirinya sebagai guru matematika. Sehingga dalam mengikuti ceramah tadi tidak akan terjadi proses belajar yang baik pada dirinya. 2

Motivasi belajar menggambarkan bahwa motivasi yang kuat sangatlah perlu didalam proses belajar, membentuk motivasi yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat diri sendiri, jadi latihan/kebiasaan itu sangat perlu dalam proses belajar.

Hubungan Motivasi Belajar Dengan Nilai IPS Mahasiswa DIII STIKes MEDIKA CIKARANG tahun 2014. Dari 83 responden dapat diketahui bahwa hubungan antara nilai IPS dengan motivasi belajar yaitu IPS yang tidak baik pada responden motivasi belajar tidak baik 33 orang (68,8%), dan responden motivasi belajar yang baik 15 orang (42,9%). Sedangkan nilai IPS yang baik pada responden motivasi belajar yang tidak baik 15 orang (31,1 %), dan responden motivasi belajar baik 20 orang (57,1%). Dan hasil uji statistik diketahui bahwa nilai p = 0,033 berarti p < 0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan antara motivasi belajar dangan nilai IPS mahasiswa DIII kebidanan di STIKes MEDIKA CIKARANG tahun 2014 dan pada odd ratio hasilnya 2,933 artinya mahasiswa dengan motivasi belajar yang tidak baik mempunyai peluang 2,933 kali besar untuk mendapatkan IPS yang tidak baik dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki motivasi belajar yang

(10)

baik.Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal yaitu mengetahui apa yang akan dipelajari, memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.10

Dengan berpijak pada dua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaaan yang baik untuk belajar. Penelitian ini yang telah dilakukan oleh Rozalinda yang berjudul Hubungan Antara Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Semester III Pada Mahasiswa Program Studi Kebidanan UNSIKA Tahun 2007, mendapatkan hasil tidak ada hubungan motivasi belajar dengan Indeks Prestasi Semester.Sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Niky Wahyuning Gusti, dengan judul motivasi belajar yang berhubungan dengan IPS Mahasiswa DIII Kebidanan Angkatan 2008-2009 Stikes Bhakti Pertiwi Tahun 2009. Didapatkan adanya hubungan antara motivasi dengan nilai IPS. Sama halnya penelitian yang dilakukan oleh penulis mendapatkan hasil ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar. Asumsi peneliti, menurut teori motivasi belajar ada hubungan dengan prestasi belajar, sedangkan menurut Rozalinda tidak ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar, dan menurut Niky Wahyuning Gusti ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar sama halnya hasil penelitian yang didapatkan penulis. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena berbedanya tempat dan waktu penelitian. Dalam keberhasilan proses belajar diperlukan adanya motivasi dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas guna mencapai suatu tujuan dan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan dengan didukung fasilitas

pembelajaran untuk membantu proses belajar yang baik.

Daftar Pustaka

1. Arifin, Indeks Prestasi, Jakarta : Rineka Cipta 2004.

2. Azwar, Hasil Belajar, Jakarta: Raja Grafindo 2008.

3. Colquit, Keberhasilan Belajar, Jakarta: Gramedia 2009.

4. Hidayat , Indeks Prestasi Kumulatif , Jakarta: Raja Garafindo 2003.

5. Human Development Indeks, Pendidikan Indonesia 2007.

6. Luvri,Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis, Jakarta, Salemba Medika 2000.

7. Notoatmojo,Soekidjo,Metodologi penelitian Kesehatan, Jakarta: Salemba Medika 2002.

8. Pendidikan avalaible from (http://www.Ilmu Share. Pendidikan.ac.id/ IPK .html) 2008.

9. Pusdiknakes, Tenaga

Kesehatan,Jakarta :Pusdiknakes 2010. 10. Sardiman, Interaksi dan Motivasi

Belajar, Jakarta :Raja Grafindo 2011. 11. Setiawan, Dermawan. Proses

Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan, Jakarta : Trans Info Media 2008.

12. Sudarman, Sistem Kredit Semester, Jakarta: Salemba Medika 2004.

13. Sistem Pendidikan Nasional, www.depdiknas.go.id

14. Skripsi oleh Niky Wahyuningsih Gusti (2009) hubungan minat dengan IPS. 15. Skripsi oleh Rozalinda yang berjudul

Hubungan Antara Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Semester III Pada Mahasiswa Program Studi Kebidanan UNSIKA Tahun 2007

16. Slameto,Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

17. Sudjana, Nana, Pendidikan Kebidanan, Jakarta: Salemba Medika 2000.

(11)

Jakarta: Raja Grafindo Persada 2007. 19. Syamsudin, Abin, Psikologi

Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya 2007.

20. Urbina, Intelegensi Question, Jakarta: Rineka Cipta 2007.

Referensi

Dokumen terkait

yang dilakukan mengacu terhadap aspek-aspek yang dijadikan penelitian yaitu ketepatan gerak terhadap pola irama musik, keterampilan gerak sesuai karakter tarian, dan

Wartawan yang menyadari akan arti kegiatan jurnalisme sebagai suatu profesi, tentunya dituntut untuk terus mengembangkan diri kearah peningkatan kualitas jurnalisme

Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan pada alinea sebelumnya, dibuatlah saran untuk memperbaiki setiap masalah yang ada yang dapat dijadikan pertimbangan oleh perusahaan

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti. arah garis diagonal, maka model regresi tidak

Database atau sering juga disebut “ basis data adalah sekumpulan informasi yang disimpan dalam komputer secara sistematik dan merupakan sumber. informasi yang dapat

Peneliti akan membatasi pada perusahaan yang aktif pada tahun periode penelitian tersebut hanya pada return on assets, debt to equity ratio, assets growth, cash

Tetapi, kadangkala kebijakan yang diambil belum dapat diimplementasikan sesuai dengan harapan konsumen, sehingga seringkali menimbulkan banyak klaim dari konsumen, maka

Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar cenderung akan membuat siswa cepat jenuh apabila dalam pelaksanaanya hanya terpaku pada rencana