• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Masalah Keperawatan 1. Definisi

Diabetes Mellitus (DM) adalah sekelompok kelainan metabolik yang diakibatkan oleh adanya kenaikan kadar glukosa darah dalam tubuh atau hiperglikemia (Smeltzer, Hinkle & Cheever, 2010). Sementara (Depkes 2014) menjelaskan bahwa diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik menahun akibat pankreas tidak bisa memproduksi insulin atau tubuh tidak bisa menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah akibatnya terjadilah peningkatan konsentrasi glukosa didalam darah. Definisi lain disampaikan oleh Brunner dan Suddarth, 2016 bahwa Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin. Insulin didalam tubuh dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel (Tarwoto 2012). Dari uraian yang didefinisikan diatas, diabetes meillitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemi) yang disebabkan oleh ketidak seimbangan sekresi insulin dan kebutuhan insulin, atau keduanya.

(2)

7

Berikut ini adalah tabel gula darah normal meurut Arisman

Table 2.1 nilai gula darah normal

Sumber, Arisman, 2011

2. Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes Mellitus a. Tipe 1

Mellitus Tipe 1

DM yang bergantung dengan insulin hal ini terjadi akibat kekurangan sirkulasi insulin total. Sekitar 5% sampai 10% pasien mengalami diabetes Tipe ini, ditandai dengan destruksi sel sel beta pankreas akibat faktor genetis, imunologis, dan mungkin juga lingkungan (misal virus). Injeksi insulin diperlukan untuk mengontrol kadar glukosa darah. Awitan diabetes tipe 1 terjadi secara mendadak, biasanya sebelum usia 30 tahun. Dm yang bergantung dengan I(Brunner &Suddhart,2016).

b. Tipe 2

Diabetes Mellitus Tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin dengan kelainan pada sekrsi insulin dengan kelainan pada sekresi insulin kompensasi. Sekitar 90% - 95 % pasien menyandang diabetes mellitus Tipe 2, tipe ini disebabkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah insulin yang diproduksi (Smeltzer dan Bare, 2016). Diabetes tipe ini banyak terjadi pada usia dewasa > 45 tahun, karena berkembang Kadar gula darah Bukan DM Belum pasti

DM

Pasti DM

Kadar gula darah sewaktu (mg/dL)

Plasma vena < 100 100-199 >200 Darah kapiler < 90 90-199 >200

Kadar gula darah puasa (mg / dL)

Plasma vena < 100 100-125 >126 Darah kapiler < 90 10-99 >100

(3)

8

lambat dan terkadang tidak terdeteksi, tetapi jika gula darah tinggi, pasien akan merasakan seperti kelemahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, proses penyembuhan luka yang sangat lama, infeksi vagina, dan kelainan penghlihatan (Tarwoto,2012).

Gejala muncul perlahan lahan dan biasanya ringan, progresivitas gejala berjalan lambat, koma hyperosmolar dapat terjadi pada kasus kasus berat, namun KAD jarang sekali muncul kecuali dengan kasus yang disertai stress atau infeksi (Arisman, 2016).

c. Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes Mellitus Gestasional ditandai dengan setiap derajat intoleransi glukosa yang muncul selama kehamilan (trimester kedua dan ketiga)). (Brunner dan Suddhart,2016). Resiko pada penyandang diabetes mellitus gestasional mencangkup obesitas, riwayat personal pernah mengalami diabetes mellitus gestasional, glokosuria, atau riwayat keluarga pernah mengalami diabetes. Kelompok etnis yang beresiko tinggi mencangkup penduduk Amerika Hispanik, Amerika Asli, Amerika Asia, Amerika Afrika, dan Kepulauan Pasifik. Diabetes mellitus gestasional meningkatkan resiko mereka untuk mengalami gangguan hipertensi selama kehamilan / Eklamsi (Brunner &Suddhart,2016).

d. Diabetes Mellitus Tipe Lain (Juvenil)

Seperti Juvenil iabetes juvenil adalah diabetes kronis yang terjadi pada saat kanak-kanak dan remaja (9-12 tahun). Pada kasus diabetes juvenile sekunder diakibatkan oleh defisiensi insulin akibat autoimun, yaitu penghancuran sel panghasil insulin di pancreas (sel beta- pankreas) oleh sistim kekebalan. Penyebab diabetes juvenile : faktor genetic (80% tidak memiliki riwayat keluarga diabetes), faktor lingkungan sebagai pemicu : virus, gondongan (mumps), rubella, dan Inveksi virus pada masa kehamilan (lebih 20% anak yang terkena infeksi dari ibu akan terkena diabetes tipe satu dalam 5-10 th mendatang).

(4)

9 1) Kelainan genetika pada sel beta

Hiperglikemia terjadi pada usia muda biasanya sebelum 25 tahun.Tipe ini disebut sebagai DM dengan awitan maturitas pada anak anak.

2) Kelainan genetika pada kinerja insulin

Ditentuka secara genetika. Disfungsi dapat berkisar dari Hiperinsulinemia hingga DM berat.

3) Penyakit Pankreas eksokrin

Proses dapatan yang menyebabkan DM mencangkup pankreatitis, trauma, infeksi, pankreatektomi, dan kanker pancreas . Bentuk parah dari fibrosis kristik dan hemokromatosis juga dapat merusak sel beta dan merusak sekresi insulin.

4) Gangguan Endokrin

Kelebihan jumlah hormon ( misalnya hormon pertmbuhan, kortisol, glucagon dan epinefrin) dapat merusak sekresi insulin, yang mengakibatkan DM pada orang yang mengalami sindrom cushing (kumpulan gejala yang muncul akibat kadar hormon kortisol yang terlalu tinggi dalam tubuh) akromelagi (kelainan yang muncul karena tubuh kelebihan hormon pertumbuhan) dan feokromositoma (kondisi yang ditandai dengan terdapatnya tumor pada kelenjar adrenal).

5) Dindukasi obat atau bahan kimia

Banyak obat obatan merusak sekresikjm insulin, yang memicu DM pada orang dengan predisposisi resistensi insulin, contohnya adalah asam nikotinat, glukokortikoid, hormone tiroid, tiazid, dan fenitoin. 6) Infeksi terentu dapat menyebabkan kerusakan sel beta, termasuk

campak kongenital, sitomegalovirus, adenovirus, dan gondong. 3. Etiologi

a. Diabetes mellitus Tipe 1

Diabetes milletus tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi dan mungkin pula

(5)

10

lingkungan (misalnya, infeksi virus). Diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.

1) Faktor genetik

DM cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai anggota keluarga yang juga terkena. Para ahli kesehatan menyebutkan bahwa DM merupakan penyakit terpaut kromosom seks atau kelamin DM sehingga merupakan penyakit degenerative atau diturunkan.

2) Faktor imunologi

Dalam diabetes tipe ini ditemukan adanya suatu respon autonimun. Respon ini merupakan respon abnormal karena ati bodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jarinagn tersebut yang dianggapnya seolah olah sebagai jaringan asing. b. Diabetes Mellitus Tipe 2

Yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe 2 masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin (Brunner &Suddhart,2016). Diabetes tipe 2 disebabkab oleh kombinasi faktor genetik yang berhubungan dengan gangguan sekresi insulin, dan faktor faktor seperti :

1) Usia resistensi cenderung meningkat diusia 65 tahun

2) Obesitas / Overweight pasti akan membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme. Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau mengalami gangguan.

3) kurang olahraga, dan stress, dan penuaan. 4) Riwayat keluarga dengan diabetes.

(6)

11

4. Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien diabetes mellitus

Menurut Hidayat (2014), kebutuhan dasar manusia merupakan unsur unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Berikut pendapat beberapa ahli tentang model kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow memiliki 5 kebutuhan, antara lain

a. Kebutuhan fisiologis, memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow. Umumnya, seseorang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan kebutuhan yang lain. Manusia memiliki beberapa macam kebutuhan, yaitu :

1) Kebutuhan oksigenisasi dan pertukaran gas. 2) Kebutuhan cairan dan elektrolit (minum). 3) Kebutuhan nutrisi (makan).

4) Kenutuhan eliminasi (BAB dan BAK). 5) Kebutuhan istirahat dan tidur.

6) Kebutuhan aktivitas.

7) Kebutuhan tempratur tubuh. 8) Kebutuhan seksual.

9) Kebutuhan tempat tinggal

b. Kebutuhan keslamatan dan rasa aman yang dimaksud aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis kebutuhan meliputi :

1) Perindungan fisiologis meliputi pelindungan atas ancaman terhadap tubuh dan hidup. Ancaman tersebut dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya dari ingkungan, dan sebagainya.

2) Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari pengaalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali, karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya.

(7)

12

c. Kebutuhan rasa cinta serta memiiki, kebutuhan ini meiputi : 1) Memberi dan menerima kasih sayang.

2) Mendapatkan kehangatan keluarga.

3) Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain. 4) Persahabatan.

5) Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta lingkungan sosial.

d. Kebutuhan harga diri ataupun perasaan dihargaioleh orang lain, kebutuhan ini meliputi :

1) Keinginana mendapatkan kekuataan. 2) Merasa prestasi.

3) Rasa percaya diri. 4) Kemerdekaan diri.

5) Memerlukan pengakuan dari orang lain. 6) Perasaan tidak bergantung pada orang lain.

e. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi daam herarki Maslow, kebutuhan ini meliputi :

1) Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri).

2) Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri. 3) Tidak emosional.

4) Mempunyai dedikasi yang tinggi. 5) Kreatif.

6) Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagianya.

Berikut ini akan diuraikan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar pada diabetes mellitus menurut Maslow sebagai berikut :

a. Kebutuhan fisiologis 1) Kebutuhan oksigenisasi

Pada pasien DM akan terjadi vikositas(kekentalan cairan)akan tinggi vikositas suatu cairan maka makin sulit molekul dari cairan tersebut untuk bergerak. Jika terjadi dialiran darah maka aliran darah akan

(8)

13

terganggu. Akibatnya dapat terjadi peningkatan resistensi pembuluh darah yang akan mengakibatkan gangguan sirkulasi oksigen dalam darah dan akhirnya akan mengakibatkan gangguan sirkulasi dan penyumbatan. Peningkatan vikositas mengakibatkan iskemik pada jaringan perifer yang ditandai dengan rasa kesemutandan rasa baal pada ekstermitas bawah dan dapat memperlambat penyembuhan luka karena aliran darah menuju luka terhambat.

2) Kebutuhan nutrisi

Pada pasien DM akan mngalami gangguan kebutuhan nutrisi dikarnakan glukosa tidak dapat ditarik kedalam sel dan terjadi penurunan massa sel. Manifestasi yang muncul pada gangguan kebutuhan nutrisi yaitu polifagi (banyak makan).

3) Kebutuhan cairan dan elektrolit

Keseimbangn cairan berfungsi untuk mempertahankan kesehatan dan fungsi semua system tubuh. Pada pasien DM akan mengalami hipergilikemia, jika kadar glukosa daam darah meningkat, maka ginjal tidak dapat menyerap kembali gukosa yang keluar sehingga mengakibatkan glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa dikelurakan scara berlebihan maka pengeluaran urin akan disertai dengan cairan dan elektroit juga berlebihan (diuresis osmotik). Akibat kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan, maka pasien akan mengeluh banyak kencing (poliuria) dan banyak minum (polidipsi).

4) Kebutuhan istirahat dan tidur

Pada pasien DM akan mengalami gangguan istirahat dan tidur, dikarnakan sumber energi menurun sehingga pasien mengeluh lemah, selain itu banyaknya urine yang keluar pada malam hari sehingga kebutuhan istirahat pun terganggu.

5) Kebutuhan gerak dann keseimbangan atau aktivitas

Pada pasien DM akan merasakan klemahan tubuh, karena penurunan energi metabolik yang dilakukan oleh melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal karena kekurangan bahan untuk

(9)

14

metabolisme akibatnya protein dan lemak yang tersimpan dibakar yang menyebabkan penurunan berat badan, keletihan, lemah, dan pusing.

b. Kebutuhan rasa aman dan nyaman

Pada kien yang mengalami diabetes mellitus terjadi hiperglikemi yang akan menyebabkan gangguan peredaran darah ke saraf- saraf perifer. Oleh karena itu pasti klien diabetes mellitus akan mearsakan nyeri panas pada punggung kaki tetapi dengan skala yang ringan sehingga tidak terlau menggaggu untuk beraktivitas (untuk kebutuhan aman nyaman) hingga nyeri berat terasa sangat panas dan mengganggu ktivitas sepserti berjalan. Sedangkan kebutuahan aman, yaitu aman cedera fisik terutama pasien DM yang sering terjadi perlukaan pada ektermitas bawah. Rusaknya jaringan saraf dan pembuuh darah akan membatasi aliran darah ketempat tersebut, jika luka tidak segera ditangani maka luka akan semakin menyebar dan merusak. Pada kondisi terparah, bagian tersebut harus diamputasi agar infeksi tidak terus menyebar.

c. Kebutuhaan cinta dan rasa memiliki

Sebagian besar pasien DM mendapat dukungn dari keluarga, pasangan dan orang terdekat, keterlibatan pasien DM dalam kegiatan keluarga membantu dalam biaya pengobatan dan perawatan jika sakit. Keteribatan penderita DM dalam kegiatan keluarga meurapakan suatu dukungan social terhadap kenyamnan fisik dan emosional yang diberikan oleh keluarganya, teman, teman kerja atau yang lainnya. Komunikasi merupakan bentuk perhatian dari keluarga pada penderita DM dukungan keuarga, teman dan orang orang terdekat akan meningkatkan keinginan untuk melakukan pengobatan.

d. Kebutuhan harga diri

Harga diri adalah penilaian individu tentang personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa banyak prilaku seseorang sesuai dengan idea diri. Kebutuhan harga diri yang dibutuhkan pasien DM berupa perasaan akan penghargaan terhadap diri sendiri, penerimaan orang

(10)

15

orang disekitar terhadap kondisi dan hubungannya yang baik dengan petugas kesehatan. Penerimaan dari keluarga tentang keadaan penderita DM akan meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam melakukan aktivitas dan bergaul dengan orang orang sekitar. Hubungan yang baik dengan petugas kesehatan akan membuat perasaan pasien menjadi lebih nyaman. Kebutuhan penghargaan dari petugas kesehatan juga dibutuhkan oleh penderita DM.

e. Kebuthan aktulisasi diri

Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur diri sendiri sehingga bebas dari tekanan, baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri. Pada pasien DM untuk tetap melakukan hobi dan rekrearsi seperti biasanya , keikut sertaan pasien DM dalam kegiatan di masyrakat, tempat kerja dan kemampuan berkontribusi pada kelompok. Pada penderita DM pengaktualisasi diri dapat beruapa saling memberikan informasi bagi penderita DM lainnya untuk memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah ke perkembangan dan kesehatan yang normal.

5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis menurut Tarwoto, 2016 : a. Polipagia

Meningkatnya metabolisme, pemecahan glikogen untuk energi menyebabkan cadangan energi berkurang, sehingga keadaan ini akan menstimulus pusat lapar yang mengakibatkan pasien akan merasa kelaparan .

b. Poliuria

Sering kencing atau miksi atau meningkatnya frekuensi buang air kecil. Adanya hiperglikemia menyebabkan sebagian glukosa dikeluarkan oleh ginjal bersama urin karena keterbatasan kemampuan penyerapan dari tubuh ginja. Untuk mempermudah pengeluaran glukosa maka dierukan banyak air, sehingga frekuensi miksi banyak

(11)

16 c. Polidipsia

Banyaknya miksi menyebabkan tubuh kekurangan ciran (dehidrasi), hal ini merangsang pusat haus yang mengakibatkan peningkatan rasa haus terjadi.

d. Penurunan berat badan

Disebabkan karena banyaknya kehilangan cairan, glikogen dan cadangan trigleserida serta masa otot.

e. Kulit gatal, infeksi kulit gatal-gatal disekitar venis dan vagina peingkatan glukosa darah mengakibatkan penumpukan pula pada kulit sehingga menjadi gatal, jamur dan bakteri mudah menyerang kulit. f. Keletihan dan kelemahan

Diakibatkan karena pada penderita diabetes mellitus gula bukan lagi sumber energy lagi karena glukosa tidak bias diangkut kedalam sel untuk dijadikan energy sehingga badan akan terasa lemah dan letih ( Tandra, 2008

6. Komplikasi

Komplikasi Diabetes Mellitus

a. Komplikai Akut Diabetes Mellitus 1) Hiperglikemia

Masalah utama akibat hiperglikemia pada diabetes mellitus adalah DKA ( Diabetik Keto Asidosis). Masalah lainnya adalah fenomena fajar dan fenomena somogyi. Fenomena fajar adalah kenaikan glukosa antara jam 4 pagi dan jam 8 pagi yang bukan merupakan respon terhadap hipoglikemia. kondisi ini terjadi pada penyandang diabetes mellitus tipe 1 maupun tipe 2. Penyebab pastinya tidak diketahui tetapi dipercaya terkait dengan peningkatan hormone pertumbuhan pada malam hari, yang menurunkan ambilan perifer glukosa. Fenomena somogyi adalah kombinasi hipoglikemia selama malam hari dengan pantulan kenaikan glukosa darah dipagi hari terhadap kadar hipoglikemia ( Priscilla Lemone, 2017)

(12)

17 2) Ketoasidosis Diabetik

Ketika patofisiologi Diabetes Tipe 1 yang tidak diobati berlanjut. Kekurangan insulin,menyebabkan cadangan lemak dipecah untuk menyediakan energi, yang akan menghasilkan hiperglikemia berkelanjutan dan mobilisasi asam lemak dengan ketosis bertahap. Ketoasidosis terjadi bila kekurangan insulin mutlak dan peningkatan hormone kontraregulator terstimulasi (kortisol). Produksi glukosa oleh hatipun meningkat, pemakaian glkosa perifer berkurang, mobilisasi lemak meningkat, dan ketogenesis (pembentukan keton) dirangsang. Penggingkatak kadar glucagon mengaktifkan jalur glikoneogenesis dan ketogenesis dihati. Pada keadaan kekurangan insulin, produksi berlebihan beta hidroksibutirat dan asam asetoasetat (badan keton) oleh hati menyebabkan peningkatan konsentrasi keton dan peningkatan pelepasan asam lemak bebas. Sebagai akibat dari kehilangan bikarbonat (yang terjadi bila terbentuk keton), penyangga bikarbonat tidak terjadi dan terjadi asidosis metabolik, disebuk diabetic ketoasidosis (DKA). Depresi system saraf pusat (SSP) akibat penumpukan keton dan asidosis yang terjadi dapat mengakibatkan kematian jika tidak segera ditangani (Port dan Marfin,2009). Diabetic keto asidosis dapat terjadi saat kebutuhan tenaga meningkat selama stress fisik atau emosi, dalam keadaan setres dapat memicu pelepaan hormon glukonogenik, yang menghasilkan oembentukan karbohidrat dari protein dan lemak. Orang yang sakit, menderita infeksi, (penyebab terserang DKA) atau yang mengurangi atau melewatkan dosis insulin sangat beresiko mengalami diabetik ketoasidosis

b. Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus

Komplikasi kronis adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada klien diabetes mellitus. Perubahan ini banyak mempengaruhi sistem tubuh. Komplikasi terkait diabetes diklasifiksikan satu dari 2 tipe yaitu

(13)

18

1) Perubaan pada system kardiovaskuler

Makrosirkulasi (pembuluh darah besar) pada penyandang diabetes mellitus mengalami perubahan akibat aterosklerosis; trombosit, sel darah merah, dan faktor pembekuan yang tidak normal:dan perubahan dinding artei. Telah ditetapkan bahwa aterosklorosis mengalami peningkatan insiden dan usia awitan penyandang diabetes mellitus menjadi lebih dini (meski alasan tidak diketahui) faktor rsiko lain yang menimbulkan perkembagan penyakit makrovaskuler pada diabetes mellitus adalah hipertensi, hyperlipidemia, merokok dan kegemukan. Perubahan sistem vaskuler meningkat resiko komplikasi jangka panjang penyakit arteri koroner merupakan faktor resiko utama penyebab kematian pad klien penyandang diabetes mellitus khususnya pada tipe 2 pada paruh baya hingga lansia (McPhee dan Papadakis, 2009) penyandang diabetes mellitus yang mengalami infark miokard lebih rentan terhadap terjadinya gagal jantung kongestif sebagai komplikasi infark dan juga cenderung jarang bertahan hidup pada priode segera setelah mengalami infark. Sedangkan hipertensi merupakan komplikasi umum pada diabetes mellitus. Ini menyerang 75% penyandang diabetes mellitus dan merupakan faktor resiko utama pada penyakit kardiovaskular dan komplikasi mikrobaskular. Seperti retinopati dan nefropati. Hipertensi dapat dikurangi melalui penurunan berat badan. olahraga serta penurunan asupan natrium dan komsumsi alkohol.

2) Perubahan pada sistem saraf (Stroke)

Penyandang diabetes mellitus khususnya tipe 2, dua hingga empat kali lebih sering mengalami stroke. Meskipun hubungan pasti antara diabetes dan penyakit vaskuler serebral tifak diketahui, hipertensi (salah satu faktor resiko tersebut). Menisfestasi kerusakan sirkulasi serebral sering kali mirip dengan menisfestasi hipoglikemi antara lain : Penglihatan buram, wicara pelo, lemah dan pusing. Orang dengan

(14)

19

menifestasi ini kemungkinana mengalami masalah kesehatan yang mengancam jiwa dan membituhkan perhatian medis.

3) Penyakit Vaskuler Perifer

Penyakit vaskuler perifer diekstermitas bawah menyertai kedua tipe diabetes mellitus, tetapi insidennya lebih besar pada penyandang diabetes tipe 2. Aterosklerosis pembuluh darah tungkai pada penyandang diabetes mulai pada uisa dini, berkembang dengan cepat, dan frekuensinya sama pada usia dini, berkembang dengan cepat, dan frekuensinya sama pada pria dan wanita. Kerusakan sirkulasi vaskuler perifer menyebabkan insufisiensi vaskuler perifer dengan klaudikasi (nyeri) intermiten ditungkai bawah dan ulkus pada kaki. Sumbatan dan trombosis dipembuluh darah besar, arteri, serta perubahan fungsi neurologis dan infeksi, mengakibatkan ganggrene (nekrosis atau kematian jaringan). Ganggren akibat diabetes merupakan penyebab terbanyak amputasi non – traumatik ditungkai bawah terjadi. Yang dimanifestasikan dengan jaringan yang dingin, kering, mengerut, dan berwarna hitam dijari . ganggren biasanya mulai dari ibu jari kaki dan bergerak ke arah proksimal kaki.

4) Reniopati Diabetik

Reniopati diabetik adalah nama untuk perubahan diretina yang terjadi pada penyandang diabetes mellitus. Struktur kapiler retina mengalami perubahan aliran darah, yang menyebabkan iskemia retina dan kerusakan sawar retina – rendah. Glukosa darah yang tinggi akan menarik pula cairan dari dalam lensa matasehingga lensa menjadi tipis. Mata akan mengalami kesulitan fokus dan pengelihatan menjadi kabur samar samar (Tandra,2008)

5) Nefropati Diabetik

Nefropafi diabetik adalah penyakit ginjal yang ditandai dengan adanya albumin dalam urine, hipertensi, edema dan insufisiensi ginjal progresif. Penyakit ini menyebabkan 44% kasus baru penyakit ginjal stadium terminal ; 40% paaien yang membutuhkan dialisis atau transplantasi di Amerika Serikat menyandang diabetes mellitus (Porth

(15)

20

dan Marfin, 2009). Penumpukan protein dalam jumlah besar akan menstimulasi glomerulosklerosis (fibrosis jaringan glomerular). Glomerulosklerosis akan menebalkan membran basialis dan secara simulatan membuat fingsinya bocor, yang memungkinkan molekul besar seperti protein dibuang dalam urine. Sindrom kimmelstiel-Wilson adalah tipe glomerulosklerosis yang dijumpai pada penyandang diabetes mellitus. Penyandang diabetes mellitus tipe 2 sering mangalami mikro albuminuria dan nefropati segera setelah diagnosis, karena diabetes sering kali telah ada tetapi tidak terdiagnosis selama beberapa tahun.

6) Neuropati

Serabut saraf tidk memiliki suplai darah sendiri, saraf berguna pada difusi zat gizi dan oksigen lintas membrane. Ketika akson dan dendrit tidak mendapat zat gizi, maka saraf akan mentransmisikan implus pelan pelan. Selain itu akumulasi sorbitol jaringan saraf, selanjutnya mengurangi fungsi sensoris dan motoris. Kedua masalah neurologis permanen maupun sementara mungkin berkembang pada klien dengan diabetes mellitus selama perjalanan penyakit.

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Kriteria Diagnosis Kadar Glukosa Darah Puasa

Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai penyaring dan diagnosis DM (mg/dl). Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai penyaring dan diagnosis DM.

b. Uji Laboratorium

1) Darah Orang normal kadar Glukosa Darah Puasa (GDP) <100 mg/dl, 2j pp <140 mg/dl. GDP antara 100 dan 126 mg/dl disebut Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) atau Impaired Fasting Glucose (IFG). Untuk penderita DM disebut “normal” atau regulasi baik. Bila glukosa darah sebelum makan: 90-130 mg/dl dan puncak glukosa darah sesudah makan < 180 mg/dl. (ADA, 2010)

(16)

21

2) Urine Pada orang normal, reduksi urine: negatif. Pemantauan reduksi urine biasanya 3x sehari dan dilakukan kurang lebih 30 menit sebelum makan. Atau 4x sehari, yaitu 1x sebelum makan pagi, dan yang 3x dilakukan setiap 2 jam sesudah makan. Pemeriksaan reduksi 3x sebelum makan lebih lazim dan lebih hemat.

3) Pemeriksaan HbA1c

HbA1c atau haemoglobin A1c atau A1c merupakan komponen kecil pada haemoglobin yang berikatan terhadap gula darah. Haemoglobin sendiri merupakan bagian dari sel darah merah yang memberikan pigmen warna merah dan membawa oksigen ke seluruh tubuh. Dengan mengukur HbA1c, dokter dapat melihat rata-rata nilai gula darah di dalam tubuh selama beberapa minggu/ bulan, yang dimana, ketika nilai HbA1c ini meningkat, hal ini pula menggambarkan adanya peningkatan terhadap komplikasi diabetes. Pemeriksaan HbA1c tidak memerlukan persiapan khusus seperti puasa terlebih dahulu, oleh karena itu, pemeriksaan ini dapat dilakukan kapanpun. HbA1c merupakan jenis pemeriksaan yang paling akurat. Hal ini dikarenakan, sel darah merah begitupula haemoglobin A1c hidup selama 8-12 minggu di dalam tubuh. Hal ini menandakan pemeriksaan HbA1c dapat menggambarkan rata-rata gula darah selama 2-3 bulan terakhir. Sehingga pemeriksaan HbA1c merupakan indikator jangka panjang gula darah pada pasien yang baik dalam mengevaluasi kadar gula darah dibandingkan pemeriksaan gula darah sewaktu, gula darah puasa maupun gula darah 2 jam setelah makan. Jika pemeriksaan gula darah sewaktu Anda dalam minggu ini meningkat, hal ini pula menandakan bahwa kadar HbA1c Anda juga meningkat.

(17)

22 8. Penatalaksanaan dan Terapi

Prinsip penatalaksanaan pasien diabetes mellitus adalah mengontrol gula darah dalam batas normal. Untuk mengontrol gula darah, lima faktor penting yang harus diperhatikan yaitu :

a. Assupan makanan atau managemen diet b. Latihan fisik atau exericse

c. Obat obatan penurun gula darah d. Pendidikan kesehatan

e. Monitoring (Tarwoto, 2012) 1. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan untuk pasien penyandang diabetes mellitus dapat mencangkup gangguan fisiologis, bergantung pada kondisi kesehatan pasien atau apakah pasien baru terdiagnosis diabetes tau tengah mencari perawatan untuk masalah kesehatan yang lain tidak terkait karena semua penyandang dibetes harus menguasai konsep dan ketrampilan yang diperlukan untuk penatalaksanaan jangka panjang serta untuk menghindari kemungkinanan komplikasi diabetes, landasan pendidikan yang solid mutlak diperlukan dan menjadi asuhan focus asuhan keperawatan yang berkelanjutan( Brunner dan Suddarth, 2016).

a) Memberikan pendidikan kesahatan.

Dibetes mellitus adalah penykit kronis yang memerlukan prilaku manajemen diri khusus seumur hidup. Hal penting yang harus dilakukan pda pasien dengan dibetes mellitus adalah pendidikan kesehatan. Beberapa hal penting yang perlu disampaikan pada pasien dibetes mellitus adalah :

1) Penyakit diabetes mellitus yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab, patofisiologis, dan test diagnosis.

2) Diet atau manajemen diet pada pasien diabetes mellitus. 3) Aktivitas sehari hari termasuk latihan dan olahraga

(18)

23

4) Pencegahan terhadap komplikasi diabetes mellitus diantaranya penatalaksanaanya hipoglikemia, pencegahan terjadi ganggren pada kaki dengan latihan senam kaki.

5) Pemberian obat - obatan diabetes dengan cara injeksi insulin

6) Cara monitoring dan pengukuran glukosa darah secara mandiri (Tarwoto, 2012)

b) Latihan fisik atau exercise

Latihan fisik bagi penyandang DM sangat dibutuhkan, karena pada saat latihan fisik energy yang dipakai adalah glukosa dan asam lemak bebas. Tujuan latihan fisik adalah :

1) Menurunkan gula darah dalam tubuh dengan meningkatkan metabolism karbohidrat.

2) Menurunkanberat badan dan mempertahankan berat badan normal.

3) Meningkatkan sensitifitas insulin.

4) Meningkatkan kadar HDL (High Denisty Lipoprotein) dan menurunkan kadar trigliserida.

5) Menurunkan tekanan darah.

Jenis latihan fisik diantaranya adalah olahraga seperti latihan aerobik, jalan, lari, bersepeda, berenang, yang perlu dierhatikan dalam latihan fisik pasien DM adalah frekuensi, intensitas, durasi waktu dan jenis latihan. Misalkan pada olahraga sebaiknya secara teratur 3x per minggu, dengan intensitas 60-70% dari heart rate maximum (220- umur) lamanya 20-45 menit.

c) Monitoring glukosa darah

Pasien denagan diabetes mellitus perlu dierkenalkan tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia serta yang paling penting adalah bagaimana monitoring gula darah secara mandiri. Dengan menggunakan glukometer. Pemeriksaan ini penting untuk memastikan gukosa darah dalam keadaan tetap stabil.

(19)

24

Cara pengukuran glukosa darah secara mandiri yaitu :

1) Siapkan alat glucometer , sesuaikan antara glucometer dengan kode strip pereaksi khusus.

2) Pastikan cod pada glucometer sama dengan kode strip pereaksi khusus.

3) Lakukan pengambilan darah dengan cara menusukan stik pada ujung jari sehingga darah akan keluar.

4) Tempelkan darah yang sudah ada pada strip yang sudah siap diglukometer.

5) Biarkan darah dalam strip selama 45-60 detik sesuai dengan ketentuan glikometer.

6) Hasil gula darah dapat dilihhhat pada layar montor glikometer. Pengukuran glukusa darah dapat dilakukan pada sewaktu waktu atau pengukuran gula sewaktu yaitu pasien tanpa melakukan puasa, 2 jam setela makan dan pengukuran pada saat puasa. 2. Penatalaksanaan kolaborasi

a. Management Diiet diabetes mellitus

kontrol, nutrisi, diet dan berat badan merupakan dasar dari penanganan diabetes mellitus tujuan paling penting dalam manajemen nutrisi dan diet adalah mengontrol kebutuhan kalori, karbohidrat, lemak,dan serat. Untuk menentukan status gizi pakai rumus boddy mass index (BMI) atau index masa tubuh (IMT)

Ketentuan :

 BB kurang : IMT < 18.5  BB normal : IMT 18.5 – 22.9  BB lebih : IMT >23  BB dengan resiko: IMT

23-24.9

 Obes 1 : IMT 25-29.9  Obes 2 :IMT >30. BMI atau IMT = BB(kg)

(20)

25

Tujuan utama terapi adalah menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah guna mengurangi munculnya komplikasi vakular dan neuropatik.

1) Kebuthan kalori

Kebutuhan kalori tergantung berat badan (kurus, ideal, obesitas), jenis kelamin,usia, aktivitas, dan kehamilan. Untuk menentukan jumlah kalori pakai rumus Broca yaitu :

Ketentuan : BB kurang = < 90% BB idaman BB normal = 90 - 110% BB idaman BB Lebih = 110 – 120%

Gemuk = >120% BB idaman

Cara lain adalah dengan pegangan kasar, yaitu untuk pasen kurus 2300 – 2500 kalori, noemal 1700 – 2100 kalori dan gemuk 1300 – 1500 kalori (kartini sukardji, 2009)

2) Kebutuhan karbohidrat

Karbohidrat merupakan komponen terbesar dari kebutuhan kalori tubuh, yaitu sekitar 50 – 60 %

3) Kebutuhan protein

Hanya sedikit data ilmiah untuk membuat rekomendasi yang kuat tentang asupan protein orang diabetes. Menurut ADA( American diabetes Association) menganjurkan konsumsi sekitar 10% sampai 20 % energi atau 0,8g / kg/hari.

4) Kebutuhan lemak

Kebutuhan lemak kurang dari 30 % dari total kalori, sebaiknya dari lemak nabati dan sediikit dari lemak hewani.

5) Kebutuhan serat

Serat dibutuhkan sekitar 20 – 35 g/hari dari berbagai baahan makanan atau rata rata 25 g/hari.

3. Obat – obatan

c. Obat antidiabetic oral

Yang termasuk obat antidiabetic yaitu sulfonuriluria, biguanid, meglitinid, tiazolidiedion, inhibitor, alfa glukosidse, inkretik,

(21)

26

mimetik, dan amylonomimetik. Banyak pengobatan bertujuan pada satu aspek pathogenesis yang mendasari diabetes mellitus tipe 2, jika managemen nutrisi dan latihan gagal. Jenis jenis obat antidiabetic oral diantaranya :

1) Sulfonilurea

Berkerja dengan merangsang sel beta pancreas untuk melepaskan cadangan insulinnya. Obat ini adalah merupakan pilihan kedua setelah metformin untuk pasien diabetes dewasa baru tanpa memandang berat badan serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya. Sulfonylurea sebaiknya tidak diberikan pada penyakit hati, ginjal, dan tiroid. Yang termasuk obat golongan sulfonylurea yaitu : khlorpropamid, glibenklamid, gliklasid, glikuidon,dan glipisid.

2) Biguanid

Berkerja dengan menghambat penyerapan glukosa diusus, misalnya mitmorfin, glukophage (Tarwoto, 2012).

d. Pemberian Terapi Insulin

Tujuan pemberian insulin adalah untuk meningkatkan transport glukosa kedalam sel dan menghambat konversi glikogen dan asam amino menjadi glukosa. Diabetess tipe 1 tidak menghasilkan cukup insulin(tidak mampu memproduksi insuin)sehingga sangat tergantung dengan pemberian insulin. Sedangkan DM tipe 2 tidak bergantung dengan insulin untuk bertahan hidup. Namun pada pasien tipe 2 mungkin butuh waktu untuk memakai insulin guna mengendalikan glukosa agar tetap adekuat, khususnya pada saat stress atau sakit (Back, 2014). Berdasarkan daya kerjanya insulin dibedakan menjadi :

a) Insuin dengan masa kerja pendek (2– 4 jam)seperti regular insulin, actrapid.

b) Insulin dengan masa kerja menengah (6-12 jam) seperti NPH (Neutral Protamine Hegedorn)

(22)

27

c) Insulin dengan masa kerja panjang (18-24 jam ) contohnya seperti protamine zinc insulin dan ultralente insuin.

d) Insulin campuran yaitu kerja cepat dan menengah, misalnya 70% NPH, 30% regualar.

Tempat Penyuntikan Insulin

Insulin disuntikkan melalui kulit ke dalam jaringan lemak yang biasa disebut lapisan subkutan. Responden tidak boleh menyuntikkan ke dalam otot atau langsung ke dalam aliran darah. Absorbsi insulin bervariasi, tergantung pada bagian tubuh mana pasien menyuntikkannya. Bagian perut (abdomen) menyerap insulin paling cepat dimana lokasi tersebut paling sering digunakan kebanyakan orang (SDA, 2008).

Berikut gambar tempat penyuntikan insulin.

Gambar 2.2 tempat penyuntikan insulin

Sumber www.pasiensehat.com/2015/02/cara.htmla-injeksi-insulin-dan-tempatnya.html

(23)

28 B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan Kegiatan yang dilakukan pada saat pengkajian adalah pengumpulan data, memvalidasi data, mengorganisasian data, dan mencatat data yang diperoleh. Langkah ini merupakan dasar untuk perumusan diagnose keperawatan dan mengembangkan rencana keperawatan sesui kebutuhan pasien serta melakukan implementasi keperaatan. Pengkajian yang dilakukan pertama kali merupakan pembanding dikemudian hari tentang status kesehatan klien, perawat menggunakan data ini untuk memberikan pelayanan secara komprehensif. Data hasil pengkajian meliputi data dasar dan data focus dicatat pada formulir pengkajian (Dinarti, 2009). Pengumpulan data antara lain meliputi : a. Identitas klien

1) Nama, jenis kelamin, agama, status perkawinan orang terdekat pendidikan, pekerjaan, agama, suku, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnose medis dan nomer rekam medis.

2) Usia, umumnya manusia megalami perubahan secara derastis menurun dengan cepat setelah memasuki usia 45 tahun terlebuh pada orang overweight

3) Pendididkan dan pekerjaan

Pada orang yang memiliki pendapatan yang tinggi cenderung untuk mempunyai pola hidup dan pola makan yang salah. Cenderung mengomsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan lemak dan makanan berat serta aktivitas fisik yang sedikit.

b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama

Klien biasanya datang dengan keluhan badan terasa sangat lemas serta ditandai dengan gangguan penglihatan, klien juga

(24)

29

mengeluh banyak kencing (poliuria), biasaya klien belum mengetahui salah satu tana dan gejala dari penyakit DM.

2) Riwayat penyakit dahulu

Diabetes dapat terjadi saat kehamilan, terjadi hanya pada ibu hamil saja dan biasaya tidak dialami setelah melahirkan umum perlu diwaspadai akan kemungkinan mengalami diabetes yang sesungguhnya dikemudian hari. Penyakit yang dapat menjadi pemicu timbulnya diabetes mellitus dan perlu dilakukan pengkajian diantaranya :

a) Penyakit pancreas.

b) Gangguan penerimaan insulin c) Angguan ormonal

d) Pemberian obat obatan seperti :

1. glukokortikoii (sebagai obat radang) 2. furosemid (sebagai diuretik)

3. hiazid (sebagai deuretik)

4. beta bloker (untuk mengobati gangguan jantung) 3) Riwayat kesehatan keluarga

Diabetes dapat menurunkan silsilah keluarga yang mengidap penyakit diabetes , karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuh tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik.

c. Pola pemenuhan kebutuhan a) Aktivitas istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun. Gangguan tidur/istirahat.

Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas. Letargi atau disorientasi, koma, serta Penurunan kekuatan otot.

b) Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.

(25)

30

Tanda : Takikardi perubahan tekanan darah postural; hipertensi. Nadi yang menurun atau tak ada, distritmia, Kulit panas, kering dan kemerahan; bola mata cekung.

c) Integritas Ego

Gejala : Stres, tergantung pada orang lain. Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.

Tanda : Ansietas, peka rangsang. d) Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa nyeri terbakar,kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru atau berulang. Nyeri tekan abdomen.

Tanda : Urine encer, pucat, kuning; poliuria (dapat berkembann menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hypovolemia berat). Urine berkabut, bau busuk (infeksi). Abdomen keras, adanya asitesis. Bising usus lemah dan menurun; hiperaktif (diare).

e) Makanan dan cairan

Gejala : Hilang nafsu makan. Mual atau muntah. Tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat. Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari atau minggu. Haus. Penggunaan diaretik (tiazid).

Tanda : Kulit kering atau bersisik, turgor jelek. Kekakuan atau distensi abdomen, muntah. Serta pembesaran kelenjar tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan p eningkatan gula darah). Bau halitosis atau manis, bau buah (napas aseton).

f) Neurosenseri

Gejala :Pusing atau pening. Sakit kepala. Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, perestesia. Gangguan penglihatan.

(26)

31

Tanda :Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor atau koma (tahap lanjut). Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD) menurun (koma).

g) Nyeri Kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang atau berat) Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati

hati. h) Keamanan

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit

Tanda : Demam, diaforesis, Kulit rusak, lesi / ulserasi. i) Pernafasan

Gejala :Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanda sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak). Tanda : Demam, diaforesis. Menurunnya kekuatan umum atau rentang gerak.Parestesia/paralisis otot termasuk otot otot pernafasan.

j) Seksualitas

Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)

Tanda : Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.

d. Pemeriksaan fisik

a. Status penampilan kesehatan : yang sering muncul adalah kelemahan fisik.

b. Tngkat kesadaran : normal,letargi, stupor, koma c. Tanda tanda vital

a) Tekanan darah : hipertensi (karena penngkatan viskositas darah oleh glukosa sehingga terjadi peningkatan tekanan pada dinding pembuluh darah dan resiko tebentuknya plak pada pembuluh darah)

(27)

32

b) Frekuensi nadi : takikardi (terjadi karena kekurangan energi sel sehinggga jantung melakukan kompensasi agar tidak terjadi kekurangan energi)

c) Frekuensi pernapaasan takikipnea (pada kondisi ketoasidosis)

Suhu tubuh : demam (pada penderita dengan komplikasi infeksi pada luka atau jaringan lain), hipotermia (pada penderita yang tidk mengalami infeksi atau penurunan metabolik akibat menurunnya masukan nutrisi secara derastis.

d. Berat badan

kurus ramping.(pada diabetes mellitus fase lanjutan dan lama tidak mengalai terapi) gemuk paat, gendut (pada fase awal penyakit atau penderita lanjutan dengan pengobatan yang rutin dan pola makan yang masih tidak terkontrol.

e. Kulit 1) Warna

perubahan – perubahan pada melamin, kerotenmia (pada penderita yang mmengalai peningkatan traumamekanik yang berakibat luka sehngga menimbulkan ganggren. Tampak warna kehitam-hitaman disekitar luka. Daerah yang sering terkena adalah bagian ekstermitas bawah 2) Kelembapan

Lembab(pada pnderita yang tidk mengalami deurisis osmosis dan tidak mengalami dehidrasi)

3) Suhu

Dingin (pada penderia yang tidak mengalammi nfeksi dan menurunnya maukan nutrisi), hangat (bagi yang mengalami infeksi dan menurunnya masukan nutrisi normal sesuai aturan diet.

(28)

33 4) Tekstur

Halus(cadangan lemak dan glucagon belum banyak dibongkar).kasar (terjadi pembongkaran lemak, protein, glikogen, otot untuk produki, energi)

5) Turgor

Turgor kulit jelek ( pada kien yang dehidrasi) f. Kuku

Warnanya pucat, sianosis, (penurunan perfusi pad psien yang ketoasidosis atau komplikasi infeksi pad sluran pernafasan).

g. Kepala

1) Kulit kepala

ada benjoan atau lesi, antara lain : kista piar dan psoriasis (yang rentan terjdi padaa penderita diabees karena penurunan antibodi)

2) Wajah

Simetris dan ekspresi wajah , antara lain : paralisis wajah (pada penderita dengan komplikasi strok) dan emosi. 3) Mata

Perlu dikaji lapang pandang dan uji ketajaman pandan dari mamsing mamsing mata (ketajaman menghilang). Inspeksi

1. Sklera dan konjungtiva : skera mungkin ikterik, konjungtivaa anemis pda penderita yang sulit karena banyak kencing pada malam hari.

2. Kornea, iris dan lenssa : penerita diabetes mellitus sangt beresiko pada kekeruhn lensa mata.

3. Pupil miosis, midrosis atau anisokor. h. Telinga

a) Lubang telinga

Produksi serumen dan tidak sampai mengganggu dimeter lubang.

(29)

34 b) Gendang telinga

Kalau tidak menuup serumen berwarna putih keabuan, dan masuh dapat bervariasi dengan baik pa bila tidak mengalami nfeksi sekunder.

c) Penengaran

Ketajaman pendengaran terhadap bisikan dapat mengalami penurunana.

i. Hidung

tidak mengalami pembesaran polip.atau jarang kecuali ada infeksi sekunder seperti influenza,

j. Mulut a) Bibir

Sianosis, pucat (apbila mengalami asidosiss atau penurunan perfusi jaringan pada stadium lanjut.

b) Mukosa oral

Kering (dalam kondisi dehidrasi akibat diuresis osmosis) c) Gusi

Perlu diamati bila ada gingivitis karena penderita memang rentan terhadap pertumbuhan mikroorganisme. d) Langit langit mulut

Mungkin terdapat bercak keputihan karena pasien mengalami penurunan kemampuan personal hygiene akibat kelemahan fisik

k. Leher

Pembesran kelenjar limfe dapat muncul apa bila ada infeksi iskemik

l. Toraks dan paru paru a. Infeksi frekuensi

Irama, kedalaman, dan upaya bernafas antara lain takipnea, hipernea, dan pernafasan chyne stoke (pada kondisi ketoasidosis)

(30)

35 c. Dengarkan pernafasan

Stridor (pada obstruksi jalan napas), mengi (apabila penderita sekaigus mempunyai riwayat asma atau bronchitis kronik)

m. Dada

1) Inspeksi : deformitas atau asimetris 2) Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak

3) Perkusi : pada penderita normal area paru paru terdengar sonor.

4) Auskutasi : bunyi navas vesikuler atau bronco vesikuler. n. Aksila

Lihat apakah ada kemerahan , infeksi dan kehitaman. o. Abdomen

1) Infekeksi pada kulit apakah ada strie dan simetris adanya pembesaran organ.

2) Auskultasi

dengarkan bisisng usus apakah ada penurunan atau peningkatan mortilitas.

3) Perkusi

Pada abdomen terhadap proporsi dan pola tympani serta kepekaan

4) Palpasi

Untuk mengetahui adanya nyerit tekan / masa p. Genetalia

Inspeksi apakah adanya kemerahan pada kuit skrotum q. Sistem Neurosensori

Pada penderita diabees mellitus biasanya merasakan gejala pusing, sakit kepala, kemerahan, kebas, kelemahan, pada otot, paresthesia, dan gangguan penglihatan.

(31)

36 b. Pemeriksaan diagnostik

1) Pemeriksaan laboratorium a) Glukosa Urin

Pada umumnya, jumlah glukosa yang dikeluarkan dalam urin orang normal sukar dihitung, sedangkan pada kasus diabetes, glukosa yang dilepaskan jumlahnya dapat sedikit sampai banyak sekali sesuai dengan berat penyakitnya dan asupan karbohidratnya.

b) Kadar glukosa darah

1. Glukosa plasam sewaktu : >200 mg/dL 2. Glukosa plasma puasa : > 140 mg/dL

3. Glukosa plasam dari semple yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengomsumsi makanan (gula darah postprandial lebih dari 200mg/dL

c) Uji toleransi glukosa

Didapatkan bila orang normal yang puasa memakan 1 gram glukosa per kilogram berat badan maka kadar glukosa darahnya akan meningkat dari kadar kira – kira 90 mg/dl menjadi 120-140 mg/dl dan dalam waktu 2 jam kadar ini kan menurun ke nilai normalnya.

d) Pernapasan aseton

Sejumlah kecil asam asetoasetat, yang sangat meningkat pada penderita diabetes berat dapat diubah menjadi aseton. Aseton bersifat mudah menguap dan dikeluarkan melalui udara ekspirasi, akibatnya seringkali seseorang dapat membuat diagnosis diabetes mellitus hanya dengan mencium bau aseton pada napas pasien.

e) Trombosit darah

Pada penyandang diabetes mellitus Ht pasti meningkat (dehidrasi); leukositosis, hemakonsentrasi, merupakan respons terhadap stress atau infeksi

(32)

37

Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi dan penurunan fungsi ginjal)

g) Kultur dan sensivitas

Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka

h) Insulin darah

Mungkin menurun bahkan sampai tidak ada ( pada tipe I ) atau normal sampai tinggi ( tipe II ) yang mengidentifikasi insufisiensi insulin/gangguan dalam penggunaan (endogen atau eksogen).

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa merupakan tahap kedua dalam proses asuhan keperawatan, diagnose keperawatan dapat ditegakan dengan adanya hasil pengkajian yang sudah diakukan.

(Tarwoto 2012), diagnose pada pasien diabetes mellitus antara lain :

a. perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein atau lemak)

b. Resiko ketidak seimbangan cairan berhubungan dengan hiperglikemia dan poliuria.

c. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan sirkulasi.

d. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan neuropati sensori perifer, deficit fungsi motoric, neuropatik otonomik

3. Perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan merupakantahapan ketiga dari proses asuhan keperawtan yaitu dengan membuat rencana yang akan dilakukan terhadap diagnose yang sudah ditegakan . berikut perencanaan keperawatan terhadap diagnose yang muncul pada pasien diabetes mellitus (Tarwoto,2012) :

(33)

38

a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnyanya produksi insulin.

Tujuan : setelah dilakukan tindaan keperatan selam 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisis dapat terpenuhi dengan kriteria hasil : 1) klien mengatakan tidak ada mual dan nafsu makan membaik 2) berat badan klien dalam rentang ideal

3) intake makanan sesuai dengan kebutuhan tubu 4) Tidak adaa tanda tanda malnutrisi

5) Kadar gula darah dalam rentang normal. Rencana keperawatan

1) Kaji status nutrisi klien

Rasional : untuk menentukan kebutuhan nutrisi klien 2) Monitor gula darah pasien secara poeriodik sesui indikasi Rasional : perbahan kadar gula darah dalam darah dapat terjadi setiap saat dan dapat menentukan perencanaan kebutuhan kalori.

3) Timbang berat badan pasien setiap 3 hari sekali atau sesuai indikasi.

Rasional : untuk mengetahui indicator status nutrisi 4) Hitung Indeks Masa Tubuh (IMT)

Rasional : Kebutuhan nutria tubuh ditentukan oleh hasil IMT. 5) Monitor tanda tanda hiperglikemia

Rasional : pemberia obat anti diabetic atau insulin dapat menimbulkan hipoglikemia.

6) Kaji pengetahua pasien dan keluarga tentang diabetik

Rasional : pasien DM rentan terhadap komplikasi sehingga pasien dan keluarga harus memahami komplikasi akut dan kronik

7) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengidentifikasi dan merencanakan kebutuhan nutrrisi pasien

Rasional : ahli gizi kompeten dalam menentukan dan merencanakan kebutuhan nutrisi pasien.

(34)

39

8) Kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi seperti pemberian obat antidiabetic atau insulin.

Rasional : pengobatan merupakan bagian yan tidak terpisahkan dari peninkatan status nutrisi pasien.

b. Resiko ketidak seimbangan cairan berhubungan dengan hiperglikemia dan poliuria.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien dapat mempertahankan keseimbangan dengan kriteria hasil :

1) Pola BAK baik

2) Tidak ada tanda tanda dehidrasi 3) Konsentrasi urine normal

4) Berat badan pasien stabil atau tidak ada penurunan berat badan 5) Intake cairan 1500 – 3000 ml per hari

6) Kadar gula darah dalam rentang normal Rencana keperwatan

1) Kaji pola eliminasi urine pasien, konsentrasi urine, keadaan turgor kulit,

Rasional : menentukan status cairan pasien 2) Monitor intake dan output

Rasional : menentukan kebutuhan keseimbangan cairan tubuh 3) Monitor tanda tanda vital

Rasional : Kekurangan cairan dapat menurunkan tekanan darah, sinus takikardi dapat terjadii pada hypovolemia. 4) Anjurkan pasien untuk minum dengan jumlah yang cukup

(1500-3000 ml)

Rasional : untuk pemenuhan kebutuhan cairan

5) Kolaborasi untuk pemberian insulin atau obat antidiabetic Rasional : untuk menurunkan kadar gula darah sehingga tetap

dalam rentang normal

c. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan sirkulasi.

(35)

40

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam resiko infeksi tidak terjadi dengan kritetia hasil

1) TTV dalam batas normal 2) Tidak ada tanda tanda infeksi 3) Tidak tejadi hipotermi

4) Gula darah dalam rentang normal Rencana Keperawatan :

1) Observasi adanya tanda – tanda peradangan seperti demam, kemerahan,adanya pus pada luka.

Rasional : Pasien mungkin telah masuk dengan infeksi yang telah mencetuskan keadaan ketoasidosis

2) Pertahankan teknik aseptic pada prosedur infasif.

Rasional: Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menajdi media yang baik bagi kuman.

3) Berikan perawatan luka secara teratur.

Rasional : mengurangi terjadinya infeksi lebih lanjut. 4) Anjurkan untuk makan dan minum yang adekuat.

Rasional: menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi.

5) Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitifitas sesuai dengan indikasi.

Rasional: mengindentifikasi organisme yang masuk kedalam tubuh.

6) Kolaborasi untuk pemberian antibiotic yang sesuai.

Rasional : penangan awal dapat membantu terjadinya sepsis.

d. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan neuropati sensori perifer, deficit fungsi motoric, neuropatik otonomik.

Tujuan : selama dilakukan tindakan keperawatan selama 2x34 jam diharapkan pasien dapat mempertahankan integritas kulit. Dengan kriteria hasil :

1). Keadaan jaringan kulit utuh 2). Tidak terjadi neuropath.

(36)

41 3). Tidak terjadi luka atau ulkus 4). Vaskularisasi periiver baik

5). Kebersihan kulit baik , keadaan kuku baik dan utuh 6). Keadaan kaki utuh

Rencana keperawatan

1. Kaji penampilan atau keadaan dari kebersihan kaki pasien.

Rasional : kaki merupakan bagian tubuh yang sering mengalami gangguan integritas kulit pada pasien DM.

2. Kaji integritas kulit pasien,cacat warna kulit ada atau tidaknya ulserasi, dermatitis.

Rasional : autonomic neuropati menyebabkan kulit menjadi kering, kulit mudah pecah serta terjadi infeksi.

3. kaji keadaan dan bentuk kaki, apakah ada bentuk kaki charcot, cacat pembentukan kalus

Rasional : neuropati motorik menyebabkaan kelemahan otot dan atropi sehingga terjadi perubahan bentuk kaki. Tekanan pada kaki yang berlebihan menimbulkan kalus yang akan mudah menjadi luka.

4. Kaji status sirkulasi vascular kaki dengan palpasi, pulsasi, uktrasound dopler

Rasional pasien DM mudah menimbulkan arteriosclerosis sehingga terjadi penurunan suplai darah ke kaki

5) Kaji adanya odem

Rasional : keadaan odem akan mempermudah terjadinya luka 6) Anjurkan kepada pasien untuk menjaga kebersihan kulit Rasional : mengurangi resiko infeksi dan terjadi perlukaan 7) Ajarkan pasien untuk melakukan senam kaki DM.

Rasional : menambahpengetajuan pasien tentang peningkatan sirkulasi darah pada kaki

8) Anjurkan pasien untuk menggunakan alas kaki yang lebih lembut atau sepatu yang tidak keras

(37)

42

Rasional : mengurngi terjadinya trauma dan perlukaan 4. Penataksanaan keperawatan

Merupakan tahap kempat daalam proses asuhan keperawatan denagn melaksanakan berbagai tindakan keperawatan yang telah direncanakan sebelumnya dalam rencana tindakan. Adapun intervensi pada pasien DM yaitu :

a. Mempertahankan kebutuhan nutrisi

b. Mempertahankan keseimbangan cairan elektrolit c. Mempertahankan gula darah dalam rentang toeransi d. Mempertahankan itegritas kulit

5. Evaluasi Keperawaatan

Tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan, evaluasi untuk semua diagnose keperawatan meliputi data (S) data subjektif, (O) data objektif, (A) analisa permaslahan, berdasarkan S dan O, seperti perencanaan ulang (P) planning, berdasarkan hasil dan analisa di atas evaluasi ini ddisebut sebagai evaluasi proses. Hasil yang diharapkan pada proses keperawatan klien dengan diabetes mellitus :

a) Kebutuhn nutrisi terpenuhi

b) Resiko krtidak seimbangan cairan tidak terjadi c) Resiko tinggi infeksi tidak terjadi

d) Kerusakan integritas kulit tidak terjadi e) Kelelahan dapat berkurang atau tidak terjadi

Gambar

Gambar 2.2 tempat penyuntikan insulin

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan orang yang sama sekali tidak memiliki ahli waris diperbolehkan berwasiat dengan seluruh hartanya, wasiat lebih dari sepertiga boleh dilaksanakan manakala

Pelaksanaan inisiatif strategik memerlukan perencanaan sistematik langkah-langkah yang akan ditempuh oleh perusahaan dalam jangka panjang ke depan beserta

Menurut Angel dan Perez (Angel dan Perez, 2005) dimensi fleksibilitas ter- diri dari: (1) product flexibility, yakni kemampuan untuk menangani pesanan yang tidak standar guna

Event-driven Process Chain(2) Tindakan Medis Bed Alat Medis Obat- obatan X Pelayanan Bedah Pelayanan Lab PK Pelayanan Radiologi V Pelayanan Medis Selesai Dilakukan XOR Pasien

Dalam studi manajemen, kehadiran konflik pendidikan tidak bisa terlepas dari permasalahan keseharian yang dirasakan oleh pengelola lembaga pendidikan. Konflik tersebut

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (quasi experiment) dengan metode Posstest-Only Control Design. Dalam rancangan ini sampel dibagi menjadi dua kelompok

Berdasarkan hasil penelitian dari pemberian antibiotik pada pasien DHF, antibiotik yang diindikasikan untuk pasien DHF dengan tanpa komplikasi infeksi tidak tepat.

Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi suhu dan waktu penggorengan, maka rendemen yang dihasilkan cenderung menurun, air yang terkandung dalam bahan semakin