• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAPEKSINDO GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAPEKSINDO GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

(2)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

(3)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

PENGANTAR

Buku saku “PETUNJUK KERJA RAMAH LINGKUNGAN UNTUK TUKANG BANGUNAN”

Pembangunan, adalah sebuah upaya umat manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, dan dalam parameter global, pembangunan infra struktur adalah sebuah variable positif yang berbanding lurus terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk hal mana Indonesia sebagai salah satu negara besar di dunia yang berpenduduk 240 juta jiwa menempatkan pembangunan infra struktur sebagai prioritas utama dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat yang bermuara pada perekonomian Negara.

Namun dibalik kegemerlapan pembangunan diseantero negeri, kita sadari bahwa dampak pembangunan juga menyertakan secara bersamaan kerusakan lingkungan, sekaligus kontribusi terhadap pemanasan global sebagai dampak dari akumulasi berbagai hal, di antaranya penggunaan material infrastruktur dan termasuk di dalamnya inefisiensi berbagai aspek sebagai akibat kurangnya wawasan Pembangunan Ramah lingkungan dikalangan pekerja konstruksi Indonesia yang secara umum terbatas dalam akses pengetahuan .

GAPEKSINDO, selaku assosiasi yang beranggotakan 22.000 badan usaha Konstruksi Indonesia, yang secara langsung membawahi ratusan ribu pekerja konstruksi (dari sekitar 5,7 juta pekerja konstruksi Indonesia), merasa perlu serta dalam program Nasional, bahkan Global, dalam bentuk pembinaan langsung terhadap anggotanya, atau minimal mengawali sebuah knowledge perihal bagaimana sebuah Pembangunan Ramah lingkungan dalam aspek implementasi terendah ditingkat pekerja tukang.

Untuk itu, sebuah langkah awal dengan menerbitkan buku saku, “PETUNJUK KERJA RAMAH LINGKUNGAN UNTUK TUKANG BANGUNAN” jilid I, adalah sebuah atensi pembinaan Gapeksindo terhadap lahirnya tenaga tukang Indonesia, yang peduli terhadap GREEN DEVELOPMENT, sekaligus langkah awal menuju tenaga tukang Indonesia berkwalitas Internasional.

(4)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

Buku saku ini amatlah sederhana dalam berbagai aspek, namun semoga kesederhanaan inilah justru yang akan mampu menyadarkan kita, bahwa kita semua memiliki kontribusi langsung/tidak langsung terhadap kerusakan sekaligus perbaikan lingkungan hidup sebagai pekerja Konstruksi Indonesia yang bertanggung jawab.

Wassalam,

Irwan Kartiwan Ketum Gapeksindo

(5)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

KATA SAMBUTAN

Buku saku “Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan” ini merupakan suatu bentuk kreativitas penyusun dan sekaligus mencerminkan kepedulian terhadap isu lingkungan dan upaya untuk mendorong diterapkannya prinsip-prinsip efisiensi dalam setiap tahapan pelaksanaan pembangunan guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Keunikan buku saku ini terletak pada penyajian materinya yang mengarah pada prosedur pelaksanaan pekerjaan yang efisien, dan bukan semata-mata menyangkut pemanfaatan bahan/material yang ramah lingkungan sebagaimana seringkali ditemukan pada buku-buku lainnya. Oleh sebab itu, Badan Pembinaan Konstruksi sebagai suatu unit di Kementerian Pekerjaaan Umum yang mempunyai tugas membina penyedia jasa dan tenaga kerja konstruksi tentunya sangat menyambut gembira atas diterbitkannya buku saku ini karena niscaya akan bermanfaat untuk masyarakat dan dapat digunakan sebagai acuan praktis para pekerja dan tukang bangunan yang bertugas di lapangan.

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan 5

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

B A D A N P E M B I N A A N K O N S T R U K S I

(6)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

Kehadiran buku saku bagi tukang bangunan yang menggunakan bahasa sederhana dan populer disertai gambar-gambar yang cukup menarik ini dapat pula dikatakan sebagai wujud sumbangan terhadap pembentukan karakter bangsa, karena buku ini tentunya lebih bisa menarik minat anak-anak usia sekolah yang merupakan generasi penerus bangsa.

Mudah-mudahan dengan terbitnya Jilid 1 yang memuat tentang “Jenis Pekerjaan Umum dan Cara Sederhana” akan segera disusul dengan penerbitan jilid-jilid selanjutnya dengan jangkauan materi yang lebih luas hingga ke semua jenis pekerjaan dan tingkat pelaksana lapangan.

Akhirnya, saya mengucapkan selamat kepada “Gabungan Perusahaan Konstruksi Nasional Indonesia”, GAPEKSINDO, yang telah memprakarsai diterbitkannya buku ini dengan harapan mudah-mudahan prakarsa ini benar-benar memberi manfaat bagi masyarakat luas dan bisa menjadi sumbangan nyata bagi dunia jasa konstruksi kita.

Jakarta, November 2011

Ir. Bambang Goeritno, MSc, MPA

Kepala Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum

(7)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

MENUJU PROSEDUR KONSTRUKSI HIJAU

Karakteristik bangunan ramah lingkungan umumnya berkaitan dengan perencanaan, proses pembangunan dan pemanfaatan material bangunan yang mengarah pada aspek fisik konstruksi bangunan menuju keseimbangan lingkungan hidup dan kelayakan kehidupan yang berkelanjutan. Demikian pula isu pemanasan global juga sering dihubungkan dengan produk konstruksi bangunan. Hal ini disebabkan karena umumnya pembuatan komponen-komponen bangunan banyak memanfaatkan material yang dalam proses produksinya turut memberi kontribusi pada pemanasan global melalui emisi gas rumah kaca dalam bentuk gas karbon, metana maupun jenis gas tertentu lainnya. Kondisi ini perlu dikendalikan untuk meminimalisir dampak negatifnya terhadap efek pemanasan global di muka bumi.

Berdasarkan dokumen IPCC (Intergovernmental Panel and Climate Change), selama kurun waktu dari tahun 1861 sampai 2005 telah terjadi kenaikan suhu global rata-rata 0.6 – 0.7 derajat celcius, sedangkan prediksi para ahli pada tahun 2100 peningkatan suhu bumi rata-rata sekitar 1.4 – 5.8 derajat celcius yang diakibatkan oleh emisi gas rumah kaca. Peningkatan yang cukup drastis ini terutama disebabkan oleh pelepasan karbondioksida dan gas-gas lainnya ke atmosfer bumi yang dikenal sebagai gas rumah kaca terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi (yang diolah menjadi bensin, minyak tanah, avtur, pelumnas oli) dan gas alam sejenis yang tidak dapat diperbaharui. Semakin atmosfir bumi banyak mengandung gas-gas rumah kaca ini, maka atmosfir seakan berubah fungsi menjadi insulator yang akan menahan lebih banyak pantulan radiasi panas matahari dari bumi ke atmosfir.

Pemanasan global akan terus meningkat sejalan dengan waktu. Harapan untuk menahan atau mengendalikannya, lebih banyak tergantung pada perilaku umat manusia penghuni bumi. Upaya gerakan pembangunan berwawasan ”hijau” dan penghijauan ”nyata” sambil menghambat laju deforestasi serta gerakan lain untuk mengurangi emisi gas rumah kaca menjadi andalan dalam menghadapi bencana akibat

(8)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

pemanasan global tersebut. Para perencana bangunan, arsitek dan konstruktor seyogyanya sudah memiliki kepekaan dalam menerapkan konsep atau ide desain dan metode konstruksi bangunan yang berwawasan lingkungan dengan orientasi pada konsep ”konstuksi hijau” (Green construction) ataupun ”bangunan hijau” (Green Building).

Dunia internasional melalui Protokol Kyoto 1997 (gambar 1) telah menetapkan enam jenis gas rumah kaca yaitu CO2, NH4, N2O, HFC, PFC dan SF6 yang kesemuanya diekivalensikan terhadap takaran produk masa CO2. Ini berarti, kandungan keseluruhan emisi gas rumah kaca di atmosfir disetarakan dengan kandungan CO2 diudara (ekivalen kg CO2). Kesepakatan internasional ini yang dijadikan standar ukuran besar kecilnya pengaruh suatu produk terhadap lingkungan secara fisik dalam konteks pemanasan global.

Indonesia sendiri telah meratifikasi protokol Kyoto 1997 melalui UU no 17 Tahun 2004, sehingga sudah harus menerapkan pola pembangunan berwawasan lingkungan untuk mengendalikan peningkatan pemanasan global. Berbagai dokumen hasil kajian telah mengungkapkan bahwa bangunan dapat memproduksi emisi gas karbon sampai lebih dari 40% di beberapa tempat di dunia. Oleh sebab itu, setiap upaya mereduksi emisi gas karbon melalui bangunan dengan klasifikasi bangunan komersial, bangunan rumah tinggal dan bangunan utilitas atau bangunan industri menjadi langkah strategis untuk menahan laju pemanasan global.

(9)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

UNITED NATION CONFERENCE on the HUMAN ENVIRONMENT, STOCKHOLM,1972

KONPERENSI “BUMI” RIO de JENEIRO, 1992

PROTOKOL KYOTO (UNFCCC), 1997

KONPERENSI “BUMI” JOHANNESBURG, 2007

KONPERENSI PERUBAHAN IKLIM BALI, 2007 (gambar 2)

WORLD OCEAN CONFERENCE, MANADO 2009

KONPERENSI PERUBAHAN IKLIM KOPENHAGEN, 2009

20 tahun 25 tahun 5 tahun 15 tahun 10 tahun 10 tahun 3 bulan 2 tahun 2 tahun 2 tahun 7 bulan

Gambar 1 : Komitmen Kepedulian Lingkungan

(10)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

Gambar 2 : Peta Iklim

http://en.wikipedia.org/wiki/File:ClimateMap_Word.png#file

(11)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

Mekanisme Pembangunan Bersih (”Clean Development Mechanism”) yang merupakan produk dari protokol Kyoto, sebagaimana dijelaskan dalam UU No 17 Tahun 2004, adalah prosedur penurunan emisi gas rumah kaca dalam rangka kerjasama negara industri dan negara berkembang. Negara industri melakukan investasi dinegara berkembang untuk mencapai target penurunan emisinya. Sementara itu negara berkembang berkepentingan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Annex A protokol Kyoto menyebutkan sektor utama yang menjadi perhatian pokok sebagai sumber emisi gas rumah kaca meliputi: enerji, proses industri, bahan pelarut, pertanian dan limbah. Pengukuran pengurangan emisi karbon yang terkait langsung dengan bidang konstruksi yaitu sektor-sektor enerji, proses industri dan limbah. Ketiga sektor tersebut menjadi tolok ukur utama baik dalam desain dan mekanisme atau proses konstruksi suatu bangunan maupun dalam pekerjaan-pekerjaan sipil lainnya yang kesemuanya mengarah pada tata cara serta prosedur “konstruksi ramah lingkungan”. Dengan demikian dapat dipahami bahwa, lingkup desain, konstruksi hemat enerji, penggunaan produk industri ramah lingkungan, serta tidak memproduksi limbah berlebihan merupakan intisari jiwa “konstruksi hijau”. Sehubungan dengan konstruksi hijau, pemahaman bangunan hijau (Green Building) yang telah disepakati secara internasional antara lain berhubungan dengan faktor-faktor lingkungan/ekosistem dan memenuhi kinerja yang diantaranya menyangkut perihal:

- bijak guna lahan, - hemat air, - hemat energi,

- hemat bahan / kurangi limbah, - kualitas udara ruangan.

Kinerja tersebut menjadi tolok ukur dalam penilaian atau pemeringkatan suatu bangunan tergolong sebagai bangunan hijau atau tidak. Hal yang senada juga perlu dilakukan dalam proses pelaksanaan konstruksi menuju “konstruksi hijau”, yang akan berkontribusi besar pada pemenuhan standar bangunan hijau. Jadi dalam proses pelaksanaan konstruksi juga perlu menerapkan pola bijak guna lahan, hemat air, hemat energi, kurangi limbah/hemat bahan serta menjaga kualitas udara bersih dan segar.

(12)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

Pelaku pelaksana konstruksi dalam hal ini berperan signifikan dalam upaya mereduksi emisi gas rumah kaca melalui penerapan prosedur atau manajemen konstruksi berbasis “hijau”. Para pelaku tersebut di antaranya meliputi para pekerja, tukang, sampai tenaga ahli manajemen konstruksi. Upaya penghematan air, energi (listrik, BBM), bahan bangunan (semen, batu bata, dll), serta meminimalisir limbah menjadi tindakan prioritas dalam kontribusinya mengurangi emisi gas rumah kaca.

Jumlah tukang dan pekerja bangunan di Indonesia yang kini mencapai sekitar 5,7 juta orang dalam berbagai bidang bila diequivalensikan dapat mengurangi “ceceran” semen sekitar 2 kg dalam sehari misalnya, maka secara keseluruhan dapat mengeliminasi emisi CO2 sebesar sekitar 3 juta ton CO2 per tahun. Belum lagi apabila mereka mampu menghemat pemanfaatan air, energi listrik, bahan bakar minyak, kayu, material alam lainnya dan energi manusia seraya dapat mengurangi limbah dalam pelaksanaan pekerjaannya, maka total dampak kontribusinya (termasuk semen) terhadap pengurangan emisi CO2 per tahun sekitar 10 juta ton CO2 yang setara dengan penyerapan CO2 oleh 500 ribu pohon besar dalam setahun (asumsi 1 pohon besar rata-rata dapat menyerap 20 ton CO2/tahun).

Perlu disadari, jumlah tersebut hanya diperoleh dari optimalisasi proses pelaksanaan pekerjaan yang tidak lebih dari 10% bila ditinjau terhadap keseluruhan pemanfaatan material dan energi dalam pekerjaan pembangunan. Oleh sebab itu, berdirinya suatu bangunan “hijau” tidak berlebihan bila dikatakan sebenarnya berawal dari peran para pekerja bidang konstruksi.

Di sisi lain, melalui optimalisasi pemanfaatan material dan energi sebesar 10% yang terbuang sia-sia tersebut, seakan industri jasa konstruksi telah melakukan penghijauan dengan menumbuhkan 500 ribu pohon besar yang sekaligus berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan dan perekonomian industri jasa konstruksi itu sendiri seraya ikut mengurangi bencana akibat pemanasan global.

(13)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

Untuk mencapai kondisi positif tersebut maka, kiranya perlu mengembangkan suatu standar operasional prosedur (SOP) yang berkaitan dengan cita-cita “konstruksi hijau” yang secara khusus berlaku bagi para pekerja konstruksi. Kriteria-kriteria tersebut menjadi fokus bahasan dalam buku saku ini yang direfleksikan dengan kata BETA Hemat.

Dengan demikian, maka berbagai manual atau pedoman teknis bagi pekerja atau tukang bangunan yang sudah ada saat ini perlu kiranya diadaptasikan pada upaya cita-cita menuju “konstruksi hijau”. Namun demikian, bahwa upaya pengembangan SOP konstruksi hijau perlu dilakukan secara kolektif sampai pada tingkatan tenaga ahli maupun bagi supplier bahan bangunan dan sektor terkait lainnya, karena pada hakekatnya tindakan para pekerja untuk melaksanakan kegiatan berorientasi “konstruksi hijau” tidaklah berdiri sendiri namun merupakan satu mata rantai kegiatan manajemen konstruksi yang didalamnya meliputi peran tenaga ahli.

Sebagai penutup sekali lagi perlu ditekankan bahwa peran pelaku konstruksi cukup signifikan dalam mewujudkan “clean development mechanism” yang menjadi jiwa UU No 17 tahun 2004. Apresiasi perlu diberikan kepada para pekerja konstruksi yang senantiasa melaksanakan kegiatannya berbasis pada “konstruksi hijau” yang berarti mereka juga berperan aktif dalam mengurangi emisi karbon, menghambat laju pemanasan global demi mewujudkan pembangunan berkesinambungan.

Jakarta, November 2011 Penyusun

(14)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

(15)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan halaman 15

(16)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan halaman 16

(17)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan halaman 17

(18)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan halaman 18

(19)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman 19

(20)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan 20

(21)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan 21

(22)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman 22

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan

(23)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman 23

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan

(24)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman 24

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan

(25)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman 25

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan

(26)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

PEKERJAAN PERANCAH

26

(27)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman 27

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan

(28)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

28

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan

(29)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

29

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan

(30)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman 30

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan

(31)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman 31

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan

(32)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman 32

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan

(33)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman 33

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan

(34)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

34

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan

(35)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman 35

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan

(36)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman 36

Petunjuk Kerja Ramah Lingkungan untuk Tukang Bangunan

(37)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

(38)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

(39)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

(40)

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

halaman

GAPEKSINDO

GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

Jl. Minangkabau No. 35 F Pasar Manggis Jakarta-Selatan 12970 Telp : (021) 837 87 219 Fax : (021) 837 87 218

http : //www.gapeksindo.co.id E-mail : info@gapeksindo.co.id

Gambar

Gambar 1 : Komitmen Kepedulian Lingkungan
Gambar 2 : Peta Iklim

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena nilai probabilitas Z hitung dari lebih kecil dari probabilitas dengan taraf signifikansi () 5%, maka hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa

Pelaku kebajikan pasti menerima kebahagiaan dan pelaku kejahatan pasti akan menerima balasan penderitaan, aturan ini, insan suci memahaminya dengan sangat jelas, namun sebagian

73 Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang identitas dan sejarah berdirinya MTsN Jambewangi, data tentang jumlah siswa

Kalindaqdaq dalam bahasa Mandar merupakan salah satu jenis karya sastra tradisional berupa pantun atau suatu bentuk perasaan seseorang yang diungkapkan dengan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Niat Wajib Pajak Dalam Penggunaan Sistem E-Filing (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak

Setiap investor memiliki preferensi yang berbeda terhadap keuntungan serta risiko yang diinginkan, kemudian investor akan menerapkan strategi investasi yang sesuai dengan profil

Murugkar (2014) menegaskan tidak ada pengaruh perkecambahan terhadap kesukaan warna susu kecambah kedelai karena susu dari kedelai yang dikecambahkan dengan yang tidak

Pendataan seluruh sektor usaha secara menyeluruh (selain sektor pertanian) akan mampu menghasilkan gambaran lengkap tentang level dan struktur ekonomi non-pertanian, berikut