• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAP AT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KETENAGALISTRIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH RAP AT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KETENAGALISTRIKAN"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

BELUM DIKOREKSI

RISALAH RAP AT

PEMBAHASAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG

KETENAGALISTRIKAN

Tahun Sidang Masa Persidangan Jenis R.apat Ilapat ke Hari,tanggal Pukul Tempat Acara Ketua rapat Sek.retaris Rapat Hadir Anggota Pemerintah

ANGGGOT A KOMISI VIII : I. 2. 3. 4. 5. 6.

7.

Dr. Irwan Prayitno, M.Sc Ir. Emie Moe1s, MSc Ir. Agusmari Effendi Ors. Anthonis Rahail Royani Haminullah Paul

S.

Saut SMF Mudahir

Firman Jaya Daeli Ir. Zaenal Arifin Yoseph Umar Hadi Julius Bobo, SE Tubagus Haryono

Ors. Simon Patrice Morin J;ij. Evita Asmalda

Syamsul Bachri

2001-2002 IV

Rapat Panitia Kerja

21

Selasa, 2 Juli 2002 14. 00 WIB - selesai

Ruang Rapat Komisi VIII DPR

RI

Pembahasan DIM Sandingan RUU tentang. Ketenagaljstrikan yang diserahkan ke Panja. Ir. Agusman Effendi

Ors. Muhono Basuki

27 dari 33 Anggota Panja Komisi VIII

Jajaran Oirektorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi.

21. Prof. Dr. Ing. K. Tunggul Sirait

22. H.

Noor Aden.an

Razak,

SE 23. Ors. Zulkifli Halim, MSc 24. Soetadji

25.

Rukmini, SIP

26. Ir. Darmansyah ~usein 27. Ors. Asnaw1 Lat1ef

8.

9.

10.

11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

19.

20.

t>rs. Priyo Budi Santoso

Prof. DR. H. Rustam E. Tamburaka, MA Ors. H. Maksum Zailadry

Ors. N ur Hasan

(2)

PEMER1NTAH :

1.

Ir. J. Purwono, M.SEE

2.

Dr. Ir. Y 6go Pratorno, M.Sc

3.

Dr.

Ir. Hardi

Prasetyo

4.

Ir.

Surnaryanto, MM

5.

Ors.

TA. Nurwinakum

6.

Pamudji Slamet, SH,

MP A 7. Sri Maharani, SH

8. Ors. Suladi

9.

Ir. Arttan Subagio

10.

Ir.

Jhonny R Simanjuntak 11. Datwiyanto

(3)

Panja listrik tangoa1 2 Juli 2002

KETUA RAPAT (DRS. ANTHONIUS RAHAil):

Skora kaml oabut dan rapat Panja

p"aa

slang harl lni akan Jdta lanjutkan. Sebelumnya kami tawarkan waktu untuk hari ini pembaliasan sampai jam berapa. Jadi sementara sampai dengan jam lima. Setuju

?

(RAPAT SETUJU) · Bapak/ibu yang kami hormati.

Dalam pembahasan RUU Ketenagalistrikan oleh Panja selain pembahasan yang formal kita lakukan di sini, berkenan dengan usul dari beberapa ternan dalam rapat yang lalu, maka ada juga lobby-lobby yang dilakukan dalam rangka upaya kita bersama untuk bisa merangkum dan mengakomodir perbedaan-perbedaan pandangan kita terhadap substansi yang ada di dalam pasal-pasal, dan untuk itu beberapa waktu yang lalu sudah dilakukan lobby-lobby tersebut.

Berkenaan dengan hari ini kita akan mulai dengan pembahasan DIM

89

pasal 11, barangkali ada lial-hal yang telah dilakukan oleh pemerintah berkenaan dengan kesepaharnan yang dilakukan di dalam lobby yang lalu. Kami ingin metnberi kesempatan terlebih dahulu kepada pihak pemerintah untuk bisa menyampaikan apa yang sudah dilakukan berkenaan dengan kesepahaman itu.

Untuk itu bisa disetujui kita beri dulu kesempatan kepada pemerintah. Dengan demikian kami beri kesempatan kepada pemerintah.

PEMERINTAH :

Terima kasih bapak Pimpinan.

Mengacu kepada kesepahaman yang telah kita lakukan bersama beberapa waktu yang lalu. ljinkan kami untuk memaparkan DIM-DIM yang bisa kita bahas pada hari ini.

Pertama adalah DIM 89 pasal 11 yang bunyinya Ayat 1

Penyedia tenaga listrik untuk kepentingan sendiri hanya dapat dilakukan berdasarkan ijin operasi".

Jadi semua pembangkitan itu tidak ada yang terkecuali harus memiliki ijin. Kalau untuk kepentingan umum kemarin dibicarakan dengan ijin penyediaan tenaga usaha penyediaan tenaga listrik, kalau untuk kepentingan sendiri harus memiliki ijin operasi.

DIM

89

a

Ayat

2

ljin operasi sebagaimana dimaksud dalarn ayat 1 dikelaurkan masing-masing oleh :

b. Bupati atau walikota apabila fasilitas instalasinya berada dalam di daerah Kabupaten atau kota.

c. Gubernur apabila fasilitas instalasinya niencakup lintas kabupaten atau wilayah kota dalam propinsi.

d. Menteri apabila fasiliats instalasinya mencakup lintas propinsi.

(4)

Pasal 11 a Ayat 1

Ayat

2

Pemegang ijin operasi-dalam wilayah yang telah menerapkan kompetisi dc~pat menjual kelebihan teriaga listrik untuk kepentingan umum setelah mendapat persetujuan dari badan X.

Pemegang ijin operasi dalam wilayah yang tidak atau belum menerapkan kompetisi, dapat menjual kelebihan listrik untuk kepentingan umum setelah mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang sebagaimana ditetapkan dalam pasal 10.

Di pasal 10 itu kita rnengacu kepada yang kita bahas kemarin, apa itu Bupati Walikota atau Gubernur atau Menteri.

Dernikian bapak Pimpinan hal-hal yang bisa karni sampaikan terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih kepada pernerintah.

Jadi pemerintah telah rnenyarnpaikan hasil dari pada perbaikan yang dilakukan kepada pasal-pasal tersebut karena dengan kesepahaman yang telah di lakukatt. Oleh karena itu tadi telah di jelaskan pasal 11 dan pasal 11 a. Barangkali perbaikan-perbaikan bisa di sampaikan.

PEMERINTAH :

Perbaikan bagaimana bapak pimpinan. KETUA RAPAT:

Jadi perlu disampaikan apa yang tadLdisampaikan adalah yang tertulis dalam materi tanggal 1 Juli.

PEMERINTAH: Baik bapak pimpinan.

Mernang apa yang dipresentasikan disini tersorot disini, itu etda sedikit perubahan. Yang Menteri ini adalah badan Y, sebelum ini badc:;n Y kami ganti dengan Menteri karena perkembangan kemarin itu tidak ada lagi wewenang badan Y, sehingga kami ganti menjadi Menteri.

Lalu yang kedua, pasal 11 a ayat 2, badan Y kami ganti dengan pejabat yang berwenang sebagaimana ditetapkan dalarn pasal 10. lni menyesuaikan dengan apa yang telah kita sepakati.

Oemikian bapak pimpinan. KETUA RAPAT:

Baik terima kasih.

Jadi dari konsep yang ditangan bapak-bapak dan ibu pada 89 d itu ada perbaikan badan Y diganti dengan menteri. Kemudian pada pas3J ·1 ·1 a ayat 2 badan Y diganti den9an pejabat yang berwenang, sebagaimana ditetapkan dalam pasal 10.

Dengan demikian bapak/ibu Panja yang kami hormati, apakah masih ada pendapat terhadap apa yang dilaporkan oleh pemerintah sebagai hasil keseoahaman yr:ing kita ~epakati bersama. Kalau ada kami ben kesempatan kalau bisa disetujui. Silakan Pak ,Julius.

(5)

ANGGOTA F.PDIP (JULIUS BOBO, SE):

Baik pak ketua. · ,,

Jadl aebetulnya semangat apa yang kemarln lnl sebetuJnya kami biss melihat dislni

bahwa

semangat pemberian ijin itu hanya dilakukan oleh pemerintah kan begitu kemarin. Oleh sebab itu mernang bahwa badan Y dan X itu hanya memberikan rekomendasi. Jadi dari situ kami melihat bahwa apa yang kita diskusikan kemarin itu sudah termuat didalam pasal-pasal yang diajukan pada siang hari ini.

Dengan demikian kami bisa menerima apa yang disampaikan pemerintah sekara11g ini. Karena hasil yang kita bicarakan kemarin pak ketua.

Terima kasih. KETUA RAPAT :

Terima kasih Pak Julius Bobo.

Kami persilakan Bapak Tunggul Sirait.

ANGGOTA F.PKB (PROF. DR. ING. K. TUNGGUL SIRAIT) : Terima kasih.

Jadi pada pasal sebelumnya kita membahas ijin usaha, sekarang kita membahas ijin operasi kita hart.is bedakan ijin usaha dan ijin operasi. Jadi kalau saya membaca pasal 11 ini kalau bisa pasal 11 dengan penjelasannya. Ada kalimat diantara pasal dengan penjelasannya seperti bertentangan , dimana pasal 11 dalarn pasal DIM

89

penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri hanya dapat dilakukan berdasarkan ijin operasi. " hanya " padahal ada pembatasan pada penjelasan 200 KVA keatas itu yang harus.

Jadi apakah tidak kalimatnya ini dilengkapi supaya cocok dengan penjelasan itu, misalnya ini coba pemerintah penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri, dapat dilakukan atau hanya boleh hanya dpaat dilakukan kecuali untuk daerah yang kecil, lalu daerah yang kecil ini dijelasl<an pada penjelasan. Seperti bertentangan antara karena sudah ada hanya, kemudian ada pembatasan pada penjelasan itu dan juga penjelasan itu saya kira dalam pertemuan kita secara tidak resmi itu, 200 KVA itu ter1alu besar dan pada waktu itu kalau tidak salah 50 KVA kita

sebutkan itlJ hanya untuk rumah penggunaan dan itupun harus wajib daftar dimana wajib daftarnya itu nanti karena ini d;lihat dari pada segi keselamatan penghuni sendiri dan keselamatan tetangga.

lni saya kira perlu kita cermati dalam kalimatnya itu karena tidak ada kecualian lagi, kecuali disambung dengan 11

kecuali 11

untuk daya yang kecil. Lalu daya yang kecilnya itu dijelaskan berapa itu batasnya itu pendapat kami mengenai ini karena setelah mernbaca kembali ada yang kurang cerrnat menurut saya.

Terima kasih. KETUA RAPA T : Terima kasih.

Masih ada, Pak Syamsul kami persilakan.

ANGGOTA F.PG (SYAMSUL BACHRI, M.Sc): Terirna kasih saudara pimpinan.

Jadi pasal 11 ini saya kir::i sudah memenuhi apa vanq sudah kita bahas mendalam. Jadi dapat kami terima dan juga sudah ada penjelasan seµerii yang karT1i minta apa yang dimaksud dengan kepentingan sendiri itu adalah, tidak ada proses

(6)

tarnsaksi jual beli disitu. Kuncinya semata-mata digunakan untuk kepentingan sendiri. Oleh karena itu dapat kami terima darft ini pasal 11 maupun penjelasannya.

_,.,

Kemudlan yang dlpersoal!<an oleh pak Tunggul tadl, ada batasan~batasan 200 KVA inl mungkln masih perlu di jelaskan apakah perlu ada batasan-A:>atasan seperti itu. Memang pasal 11 menyatakan bahwa disitu tidak ada batasan sepanjang untuk kepentingan sendiri, cukup mendapatkan ijin operasi. ltu juga berarti bahwa ya berapapun jumlahnya sepanjang itu untuk kepentingan sendiri tidak perlu ijin cperasi. Mungkin memang dapat dibayangkan, kalau itu untuk kepentingan sendiri berapa sih maksimal yang bisa ditolerir barangkali ini yang perlu diperbincangkan dan perlu di dalami lebih lanjut.

Terima kasih saudara ketua. KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Selanjutnya Pak Cornelis kami persilakan.

ANGGOTA F.PG (DRS. CORNELIS TAPATAB): Terima kasih Pimpinan.

Kami melengkapi apa yang dikemukakan oleh yang terrormat saudara Syamsul tadi, bahwa di daerah ini sudah pernah terjadi ada yang pembangkit-pembangkit kecil untuk kampung-kampung kecil. lni apakah ini juga akan minta memperoleh ijin operasi.

Jadi seperti tenaga air yang kecil-kecilan dan ini pernah kita dengar pendapat dengan Profesor Daom Rahardjo itu, beliau juga mengatakan bagaimana dengan pembangkit-pembangkit kecil yang hanya untuk satu kampung yang hanya cukup 50 KVA. Apakah ini juga harus memperoleh ijin, kalau seperti yang dikemukakan oleh proffesor Tunggul kalau memang di bawah 200, maka itu harus ada pengecualian.

ierima kasih. KETUA RAPAT : Terirna kasih.

Selanjutnya Pak Zulkifli.

ANGGOTA F.RFORMASI (DRS. ZULKIFLI HALIM, M.Sc): Terima kasih.

Jadi memang sangat tergantung kepada definisi penjelasan pasal 11 ini, sebab kalau penjelasannya itu tidak dilakukan transaksi ke:nudian seperti dikatakan pak Cornelis tadi disebuah desa itukan terjadi transaksi. Padahal itu sebenarnya hakikatnya mestinya masih ijin operasi, jadi kalau bisa penjelasan itu kita perbaiki sehingga skala-skala kecil itu tidak perlu ijin usaha tetapi ijin operasi ada transaksi. Kalau penyelenggaranya itu barangkali koperasi, mungkin bisa dimasukan tidak dijual karena anggotakan tapikan kalau diakan anggota.

Kemudian kalau yang tolong nanti juga dicatat pak Ketua, sebaliknya sekalipun tidak dilakukan transaksi tapi kalau itu untuk industri l<ayaknya kok tidak seperiuhnya ijin operasi itu nanti harus kita dekati dengan semilah, St~m ijin operasi dan ijin usaha mengingat apa yang i<ita diskusikan kemarin industri itu adalah pangsa pasar terbesar untuk mendorong perkembangan. Coba ini kalau bisa kita kombinasikan jangan hanya pada tidak ditransaksikan, karena itu kelihatannya ada

hal y3nq mas!h agak me.leset disitu.

(7)

KETUA RAPAT :

Terima kasih. · p

Kalau tldak ada lagi kita akan mlnta pada pemerintah untuk merespon apa yang tadl telah di sampalkan. Pada dasarnya dapat menerima apa yang sudah kita pc.haml bersama dalam lobby, tapi yang diminta tadi agak di perjelas lagi yang konkrit diusulkan oleh pak Tunggul kata" hanya " dan " kecuali " dirnana rnembawa makna perbedaan yang lebih tegas. Juga termasuk dengan kepentingan sendiri ini perlu ada pe1mbatasan yang tadi diingatkan bahwa kalau dapat itu lebih kecil, karena dari 200 KK itu terlalu besar. Jadi diminta ketegasan pemerintah mengenai pengertian yang ada di dalam.

Kami persilakan dari pemerintah. Pi:MERINT AH :

Terima kasih bapak pimpinan.

Pertama-tama kepada bapak Julius Bobo dan pak Syamsul kami ucapkan terima kasih atas kesepahaman yang sudah sangat paham sekali, sehingga bisa menerima apa yang kami tulis disini.

Kami ingin memberi kalrifikasi terhadap beberapa hal yang masih belum jelas kepada bapak Tunggul. Pertama tentang masalah pembatasan , jadi pada dasarnya substansi dari pasal 11 ini adalah batang tubuh dan penjelasan yaitu, semua harus mendapatkan ijin operasi. Semua harus mendapatkan ijin operasi kecuali yang penjelasan itu bahwa, kalau kapasitasnya dibawah 200 KVA mereka cukup mendaftar, jadi penjelasannya disana.

Ada kekhususan karena yang 200 KVA itu kami anggap yang skala kecil, sehingga tidak perlu masyarakat yang mempunyai pembangkit dibawah 200 KVA itu harus repot-repot minta ijin operasi jadi cu~up mendaftar. Jadi mendaftar itu pasif sekali pak. Apalagi kan memberitahu, kalau ijin kan ada proses inter aktif yang mungkin untuk pembangkit kecil ini terlalu jelimet dan terlalu ruwet sehingga kami memberikan kelonggaran disitu supaya untuk memakai transkala kecil ini cukup dengan hanya mendaftar saja kepada Bupati dan Walikota. Saya pikir ini pengertian yang sudah bisa kita sepahami juga, bahwa mendaftar itu lebih pasif tidak perlu ada suatu proses yang terlalu detail. ltu dipenjelasannya dan bata;19 tubuhnya. Jadi intinya ada keinginan kami untuk memberi keringanan pada mereka yang mempunyai pembangkit skala kecil.

Yang kedua Pak Cornelis mengatakan bagaimana kalau sutau masyarakat punya pembangkit di suatu kampung skala kecil. Skala kecil memang hanya ijin hanya daftar ke Bupati Walil\ota. Tetapi kalau terjadi transaksi pak, tetap harus mempunyai ijin usaha. Yang namanya seberapa kecilpun kalau i~u transaksi, sebab ada masalah harga bahwa rnasyarakat konsumen harus dilindun£1i supaya tidak ada penetapan harga yang terlalu memberatkan yang mengambil keuntungan yang terlalu banyak. Disitulah peran pemerintah untuk menjaga kepentir1gan masyarak~t.

Pak Zul menyatakan supaya ijin operasi untuk industri ini jangan ijin operasi tetapi ijin semi, semi ijin usaha. Kami mengerti apa yang dimaskud pak Zul, karena industri ini adalah untuk kepentingan menghasilkan sesuatu jadi ada konotasi usaha industri. Sebenarnya ijin usaha ini bukan ijin usaha yang berkaitan dengan listriknya tetapi usaha industrinya itu. Jadi mereka harus mempunyai ijin usaha industri ijin usaha dan lain sebagainya. Tapi listrik ini hanyalah sebagai· pen~njang untuk kegiatan mereka bukan yang pokok, sehingga kalau itu listriknya adalah untuk mereka sendiri sepe~i BBM nya untul< mereka sendiri itu tidak ada transaksi dengan . pihak kctiga. sehingga ya!lq p~ling direntingkan adalah bagaimana supaya pengoperasign jenset itu pengoperasian mesin-mesin yang ada disitu sesuai uengctr1 standrad-standrad keselamatan yang ada.

(8)

-Oleh karena itu ijin operasi cukup buat mereka walaupun itu industri, komersial, pribadi kalau itu masih untuk kepentingan sendiri. Yang dipentingkan adalah bagaimana supaya pengoperasiannya itu memenuhi standrad-standrad keselamatar1. Sebab kalau kita bicara ijin usaha ada konotasi usaha bahwa listrik usaha itu artinya listriknya dijua! tapi kalau listriknya tidak dijual untuk sendiri tidak perlu ada ijin usaha tapi cukup ijin operasi.

Teritt1a kasih. KETUA RAPAT :

Terima kasih dari pemerintah.

Apakat\ masih ada, Pak Tunggul kami persilakan.

ANGGOTA F.PKB (PROF. DR. ING. K. TUNGGUL SIRAIT}:

Jadi ya ini yang saya sampaikan kepada pasalnya, penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri. Kan ada dua kepentingan sendiri itu diatas

200

KVA, angka 200 KVA itu juga dipakai dan dibawah 200 KVA dapat dilakukan berdasarkan ijin operasi. Yang

200

KVA itu ya harus, sedangkan dibawah

200

KVA wajib daftar. Kenapa tidak disebutkan saja disitu hanya dapat berdasarkan ijin operasi dan wajib daftar, lalu y3ng wajib daftarnya itu dijelaskan disitu supaya jelas maksud supaya jangan jauh-jauh lagi wajib daftarnya disitu saja yang wajib daftar.

Yang wajib daftar itu yang 200 KVA kebawah. Lalu supaya betul-betul dilihat daripada segi keselamatan, kenapa tidak disambung saja hanya dapat dilakukan berdasarkan operasi dan wajib daftar. Jadi penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri hanya dapat dilakukan berdasarkan ijin operasi clan wajib daftar. Dalam penje!asan dijelaskan apa artinya pengertian sendiri mana y2.ng harus wajib daftar , lalu mengenai wajib daftar ini batas 200 KVA itu saya kira masih perlu kita bicarakan nanti hanya itu saja dan wajib daftar.

KETUA RAPA T : Baik terima kasih.

Selanjutnya Pak Maksun-1 kami persilakan.

ANGGOTA F.PPP (DRS. H. MAKSUM ZAILARDY): rerima kasih bapak ketua.

Saya ingin mengungkap gambaran tentang pasal 11 hurup b dan c ini paK. Dimana Gubernur apabila fasilitas instalasi yang mencakup linta~. kabupaten atau wilayah kota dalam propinsi. c menteri apabila fasilitas yang mencakup lintas propinsi. Gambaran saya untuk lintas kabupaten dan lintas propinsi ini tentu lebih besar kapasitasnya. bisa mereka melakukan pembangkit sendiri dan juga mereka harus menipunyai instalasi sendiri, ini akan menyangkut saya kira wilayah yang luas antar kabupaten maupun antar provinsi, tidak hanya kita gambarkan ini hanya kebetulan letaknya diperbatasan kabupaten atau provinsi saja, tapi mungkin juga kapasitasnya cukup besar ini.

Nah untuk kapasitas yang cukup besar mungkin sampai

1 O MW

itu nanti akan menyan9kut lintas-lintas mereka fasilitas mereka sampai kepada menjangkau wilayah operasi, apakah dia perkebunan apakah dia industri apakah dia itu bentuk-bentuk yang lain.

Jadi gambaran saya disitu itu akan masalahnya cukup luas Pak, menyangkut masa!ah transmisinya, m~s::t!Bh yang rlilewatinya menvangkut juga penduduk yang dilewatinya ini akan kompleks. Pertanyaannya adalah karena ini terint~l:l' a:.i, apeikah cukup ini ijin operasi Pak, hal hal yang cukup besar itu, sedangkan yang sifatnya

(9)

bilateral mungkin saja lebih kecil daripada yang ijin operasi ini, ini bagaimana caranya kita karena ini menyangkut masyarakat yang akan luas :agi, kalau hanya misalnya dia membuat satu pembangkit yqog hanya cukup untuk 1

o

atau

20

rumah disekitar sebuah RT atau RW saya kira itu nggak begitu masalah tapi tatkala menyangkut

2

provinsi atau

2

kabupaten gambarannya adalah kapasitasnya cukup besar apakah ini cukup ijin operasi maka saya kira perlu kita pikirkan dalam hal-hal yang seperti itu, apakah cukup ijin operasi artinya untuk lintas provinsi ini apakah layak ijin operasi karena pasti besar kapasitasnya dan juga menyangkut masyarakat luas Pak. Nah, untuk inilah barangkali hal yang perlu kita cermati lag1, demikian Pak Ketua.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Kami persilakan Pak Zul.

ANGGOTA F.REFORMASI (DRS. ZULKIFLI HALIM, M.Sc): Terima kasih.

Saya ingin menyambung Pak Maksum ini, jadi saya kok tetap melihat penting untuk membuat klasifikasi itu pemegang ijin operasi dalam skala l<ecil dan skala besar, karena dari apa yang kami alami beberapa derah yang terintegrasi kehilangan momentum mengembangkan tenaga listriknya karena lmnsumen rumah tangga terlalu kecil jumlah penduduknya sedikit tersebar, kemudian ~;alau konsumen besar ini kita lepas begitu saja itu aspek sosial dari pabrik itu kan ng9ak nampak. lni sebagai suatu catatan ini.

Kemudian ada catatan yang lain sebenarnya saya tadi diskusi dengan Pansus Penyiaran Pak, Pansus Penyiaran itu katanya memang sebenarny-a pemberi ijin itu bisa saja lembaga pemerintah terus itu, mereka sudah terapkan disitu ada konsesi makanya di kalangan Biro Hukum ini coba ada knordinasi ya. Karena katanya disana tetap lembaga independen yang unsur-unsur pemerintah terus Stf~akholders tapi lingkungan katakanlah penyelenggara negara. Nah itu yang memberi ijin, kita inikan berbelok arah karena kepentok soal itu kan kemarin, nah itu coba sambil jalan kita klarifikasi lagi sebab di undang-undang Pansus Penyiaran jelas itu katanya. ljin Penyiaran itu diberikan oleh sebuah lembaga yang bukan pemerintah tapi ( .... ?)

Terima kasih. K~TUA RAPA T : Terima kasih.

Selanjutnya lbu Rukmini.

RUKMINf I SIP., MM (ANGGOTA FTNl/POLRI)

Terima kasih Pimpinan,

Saya ingirl rnenanyakan apakah tidak perlu batasan maksirnal untuk pembangkit listrik untuk kepentingan sendiri ini. Jadi misalnya dari 200 ICVA sampai dengan sekian KVA begitu jadi ada batas maksimalnya, kemudia11 rr.engapa yang sampai

200

KVA jadi 200 KVA kebawah ini hanya mendaftarkan saja tidak pakai ijin apakah ini kaitannya dengan pembayaran atau biaya untuk surat ijin itu atau bagaimana kalau saya sarankan tidak hanya mendaftar tapi wal3upun kecil juga dengan ijin begitu kalau kaitannya dengan biaya perijinan mungki11 biayanya kecil disesuaikan dengan. Kemudian pertanyaan selanjutnya apakah IUPL atau ljin Ooerasi ini bisa dipindahtangankan ?

(10)

KETUA RAPAT :

Terima kasih. ,, "

Yang terakhir dari session ini Pak Agusman, kami persilakan.

ANGGOTA F.PG (IR. AGUSMAN EFFENDI):

Terima kasih Pimpinan,

Ada beberapa hal yang perlu kita diskusikan, pertama berkaitan dengan pembatasan kapasitas minimum yang mendapatkan ijin operasi, kita sebutkan 200

KVA lalu batasan sampai dengan 200 KVA wajib mendaftar, sangat dikhawatirkan kalau dikatakan wajib mendaftar artinya ada sesuatu yang harus dibuat oleh si pemilik generator untuk mendaftarkan pastinya akan menimbulkan cost yang baru. Kalau misalnya katakanlah dia hanya mempunyai genset untuk keperluan sendiri, untuk memback up keperluan rumahnya hanya katakanlah hanya 5000 VA tentu sangat kecil sekali seperti dia membeli mesin cuci, lemari es seperti membeli TV yang 29 inch itukan relatif sangat kecil.

Kalau itu dia harus mendaftar dikhawatirkan akah menimbulkan cost-cost yang baru karena wajib daftar itu, artinya ada sesuatu yang wajib didaftarkan dan kalau didaftarkan ini permasalahannya. Nah daftarnya Rp. 1 juta harga gensetnya Rp. 500.000,- kalau yang buatan Cina lebih murah malahan, dan makin

lama

harganya makin murah Pak yang buatan cina murah sekali kalau yang hanya 1000

watt. Oleh karena itu mungkin dibutuhkan kita katakanlah sampai dengan kapasitas berapa yang misalnya untuk kapasitas sarnpai 200 KVA wajib mendaftar artinya yang

1000 watt saja harus mendaftar artinya, kalau ini seperti inikan.

Saya lebih cenderung konkrit mengusulkan katakanlah kalau sampai dengan

20 KVA misalkan katakanlah, 20 KVA itu masih banyak dipakai, 20 KVA itukan kurang lebih 20.000 watt ya satu rumah tangga mungkin juga agak kecil juga kalau

20000 watt mungkin 50 kVa, saya kurang fahu persis tapi ini mungkin pengalaman-pengalaman, apakah sampai 5 KVA itu merupakan barang yang rutin pakai oleh sehari-hari keluarga lah, kalau di atas itu mungkin sudati ada kaitan-kaitan yang lainnya.

Jadi untuk misalnya penggunaan ijin operasi wajib menggunakan ijin pernbangkit kepentingan sendiri, rnungkin 200 KVA juga terlalu besar mungl-:.in diturunkan menjadi 100 atau jadi 50, yang sampai 50 dia tidak perlu melapor tapi sampai der1gan 100 katakanlah ini dikaji saja sampai dengan 100 dia tidaj perlu melapor tapi 100 ka atas dia sudah melapor. lni sarannya saja, saya pikir ini pengalamannya masih ada di pemerintah masalah-masalah ini, besaran-besarannya kenapa kok 100 harus ada kajiannya juga. Kalau saya cenderung kepada sampai dengan 50 KVA tidak perlu melapor, tidak perlu wajib lapor tapi lebih dari 50 sampai

200 dia sampai 100 dia wajib lapor 100 ke ata:; dia harus ada iji:i operasi, misalkan seperti itu.

Yang kedua berl<aitan dengan ijin operasi juga tidak ada batasan disinikan ijin operasi yang dikeluarkan oleh bupati, walikot2., kalau dia ada di daerah itu sendiri · artinya kalau ada industri di dalam satu wilayah kabupaten yang dia perlu pembangkit sampai dengan 50 MW kan itu cukup bupati/walikota kan kalai..; seperti ini, ini mungkin sesuatu yang apakat1 selama ini seperti itu sayn kurang tahu persis, tapi mungkin harus ada bat3san kalau misalkan sampai dengan bupati/walikota sampai dengan 5 MW, gubernur sampai dengan 10 MW, menteri di ata$ 10 MW kita khawatir kalau misalnya ada suatu kapasitas untuk ijin operasi sendir: 100 MW cukup bupati/walikota inikan rnasalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan dengan · segala n;~carn irike1n k:Pli::>rigk;::i:ian di kaburaten maupun wali'mtakan sangat

(11)

--~---Jadi kalau saya usulkan konkritnya adalah harus ada kapasit:.3s tertentu yang untuk masing-masing daerah, untuk bupati/walikota 5 MW, untuk gubernur 1 O MW, untuk lebih 10 MW harLis menteri misalnya.seperti itu, dari kami sekian.

Terima kasih. KETUA RAPAT : . Baik terima kasih.

Jadi pada prinsipnya apa yang kita sepakati itu tidak bergeser tetapi diminta oleh para pembicara tadi agar kita mempunyai batasan yang tegas kewenangan dari para bupati, walikota, gubernur maupun menteri yang sama-sama kita sudah sepakati itu. Kemudian juga tadi diminta perhatian pemerintah soal wajib mendaftar ya dibawah

200

KVA oleh teman-teman dari Dewan

200

itu cukup besar walaupun pemerintah berulang kali rnenjelaskan bahwa

200

itu sebenarnyc. masih kecil, oleh · karena itu batasan-batasan itu perlu di clear dalam kesempatan ini dan dicantumkan

sebagai formulasi baru dari substansi yang kita sedang bahas CIM 11 dan 11 A.

Kami persilakan pemerintah.

ANGGOTA F.PG (SYAMSUL BACHRI, M.Sc): Mungkin sebelum pemerintah.

Jadi kalau begini perkembangannya pembicaraannya berarti f;ebenarnya ada

3

tingkatan katakanlah ijin yang harus diperoleh oleh pengelola listrik, yang pertama ijin usaha kelistrikan, kalau levelnya lebih rendah lagi ijin operasL kalau dibawahnya lagi adalah pendaftaran atau wajib daftar. Oleh karena itu kalau begitu memang persoalannya itu dipecah Pak, jangan digabung antara ijin operasi dengan pendaftaran. Pendaftaran sendiri, jadi ijin operasi tadi itu sudah seperti itu. Lalu untuk skala lebih kecil lagi bukan ijin operasi namanya tapi wajib c!aftar itu juga ada definisinya sendiri, jadi ditarnbahkan saja satu ayat baru yang khusus menjelaskan wajib daftar itu jangan digabung Pak, nanti bisa confuse ijin operasi atau wajib daftar itu confuse nanti.

Jadi khusus ijin operasi lalu ada lagi sendiri wajib daftar skalanya mungkin yang kita diskusikan.

T erima kasih. KETUA RAPAT: Baik, terima kasih.

Dari pemerintah dengan tambahan tadi menggambar bahwa dari pembicaraan teman-teman itu ada ijin usaha, ijin operasi dan pendaftaran sebagaimana tadi telah disampaikan, kami persilakan pemerintah dengan fokus itu supaya kita bisa maju lagi.

Terima ka5ih. PEMERJNTAH :

Terirna kasih Bapak Pim~iinan.

Pertama menjelaskan kenapa angka 200 KV A itu ada mungkin itu nanti Bapak Poerwo bisa menjelaskan. Silakan.

PEMERINTAH :

Terima kasih Pak Yogo. Bapak Pimpinan.

Sebetulnya 200 KVA ini surlah tertuang juga dalam undang.undang yang lama dan pendaftaran untuk genset-genset yang 200 K VA ke bawah ini juga sucidi' berjalan. Jadi sekarang ini sudah berjalan, nah kenapa dipakai 200 pertimbangannya

(12)

kalau tidak salah adalah itu adalah kapasitas kira-kira kapasitas yang terbesar untuk suatu genset yang portable jadi itu. Namun kalau mengikuti perat:.Jran yang sekarang ada bahwa Pak Agusman betul tadi ada,.. batas bawah jadi kalau peraturan yang sekarang antara 5 KVA sampai dengan 200 KVA itu wajib daftctr, hanya diundang-undang yang lalu memang tidak disebutkan wajib daftarnya berapa.

Jadi hanya ditetapkan seperti ayat (2) oegini Pak ayat (2) yang baru tn1 111n

operasi sebagaimana ayat (1) dikecualikan untuk pembangkit skala kecil yang kapasitasnya diatur dengan peraturan pemerintah.

Nah PP nya itu menyebutkan antara 5 KVA sampai 200 wajib daftar, di bawah 5 KVA itu katakanlah genetaror tenteng untuk pedagang-pedayang KS itu nggak perlu mendaftar dan sebagainya begitu Pak.

Jadi itu kira-kira yang dapat kami jelaskan Pak. PEMERINTAH :

Terima kasih.

Jadi pada prinsipnya kami sudah rnengakomodasi apa-apa yang jadi aspirasi Bapak-bapak Anggota Devvan yang terhormat sehingga kami usulKan disini ada satu ayat baru, ayat (2) yaitu untuk mengkhususkan pemakai skala kecil itu diatur dengan peraturan pemerintah nanti disana tentang berapa yang wajib daftar lantas berapa yang tidak usah mendaftar tidak perlu dimasukan ke dalam undang-undang, karena terlalu teknis kalau masuk ke undang-undang kita akan teruskan pola lama tentang angka-angka itu, dan nanti kalau itu diperaturan pemerintah itu lebih mudah disesuaikan karena perkembangan teknologi akan mengubah berapa batas itu nanti, mungkin suatu saat nanti 5 KVA itu terlalu rendah lagi dinaikan iagi.

Kalau dalam peraturan pemerintah kita lebih fleksibel dibaridingkan dengan undang-undang. Tapi pada prinsipnya kami bisa mengakomodasi apa yang menjadi permintaan bapak-bapak dan ibu-ibu. Yang kedua, Pak Maksurn, kalau skalanya besar itu jangan hanya ijin operasi tetapi ijin yang lain. Kami rnemahami apa yang menjadi concern Pak Maksum bahwa banyak industri-industri yang mempunyai skala besar seperti lnalum kepentingan sendiri, Inca kepentingan sendiri, Krakatau Steel kepentingan sendiri, semua kepentingan sendiri tapi Caltex kepentingan sendiri mereka tidak menjual, mereka memakai untuk kepentingan mereka.

Nah sebenarnya perbedaan ijin usaha dengan ijin operasi, bedanya adalah sebenarnya, ijin usaha kalau matematikanya Pak, ijin usaha itu sama dengan ijin operasi plus tentang masalah harga jadi kalau ijin usaha itu masnlah harga dibuang ya seperti ijin operasi. Karena diijin operasi nanti ada masalah kelaikan. keselamatan, lingkungan. Nah kalau plus harga namanya ijin usaha, kalau harganya dibuang tetap sama ijin operasi. Sehingga dengan demikian kekhawatiran bahwa kalau nanti pemakaian skala besar itu kurang dikontrol, kurang mendapat perhatian dari yang berwenang itu saya pikir tidak perlu dikhawatirkan karena ijin operasi harus ada amdalnya juga Pak, harus ada kelaikan, harus ada keselamatan semua sudah terpadu karena pada prinisipnya ijin adalah untuk agar operasi ini aman, laik, amdal dan selamat.

Kemudian juga yuridiksinya, saya pikir memang concern Pak Maksum itu kalau skalanya besar apa bupati saja, kalau mernang lokasinya cuma misalkan di kabupaten Caltex itu di lndragiri kabupaten lndragiri, lndragiri hulu karena itu ijin operasi tidak perlu gubernur, tidak perlu menteri karena kita berbicara bukan masalah pada skala kita pada masalah yuridiksi wilayah, ijin karena kalau sudah masuk skala nanti repot Pak. ada nanti bentrokan kep1:mtingan bupati menganggap itu hak b1Jpati n~nti kalau mr-'!nteri itu menganggap itu terlalu besar kecuali hal-hal yang ditentukan berdasarkan undang-undang Pr> No. 2::> itu misalkan. Untuk pembangkit nuklir harus rnenteri. walaupun itu misalkan ada di kabupaten Cilar,ap itu

(13)

harus menteri karena itu ada pengaruh-pengaruh atau dampak-dampak strategis itu harus menteri tapi kalau yang lain-lain PL TU Batubara, PL TU Minyak, PL TAir, itu cukup berdasarkan yuridiksi wilayah. ,,

Kemudian lbu Rukmini, Pak zul dulu, tadi Pak Zul sama dengan Pak Maksum ya jawabannya. lbu Rukmini batas maksimal mungkin tadi yang sudah concernnya Bu ya, ijin operasinya batas maksimal sampai berapaoun harus ada ijin operasi karena yang dipentingkan adalah bukan pada masalah kecil besarnya tapi pada keselamatannya. Mendaftar terkait dengan biaya ini namanya mendaftar ya mendaftar tidak perlu biaya kalau pada pelaksanaannya ada biaya itu diluar apa yang ada diundang-undang ini.

Kemudian apa ijin bisa dipindahtangankan, saya rasa itu ada prosesnya Bu. Seperti kita mempunyai STNK bermotorkan kalau ubah pemilik ya musti diproses lagi begitu, tetap saja bisa. ltu masalah administratif yang bisa dilakukan setiap saat.

Demikian Bapak Pimpinan, kalau disetujui kami usulkan ayat (2) ini. ANGGOTA F.PG (IR. AGUSMAN EFFENDI):

Tadi yang apakah memang yang pertanyaan kami ter.tang diberikan kewenangan begitu besar kepada daerah tentang kapasitas tadi <iikatakan bahwa, saya langsung boleh Pak Ya ?

Bahwa silakan saja misalnya karena tidak menjawab tadi 50 MW pun silakan bupati saja, 100 MW pun karena itu didaerah wilayah kerjanya ya sJlakan bupati. Nah apakah itu sudah dikaji benar hal seperti itu begitu Iha. Sekarangkan tidak seperti itu, tapi dikaji betul apa tidak karena berkaitan dengan energi primer berkaitan dengan darnpak lingkungan karena amdal itu lebih banyak ada di provinsi kalau kita sudah berbicara lebih dari 5 MW itu sudah berrnacarn-rnacarn. Kasus-kasus kelangkaan rninyak diberbagai dearah akibat pemakaian yang tidak pada sektornya seperti di Bangka Belitung misalnya sektor transportasi terkalahkan terhadap sektor-sektor penambang liar, karena BBM nya masuk ke pompa cfan genset yang kapasitasnya ya rata-rata kecil tapi juga ada yang besar.

Jadi apakah sudah terpikirkan bahwa memang kewenangar ini tidak dibatasi, kabupaten kota mau 1000 MW silakan itu cukup kalau dia hanya butuh disitu cukup hanya bupati dan atau kotamadyanya ini yang ingin saya tahu persis.

KETUA RAPAT:

S1lakan direspon dulu apa yang disampaikan Pak Agusman. PEMERINT AH :

Terima kasih Bapak Pimpinan.

Apa yang dikhawatirkan Pak Agusman bahwa masalah skala itu sebenarriya sudah berlangsung pada saat ini bupati, walikota memberikan ijin operasi berapapun besar kapasitasnya karena kalau memang tidak lintas kabupaten atau lintas wilayah walikota, sebenarnya dampaknya untuk kabupaten itu bukan dan 1pak untuk di kabupaten di sebelahnya, sehingga kapasitas berapapun tanggung jawab bupati, dan sebenarnya kalau kita mengacu kepada PP 25 bupati, walikota mempunyai kewenangan dalam menentukan berba9ai hal.

Oleh karena itu sebenarnya kami melihat bupati walikota ini dari segi sumber daya manusianya itu ciasumsikan sudah mempunyai kewenangan. dengan demikian kami mengacu l<.~paci::\ c::ipa-apr:l ker8ngk.a yang sudah ada, jadi kami tidak mengasumsikan mereka belum mampu atau apa, Jadi kam1 mengasumsikan ::;en 1ua

itu berlangsung sesuai dengan apa yang telah ditetapkan kalau masalatrnya,

(14)

kemudian mereka belum mampu itu bukan masalah legal lagi, itu masalah pengembangan sumber daya manusia yang di luar dari ruang lingkup dari

undang-undang ini Pak. ,,

KETUA RAPAT : Pak Cornelis silakan.

ANGGOTA F.PG (ORS. CORNELIS TAPATAP):

Saya kira, apa yang dikemukakan oleh Pak Agusman perlu kita kaji baik-baik, karena teru~ terang memang sekarang ada daerah yang sudah mulai memikirkan kesana Pak. Jadi misalnya sumber itu ada pada daerah yang bersangkutan katakanlah airr'lya cukup yang nanti pengembangannya hanya bukan untuk kabupaten yang bersangkutan tetapi dia menjadi lintas kabupaten, nah ini berati ada ijin usaha dan ijin operasi itu yang saya pikir apa yang dikemukan Pak Agusman perlu kita kaji benar Pak, jadi ada pembatasan-pembatasan tertentu, sehingga kewenangan itu sampai dengan sekian itu bupati, sampai dengan sekian gubernur dan sampai dengan sekian itu menteri. Katakan misalnya di kabupaten bersangkutan itu misalnya dia sekian lebih dari 1 O MW apakah itu kewenan~an bupati atau gubernur atau kewenangan menteri karena menyangkut nanti bebera~a kabupaten.

Terima kasih. KETUA RAPAT :

Baik, Pak Agusman barangkali ada tambahan, sesudah itu Pak Maksum. ANGGOTA F.PG (IR. AGUSMAN EFFENDI):

Saya pikir bukan masalah kemampuan sumber daya rnanusia disini masalahnya saya kurang tahu persis pengalaman sekarang tapi rnungkin salah ya, sekarang saya yakin nggak ada bupati walikota mengeluarkam ijin operasi untuk kepentingan sendiri.

Sekarang keppres bukan itu, PP NO. 25 tahun 2000 tidak ada, Kepmen No. 455 tahun 20GO. kalau begitu kita kan harus mengatur, kan itu K1~pmen bisa kita

kalahkan dengan ini, kC:tlau tadi dikatakan bahwa masalah nanti kaiau sumber daya manusia bukan soal itu, tapi masalahnya akan timbul bukan hanya masalah itu energi primer akan ada masalah. lni kenyataan yang ada, hari-hati 1ni seperti itu energi primer yang terjadi.

Bagaimana kalau sekarang saya pengusaha risort saya memal<sakan pakai 50 mega watt, karena saya tau oersis disitu daerahnya rawan. saya pakai 50 mega watt cukup saya bermain dengan bupati walikota, saya tanam disitu 50 mega watt, akrena saya tau persis saya bisa mengambil BBM dari situ kan itl~ sesuatu yang harus dipikirkan. Bagaimana tingkat bupati.

Kalau menurut saya ini harus ada pengaturan, harus ada batasan, cuman soal batasannya berapa, apakah 5 mega watt atau 10 mega watt itu yang paling penting. Masalahnya tidak hanya masalah energi primer masalah bapedalda itu hanya ditingkat propinsi, tingkat kabupaten rata-rata belum punya banyak tingkat propinsipun kadang-kadang belum ada.

Saya berpikir masih perlu ada batasan, kewenangan boleh tE:tctpi ada batasan maksimal. Kal~u mega watt itu cukup besar satu kabupaten itu. untuk diluar pulau Jawa 5 mega watt itu, tapi untuk industri mungkin tidak terlalu besar, Cuma masalahnya begitu dia kongkalikong pengusaha ini kan macam-macarn, ada lukl

(15)

1ui-lukhul yang 'dia bisa pakai, dia inve$tasi sesuati cukup dengan ijin bupati, tapi setelah itu saya punya rencana apa biar langsung suit, ini kan hanya merubah sedikit pak.

Terima kasih. KETUA RAPAT : T erima kasih.

Pak Maksum, kami persilakan.

ANGGOTA F.PPP (ORS. H. MAKSUM ZAILADRY): Terima kasih pak ketua.

Dari ungkapan-ungkapan tadi, juga saya ungkap yang pe:tama tadi tentang batasan ini, jadi kalau 200 kilo KPA, itu gambarnya 200 ribu watt yang akan dioperasikan, itu mungkin bisa kita lihat kepentingan yang bersifat 1";adangan atau darurat untuk misalnya rumah sakit, dan sebagainya, apakah cukup sekian itu, apakah bisa kurang dari itu. karena ukuran yang disampaikan Pak Pur tadi itu adalah gambarannya itu jenis istilah mesin jetsetnya yang paling besar itu 200 KPA.

Saya sepakat kalau masalah yang bersifat darurat ini misalnya rumah sakit yang sangat penting itu ada pembangkit sendiri tatkala operasi dan sebagainya. tentang batas dibawah ini saya tidak begitu masalah, cuman masalah batas atas itu, tadi misalnya untuk monopolir saja meskipun untuk sat.u lembar tidak disitu, toh ijinnya keatas juga pak ke menteri, seperti pembangkit nuklir di Bandung misalnya 2 mega watt itu mungkin ijin itu bukan kabupaten nantinya, tapi justru dari menteri.

Untuk tingkat atas ini makin besar saya kira, kapasitas yang dipasang untuk keuntungan sendiri ini, rnakin konplek masalahnya. Jadi konpleksitas ini makin konplek rnasalahnya itu.

Oleh karena itu barangkali perlu ada batas pak, misalnya untuk ijin bupati,

maksimal untuk ijin operasi ini misalnya sampai kepada kapasitas -1 mega watt,

kemudian untuk propinsi 1 sampai 5 a tau 1 sampai 10, diatas itu ijin menteri. karena

tatkala misalnya kabupaten ini memasang 10 mega watt atau 20 mega watt yang cukup besar itu akan konplek sekali masalahnya dikabupaten itu. karena menyangkut daerah yang luas. dia perlu pembangkit yang kaitan juga dengan lingkungan, perlu transmisi yang juga menyangkut nanti rnasalah masyarakat itu akan k.onpleks, kita bukan tidak percaya kepada pemerintah daerah pak. tapi analisis mereka itu kan kadang-kadang relatif lemah dibanding tingkat yang lebih diatas. · kewaspadaan mereka juga.

Jadi mereka hanya ingin b;:ihwa ini perlu ada listrik sebesar itu untuk

kepentingan sebuah perkebunan misalnya, atau kepentingan sebuah industri yang cukup besar, mungkin kita kaji lagi, kemung\<:inan-kemungkinan kita membatasi kapasitasnya untuk tingkat ini. ltu yang pertama.

Yang kedua, pernah pengalaman terjadi cli Jawa Barat itu sebuah perkebunan memiliki pembangkit sendiri, dan mereka tidak hanya cukup untuk keperluan sendiri, tapi juga untuk masyarakat sampai kota Subang itu dulu pernbangkitnya dari perkebunan PNT berapa Subang untuk masyarakat. Mereka disitu rnungkin menjual murah listrik disitu kepada masyarakat disitu, disamping keperluan mereka sendiri.

Tadi sudah diantisipasi dengan kelebihari energi itu akan harus ijin dari pada badan Al atau mungkin sudah teratasi itu, tapi dulu mungkin tidak teranti'si;:iasi dalam UU, sehingga mereka bebas menjual kepada masyarakat dan ini bukan cadangan,

tapi utatna pak. sekati tagi rimpin~n rnungkin perlu kita pikirk(=ln ini ada sedikit

pembatasan tentang kapasitas ini untuk setiap tingkat ini. kabupaten m1salnya ya

(16)

Kalau untuk daerah kota industri mungkin 200 keatas itu tidc.ik masalah, di Tangerang misalnya, Bekas atau Serang, Begor rnungkin mereka perlu cadangan-cadangan untuk disesuaikan, tatakala lisjrik misalnya kurang stabil begitu untuk

kelancaran produktifitas mereka.

Demikian pak ketua. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih. Pak Zul.

ANGGOTA F.REFORMASI (DRS. ZULKIFLI HALIM, M.Sc):

Terimn kasih.

Saya sih tukang dukung sajalah, dukung Pak Maksum ini ada atas-atas, kemudian juga saya mendukung Pak Agusman ini ada kecermatan dalam ijin yang dikeluarkan kabupaten, Cuma barangkali alasannya agak berbeda sedikit dengan Pak Agusman. Kalau Pak Agusman ini melihat dari segi kenakalan para pemain mungkin. Selalu berpikir efisiensi kalau ada sumber energi yang murah disitu kenapa tidak, main terus kan. ini saya kira baik hatinya Pak Agusman rnengingatkan kita betapa para pemain ini.

Kalau saya melihat dari segi belas kasihan kepada konsumen. Jadi kalau toh tak sepenuhnya tidak termuat di pasal ini, tolong dicatat, maksudnya begini konsepnya itu konsumen listrik itu kita pandang sebagai satu kesatuan begitu pak, antara yang besar dan kecil. lni juga saya dapat pelajaran ini dar! perjalanan dialog kita kan. jadi kira-kiura seperti konsep negara nusantara, negara kepulauan itulah.

Jadi kita anggap kepulauan itu satu kesatuan jangan ada bolong-bolong,

kalau itu tidak kita anggap kesatuan kan

ada

laut bebas di laut Jawa itu jadinya. ltu mungkin perumpamaan yang tidak begitu pas, cuma maksud begini branagkali itu salah satu sebabnya, kenaoa didaerah integrasi ini listril< sangat lamban berkembang, karena konsumen besar itu mencukupi kebutuhannya sendiri, ini kan nanti setelah kebutuhan mereka terpenuhi baru nanti dijual kepada konsumen.

Dikatakan oleh Pak Dirut PLN kernarin seperti di Newmon misalnya kalau mereka berhenti beroperasi gelap lagi nanti tempat itu, ini kan artinya ada infra struktur yang harus kita bangun bersama.

Jadi berangkat dari semangat itulah, maka saya pikir disebuah kabupaten kota atau propinsi itu, kita melihat semua konsumen besar dan kecil dulu kita pandang secara, karena kan untuk efisiennya kan harus skalanya lebih besar. ltu kira-kira semangatnya pak.

Kemudian itu tadi termasuk ijin di kabupaten kota, sebenarnya bisa saja ada kabupaten yang punya potensi pembangkit disitu, tapi periduduknya sedikit,

kebutuhannya sedikit, tapi ~an dia bisa menjual ke kabupaten tetangganya. lni saya

kira dimungkinkan ini dia rnenjual, Cuma memang l<alau nanti kita ini kedepan, bisa saja nanti setelah ini pembangkit nuklir mungkin akan berkembang.

Kalau nuklir itu dikembangkan disatu kabupaten, sementara ada problem-problem l<emungkinan radiasi dan sebagainya. lni barangkall memang perlu keterlibatan instansi diatasnya beoitu, artinya dalam soal perijinan ini memang-barangkali perlu juga dikaitkan dengan energi primer yang diguna:<an.

(17)

-KETUA RAPAT:

Terima kasih. ,,

Dengan demikian, Pak Tunggul kami persilakan.

ANGGOTA F.PKB (PROG. DR. ING. K. TUNGGUL SIRA.IT): Terirna kasih.

Saya melihatnya dari segi keselamatan. Oleh karena itu disini juga harus jelas diformulasikan, walaupun soal angka bisa diatur did a lam PP, ~<arena berkembang teknologi. Yang pertama adalah mengenai ayat 1 ini, saya belurn begitu srek, belum begitu puas, yaitu penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri hanya dapat dilakukan dasar ijin operasi. Menurut saya ada tiga disini klasifikasi, jadi bukan hanya yang biru saja. Saya mengatakan dulu sekarang, hanya dapat dilakukan dasar ijin operasi, wajib daftar dan wajib kehati-hatian dan tanggung jawab sendiri. Karena itu bisa mengakibatkan baik pada tetangganya. Bagaimana batas-batasnya baru diatur didalam peraturan pemerintah, apakah 200 KPA, kemudian dibawah itu 5 KPA.

Jadi menurut saya harus selalu usu! yang disampaikan oleh Pak Agusman, saya kira memang makin besar kapasitas itu, makin banyak titik persoalan antara lain persoalan teknisnya dan juga dari pada segi keselarnatan dan juga persoalan lingkungan hidup akan ada nanti.

Jadi saya kira ini harus perlu ditampung, bahwa batas-bntasnya itu tidak kita tentukan sekarang angkzmya yaitu bisa diatur dalam peraturan pernerintah. Jadi yang dua-dua ini saya kira harus kita tampung formulasinya. Saya bukan karena ngotot, saya karena memang dari segi keselamatan kan banyak kebakaran-kebakaran disebut hubung singkat, dan juga saya tidak tau. Pernah ada disatu pembicaraan satu di PLN, mengenai pelistrikan desa katanya mau diturunkan persyaratannya standarnya. Saya dari awal tidak setuju itu soal keselamatan. Harus standar tetap standar.

Jadi jangan dibuat satu standar yang lebih rendC:Jh, karena itu so al keselamatan dilihat dari segi keselamatan. Jadi oleh karena itu stancJar tetap standar sama dari segi keselamatan. Jadi kalau angka-angka tidak bisa dikatakan karena perkembangan teknologi nanti, bisa diatur dalam PP yang sewaktu-waktu bis a dirubah.

Jadi menurut saya yang bisa merupakan klasifikasi, ijin operasi wajib daftar dan wajib kehati-hatian haru$ tanggung jawab sendiri. Jadi bertanggung jawab yang bersangkutan itu, tidak usah mendaft.ar, tapi kehatian-hatian harus tanggung jawab sendiri. Kalau ada kebakaran dia tanggung jawab, ada orang meninggal dia tanggung jawab. Nanti ada orang meninggal masuk asuransi, rnanulaik tidak mau bayar manulaik nanti dituntut supaya, kira-kira begitu. supaya jelas ini.

Lalu yang kedua, bahwa ada ba.tasan-batasan ijin apa yang dberikan oleh bupati atau walikota sarnpai batas mana, gubernur mana, menteri mana. Saya kira ini segi keselamatan.

Terima kasih.

KE'TUA RAPA T :

Baik, terima kasih.

Pak Royani, kami persilakan.

(18)

ANGGOTA F.PDIP (ROYANI HAMINULLAH):

Mungkln pendekatan saya dari Pa~,Zul. Sebab Pak Zul itu selalu atau Pak Maksum pendekatannya kewenangan daerah atau otonomi daerah. tadi dikemukakan yang kita bahas ini tentunya pertanyaan dari Pal<. Agusman soal batasan.

Saya melihat untuk kewenangan daerah, marilah kita coba hormati, kita jangan terlalu rujudais kepada bupati entah main itu, main ini, kalau main menteripun bisa untuk itu, jadi kalau hal yang sangat teknis saya mengusulkan sebaiknya peraturan pemerintah saja 1.mtuk itu. jadi kami sependapat soal ayat 2 ini.

Jadi marilah kita berpercaya kepada bupati untuk kangkalikong tadi dengan pengusaha, tentunya dimana saja bisa jadi kalau soal sangat teknis sebaiknya diperaturan pemerintah. Mungkin yang dikemukakan oleh Pak Tunggul seal keselamatan mungkin dipasal lain atau bagaimana. Jadi kalau hal yang sangat teknis sebaiknya diperaturan pemerintah dan kita menghormati dari pada keotonomian daerah.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Baik, terima kasih.

Jadi be0erapa hal yang tadi sampaikan oleh teman-teman c;ari dewan, pada dasarnya menghendaki supaya ada pembatasan yang tegas dari pada pembangkit skala kecil yang dberikan, dan secara umum mengatakan bahwa

200

itu cukup besar. Oengan demikian pemerintah tadi juga sudah menjelaskan bahwa itu hal yang secara teknis akan diatur didalarn peraturan pemerintah.

Kemudian juga masalah keselamatan, dan lingkungan hidup sebagaimana disampaikan oleh Pak Tunggul yang didukung oleh Pak Royani. Apa1<ah itu dalam pasal ini atau bagian lain, termasuk dengan usu! kehati-hatian sebagai salah satu ijin disamping operasi dan wajib lapor. Saya tidak tau itu normatifnya bagaimana, tetapi suhstansi yang disampaikan oleh teman-teman. Dari pihak pemerintah pada dasarnya itu dapat diterima dan sama dengan UU no. 15 yang lalu, tetapi teknis diatur did a lam peraturan pemerintah.

Dengan demikian pemerintah rnengusulkan tambahan dari pada p:isal 11 ayat yang ke 2, bahwa ijin operasi sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 dikecualikan untuk pembangkit skala kecil yang kapasitasnya diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah. Asumsi sementara tadi yang kecil itu 0 sampai 5 itu bebas, tetap Pak Tunggul minta supaya ada unsur kehati-hatian disi:u. Kemudian 5

sampai d~ngan 200 itu wajib daftar.

Barangkali itu yang ingin karni sarnpaikan, dan kepada pemerintah apakah masih ada hal yang disampaikan lagi.

Kami persilakan. PEMERINT AH :

Terima kasih

pimpinan.

Rupaya untuk batas bawat1 ini kita sudah lebih mengerucut, ~ampir mendapat kesamaan pendapat. Ada batas-batasnya. Tadi disebutkan O sampai 5 tidak perlu mendaftar, 5 sampai 200 KPA daftar, dan disitu ijin operasi. ltu kami masukan kedalam ayat 2. bahwa nanti pada peraturan pemerintah itu angka-·angka itu diatur kemudian. dan anaka-anok8 ini akan bP.rsifat dinamis pleksibel, karena setiap saat akan berubah. Mungkin 10 tahun lagi 5 KPA itu terlalu renaah harus dinaikan,

(19)

sehingga 1

b

KPA kebawah tidak perlu mendaftar, tidak peerlu dimasul<an keundang-undang saja.

Jadl kesan Pak Prof. ·ri.;:nggul,

bahwa

harus dlmasukan wajlb daftar dan keselamatan ltu sebenarnya bias dlmasukan ke ayat 2 ltu, tldak pel'lu seeara tidak tertulis disana, dan mengenai aspek keselamatan sendiri, sebenarnya nanti ada dibelakang ada pasal-pasal sendiri. Kalau orang berhubungan b'9rkaitan dengan instalasi listrik, peran listrik itu harus apa, bagaimana keselamatan itu ada dipasal-pasal di Sab 9 ayat 2. Bab 9 lingkungan hidup dan keselamc:1tan l<etenagalistrikan nanti dibelakang itu ada ayat-ayat keselamatan itu.

Jadi untuk masalah yang batas bawah, kayanya kita sudah mengerucut istilah Pak Yoseph ini. Sekarang tinggal batas atas, sebelum kita bicara atas, mohon kita kembali kepada awal bahwa sebenarnya ijin operasi itu, itu sudah lengkap karena itu menangani masalah keselarnatan, masalah amdal. Ada study amdalnya, dalam hal ini harus disetujui oleh bapedalcia, bapedalda diseleuruh Indonesia kan mempunyai satu standar yang sama, kriteria yang sama, untuk melihat apakah kegiatan ketenagalistrikan itu baik atau layak lingkungan atau tidak. Jadi standarnya sama semua kabupaten.

Jadi ada kelayikan, keselamatan, perlindungan masyarakat. keselamatan, semua ada standarnya. Siapapun apakah itu di kabupaten Tangerang itu sarna, tidak ada perbedaannya. Begitupun kalau ditaruh di propinsi ya tetap sama standarnya itu juga. Jadi disini untuk masalah keselamatan, kelayikan, amdal, keselamatan ini daerah herarki, siapapun yang menilai itu ada riset sendiri, ada kriteria sendiri, metode sendiri yang baku, yang standar. Jadi tidak per!u ada satu kekhawatiran bahwa yang dilakukan kabupaten akan begini, yang dilakukan gubernur akan begini sama semua. Yang dilakukan oleh pusatpun study amdalnya sarna semua, kita punya kriteria yang sama.

Mungkin yang dikhawatirkan Pak .i.\gusman, itu pelaksanaan implernentasinya. Tadi Pak Royani sudah menyampaikan juga sebenanrya bahwa nanti pada implementasinya itu tidak perlu ada kekhawatiran sebetulnya, karena kita sudah mengasurnsikan bahwa siapapun yang meneluarkan ijin itu, siapapun yang berwenang itu mempunyai otoritas. mempunya1 kemampuan kapasitas yang kita berikan kemampuan kapasitas semaksimal mungkin yang kita beri:<an sesuai dengan undang-undang ini. Tidak ada unsur keraguan dari kami untuk memberikan kewenangan ini kepada tingkat kabupaten atau walikota itu.

Jadi mohon untuk dipahami bahwa berapapun besarnya itu sE;.lama itu adalah diwilayah kabupaten walikota itu, maka wewenang bupati atau v1alikota. Dan kalau boleh saya untuk mengacu kepada PP No. 25, yang kernarin disebut-sebut sejauhmana kewenangan pusat. Pusat itu wewenangnya kalau boleh saya bacakan. Pengaturan pembangkit transmisi dan distribusi ketenagalistrikan yang masuk dalam grit nasional. Jadi sudah grit nasional sudah lintas propinsi itu, dan pemanfaatan tenaga listrik pembangkit tenaga nuklir, serta pengaturan pemanfaatan tambang radio aktif. jadi itu pusat, yang lain daerah. Kalau kita bilang kapasitas

1000

mega watt harus pusat, nanti akan timbul satu konplik dengan PP ini. yang saya pikir perlu kita hindari.

Kalau boleh ijinkan kam1 rnengacu kepada kesepakatana kemarin. Pada DIM Nomor 86 pasal 1 O B, bupati a tau walikota untuk usaha penyediaan tenaga listrik didaerah masing-masing dan tidak terhubungan dengan jaringan t.ransmisi nasional sesuai dengan RUKD. lni tidak ada batasan pak. jadi kesepakatan kemarin tidak ada batasan. Jadi mohon apa yang saya pikir jiwa dari kewenangan bupati walikota ini

!u~a bis~ diteru$kan untuk ijin operasi. Terima kasih pimpinan.

(20)

KETUA RAPAT :

Salk, terlma kaslh. ,,

Kami 1ri;1n meMgu1ulk1m buat forum Int, t>anwa v•ng r~tbaw• tadt oleh

pemer1ntah sudan mengkerueut o sampai dengan 5, tapt angka besar yartu pada dasarnya setuju diatur dalam PP. apa yang berkembang oleh oanja DPR agar didalam penjelasan itu tadi diusulkan supaya juga sudah dimasukan, tapi oleh pemerintah PP.

Dalam PP itu barang kali teman-teman dapat menerirna untuk kita

niengesahkan DIM kita atau percaya saja pada Pemerintah, karena tadi sudah dibacakan juga kepmen dari PP 25, dimana sebenarnya sudah mE·ngatur apa-apa saja yang menjadi gread nasional termasuk dengan nuklir, kalau memang diterirna

untuk itu dimasukan dalam PP, barangkali tidak ada konflik antara PP dengan

Undang-undang ini dan itu bisa kita s.yahkan. Apa itu diterima Pak Maks um, masih

ada

Pak

maksum dan Pak Cornelis kami persilakan.

Pak Maksum lebih dahulu.

ANGGOTA F.PPP (DRS. H. MAKSUM ZAILADRY):

Untuk pasal 11 ayat 1, 2, A, B, C saya kira itu memang dipelukan ini ada masalah lokasi dan kewenangan yang memberikan ijin operasi ini pak, hanya kaitan dengan apa batas atas tadi apakah ini akan dimasukan dalam peraturan pemerintah · ataukal1 di dalam penjelasan, ini kalau misalnya dimasukan batas atasnya itu saya sepakat yang ini, tapi batas atas ini dimana ini meletakannya gitu apakah diletakan atau tidak gitu.

T erima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih.

Selanjutnya Pak Cornelis kami persilakan.

ANGGOTA F.PG (DRS. CORNELIS TAPATAB): Terima kasih Pimpinan.

Kami dapat memahami penjelasan pemerintah berkaitan dengan ayat 1 pasal

11 cian ayat 2, dan itu memang diatur lebih lanjut pada pasal 'JL. itu mengenai ijin usaha. Kemudian ijin operasi akan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah, namun yang kita maksud disini dalam peraturan pemerintah seperti dimaksdu dalam pasal 12 ini apa yang kita bahas tadi tentang batas-batas minimal itu harus di jelaskan atau diatur di dalam peraturan pemerintah, jadi saya kira itu yang kita mint2 pak, jadi kami memahami ini.

Terima kasih pimpinan. t<ETUA RAPA T : Baik terima kasih.

Jadi masih ada lagi Pak Tubagus silakan. ANGGOTA F .PG (TUBAGUS HARYOMO) : Terirna kasih pimpinan.

Saya hanya sedikit saja menyimak tadi apa yang disampnikan oleh Pimpinan

juga, barangkali ini hasil diskusi bahwa ada ketentuan bata~ minimum yang tadi

k~lau tidak salal-1 mau sarnrai lim;::i KV begitu tidak perlti minta ij;n, hal yanq perlu diantisifasi barangkali adalah kebiasaan masyarakat kita gitu, okey kalau memang sampai lirna itu engak pakai ijin bikin saja dipilah pilih lima kemudic.n sampai lima,

(21)

aklbatnya' blsa juga banyak gitu. lni harus ada ketegasan se111i•1lah sepertinya misalnya kalau sekian sampai sekian itu wewenangnya ada di Bupati sekian sampai

1ekl1n,

ada

di Qubernur dlpee11'\ .. peoah

a,eJ•

b•gltu. Nin I~ juga t1:1rue 1aya klra barang kall di Peraturan Pemerlntah harus tegas kalau engaK sekalian saja semuanya harus ada ijin gitu, ini yang barangkali perlu perhatian.

Yang kedua saya juga ingin mengingatkan kita semua bahwCl yang kita bahas disini ini kan sudah demikian banyaknya, saya mungkin ingin bertanya juga kepada prmpinan apakah kita sudah mendapat ijin dari subtansi yang lebih tinggi ini, artinya apakah kita mendapat kewenangan dari instansi Raker untuk membuhas tambahan-tambahan DIM yang begitu banyak, ini memang ini instropeksi saja kalau memang sudah dapat ijin dari Raker saya pikir tidak jadi masalah, tapi kalau tidak dapat ijin dari Raker barangkali nanti harus kita kepada raker untuk menyetujui ini gitu.

Nah kalau disetujui raker berarti tidak jadi problem tapi kalau Raker tidak menyetujui, ini masalah kita sudah bahas begitu banyak DIM tam'::>ahan-tambahan ternyata raker tidak menyetujui, saya mengusulkan kepada pimpinan barangkali perlu ini disela-sela ini ada satu raker lah untuk meligitimasi apa yang kita bahas, kita capai bahas sampai malam-malam, berhari hari begitu ternyata nanti di raker di tolak.

Terima kasih p1mpinan. KETUA RAPAT : Terima kasih. Pak Zul silakan.

ANGGOTA F.REFORMASI (DRS. ZULKIFLI HALIM, M.Sc): Terima kasih.

Yang pertama memang betul ada beberapa ha! yang menanggapi mungkin betul pak Tubagus, ada beberapa ha! mungkin sudah kita bicarakan berkali-kali bahwa ini memang bukan DIM yang kita di bahas di dalam di amanatkan oleh Raker, tetapi ada DIM yang memang memungkinkan kita untuk membahas seperti misalnya yang sekarang kita bahas memang masuk dalam panja, misalnya pasal 1 mungkin dia berubah menjadi ayat rnungkin kita laporkan bahwa ini tidak satu ayat tapi dua ayat, tapi masalahnya berkaitan dengan ayat yang sama tetapi memang ada yang betu1-betul DIM baru.

Pada saat kami memimpin panja kita katakan bahwa !ni harus dilaporkan kepada R.aker, kalau Raker ticlak setuju otomatis tidak setuju dengan pembahasan kita tapi karena pembahasannya berkaitan dengan pasal yang mernang dibahas di dalam panja, ada beberapa ha! yang memang harus kita laporkan kepada raker dan itu konsekwensi yang selalu saya bicarakan setiap ada DIM baru, bahwa ini harus ada persetujuan Raker itu selalu diutarakan berkali-kali, jadi memang konsekwensi · itu harus kita terima pada saat nanti di raker, tapi pada saat itu memang tidak memungkinkan ini dipecah-pecah pembahasannya, karena masalahnya berkaitan dengan pasal yang sama, nah ini yang perlu dilaporkan nantinya tapi itu setuju untuk membicarakan, ada interval tE!rtentu pada saatnya kita harus mernberikan laporan kepada raker, bahwa ada hal-hal yang baru untuk disampaikan, itu yang pertama.

Yang kedua nanti saya pikir yang pertama ini perlu untuk kita pahami bersama supaya nanti pada saatnya tidak ini tidak menjadi sesuatu yang mubajir karena berkali-kali di utarakan yang kedua kalau kita lihat ayat 2 ini kan .sebenarnya tidc:1k perlu lagi karena nanti dipasal 12 sud ah ada gituloh jaclikan sud ah acJa- nanti pasal 12 nantikan pasal 8, pasa1 10, pasal 11 diatur oleh Peraturan Pemerintah jadi kalau ini diberikan khusus he:tnya untuk ini peraturan Pemerintah oadahal nanti ada peraturan lagi engak boleh jadi sebenarnya ini semuanya urutannya seperti itu jadi diatur oleti Peraturan Pemerintah.

(22)

Yang kedua juga banyak hal yang pemerintah rnenarlk karena sudah ada di DIM yang berikutnya, misalnya di DIM dua ratusan misalnya pura-puradi tarik kepada DIM yang baru itu juga sesuatu yang haru~ di laporkan memang juga kebetulan DIM mendapatkan bagian yang diamanatkar, oleh raker untuk menjadi pembahasan di panja.

Nah yang ketiga memang tadi di sebutkan dibutuhkan ada batas bawah tetapi tadi disebutkan pemeritnah juga sudah mengatakan akan ada aturan pemerintahnya, dan kita titipkan saja sesuai dengan kemajuan Teknologi mungkin saja suatu saat yang namanya generator teng teng itu tidak lagi maksimum 5 Kv ya mungkin sekarang bisa sampai 10 KVA kecil, mungkin makin teknologi makin cangih makin kecil dia, jadi saya setuju tetapi kalau kita lihat di peraturan pernerintah

25

tahun

2000,

sekali lagi saya mengatakan bahwa peraturan pemerintah

25

tahun

2000

itu bagian itu bagian dari pada peraturan pemerintah yang rnungkin saja kita bisa berikan yang lebih tinggi adalah undang-undang.

Nah kalau kia lihat undang-undang tahu undang-undang

22

tahun

2000

tentang otonomi daerah dan di jabarkan dalam peraturan pemerintah tahun

25

tahun

2000

tentang kewenangan, itu memang sampai distribusi dan ada l2in sebagainya kewenangannya tidak ada di kabupaten, sebenarnya yang ada itu di tingkat profinsi, di tingkat kabupaten mengenai pertambangan dan energi tidak ada itu khusunya di tenaga listrik, tolong di eek saja.

Jadi sebenarnya saya sangat mungkin kalau sampai dengan profinsi masih memungkinkan, saya kurang tahu persis cuma yang saya baca bahwa PP 25 itu wewenang profinsi ini tetapi ada wewenang pusat and gread nasional plus energi yang dari nuklir kalau engak salah seperti itukan hanya satu yang diambil oleh pemerintah pusat yaitu energi nuklir dan gread nasional, lalau pasal yang awalnya pasal 2 kalau engak salah itu kewenangan profinsi ini ini pasal 3 kalau engak salah ya.

Oleh sebab itu menurut saya bisa saja wewenang tetap di daerah tetapi daerahnya apakah kabupaten kota ataukah profinsi ini masalahnya, nah kemarin engak ada khusus untuk ini engak ada, jadi maksud saya kalau inipun kita baca di Kepmen Menteri inikan sebenarnya mengacu pada PP 25 tahun 2000 kan sebenarnya undang-undang yang akan kita bikin kan untuk melihat undang-undang 22 tahun 99 tolong PP 25nya merupakan kerangka acuari saja kan bagi kita.

Saya lebih cenderung untuk memberikan peraturan pemerintahnya setuju pada batasan bawah tapi batasan atas juga pemerintah harus me:nbuat batasan tetapi tidak perlu sampai menteri misalnya beri wewenang, tapi sampai jauh mana apakah ini kabupaten ataukah profinsi itu masalahnya, jadi wewenangnya ada di profinsi lebih cenderung profinsi mungkin nanti peraturan pemerintahnya yang mengatur untuk tingkat kabupaten, sekian untuk profinsi sekian.

Jadi itu ada di wewenang di claerahnya mungkin ke Menterinya okey karena itu sudah menyangkut pada lintas profinsi mungkin itu menteri nantinya.

Terima kasih. KETUA RAPA T : Terima kasih Pak Zul. Silakan.

ANGGOTA F.PDU (DRS. H. ASNAWI LATIEF): Terima kasih.

(23)

•. •_•r•

Iii t1ttHlk•1 lkUt komentar

Juaa

1n1_ t anu1n.1 vang b•rkitrn __ bang di vak_inl

I •• •. . I r ~•r•

,.itl

mfittnlMdfU1R IMI f;:tlM 11'11 tltiiflUUll i'.darl DIM van~ il!ld~

tr1 ..

,,.,r1~:

IM v•n1

IH'IA

in1 1wpi1111y• '111lill d11•l•11ikal"\

6\UPllYN ••111

11Ah!U1 l'flltil.ilhl

munoullaM

OIM

yang baru, 1u111•eru1 ada hai-ttial yang ttoaK terjawab delal'f1 J.?l!lial 1tu,

nah ltu dlural dalam tnl tapl seya l<lra memang nantt 1n1 urusan di Raker, ya paling tidak cara kita memandang dululah bahwa ini merupakan bagian dari solusi untuk meniecahkan DIM-DIM yang sudah ada dalam buku tebal itu, nah kemudian kembali ke ini batas ijin operasi ini ada kalimat yang sangat indah dari pemerintah tadi bahwa kami tidak pernah ragu-ragu memberikan kewenangan kepada daerah dan saya juga tahu bahwa Departemen SOM itu termasuk departemen yang memang cukup maju dalam melakukan penyerahan-penyerahan kewenangan ke daerah dibandingkan Departemen Kesehatan misalnya, itu masih banyak di tandul itu.

Nah kalau begitu soalnya kita akan lebih mudah dalam menentukan ijin operasi ini kita kasih seja batas gitu ya, jadi okey ada ijin operasi dengan ini ini bahwa pasal ini memang ayat 2 nya sudah bisa termasuk juga dalam pasal 2 bagus tapi karena ini akan diurai barangkali memang perlu muncul, art;nya gini kita kasih batas misalnya dua ratus itu sebagai batas, nah di bawah dua ratus lalu urusan daerah rnenentukan prosedur pembelian ijin operasinya, kemudian yang di atas dua ratus tata cara pengeluran ijin operasinya ditentukan oleh pernturan pemerintah, sebab kalau yang kecil ditentukan oleh pemerintah, ukuran kecil di jawa kan beda dengan ul<uran kecil di nunggu gituloh, nah saya berangkat dari statmen itu bawah ya sudah kita beri saja kewenagan daerah bahwa misalnya di bawah 200 KVA itu ya sudah itu diberikan kewenangan daerah untuk menentukan tata cara pemberian iijinnya, kemudian yang diatasnya 200 nanti lebih lanjut tata car~ ijin operasinya diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.

Jadi sebab begini pak cara membaca PP 25 itu, itu sebenarnya PP 25 itu menjabarkan satu kata dari pasal atau pasal berapa nomor 22 itu dan lciinnya, jadi enam kewenangan ya politik luar negeri dan setrusnya di tambah lainnya dan lainnya itulah yang diurai beranak pinak dengan PP 25 itu, selain itu sern~a yang tidak tersebut disitu itu kembali kewenangan kabupaten kota, nah jadi okey lah itu saya kira satu refrensilah karena memang kedudukan yang kita bahas ini lebih tinggi dari PP, nah saya akan lebih mudah kita bagi dua aja bahwa batas bawah silakan daerah meng2tur prosedurnya sendiri memberikan ijin operasi di ata~nya itu, nah ini peraturan pemerintah sebab kalau yang bawah dalam kalimat ini skala kecil ya gimana pemeritnah pus2t harus tetek bengek dalam luasan yang sangat luas inikan malah lucu jadinya gitu pak.

T erima kasih. KETUA RAPAT : Baik terima kasih.

,ladi pada dasarnya bersepakat dengan apa yang sudah kita pahami bersama, tapi mengenai batasan besarnya dari teman-teman tadi rninta untuk itu di konkritkan apakah itu dalarn penjelasan maupun dalam PP itu c!ari pemerintah harus menyikapi itu apakah dari penjelasan yang sekarang ada atau PP, kalau pemerintah mengambil sikap terhadap besar itu barangkali DIM ini akan selesai, adapun mengenai usul Pak Tubagus tadi soal raker cela untuk mengatur apa-apa yang sudah dilakukan berkenan dengan DIM yang baru muncul itu internal dewan dapat melakukan itu, itu yang ingin kami tuangkan tapi masih ada Pak Latif kami persilakan.

ANGGOTA F.PDU (ORS. H. ASNAWI LATIEF):

Sciya ikuti tadi helum ada kesepakatan walaupun ada kesepahaman beberapa hari yang lalu sebenarnya hukum itu kesepakatan kita engak usar1 rujuk pada PP L5, sebab ini dibikin ini undang-undang l<alau kita memang sepakat beda itu mari kita

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan menggambar pada anak dipercaya sebagai salah satu bentuk penyaluran emosia yang efektif dan kegiatan menggambar juga dapat sebagai bentuk terapi yang

Minggu berikutnya saya banyak belajar mengenai Fiber Optik secara fisik karena saat itu sedang mengalami gangguan sehingga harus melakukan troubleshooting dan saya diperbolehkan

Berdasarkan uji daya hambat 12 isolat bakteri endofit kulit batang tanaman terap memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri isolat klinik S.aureus

Karena kita harus menghormati kedaulatan pemerintah daerah di dalam hal- hal yang bukan listrik ya, dan listrik ini harus mengacu atau mematuhi peraturan- peraturan

Terima kasih pada. Beberapa perternuan terakhir kelihatan sudah banyak argumen sudah dibicarakan, saya ngajak untuk bagaimana kita melal&lt;ukan kesepakatan

Pendekatan biofisik dan ekonomi diperlukan dengan mengidentifikasi komponen-komponen yang mendukung terhadap keberlanjutan sumberdaya agar pemanfaatannya tidak

Saya kira ini memang masih ada kaitan · dengan apa yang dibicaral&lt;an sebelumnya, kalau saya menangkap disini bahwa di daerah yang belum kompetisi itu bisa tidak ada

, Saya tidak tahu apakah teman kami dari F.PDIP sudah bicara tapi begini saya enggak tapu posisi pemikirart sekarang kalau saja usulan dari F.TNI/POLRI tnenjadi pegangan kita itu