• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUATAN INTEGRITAS AKADEMIK MAHASISWA MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL BUDDHIS. Sugianto STAB Negeri Sriwijaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUATAN INTEGRITAS AKADEMIK MAHASISWA MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL BUDDHIS. Sugianto STAB Negeri Sriwijaya"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

199 PENGUATAN INTEGRITAS AKADEMIK MAHASISWA

MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL BUDDHIS Sugianto

STAB Negeri Sriwijaya

12Tsugiantovijjayasena@gmail.com12T

Abstract

Mental revolution became the government program of the Indonesian Republic, a way to improve the mindset, thought patterns, and work patterns of the Indonesian nation. Campus as a place of higher education providers to do mental revolution for the academic community in order to improve the quality of education. Strengthening academic integrity through the internalization of Buddhist moral value. An attempt to overcome problems such as students' academic integrity, like absent, cheating, plagiarism, collusion, ghosting, and others. Moral according to Buddhism is an inner quality that is able to recognize good and evil which is then followed by behaving in a moral way, such as right speech, right action and right livelihood. Internalization of moral values is done by applying the model of Buddhist learning value performed by a variety of approaches, such as cultivation approach, cognitive moral development approach, analysis approach value, values clarification approach, and the approach of learning to do. Students are conditioned to get used to apply honesty, fairness, respect, responsible, humble on the basis of understanding and self-awareness in academic activities.

Keywords: academic integrity, moral value, buddhist internalization

Pendahuluan

Revolusi mental adalah program yang digaungkan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk mempebaiki kualitas mental bangsa. Berbagai persoalan mental bangsa menimbulkan keprihatinan sehingga perlu segera atasi. Bangsa Indonesia dahulu dikenal sebagai bangsa besar, perlahan-lahan mengalami pergeresaran. Kasus korupsi yang melanda pejabat Negara, tindak kriminal yang marak terjadi, merusak nama baik bangsa Indonesia. Revolusi mental dilakukan dengan mengubah cara pandang, cara pikir, dan cara kerja ke arah yang benar dengan cepat. Revolusi mental menjadi tanggung jawab semua warga negara.

Kampus sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan tinggi memiliki tanggung jawab merevolusi mental civitas akademi. Penguatan integritas akademik mahasiswa merupakan bagian dari revolusi mental di bidang

(2)

200

pendidikan di kampus. Mahasiswa seyogyanya mengerti dan melaksanakan peran dan tanggung jawab dengan benar. Sebagai intelektual muda yang bersemangat mempelajari ilmu pengetahuan sesuai dengan keilmuwan agar menjadi ahli, aktif berbagai pengembangan diri untuk memperluas pergaulan yang positif, mematuhi tata tertib kampus.

Pendidikan yang tinggi tidak menjamin mahasiswa mampu melaksanakan peran dan tanggungjawab akademik di kampus. Disintegritas akademik menjadi masalah yang masih ditemui di kalangan mahasiswa. Permasalahan akademik mahasiswa diantaranya sering absen atau masuk kuliah sesuka hati, curang dalam mengerjakan tugas atau ulangan, solusi untuk menyelesaikan tugas individu, melakukan plagiat dalam upaya mengerjakan tugas dari dosen, memanipulasi data penelitian, meminta bantuan orang lain untuk mengerjakan tugas kampus, terlambat mengumpulkan tugas.

Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual yang rendah merupakan beberapa penyebab disintegritas akademik dari aspek mental mahasiswa. Tingkat kecerdasan intelekual yang rendah membuat mahasiswa tidak mampu mencapai level standar kelulusan. Emosi yang tidak terkontrol membuat mahasiswa melampiaskan dengan cara yang salah; tidak tahan dalam menyikapi situai kondisi yang tidak sesuai. Kecerdasan spiritual yang rendah membuat mahasiwa berbuat dengan tidak berpedoman pada ajaran agama; melakukan berbagai upaya, baik atau buruk untuk mencapai tujuan akademik.

Berdasarkan aspek fisik, kondisi tubuh mahasiswa yang lemah, mudah sakit menjadi penghalang mahasiswa aktif dalam kegiatan akademik. Mudah sakit membuat mahasiswa sering tidak masuk kuliah. Jumlah tatap muka yang menjadi dasar prasyarat mengikuti ujian tidak terpenuhi. Tugas kuliah yang banyak membuat badan menjadi sakit. Badan tidak tahan dalam melakukan berbagai aktivitas akademik. Jumlah tatap muka yang kurang juga bisa menjadi faktor yang mempengaruhi prestasi mahasiswa di bidang akademik.

Disintegritas akademik mahasiswa menimbulkan berbagai permasalahan. Mahasiswa bermasalah dengan nilai. Indeks prestasi rendah. Banyak nilai yang kurang atau bahkan tidak lulus. Harus mengulang perkuliahan sehingga terlambat

(3)

201 lulus. Mahasiswa juga dianggap sebagai pribadi yang negatif. Belum dewasa, emosional, pesimis, tidak taat aturan sehingga kehilangan rasa untuk dipercaya.

Pada umumnya setiap kampus memiliki upaya untuk menjaga atau memperbaiki integritas akademik mahasiswa. Ada kode etik mahasiswa sebagai seperangkat peraturan untuk menjaga mahasiswa dari hal-hal negatif. Dosen pembimbing akademik berkewajiban membimbing dan mengarahkan mahasiswa dalam bidang akademik. Pada kegiatan pembelajaran dosen biasanya menyisipkan nilai-nilai yang akan membangun integritas akademik mahasiswa. Badan Eksekutif Mahasiswwa sebagai wadah berorganisasi mahasiswa juga bisa mengambil peran dalam penguatan integritas akademik.

Penguatan integritas khususnya dalam bidang pembelajaran dilakukan melalui penerapan pembelajaran nilai. Model pembelajaran yang mengarah pada pengembangan kemampuan mahasiswa dalam memahami, mengetahui tingkat perkembangan moral kognitif, menganalisis permasalahan nilai, mengklarifikasi nilai, dan menerapkan perilaku yang bernilai. Ada banyak nilai yang dapat diinternalisasikan dalam pembelajaran. Fokus pembahasan pada makalah ini adalah internalisasi nilai-nilai moral Buddhis, karena melihat fakta yang terjadi di perguruan tinggi keagamaan Buddha, ada sebagian mahasiswa Sekolah Tinggi bermasalah dalam hal integritas akademik. Moralitas menjadi aspek penting untuk mencapai tujuan tertinggi yaitu pembebasan (Nibbana). Buddhisme juga mengajarkan bahwa pikiran adalah pelopor atau pemimpin dari segala seuatu. Pikiran yang bermoral atau yang berkualitas luhur menjadi landasan mahasiswa dalam membangun cara pandang, cara pikir, dan cara beraktivitas.

Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah untuk menjelaskan cara menginternalisasikan nilai-nilai moralitas buddhis untuk memperkuat integritas akademik mahasiswa. Manfaat dari pembahasan ini secara praktis dapat dirasakan oleh lembaga pendidikan, dosen, dan mahasiswa. Makalah ini ini disusun dengan menggunakan metode library research.

(4)

202

Pembahasan

Menurut Richard De George dalam Brown (2005: 4-5) bertindak yang berintegritas sama dengan perbuatan yang etis atau bermoral. Acting with integrity

is the same as acting ethically or morally. Integritas juga diartikan sebagai sikap

mental yang menjunjung tinggi kesatuan, keutuhan (wholeness) dan kebersamaan yang terpadu. Integritas juga berarti kesatuan antara pikiran, ucapan, dan perbuatan (Goa, 2007: 22). Brown menegaskan bahwa yang dimaksud dengan kesatuan adalah adanya keterkaitan atau hubungan antar bagian secara menyeluruh. Oleh karena itu, mengutip pernyataan Charles Watson dalam Brown (2005), integritas berarti konsistensi yang mengacu pada keselarasan antara apa yang dilakukan dengan yang dikatakan. Konsistensi dalam upaya mencapai tujuan meskipun ada gangguan atau godaan. Tetap teguh sesuai prinsip-prinsip kebenaran. Tidak gentar dalam mengutamakan pencapaian tujuan dengan mengesampingkan kebutuhan, kenyamanan, dan kepentingan pribadi.

Menurut Cohen (2010:11) integritas adalah salah satu sifat universal yang paling berharga. Integrity is adherence to a set of values that incorporate honesty

and freedom from deception. Integritas adalah kepatuhan terhadap nilai-nilai

yang didasarkan pada kejujuran dan kebebasan dari penipuan. Cohen juga menyebutkan tiga cara untuk menjaga integritas yaitu: keep your word, choose the

harder right over the easier wrong, guard your principles (2010: 24).

Carter dalam Byron mengungkapkan bahwa integritas menyangkut tiga hal, yaitu: menyelidiki antara yang benar dan yang salah; bertindak atas hal-hal yang telah diselidiki; dan mengatakan secara terbuka bahwa yang dilakukan berdasarkan pemahaman terhadap yang benar dan yang salah (Byron, 2010: 70).

Mahasiswa yang berintegritas selalu konsistensi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab akademik dengan berpedoman pada cara yang baik dan benar. Menurut supriyadi, integritas akademik mahasiswa ditandai dengan penerapan prinsip-prinsip moral di lingkungan akademik yang terkait dengan kebenaran, kejujuran dan, keadilan. Mahasiswa menjunjung tinggi nilai kejujuan, kepercayaan, keadilan, penghargaan, tanggung jawab, dan kerendahan hati.

(5)

203 Integritas akademik adalah prinsip-prinsip moral yang diterapkan dalam lingkungan akademik, terutama yang terkait dengan kebenaran, keadilan, kejujuran. Nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam integritas akademik mencakup enam aspek, yaitu: honesty (kejujuran), trust (kepercayaan), fairness (keadilan),

respect (menghargai), responsibility (tanggung jawab), dan humble (rendah hati)

(12TUhttp://mmr.ugm.ac.id/index.php/integritas-akademikU12T).

Disintergitas akademik adalah kebalikan dari intergitas akademik. Menurut Supriyadi ada beberapa bentuk disintergitas akademik, antara lain: tidak hadir pada kegiatan pembelajaran dengan ataupun tanpa alasan yang dapat dibuktikan; menggunakan pemikiran, proses, hasil ataupun tulisan orang lain tanpa menyebutkan sumber referensinya secara lengkap; curang atau tidak jujur dalam proses pembelajaran ataupun penilaian; bekerja sama dengan mahasiswa lain untuk mempersiapkan atau mengerjakan penugasan individu yang akan dinilai; mengarang data atau hasil penelitian ataupun dalam mencatat atau melaporkan hasil penelitian; memanipulasi material, peralatan, atau proses penelitian, atau mengubah data penelitian sehingga tidak tercatat secara akurat; meminta jasa orang lain untuk menuliskan atau mengerjakan penugasan; membuat pernyataan palsu. Bertindak menyenangkan orang lain yang dapat memberikan keuntungan bagi mahasiswa.

Moralitas dalam agama Buddha dikenal dengan istilah sila yang termasuk aspek penting untuk menuju pembebasan. Sila yang mendasar menurut Brahmajala Sutta diantaranya: menghindari pembunuhan, menghindari mengambil barang yang tidak diberikan, menghindari ketidak sucian, menghindari ucapan salah, menghindari fitnah, menghindari ucapan kasar, menghindari gosip. Nyanatiloka (1988), menerjemahkan sila sebagai ‘morality’, ‘virtue’, kualitas batin dalam mengenali kebaikan dan keburukan dan dilanjutkan dengan tindakan bermoral. Sedangkan menurut Buddhaghosa sila sebagai cetusan pikiran yang hadir dalam diri seseorang untuk menghindari perbuatan-perbuatan yang tidak baik dan melaksanakan perbuatan yang baik (Ñanamoli, 2010: 11). Empat kategori sila menurut Buddhagosa yaitu, sikap batin atau kehendak yang harmoni dan selalu dalam kedamaian dan ketenteraman; penghindaran diri dari

(6)

perbuatan-204

perbuatan buruk; pengendalian diri mematuhi peraturan atau tata tertib, pengendalian indera-indera; pengendalian penghidupan atau mata pencaharian; dan pengendalian memakai barang-barang yang menunjang kehidupan; dan tiada pelanggaran peraturan yang telah ditetapkan. Sila meliputi unsur ucapan benar, perbuatan benar, dan penghidupan benar sebagai bagian Jalan Tengah berunsur delapan untuk merealisasikan Nibbana (SN.V.Sacca Samyutta).

Ucapan benar atau samma-vaca diartikan dengan “Abstaining from lying,

from divisive speech, from abusive speech, & from idle chatter” SN 45.8 (Magga-vibhanga Sutta: An Analysis of the Path). Ucapan yang tidak mengandung

kebohongan, tidak memecah-belah, bebas dari cacian, dan tidak omong kosong. "Speaking of things seen as seen, of thins heard as heard, of things sensed as

sensed, of things cognized as cognizes."(AN. The Worthy Man 150).

Mengucapkan sesuatu yang terlihat sebagai yang dilihat, mengucapkan sesuatu yang didengar seperti yang didengar, mengucapkan sesuatu yang dirasakan seperti yang dirasakan, mengucapkan sesuatu yang diketahui seperti yang diketahui.

Seseorang seharusnya mengucapkan kata-kata yang tidak menyakiti diri sendiri maupun orang lain, hanya mengucapkan kata-kata yang menyenangkan, diterima orang lain. Orang yang berbicara tanpa menimbulkan penderitaan bagi orang lain adalah menyenangkan." One should speak only pleasant words, words

which are acceptable (to others). What one speaks without bringing evils to others is pleasant" (Theragatha, Vangisa).

Buddha memiliki beberapa pertimbangan sebelum mengucapkan suatu hal. "Such speech as the Tathagata knows to be true, correct and beneficial, and

which is welcome and agreeable to other; the Tathagata knows the time to use such speech ” (MN. 58). Berkat rasa kasih sayang kepada semua makhluk,

Buddha memilih mengucapkan kata-kata yang sesuai kenyataan, benar, bermanfaat, menawan, dan menyenangkan bagi orang lain.

Hal yang perlu direnungkan sebelum berbicara. Bila ucapan itu akan menyakiti diri sendiri atau orang lain, sebaiknya jangan diucapkan. Namun ucapkan hal-hal bila menimbulkan kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain (MN. 61 Ambalatthikarahulavada Sutta).

(7)

205 Perbuatan benar tidak menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri dan orang lain. Jika setelah direnungkan ternyata perilaku itu menimbulkan kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain, memiliki konsekuensi dan hasil yang menyenangkan, maka perilaku itu layak untuk dilakukan (MN 61

Ambalatthikarahulavada Sutta). Penghidupan benar adalah cara hidup yang tidak

merugikan diri sendiri maupun orang lain. Cara hidup yang bebas dari kejahatan, pencurian, penipuan. Hidup yang sesuai dengan tata tertib dan norma-norma hidup lainnya.

Menurut Buddhahghosa sila dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, salah satunya mejadi tiga jenis yaitu attadipateyya sila, lokadipateyya sila, dan

dhammadipateyya sila. Attadipateyya sila artinya sila yang dijalankan demi tujuan

pribadi; lokadipateyya sila yang dilaksanakan atas dasar pertimbangan umum;

dhammadipateyya sila yang dilakukan atas dasar penghormatan kepada Dhamma.

Berdasarkan klasifikasi tersebut, kualitas sila didasarkan pada motivasi dalam melakukan suatu perbuatan.

Sīla menimbulkan kesadaran bahwa ada persamaan diantara diri sendiri

dengan orang lain. Keown menyatakan bahwa moralitas adalah praktik dari kasih sayang dan tanpa kekerasan, tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak berkenan dilakukan pada diri sendiri . ....virtues such as non-violence and

compassion, and the Buddhist version of the ‘Golden Rule’ counsels us not to do anything to others we would not like done to ourselves.

Internalisasi nilai-nilai moral Buddhis sebagai dasar penguatan integritas akademik mahasiswa dilakukan secara terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran nilai. Pembelajaran pada perguruan tinggi lebih tepat dengan cara pembelajaran yang aktif. Mahasiswa aktif membangun pengetahuan, mengembangkan diri dan ketrampilan, serta membangun kesadaran diri tentang arti penting kehidupan bermoral. Dosen berperan sebagai fasilitator sekaligus pendidik dalam proses internalisasi nilai-nilai moral Buddhis.

Menurut Superka (2013: 88) dalam Komalasari ada lima pendekatan pembelajaran nilai yaitu pendekatan penanaman nilai, pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, pendekatan klarifikasi nilai, dan

(8)

206

pendekatan pembelajaran berbuat. Pembelajaran agama cenderung menggunakan model penanaman nilai dengan asumsi ajaran agama mengandung nilai-nilai ideal yang bersifat global dan kebenarannya bersifat mutlak. Misalnya menanamkan nilai-nilai dari ucapan benar, perbuatan benar, dan penghidupan benar.

Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif moral, pembelajaran dapat diarahkan pada isu-isu moral untuk mengetahui tingkat perkembangan berpikir berdasarkan aspek moral mahasiswa. Pembelajaran mengacu pada tahap perkembangan moral mahasiswa. Menurut Kohlberg ada enam tahap perkembangan moral yaitu: preconventioal, moralitas individu dan timbal balik,

conventional, moralitas sistem social dan kata hati, postconventional, moralitas

kesejahteraan social, dan moralitas yang didasarkan pada prinsip-prinsip moral yang umum. Dosen dapat mengetahui tingkat pertimbangan moral mahasiswa dari cara mahasiswa dalam menanggapi isu-isu disintergitas akademik yang terjadi di kalangan mahasiswa.

Pembelajaran dengan analisis nilai dilakukan untuk mengetahui kualitas moral mahasiswa dalam menanggapi isu-isu disintegritas akademik mahasiswa. Misalnya dosen mengangkat tema plagiat di kampus. Dosen dapat mengetahui hasil pemikiran mahasiswa yang rasional dan analistik dalam bentuk laporan hasil analisis. Pada pembelajaran ini, internalisasi nilai masih dalam tahap teoritis, cenderung menekankan pada aspek kognitif. Oleh karena itu, untuk memperkuat proses internalisasi nilai, dosen dapat melanjutkan dengan model pendekatan klarifikasi nilai yang menekankan pada kemampuan bepikir dan kesadaran emosional dalam memahami nilai yang ada dalam diri mahasiswa.

Klarifikasi nilai bertujuan untuk menyadarkan mahasiswa dan mengidentifikasi nilai-nilai yang ada dalam diri dan nilai-nilai orang lain. Mahasiswa diajak jujur dan terbuka dalam membuat penilaian diri, lalu menyampaikannya kepada teman-teman di kelas. Dosen dapat mengharapkan agar mahasiswa benar-benar memahami perasaan, nilai-nilai dan perilaku sendiri..

Untuk memperkuat proses internalisasi nilai-nilai moral Buddhis, dosen dapat menggunakan pendekatan pembelajaran berbuat atau action learning

(9)

207 bermoral dalam konteks akademik secara individu maupun bersama-sama. Pembelajaran dilakukan dengan cara membuat kegiatan yang bersifat individu maupun kelompok yang telah disepekati bersama antara dosen dan mahasiswa. Seperti yang dikemukakan oleh Djahiri dalam Komalasari, model pembelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan value clarification technique melalui analisis nilai, daftar, dan game (2013: 99). Dosen dapat menugaskan mahasiswa membaca salah satu kisah hidup Buddha atau siswa Buddha yang menjelaskan berkah dari kehidupan bermoral dan kerugian dari perilaku tidak bermoral. Kemudian mahasiswa dianjurkan untuk memahami dan mengklarifikasi nilai-nilai moral apa saja terkandung dalam kisah tersebut; menganalisis permasalah yang terjadi; mengidentifikasi nilai-nilai moral apa saja yang bisa dijadikan sumber teladan. Terakhir adalah mahasiswa diminta membuat daftar perilaku yang tergolong dalam integritas akademis terinspirasi dari isi kitab suci yang mengandung nilai kejujuran, kepercayaan, keadilan, menghargai orang lain, tanggung jawab rendah hati. Berdasarkan daftar perilaku tersebut, mahasiswa diajak untuk konsisten mempraktikkannya selama perkuliahan berlangsung sehingga akan mengurangi kebiasan buruk mahasiswa seperti absen, curang, kolusi, plagiat dan lain-lain. Pada pertemuan terakhir, mahasiswa diminta memberikan penilaian diri terhadap pencapaian dalam menerapkan perilaku-perilaku. Melalui pembiasaan yang didasarkan pada pemahaman dan kesadaran diri akan manfaat dari perilaku akademik yang dipilih, mahasiswa mengkondisikan diri memperkuat integritas akademik.

Penutup

Penguatan intergitas akademik mahasiswa dilakukan pada saat pembelajaran. Dosen menggunakan pembelajaran nilai dengan cara menggabungkan lima pendekatan yang ada dalam pembelajaran nilai yaitu: pendekatan penanaman nilai, pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, pendekatan klarifikasi nilai, dan pendekatan pembelajaran berbuat. Nilai-nilai moral Buddhis berupa kualitas batin luhur yang

(10)

208

tercermin dalam ucapan benar, perbuatan benar, dan penghidupan benar digunakan sebagai landasan dalam membangun integritas akademik mahasiswa yang meliputi kejujuran, kepatuhan, kedisplinan, kesetiaan, penghargaan, dan kerendahan hati.

Penguatan integritas akademika mahasiswa sebagai bagian dari revolusi mental dalam bidang pendidikan berguna untuk memperbaiki mutu akademik kampus. Lembaga pendidikan tinggi dapat membuat kebijakan-kebijakan yang mengarah pada progam internalisasi nilai-nilai sebagai upaya menciptakan suasana akademik kampus yang kondusif. Dosen sebagai tenaga pendidik diperguruan tinggi berkewajiban untuk membantu mahasiswa membangun pengetahuan diri, identitas diri yang utuh berlandaskan nilai-nilai moral Buddhis. Mahasiswa sebagai intelektual muda harus menyadari peran dan tanggung jawab dalam bidang akademik, dengan cara mempersiapkan diri menjadi pribadi yang positif, dewasa, stabil, disiplin, patuh, dan optimis menyongsong masa depan.

Daftar Pustaka

Bodhi, Bhikkhu. 2010. Khotbah-Khotbah Berkelompok Sang Buddha Buku Tiga

Khandhavagga Samyutta Nikaya. Jakarta: Dhammacitta Press.

Bodhi, Bhikkhu. 2010. Khotbah-Khotbah Berkelompok Sang Buddha Buku Tiga

Sagathavagga Samyutta Nikaya. Jakarta: Dhammacitta Press.

Brown, Marvin T. 2005. Corporate Integrity: Rethinking Organizational Ethics

and Leadership. Cambridge University Press.

Buddhaghosa. The Path of Purification: Visuddhimaga. tr. Ñanamoli. Kandy: Buddhist Publication Society, 2010.

Byron, William J. 2010. The Power of Principless. Yogyakarta: Kanisius.

Cohen, William A.. 2010. Heroic Leadership: Leading With Integrity and Honor. San Fransisco: Jossey Bass A Wiley Imprint.

Djalimin, Judirman. 2010. The Secret Change of Success. Jakarta: Elex Media Komputindo.

(11)

209 Goa, Hillon I. 2007. Semua Orang Bisa Hebat: Panduan Membangun Tim

Berkinerja Tinggi. Jakarta: Gramedia Wikasarana Indonesia.

Keown, Damien. Buddhist Ethics a Very Short Introduction. England: Oxford University, (tanpa tahun).

Majjhima Nikaya: The Middle Length Discourses of the Buddha. 2001. Tr.

Bhikkhu Nanamoli and Bhikkhu Bodhi. Oxford: The Pali Text Society.

Norman, K.R. 2007. Theragatha: The Elders’ Verses 1.2P

nd

P

Edition. Lancaster:

The Pali Text Society.

Nyanatiloka, Ven. Buddhist Dictionary Manual of Buddhist Terms & Doctrines

(4th Edition). Kandy / Sri Lanka: Buddhist Publication Society, 1988.

Supriyadi, Didik. Tanpa Tahun. Integritas Akademik. Sumber online: 12TUhttp://mmr.ugm.ac.id/index.php/integritas-akademikU12T diakses pada tanggal 11 Januari 2016.

Walshe, Maurice. 2009. Khotbah-khotbah Panjang Sang Buddha Digha Nikaya. Diterjemahkan oleh Team Giri Manggala Publication Team Dhammacitta Press. Jakarta; DhammaCitta.

Woodward, F.L. 2008. Anguttara Nikaya: The Book of The Gradual Sayings. Oxford: The Pali Text Society.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini yaitu dengan menggunakan metode ANP akan diperoleh pembobotan Penilaian Kinerja Guru untuk Pemilihan Guru

Penulisan buku ini terlihat sangat terperinci dan lengkap sehingga mampu membuat pembaca dapat merasakan apa yang terjadi pada masa kuno yang diceritakan oleh

Dalam hal untuk menghitung legitieme portie harus diperhatikan para ahli waris yang menjadi ahli waris karena kematian tetapi bukan legitimaris 1) (ahli waris

diajukan kepada subjek yaitu tentang kekerasan dalam rumah tangga... Pertanyaan yang diajukan kepada subjek

Menurut tujuan kreatif pembelajaran dari media yang akan dirancang, pokok bahasan yang dipakai untuk perancangan ini adalah Subak Bali sebagai salah satu warisan

Wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana berfungsi sebagai. pembantu kepala sekolah pada bidang-bidang sebagai

Dalam rangka menyelenggarakan tugas pemerintah di bidang pelayanan umum, khususnya penyediaan air bersih/minum kepada masyarakat Kabupaten Banjar dan untuk

[r]