• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA KEBERLANJUTAN SISTEM IRIGASI DAN STRATEGI TINDAK LANJUT DENGAN METODE S.R.I PADA DAERAH IRIGASI GONTORAN KABUPATEN BANYUWANGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA KEBERLANJUTAN SISTEM IRIGASI DAN STRATEGI TINDAK LANJUT DENGAN METODE S.R.I PADA DAERAH IRIGASI GONTORAN KABUPATEN BANYUWANGI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KEBERLANJUTAN SISTEM IRIGASI DAN STRATEGI

TINDAK LANJUT DENGAN METODE S.R.I PADA DAERAH IRIGASI

GONTORAN KABUPATEN BANYUWANGI

Hendri *), Nadjadji Anwar, dan Theresia Sri Sidharti

Jurusan Teknik Sipil FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember

e-mail: hendri.oseng@gmail.com *) ABSTRAK

Daerah Irigasi Gontoran luas lahan tanamnya ±76 ha yang secara administratif berada di 2 (dua) desa dan 2 (dua) kecamatan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keberlanjutan sistem irigasi Gontoran tersebut, apakah sustainable atau tidak. Kemudian dilakukan uji potensi dari strategi tindak lanjut metode S.R.I terhadap target pemerintah, tercapai atau tidak. Hasilnya menyatakan, bahwa sistem irigasi Daerah Irigasi Gontoran tersebut dari sudut pandang Pemerintah maupun Petani ternyata tidak berkelanjutan/unsustainable, baik ditinjau dari segi sosial, ekonomi dan lingkungan maupun secara keseluruhan tidak memenuhi syarat batas keberlanjutan (N ≤ 70), yaitu pencapaian nilai keseluruhan (N) antara 63.342 – 67.434. Penyebab ketidak berlanjutan yang paling berpengaruh, yaitu dari aspek lingkungan dan ekonomi dengan skor terkecil masing-masing 0.56 dan 1.301. Kemudian strategi tindak lanjut melalui uji potensi terhadap target pemerintah kabupaten Banyuwangi mengenai peningkatan produksi padi sawah sebesar 1,955 ton (gabah kering) dan IP Padi hingga 250% di Daerah Irigasi Gontoran ternyata terpenuhi. Peningkatan optimum mencapai produksi sebesar 2,046 ton/tahun lebih tinggi dari goal sebesar 1,955 ton/tahun (tercapai target pemerintah) dan IP Padi hanya 270% juga lebih tinggi dari goal sebesar 250% (tercapai target pemerintah) serta dengan keuntungan optimum mencapai Rp.

6,168,952,000 / tahun (88% tercapai dari goal sebesar Rp. 7,000,000,000).

Kata kunci: Daerah Irigasi Gontoran, Keberlanjutan, Metode S.R.I, Sistem Irigasi, Strategi Tindak Lanjut.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Daerah Irigasi Gontoran luas lahan tanamnya ±76 ha yang secara administratif berada di 2 (dua) desa dan 2 (dua) kecamatan yang berbeda. Di desa Rejosari kecamatan Glagah seluas 56 ha dengan pola tanam padi-padi/polowijo-polowijo dengan IP padi 100% dan di kelurahan Kebalenan kecamatan Banyuwangi seluas 20 ha dengan pola tanam yang sama. Ketersediaan debit air di musim penghujan (MT1) sebesar 6,998 m3/hr sedangkan musim kemarau (MT3)

hanya 1,210 m3/hr. Akibatnya di Daerah Irigasi tersebut sering terjadi kekeringan panjang.

Dampaknya terhadap hasil usahatani dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Di satu sisi provinsi Jawa Timur ditargetkan surplus beras 5 juta ton beras pada tahun 2014, termasuk kabupaten Banyuwangi. Hal ini dikhawatirkan di Daerah Irigasi Gontoran keberlanjutannya terancam, sehingga tidak dapat mencapai target, mengingat kondisinya semakin memburuk.

(2)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui hasil evaluasi keberlanjutan sistem irigasi Daerah Irigasi Gontoran tersebut, apakah sustainable atau tidak;

2. Mengetahui strategi tindak lanjut dengan penerapan budidaya padi metode S.R.I (System of Rice Intensification), apakah dapat memberikan peningkatan dibandingkan metode konvensional. Kemudian bagaimana hasil uji potensi terhadap target pemerintah mengenai peningkatan produksi padi sawah sebesar 1,955 ton (gabah kering) dan IP Padi hingga 250% di Daerah Irigasi Gontoran, apakah tercapai atau tidak.

Studi Literatur Konsep

Konsep pembangunan berkelanjutan yang mempertimbangkan keterkaitan dan saling ketergantungan terdiri dari 3 (tiga) pilar (World Summit on Sustainable Development/WSSD), yaitu:

a. Keberlanjutan ekonomi (economic sustainability); b. Keberlanjutan lingkungan (environmental sustainability); c. Keberlanjutan sosial (social sustainability).

Evaluasi Sistem Irigasi

1. Evaluasi dilakukan oleh petani sebagai pengguna sistem irigasi. Evaluasi menggunakan Indeks Penilaian Kinerja Sistem Irigasi (Permen PU No, 32, 2007), yaitu:

80 – 100 : kinerja sangat baik 70 – 79 : kinerja baik

55 – 69 : kinerja kurang dan perlu perhatian < 55 : kinerja jelek dan perlu perbaikan

2. Hasil evaluasi keberlanjutan sistem irigasi merupakan hasil perkalian antara nilai indek kinerja tersebut dengan bobot untuk masing-masing indikator, yang dirumuskan sebagai berikut:

Keberlanjutan (Sustainable):

70

N

,danNS,NE,NL (Ni/1*70) 0.1

Metode SRI (System of Rice Intensification)

SRI adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, yang terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar 50%, bahkan di beberapa tempat mencapai hingga 100% (Mutakin, 2007). Adapun keunggulan metode ini (Mutakin, 2007 dan Nurbaeti, dkk, 2011) adalah sebagai berikut:

(3)

c. Hemat waktu, ditanam bibit muda 5 - 12 hss dan waktu panen akan lebih awal; d. Produksi meningkat, di beberapa tempat mencapai 11 ton/ha;

e. Ramah lingkungan, tidak menggunaan bahan kimia dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang dan Mikro-oragisme Lokal), begitu juga penggunaan pestisida.

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Daerah Irigasi (DI) Gontoran yang berada di DAS Jongmergi (kewenangan KOREK Air Kabat). Jaringan Irigasi Gontoran sepanjang 2,728 km memanfaatkan sumber air dari sungai Pakis (Catchment area 27,50 km2 dan orde-1 sepanjang

8,70 km) melalui Bendung Gontoran sebagai penangkap airnya yang dialirkan secara gravitasi.

Penelitian ini dilaksanakan selama ± 5 (lima) bulan mulai bulan Pebruari sampai dengan Juli 2013.

Alur Penelitian

STUDI LITERATUR

DATA PRIMER : - Kuisioner (Penentuan indikator keberlanjutan, tingkat kepentingan & evaluasi

sistem irigasi) DATA SEKUNDER :

- Peta DI Gontoran - Skema JI Gontoran - Debit air irigasi DI Gontoran - Daftar kerusakan JI Gontoran

- Data personil OP - Data kelembagaan P3A

PENGUMPULAN DATA START

KAJIAN PUSTAKA & DASAR TEORI Usulan Kuisioner Interview Penyebaran Kuisioner I (Skala Likert) Penentuan Sampel

EXPERT (DPU Banyuwangi, D.Pertanian Banyuwangi)

& Petani (P3A) Uji Validitas Uji Reliabilitas Uji Rata-rata OK T idak OK Penyebaran: Kuisioner II (Pembobotan) B C D Analisa AHP (Prog. Expert Choice)

Ranking Indikator berdasarkan bobot (%) Analisa Deskriptif Gambaran DI Gontoran

(4)

B C D

S ustainable atau tidak ?

Evaluasi K eberlanjutan Sistem Irigasi D I G ontoran

Penyebaran: K uisioner III (Skor Indikator)

Strategi Tindak Lanjut:

B U D ID A Y A S.R.I

U ji potensi terhadap target pem erintah, tercapai atau

tidak?

K ESIM PU LA N & SA RA N (Rekom endasi)

SELESA I

O ptim asi potensi D I G ontoran A nalisa sensitivitas

indikator keberlanjutan M enghitung variabeloptim asi

Penentuan target pem erintah, yaitu: - Produksi pada sawah

1,955 ton - Peningkatan luas tanam

(IP) 250%

Gambar 1. Flow Chart Alur Penelitian (lanjutan)

Metode penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Evaluasi keberlanjutan sistem irigasi gontoran, dimulai dengan penyusunan dan penyebaran kuisioner I kepada expert (Dinas Pekerjaan Umum Pengairan dan Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi), kemudian diuji kevaliditasan dan kereabilitasan semua item pertanyaan di kuisioner I dan menentukan pembobotan dari kuisioner II (Metode AHP), lalu kuisioner III untuk mengukur/mengevaluasi kinerja sistem irigasinya, apakah merupakan sistem irigasi yang berkelanjutan atau tidak;

 Strategi tindak lanjut untuk peningkatan potensi DI Gontoran, dimulai dari analisa sensistivitas indikator keberlanjutan, menghitung variabel potensi kemudian dioptimasi (tool linier programming), selanjutnya dilakukan uji potensi terhadap target pemerintah (tool goal programming), tercapai atau tidak.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Keberlanjutan Analisa Penentuan Indikator

Analisa ini dimaksudkan untuk menentukan indikator-indikator yang berpengaruh terhadap keberlanjutan sitem irigasi Gontoran, yaitu dengan melakukan uji validitas, uji reliabilitas dan uji nilai rata-rata terhadap hasil Kuisioner I.

Hasil uji validitas dinyatakan, bahwa dari 21 (dua puluh satu) indikator terdapat 2 (dua) kategori, yaitu:

 Valid, ialah terdapat 18 (delapan belas) indikator, karena nilai korelasi (rxy) bernilai positif

(5)

Hasil uji nilai rata-rata terhadap 18 (delapan belas) indikator yang valid tersebut nilainya diatas tiga koma lima (Nrata-rata ≥ 3.5), maka indikator-indikator tersebut dinyatakan

Berpengaruh terhadap keberlanjutan sistem irigasi Gontoran. Ranking Indikator

Rangking indikator merupakan hasil dari proses AHP (Analytical Hierachy Process), dimulai dari penyusunan model hieraki, penyebaran Kuisioner II serta pembobotan indikator. Pada penelitian ini perankingan diambil dari 2 (dua) sudut pandang, yaitu versi pemerintah dan versi petani.

Ranking Versi Pemerintah

Rangking indikator dari sudut pandang pemerintah, yaitu:

Tabel 1. Ranking Indikator Versi Pemerintah

Ra nkin g In dika to r Bo bo t Ra nkin g In dika to r Bo bo t 1 E5 0.163 10 L2 0.039 2 E1 0.157 11 S2 0.028 3 E6 0.090 12 L4 0.024 4 E2 0.086 13 S5 0.023 5 L3 0.084 14 S4 0.019 6 E3 0.073 15 S6 0.014 7 E4 0.067 16 S9 0.013 8 L1 0.054 17 S3 0.011 9 E7 0.044 18 S8 0.011 Total 1.000 Untuk bobot indikator seperti Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Bobot Kriteria Versi Pemerintah

Kriteria Bobot Kriteria 1 2 SOSIAL 0.118 EKONOMI 0.681 LINGKUNGAN 0.201 Total 1.000 Ranking Versi Petani

Rangking indikator dari sudut pandang petani, baik petani hulu (Irigasi Rejosari) maupun petani hilir (Irigasi Kebalenan), yaitu:

(6)

Tabel 3. Ranking Indikator Versi Petani Ra nk in g In dika to r Bo bo t Ra nk in g In dika to r Bo bo t 1 E5 0.276 10 S4 0.029 2 E7 0.194 11 S2 0.026 3 E2 0.087 12 E6 0.021 4 E3 0.067 13 S3 0.020 5 S9 0.060 14 S5 0.014 6 E4 0.056 15 L2 0.012 7 L1 0.049 16 L4 0.009 8 E1 0.038 17 S6 0.007 9 L3 0.031 18 S8 0.005 Total 1.000 Untuk bobot indikator seperti Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Bobot Kriteria Versi Petani

Kriteria Kriteria Bobot

1 2 SOSIAL 0.160 EKONOMI 0.739 LINGKUNGAN 0.101 Total 1.000 Evaluasi Keberlanjutan

Evaluasi dimulai dari penyusunan dan penyebaran Kuisioner III sebagai form penilaian terhadap sistem irigasi. Pada penelitian ini evaluasi diambil dari 2 (dua) sudut pandang, yaitu versi pemerintah dan versi petani.

Evaluasi Versi Pemerintah

Evaluasi keberlanjutan dari sudut pandang pemerintah, dimulai dari:  Menghitung skor keberlanjutan, yaitu:

Skor S2 = Bobot x Hasil Penilaian = 0.028 x 65 = 1.804

 Menghitung batas keberlanjutan, yaitu: - NS = Bobot Kriteria Sosial x 70/1

= 0.118 x 70/1 = 8.256 - NE = Bobot K. Ekonomi x 70/1

(7)

 Menghitung nilai keberlanjutan, yaitu: Nilai Sosial (NS)

= 8.055 < 8.256 (Batas NS)

Dinyatakan “Tidak Berkelanjutan secara Sosial”

Nilai Ekonomi (NE)

= 46.094 < 47.645 (Batas NE)

Dinyatakan “Tidak Berkelanjutan secara Ekonomi”

Nilai Lingkungan (NL)

= 13.284 < 14.099 (Batas NL)

Dinyatakan “Tidak Berkelanjutan secara Lingkungan”

Nilai Keseluruhan (N)

= NS + NE + NL

= 8.055 + 46.094 + 13.284

= 67.434 < 70 (Batas N)

Dinyatakan “Tidak Berkelanjutan secara Keseluruhan”

Evaluasi Versi Petani

Evaluasi keberlanjutan dari sudut pandang petani, baik petani hulu (Irigasi Rejosari) maupun petani hilir (Irigasi Kebalenan), dimulai dari:

Contoh: Irigasi Rejosari

 Menghitung skor keberlanjutan, yaitu:

Skor S2 = Bobot x Hasil Penilaian = 0.026 x 63.76 = 1.66

 Menghitung batas keberlanjutan, yaitu: - NS = Bobot Kriteria Sosial x 70/1

= 0.16 x 70/1 = 11.213 - NE = Bobot K. Ekonomi x 70/1 = 0.739 x 70/1 = 51.722 - NL = Bobot K. Lingkungan x 70/1 = 0.101 x 70/1 = 7.065 - N = Bobot total x 70/1 = 1.00 x 70/1 = 70

 Menghitung nilai keberlanjutan, yaitu: Nilai Sosial (NS)

= 10.416 < 11.213 (Batas NS)

Dinyatakan “Tidak Berkelanjutan secara Sosial”

Nilai Ekonomi (NE)

(8)

Dinyatakan “Tidak Berkelanjutan secara Ekonomi” Nilai Lingkungan (NL)

= 6.592 < 7.065 (Batas NL)

Dinyatakan “Tidak Berkelanjutan secara Lingkungan”

Nilai Keseluruhan (N)

= NS + NE + NL

= 10.416+ 47.57+ 6.592

= 64.577 < 70 (Batas N)

Dinyatakan “Tidak Berkelanjutan secara Keseluruhan”

Demikian pula hasil dari evaluasi petani hilir (Irigasi Kebalenan), yaitu “Tidak

Berkelanjutan”, baik sosial, ekonomi, lingkungan maupun secara keseluruhan.

Strategi Tindak Lanjut Optimasi Potensi DI Gontoran

Optimasi tersebut dianalisa dengan tool Linier Programming untuk memaksimasi keuntungan dan hasil produksi serta meminimasi kebutuhan air dan waktu produksi, baik dari metode S.R.I maupun Non S.R.I (metode konvensional).

Hasil optimasinya, yaitu bahwa penerapan tanam padi metode S.R.I dapat memberikan peningkatan keuntungan sebesar 547%, penghematan air hingga 38%, hemat waktu sampai 125% dan produksi meningkat hingga 318%.

Uji Potensi terhadap Target Pemerintah

Uji potensi dimaksudkan untuk mengukur apakah dengan potensi optimum yang ada pada DI Gontoran tersebut sesuai kapasitasnya, dapat memenuhi target yang diharapkan oleh pemerintah melalui metode S.R.I. Target/goal yang akan dicapai (dengan goal programming) adalah sebagai berikut:

1. Produksi padi sawah

= 1,955 ton (untuk DI Gontoran) 2. Peningkatan luas tanam

= 190 ha (Intensitas Pertanaman 250%)

Dengan prinsip optimasi, maka target/goal menjadi:

1. Hemat biaya, ialah keuntungan yang didapatkan dari usahatani pada DI Gontoran dalam 1 (satu) tahun ditargetkan sebesar Rp. 7,000,000,000,000;

2. Produksi meningkat, ialah kemampuan petani dalam meningkatkan hasil panen dalam 1 (satu) tahun ditargetkan sebesar 1,955 ton;

3. Hemat air, ialah penekan pemanfaatan air seminimal mungkin dari debit air yang tersedia, yaitu:

(9)

4. Hemat waktu, ialah pola percepatan intensitas tanam dalam 1 (satu) tahun hingga 3 (tiga) kali panen, yaitu:

- Di musim tanam ke-1 (MT1) ditargetkan sebesar 100% padi; - Di musim tanam ke-2 (MT2) ditargetkan sebesar 100% padi; - Di musim tanam ke-3 (MT3) ditargetkan sebesar 50% padi.

Hal ini dirumuskan fungsi tujuan dan kendala sebagai berikut: Minimumkan:

d1- , d2- , d3+ , d4+ , d5+ , d6+ , d7+ , d8+

Kendala (goal constraint): 1. Hemat biaya: 30,150,000 X11 + 30,150,000 X21 + 30,150,000 X31 + d1- = 7 M 2. Produksi meningkat: 10 X11 + 10 X21 + 10 X31 + d2- = 1,955 3. Hemat air: 23 X11 - d3+ = 6,998 23 X21 – d4+ = 3,888 23 X31 – d5+ = 1,210 4. Hemat waktu: 100% X11 – d6+ = 76 100% X21 – d7+ = 76 100% X31 + d8- = 38 X11, X21, X31, d1-, d2-, d3+, d4+, d5+, d6+, d7+, d8- ≥ 0

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka dibuat menjadi 2 (dua) model. Dimana Model 1 prioritas goalnya didasarkan pada hasil analisa sensitivitas, yaitu sesuai Error! Reference source not found.. Sedangkan Model 2 prioritas goalnya dilakukan trial-error hingga mendapatkan hasil yang optimal. Prioritas goal tersebut ditentukan untuk mengetahui tingkat kepentingan dari semua kendala.

Hasil analisa Model 1 dan Model 2 adalah sebagai berikut:

 Model 1 belum optimal, karena salah satu tujuan/goal tidak tercapai, yaitu hemat waktu dalam bentuk intensitas pertanaman (IP) padi pada musim tanam ke-2 (MT2) sebesar 136% yang melebihi luas tanam seluas 76 ha. Artinya perlu penambahan luas lahan seluas 27.36 ha atau 36% dari luas tanam yang ada (76 ha). Maka dari itu hal ini tidak memungkinkan untuk diterapkan, karena potensi perluasan lahan (ekstensifikasi) tidak ada lahan untuk pengembangan;

 Sedangakan Model 2 sudah optimal, karena semua tujuan/goals dapat tercapai, baik dari target pemerintah maupun goal metode S.R.I.

(10)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisa yang telah dicapai, maka dapat disimpulkan beberapa hal, diantaranya:

1. Hasil evaluasi keberlanjutan sistem irigasi Daerah Irigasi Gontoran tersebut dari versi Pemerintah maupun Petani ternyata tidak berkelanjutan/unsustainable, baik ditinjau dari segi sosial, ekonomi dan lingkungan maupun secara keseluruhan tidak memenuhi syarat batas keberlanjutan. Nilai keseluruhan (N) rata-rata tidak mencapai batas sebesar 70, yaitu menurut pemerintah senilai 67.434, petani hulu senilai 64.577 dan petani hilir senilai 63.342;

2. Strategi tindak lanjut dengan penerapan budidaya padi metode S.R.I (System of Rice Intensification) dapat memberikan peningkatan keuntungan sebesar 547%, penghematan air hingga 38%, hemat waktu sampai 125% dan produksi meningkat hingga 318% dibandingkan metode konvensional. Demikian juga hasil uji potensi terhadap target pemerintah kabupaten Banyuwangi mengenai peningkatan produksi padi sawah sebesar 1,955 ton (gabah kering) dan IP Padi hingga 250% di Daerah Irigasi Gontoran ternyata terpenuhi. Peningkatan optimum mencapai produksi sebesar 2,046 ton/tahun lebih tinggi dari goal sebesar 1,955 ton/tahun (tercapai target pemerintah) dan IP Padi hanya 270% juga lebih tinggi dari goal sebesar 250% (tercapai target pemerintah) serta dengan keuntungan optimum mencapai Rp. 6,168,952,000 / tahun (88% tercapai dari goal sebesar Rp. 7,000,000,000).

Saran

Berdasarkan hasil yang telah dicapai dari penelitian ini, diharapkan penelitian berikutnya meneliti tentang kemampuan kelembagaan petani dalam penerapan budidaya S.R.I dari sisi internal maupun eksternalnya. Kemudian dilakukan uji coba/demplot penerapan S.R.I baik secara kelembagaan maupun teknik budidayanya.

DAFTAR PUSTAKA

Development, U. N. (1992). WSSD Plan Implementation Chapter 1. Rio de Jainero.

Indonesia, P. R. (2007). Permen PU No. 30/PRT/M/2007 tentang Pedoman Pengembangan Pengelolaan sistem Irigasi Partisipatif. Jakarta.

Mutakin. (2007). Budidaya dan Keunggulan Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification).

Saaty. (1990; 1993). Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Jakarta: Pustaka Binama Pessindo.

Sugiyono. (2003; 2005; 2009). Analisis Data.

Gambar

Gambar 1. Flow Chart Alur Penelitian
Gambar 1. Flow Chart Alur Penelitian (lanjutan) Metode penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Ranking Indikator Versi Pemerintah
Tabel 3. Ranking Indikator Versi Petani

Referensi

Dokumen terkait

Data yang ditemukan peneliti berkaitan dengan faktor-faktor yang dijadikan sebagai alasan dalam mengajukan gugatan cerai atas suaminya di pengadilan agama

Solo sebagai kota heritage tersusun oleh elemen elemen pembentuk kota antara lain kawasan hunian khususnya kampung, kawasan karya (tempat kerja, industri,

Pada hari ini Jum’at tanggal Dua Puluh Empat bulan Pebruari tahun Dua Ribu Tujuh Belas, kami Pokja Pelelangan Konsultansi Pengawasan Pembangunan Gedung Kuliah Kampus II

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas Senam Mata

Khusus untuk masalah Kurang Energi Protein (KEP) atau biasa dikenal dengan gizi kurang atau yang sering ditemukan secara mendadak adalah gizi buruk terutama pada anak balita,

Dalam pembuatan situs tampilan halamannya dapat dibuat lebih menarik dengan menggunakan Dreamweaver MX, Dreamweaver MX pun memberikan kemudahan-kemudahan bagi perancang situs web

Pada tiga provinsi daerah penelitian yang memiliki BUMD di bidang pelayanan air minum, bentuk badan hukum dari BUMD yaitu perusda. Adapun alasan pembentukan BUMD di sektor

Selain kecerdasan, hal lain yang juga berpengaruh terhadap motivasi peserta didik adalah kondisi fisik dan psikologis. Kondisi fisik dalam hal ini meliputi postur