• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat berlangsung melalui media massa. misalnya radio, televisi, film dan media cetak. Pada media massa modern

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat berlangsung melalui media massa. misalnya radio, televisi, film dan media cetak. Pada media massa modern"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Massa

Kalau kita berbicara tentang komunikasi massa, tentu media massa tidak akan ketinggalan untuk dibicarakan, karena komunikasi massa, hanya dapat berlangsung melalui media massa.

Yang dimaksud media massa disini, adalah media massa modern, misalnya radio, televisi, film dan media cetak. Pada media massa modern perkembanganya akan selalu seirama dengan perkembangan teknologi elektronika. Kata modern disini mendapat tekanan, agar kita bisa membedakan dengan media massa tradisionil, misalnya, lenong, ludruk, kethoprak dan sebagainya.

Sekarang marilah kita bahas pertanyaan kita tentang apa yang dimaksud dengan komunikasi massa. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita dapat melihat batasan tentang komunikasi massa, seperti yang disampaikan oleh Bitther, J.R. dalam bukunya Mass Communication: An Introduction.

(2)

“Mass Communication is massage communicated through a mass medium to a large number of people”.1

Komunikasi massa adalah pesan komunikasi melalui media massa kepada orang banyak. Dari pendapat ini, terlihat bahwa Bitther lebih menekankan kepada pesan komunikasinya, belom memberikan pengertian tentang komunikasi massa itu sendiri. Oleh karena itu berbagai pernyataan timbul. Apakah komunikasi itu pesan atau sebagai suatu proses komunikasi melalui media massa?

Tentang komunikasi massa tersebut, Edwin Emery, Phillip H. Ault, Warren K. Agee, berpendapat sebagai berikut:

“this is mass communication-delivering information, ideas and attitudest a sizable and diversified audience through use of the media developed for that purpous”2.

Komunikasi massa ini menyampaikan informasi, ide dan sikap kepada berbagai komunikan yang jumlahnya cukup banyak dengan menggunakan media massa.

      

1Bitther dlm Darwanto, Televisi sebagai media pendidikan, 2011 hal 28 

(3)

Massage In Chanel

A

Feedback

Sumber (S) menyampaikan laporan oleh Komunikator melalui saluran control redaksi (E), beberapa khalayak (A) menerima pesan secara langsung maupun tidak langsung, tetapi beberapa di antaranya kurang memerhatikan, dan hubungan timbale balik khalayak terjadi pada proses ini.

Pendapat Emery tersebut, menunjukkan perbedaan penjelasan tentang arti komunikasi massa. Lain lagi pendapat dari Warner I. Severin dan James W. Tankard Jr, yang lebih memerinci tentang berlangsungnya komunikasi massa, seperti dinyatakan dalam bukunya Communication Theories, Orgins,

    S 

       C 

(4)

Methods, Uses yang dikutip oleh Drs. Onong Uchahyono Effendi, sebagai

berikut:

“miss communication is part skill, part and part sciene, it is a skill in the sense that involves certain fundamental learnable techniques such as focusing a television camera, operating a tape recorder or taking notes during an interview. It is art in the sense that involves creative challenges such as writing a script for a television program, developing an aesthetic lay out for a magazine and or coming up with a catchy lead for news story. It is a sciene in the sense that there are certain principles involved in how communication works that can be verieved an used to make things work better”3.

Komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni dan sebagian ilmu, keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat di pelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah

      

(5)

atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yeng dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik.

Berdasarkan batasan-batasan tersebut menjadi semakin jelas apa yang dimaksud dengan komunikasi massa itu dan Drs. Jalaludin

Rakhmat, M.Sc. telah merangkumnya dalam suatu pengertian sebagai berikut: “komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat”.4

Dari rangkuman tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Komunikan dari komunikasi massa jumlahnya banyak dan tersebar heterogen serta.

b. Dalam berkomunikasi memerlukan sebuah “medium”, media cetak atau media elektronik, atau dengan kata lain media massa modern.

      

(6)

Kedua kesimpulan tersebut akan merupakan bahan bahasan yang sangat menarik, bukan saja dari segi komunikator, pesan, komunikan yang masing-masing akan merupakan bahan tinjauan tersendiri. Demikian pula televise sebagai media pendidikan akan dibahas tersendiri.

2.2 Komunikasi Antar Budaya

Kajian komunikasi antarbudaya sebenarnya secara teoritis berakar dari relasi sosial antarbudaya yang merupakan bidang kajian antropologi. Dalam kajian tersebut interaksi yang terjadi antarmanusia yang berlainan budaya dipandang sebagai suatu relasi antaretnik yang melibatkan pertukaran budaya. Persamaannya disini, kajian komunikasi antarbudaya merupakan suatu bentuk pendekatan dalam melihat perspektif relasi antarbudaya. Namun, kajian ini melihat dalam bingkai atau konteks komunikasi sebagai suatu proses interaksi sosial antarmasyarakat yang berlainan budaya.

Mulai dari pergeseran percepatan mobilitas manusia dalam memperpendek jarak wilayah regional yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi komunikasi juga menyebabkan fenomena-fenomena kajian antaretnik yang tadinya lebih diminati para antropolog, sekarang juga banyak diminati oleh para ahli komunikasi.

(7)

Istilah komunikasi antarbudaya pertama kali diperkenalkan oleh seorang antropolog Edward T. Hall dari empat decade lalu. Akan tetapi bidang ini sebenarnya bukan merupakan fenomena baru, hanya saja studi yang secara sistematis mengkaji masalah ini baru secara komprehensif dilakukan selama 30 tahun terakhir ini.5

Menurut Maletzke (1976) komunikasi antarbudaya (intercultural communication) adalah proses pertukaran pikiran dan makna antar orang-orang berbeda budaya. Komunikasi antarbudaya pada dasarnya mengkaji bagaimana budaya berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi; apa makna pesan verbal dan nonverbal menurut budaya-budaya bersangkutan, apa yang layak dikomunikasikan, bagaimana cara mengkomunikasikannya, kapan mengkomunikasikannya, dan sebagainya.6

Komunikasi lintas budaya merupakan salah satu varian penting dalam komunikasi antarbudaya yang secara tradisional membandingkan fenomena komunikasi dalam budaya yang berbeda. Pada dasarnya, ketika kita berinteraksi kapan pun dengan orang lain yang telah dibekali seperangkat pemahaman yang berbeda mengenai dunia, kita telah terlibat dalam komunikasi lintas budaya.

      

5 Syaiful Rohim 2016, Teori Komunikasi, hal 210  6 Syaiful Rohim 2016, Teori Komunikasi, hal 210 

(8)

Kelompok antaretnik merupakan bidang lain yang menghubungkan komunikasi dan budaya.

Komunikasi etnik adalah kelompok yang ditandai dengan bahasa dan asal usul yang sama. Oleh karena itu komunikasi antaretnik juga merupakan komunikasi antarbudaya. Dengan kata lain, komunikasi antaretnik merupakan komunikasi antarbudaya, tetapi komunikasi antarbudaya belum tentu komunikasi antaretnik. Komunikasi antaretnik ini juga mencakup komunikasi antar ras. Ras adalah sekelompok orang yang ditandai dengan ciri-ciri biologis yang sama. Dalam tataran yang lebih luas lagi yang beririsan dengan komunikasi antarbudaya ini yaitu komunikasi lintas negara (komunikasi internasional), merupakan komunikasi yang berlangsung pada tatarab negara, yang berarti melewati batasan-batasan negara.7

2.3 Budaya Papua

Papua adalah sebuah provinsi terluas di Indonesia yang terletak dibagian tengah pulau papua atau bagian paling timur papua bagian barat (dulu Irian Jaya). Di Papua terdapat ratusan bahasa daerah yang berkembang pada

      

(9)

kelompok etnik yang ada. Berbagai bahasa ini telah menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi satu sama lain. Oleh sebab itu, bahasa Indonesia digunakan secara resmi oleh masyarakat-masyarakat di Papua. 8

Keagamaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di papua dan dalam hal ketuhanan. Mayoritas penduduk papua beragama Kristen. Namun dengan perkembangan jaman yang ada banyak papua yang memeluk agama lain.

Orang asli Papua adalah mereka yang berasal dari ras Melanesia, yaitu mereka yang memiliki ciri-ciri kulit hitam dan rambut keriting. Bagi orang Papua dari daerah pegunungan, kritteria ini dapat ditemukan dengan mudah. Namun orang Papua dari daerah pantai dan kepulaan telah mengalami kawin campur dengan suku lain di luar Papua, sehingga hitam dan keriting menjadi agak samar.9

Masyarakat pantai di papua memiliki berbagai macam budaya tari-tarian yang biasa mereka sebut dengan Yosim Pancar (YOSPAN), yang didalamnya terdapat berbagai macam bentuk gerak seperti: (tari Gale-gale, tari Balada, tari Cendrawasih, tari Pacul Tiga, tari Seka, Tari Sajojo). Sedangkan

      

8 06/08/16. 23.00 WIB. http://dickysetiawanblog.blogspot.co.id/2011/05/budaya‐suku‐papua.html 

(10)

untuk Perkawinan merupakan kebutuhan yang paling mendesak bagi semua orang. Dengan demikian, masyarakat Papua baik yang di daerah pantai maupun daerah pegunungan menetapkan peraturan itu dalam peraturan adat yang intinya agar masyarakat tidak melanggar dan tidak terjadi berbagai keributan yang tidak diinginkan.

Dalam pertukaran perkawinan yang di tetapkan orangtua dari pihak laki-laki berhak membayar mas kawin seebagai tanda pembelian terhadap perempuan atau wanita tersebut. Adapun untuk masyarakat pantai berbagai macam mas kawin yang harus dibayar seperti: membayar piring gantung atau piring belah, gelang, kain timur (khusus untuk orang di daerah Selatan Papua) dan masih banyak lagi. berbeda dengan permintaan yang diminta oleh masyarakat pegunungan diantaranya seperti: kulit bia (sejenis uang yang telah beredar di masyarakat pegunugan sejak beberapa abad lalu), babi peliharaan, dan lain sebagainya. Dalam pembayaran mas kawin akan terjadi kata sepakat apabila orangtua dari pihak laki-laki memenuhi seluruh permintaan yang diminta oleh orangtua daripada pihak perempuan.

Salah satu alat musik yang paling terkenal dari kawasan Indonesia Timur adalah Tifa. Secara khusus dapat dikatakan bahwa Tifa adalah alat musik yang berasal dari maluku dan papua, bentuknya mirip gendang dan cara memainkannya adalah dengan dipukul.

(11)

Pakaian adat pria dan wanita di Papua secara fisik mungkin anda akan berkesimpulan bahwa pakaian tersebut hampir sama bentuknya. Mereka memakai baju dan penutup badan bagian bawah dengan model yang sama. Mereka juga sama-sama memakai hiasan-hiasan yang sama, seperti hiasan kepala berupa burung cendrawasih, gelang, kalung, dan ikat pinggang dari manik-manik, serta rumbai-rumbai pada pergelangan kaki. Bentuk pakaian yang terlukis di sini merupakan ciptaan baru. Biasannya tak lupa dengan tombak/panah dan perisai yang dipegang mempelai laki-laki menambah kesan adat Papua.

Mereka yang masih hidup di pedalaman menempati sebuah rumah adat yang dibangun dari bilik kayu, atap dan lantainya dari jerami. Rumah dengan ukuran 2,5 meter ini dinamakan Hanoi. Ukuran sempit tanpa jendela ini dimaksudkan agar bisa melawan dinginnya hawa pegunungan Papua. Selain itu pada bagian tengah rumah dibangun tempat membuat api unggun untuk penerangan dan penghangat. 10

Suku-suku di Papua juga masih menjunjung tinggi nilai adatnya dan hidup secara tradisional, contohnya saja upacara bakar batu. Mereka juga dikenal

      

(12)

memiliki jiwa gotong royong yang tinggi. Namun sayangnya, orang Papua terkenal memiliki sifat tempramen, dan juga terbelakang. Keterbelakangan ini disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah masalah pendidikan.

Tak hanya itu saja, orang Papua dikenal memiliki fisik yang kuat dan tempramen, tidak heran jika mereka sering direpresentasikan sering melakukan perang atau berkelahi untuk mnenyelesaikan suatu masalah. Berkelahi merupakan cara mereka menunjukkan siapa yang lebih kuat dan berkuasa. Selain itu berkelahi juga kerap digambarkan untuk memperebutkan suatu wilayah. Di Papua konon Suku Dani, Suku Lani dan Suku Yali adalah suku yang memiliki tradisi berperang. Bagi suku-suku tersebut, berperang tidak sekedar tradisi adu kekuatan dengan cara saling bunuh dan saling mengalahkan, melainkan berkaitan dengan kelangsungan hidup. Jika tidak ada perang, maka panen dan ternak babi mengalami kegagalan (Badio, 2013: 20).

2.4 Stereotip Etnis Papua

Stereotip yang sesungguhnya adalah representasi yang disederhanakan dari penampilan manusia, karakter, dan kepercayaan. Stereotip telah menjadi mapan lewat representasi bertahun-tahun dalam media serta lewat berbagai asumsi dalam percakapan sehari-hari. Stereotip merupakan distorsi dari tipe mula-mula karena stereotip melebih-lebihkan sekaligus menyederhanakan.

(13)

Stereotip memiliki kualitas dapat dikenali secara cepat, biasanya lewat berbagai rincian kunci dalam penampilan. Kedalam stereotip ditanamkan berbagai penyeimbangan implisit tentang karakter tersebut (pesan-pesan tentang nilai secara terselubung). Stereotip sangat mirip dengan ikon karena dapat dikenali dan membawa ide-ide. Stereotip itu sendiri pada dasarnya tidak selalu buruk, karena baik buruknya bergantung pada bagaimana hal tersebut digunakan dan pertimbangan terhadap nilai yang diungkapkanya.11

Di dalam media orang Papua sering kali digambarkan dengan sosok yang lugu, terbelakang, dan sering kali dijadikan lelucon. Akibat konstruksi media tersebut maka timbul stereotip di masyarakat orang Papua juga sama seperti apa yang direpresentasikan dalam tayangan tersebut. Stereotip menurut Burton sesungguhnya adalah representasi yang disederhanakan dari penampilan manusia, karakter dan kepercayaan. Hal tersebut sama dengan apa yang terjadi pada masyarakat papua, dimana mereka memiliki penampilan atau ciri fisik yang berbeda dengan ciri fisik orang-orang Indonesia di bagian barat.

Dalam program tv Nusa Tawa orang papua diceriatakan menjadi bahan lelucon, terbelakang. Contohnya dalam suatu episode pernah diceritakan orang papua dalam menggunakan fasilitas alat yang biasa dipakai orang pada umunya

      

(14)

selalu salah dalam mempresentasikannya, sehingga menimbulkan lelucon dan muncul stereotip negative orang papua di mata masyarakat.

Sepeti halnya film Denias Senandung di Atas Awan yang berlatar belakang ceritanya terjadi di Papua. Film tersebut menceritakan tentang Denias, anak pedalaman Papua yang berusaha mengejar cita-citanya untuk bersekolah di kota. Berbagai perjuangan dilaluinya, hingga suatu hari ia bertemu dengan Enos di kota. Di sini lah ‘bumbunya’, dimana pembuat film menyelipkan sedikit humor yang direpresentasikan pada sosoknya. Misalnya pada saat mereka berjalan melewati kota, Denias dan Enos melihat gambar sapi, tapi mereka mengiranya gambar sapid dan babi. Cara mereka berbicara benar-benar mengundang tawa.Belum lagi jika diamati dalam film tersebut benar-benar menggambarkan orang Papua jauh dari kehidupan modern dan suka dengan kekerasan.

Meskipun media memiliki maksud ingin mengangkat kehidupan Papua, tetapi ternyata di balik itu semua, media memiliki maksud tertentu.Dengan ketiga contoh yang tersebut di atas semakin jelas bahwa media merepresentasikan orang Papua sebagai kelompok subordinat atau terpinggirkan.

(15)

Dalam budaya papua pada masa orde baru, terus menerus memberi tahu orang papua bahwa negara sedang mengambil langkah panjang guna membawa ‘pembangunan’ dan secara tulus mendedikasikanya untuk membawa masyarakat tertinggal ataupun masyarakat terasing, yaitu kaum minoritas terasing dari tempat-tempat jauh, kedalam arus besar kehidupan orang Indonesia. Hal ini tentu sama saja dengan menyimpulkan bahwa orang papua ‘terbelakang’, ‘primitif’, dan ‘bodoh’.12

2.5 Semiotika

Penelitian ini akan menggunakan metode analisis semiotika, peneliti akan mempelajari tanda-tanda yang terdapat dalam program tv Nusa Tawa terhadap stereotip orang Papua yang dikonstruksikan dalam tayangan tersebut.

Semiotik berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion yang berarti “tanda”.Tanda merupakan suatu yang terbangun atas konvensi atau kesepakatan sebelumnya dan dianggap dapat mewakili sesuatu yang lain13. Lebih jelasnya, Preminger dalam Sobur menambahkan bahwa semiotik adalah ilmu tanda-tanda, ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial yang ada di masyarakat merupakan tanda-tanda. Semiotik juga mempelajari sistem-sistem,

      

12 I Ngurah Suryawan, 2013, Jiwa Yang Patah. Yogyakarta. Hal 29 

(16)

aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda memmpunyai arti.

Semiotika merupakan ilmu tanda yang mempelajari makna-makna yang ada di dalam tanda. Zoest dalam Tinarbuko menambahkan, segala sesuatu yang dapat diamati dapat disebut benda, sedangkan benda itu tidak terbatas. Bisa jadi adanya suatu peristiwa, struktur dan suatu kebiasaan disebut juga dengan tanda.14

Ferdinand de Saussure merupakan tokoh linguistik yang melahirkan semiotika, Saussure dalam Tinarbuko menyatakan bahwa semiologi segala perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna, atau jika di dalamnya terdapat sebuah tanda, maka di belakangnya ada sistem pembedaan dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Dimana ada tanda, disana ada sistem.15

Semiotika adalah studi mengenai tanda (signs) dan symbol yang merupakan tradisi penting dalam pemikiran tradisi komunikasi. Tradisi semiotika mencangkup teori utama mengenai bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan dan sebagainya yang berada di luar diri. Studi

      

14 Tinarbuko, Sumbo, 2012,  Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra, hal 12  15 Tinarbuko, Sumbo, 2012,  Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra, hal 12 

(17)

mengenai tanda tidak saja memberikan jalan atau cara dalam mempelajari komunikasi tetapi juga memiliki efek besar pada hamper setiap aspek (perspektif) yang digunakan dalam teori komunikasi.

Konsep dasar yang menyatukan tradisi semiotika ini adalah “tanda” yang diartikan sebagai a stimulus designating something other than itself (suatu stimulus yang mengacu pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri)16. Pesan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam komuniasi. Menurut John Powers (1995) pesan memiliki tiga unsure yaitu: 1) tanda dan symbol; 2) bahasa dan 3) wacana (disourse). Menurutnya, tanda merupakan dasar bagi semua komunikasi. Tanda menunjuk atau mengacu pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri, sedangkan makna atau arti adalah hubungan antara objek atau ide dengan tanda.

Kedua konsep tersebut menyatu dalam berbagai teori komunikasi, khususnya teori komunikasi yang memberikan perhatian pada simbol, bahasa serta tingkah laku nonverbal. Dalam penelitian ini teori semiotika menjelaskan bagaimana tanda dihubungkan dengan makna dan bagaimana tanda diorganisasi.17

      

16 Littlejohn dlm Morrisan, Teori komunikasi individu hingga massa 2013, hal 32 

(18)

2.6 Program Nusa Tawa

Nusa tawa merupakan sebuah program hiburan yang bergenre komedi situasi seperti Keluarga Minus namun bedanya disini program Nusa Tawa diproduksi oleh Trans 7 yang tayang setiap hari sabtu yang dimulai pada tanggal 9 agustus 2014 Jam 14.15 WIB di Trans 7. Program ini juga menceritakan tentang etnis di Indonesia dari luar Jawa yang tinggal di Jakarta.

Acara ini memperlihatkan beragam suku dan etnis serta lingkungan yang beragam untuk memperlihatkan nilai pluralis dari bangsa yang majemuk. Tidak sekedar menghibur namun program Nusa Tawa ini mampu menyisipkan unsur kedaerahan ditengah deraan budaya Pop yang sedemikian kuat. Chun Funky Papua, Putri Nere, Billy Beatbox, Ronny Lau, Syafic, Deanda Putri, Agus merupakan pemain dari program ini, yang kebanyakan adalah etnis orang Timur dan Papua. Sayangnya Program ini hanya bertahan sampai dengan tahun 2015.

Program Nusa Tawa yang tayang di Trans 7 merupakan salah satu program sitkom yang sedikit unik. Ini merupakan program sitkom kedua setelah keluarga minus yang menggunakan bintang utamanya adalah orang papua atau orang timur. Dalam program ini dijelaskan bagaimana kehidupan orang papua

(19)

dari sudut pandang kita (bukan orang timur) yang dimaksutkan program ini menghibur audience yang melihatnya. Kita tahu bahwa kita sebagai orang barat selalu beranggapan orang timur itu lucu dan selalu menjadi bahan lelucon karena buat kita, SDM mereka lebih rendah dari kita dan budaya kita yang lucu. Pada program Nusa Tawa juga diperlihatkan bagaimana kelucuan orang timur dan bagaimana budaya mereka sehingga diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi kita juga menghibur.

Referensi

Dokumen terkait

Hampir semua department store memberikan tawaran yang menarik kepada pelanggan dengan mengadakan promosi besar-besaran seperti discount dan hadiah langsung, sebab

Hasil : pemahaman konsep dan keterampilan inkuiri sains siswa yang dibelajarkan menggunakan guided-Inquiry laboratory activities lebih baik dari verification

menganalisis beberapa faktor-faktor perilaku konsumen terhadap minat beli Hand and Body Lotion Citra di Surabaya Selatan diperoleh hasil bahwa Faktor Budaya berpengaruh positif

Koreksi geometrik sistematik melakukan koreksi geomertri dengan menggunakan informasi karakteristik sensor yaitu orientasi internal ( internal orientation ) berisi informasi

merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial kultur, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara

Anggaran yang telah ditentukan jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan realisasinya sehingga selisih anggaran yang dihasilkan dari biaya reparasi dan perawatan

Sistem pengolahan air siap minum ini merupakan kombinasi proses oksidasi dengan kalium permanganat atau khlorine, penyaringan dengan filter pasir, filter mangan zeolit dan

oleh perusahaan dimana dalam penggunaan asset atau dana tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap atau beban tetap lihat ( Martono Harjito, 2010 : 295). Penggunaan