• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

Perkembangan pembangunan nasional beberapa tahun terakhir ini telah mengindikasikan sebuah kebangkitan ekonomi baru bagi bangsa ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu faktor yang menjadi pilar perekonomian bangsa ini adalah peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang juga turut serta dalam membawa perubahan pada terciptanya stabilitas ekonomi bangsa. Eksistensi PT. Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT. KIEC) diawali bersamaan dengan beroperasinya satu-satunya pabrik pengolahan baja terbesar di Indonesia, yaitu PT. Krakatau Steel (KS). PT. KS didirikan pada tahun 1971, PT Krakatau Steel adalah salah satu pabrik baja utama yang menawarkan beragam jenis produk, termasuk air bersih, tenaga listrik, baja, rekayasa industri, kawasan industri, pelabuhan, jasa bidang teknologi informasi, dan jasa medis. PT. KS terletak di kota Cilegon, Banten, kantor pusatnya beralamat di Jalan Industri No. 5 Cilegon.

Perusahaan ini memulai operasi komersialnya pada tahun 1971. Selain selalu meningkatkan aktivitas bisnis, perusahaan dengan giat terus menerus melakukan usaha-usaha untuk memenuhi tanggung jawab atas kualitas produk, keselamatan kerja, dan keamanan lingkungan. PT. Krakatau Steel memiliki 10 anak perusahaan (pada Lampiran 3) dan 6 perusahaan joint

venture diantaranya PT. Cipta Marga Nusaphala Persada, PT. Marga Mandala

Sakti, PT. METBELOSA, PT. INDAREF, PT. Seamless Pipe Indonesia Jaya, dan PT. Kerismas Witikco Makmur. Dalam perkembangannya, PT. Krakatau Steel kini telah mengembangkan sayap bisnisnya dengan menciptakan berbagai industri pendukung dan salah satunya adalah sektor kawasan industri. Inilah cikal bakal berdirinya KIEC. Untuk mewujudkan strategi dan orientasi yang senantiasa fokus pada tujuannya telah dirumuskan visi dan misi yang menjadi pilar utama sekaligus motivasi, inspirasi dan semangat juang KIEC yaitu :

(2)

Visi :

 Pemain properti nasional yang kompetitif

 Pemain properti nasional terdepan

 Pemain properti regional

Misi :

”Menyediakan properti residensial, komersial, industri dan infrastruktur terkait dengan menyediakan solusi-solusi kepada investor, pelanggan dan

stakeholder.”

1. Properti Industri

Mencakup lahan industri, bangunan pabrik siap pakai dan pergudangan. 2. Properti Komersil

Mencakup hotel dan restoran, padang golf, ruang perkantoran dan sarana olahraga.

3. Properti Perumahan

Mencakup Real Estate, yaitu Pejaten Mas dan Bumi Rakata Asri.

Motto :

Hijau, Bersih, dan Ramah

PT. KIEC mempunyai lokasi perusahaan yang sangat strategis dibantu dengan keamanan regional maupun nasional, tentu saja kawasan Cilegon merupakan areal industri terbaik bagi para investor untuk berinvestasi. KIEC dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung yang membuat perusahaan ini menjadi kawasan industri terpadu di Indonesia. Beberapa fasilitas tersebut adalah industrial facility berupa listrik, penyediaan air industri, ketersediaan pelabuhan terpenting, jaringan gas alam depot kontainer, telepon, koneksi internet dan server sistem, jaringan jalan raya kelas satu penerangan jalan penghijauan dan taman kota serta pemadam kebakaran dan keamanan 24 jam, akses tol langsung masuk ke kawasan industri serta akses langsung dari kawasan menuju pelabuhan. Selain itu, fasilitas pendukung lainnya adalah

social facility berupa sekolah berstandar internasional, rumah sakit, dan

fasilitas pendukung seperti apotik, klinik pasien spesialis dan laboratorium, pusat rekreasi dan area piknik, fasilitas olahraga, pusat perbelanjaan dan supermarket serta perbankan.

(3)

KIEC terletak di kawasan industri yang dikelilingi oleh daerah perbukitan dan laut memiliki kultur tanah yang datar mencakup 700 hektar dan telah terpakai 70 persen oleh 69 perusahaan baik nasional maupun multinasional dengan area industri yang terbagi 2, yaitu zona kawasan industri 1 dan zona kawasan industri 2. KIEC juga telah mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000 yang pertama di Indonesia dalam hal mutu pelayanan dan manajemen di bidang kawasan industri. Pabrik KIEC didesain dan dikembangkan dengan berdasarkan peraturan dan master plan pengembangan daerah industri. Kawasan KIEC memiliki kondisi tanah yang sesuai untuk bangunan dan pabrik.

KIEC memiliki beberapa divisi operasional dan divisi penunjang yang satu sama lain saling bekerjasama dan terintegrasi dalam menjalankan kegiatan operasional KIEC. Divisi operasional ini merupakan divisi yang menghasilkan pendapatan sehingga disebut sebagai profit center dan memiliki biaya yang dikelompokkan ke dalam lima kelompok biaya, yaitu biaya variabel, biaya tetap langsung, biaya administrasi dan umum, biaya pemasaran, dan biaya lain-lain. Divisi tersebut terdiri dari kawasan industri yang mencakup penjualan tanah, jasa lingkungan, penyewaan tanah, dan lain-lain; perkantoran yang mencakup jasa atau sewa perkantoran; pergudangan yang mencakup sewa gudang; hotel mencakup jasa penginapan; padang golf dan kolam renang; dan Wisma Building Management (WBM) di Jakarta yang mencakup sewa ruang kantor. Divisi penunjang merupakan divisi yang mendukung berjalannya kegiatan operasional perusahaan, tanpa adanya divisi tersebut maka kegiatan operasional perusahaan tidak dapat terlaksanakan dan perusahaan tidak dapat mencapai misi dan tujuan yang telah ditetapkan atau direncanakan. Divisi ini terdiri dari divisi pengembangan usaha, perencanaan dan pembangunan, SDM, keuangan, pemasaran, dan logistik.

KIEC menyediakan fasilitas perhotelan yaitu Hotel Permata Krakatau yang merupakan salah satu hotel bertaraf internasional di kota Cilegon. Hotel Permata Krakatau dilengkapi dengan coffee shop, ruang serba guna, ruang rapat, kolam renang dan lapangan tenis, hotspot area dan fasilitas outbond. Dengan pengalaman dan tekad yang kuat menjadikan KIEC akan tetap

(4)

menjadi pilihan pertama sebagai kawasan industri tersentralisasi berkelas dunia.

4.1.1. Sejarah Singkat Hotel Permata Krakatau

Hotel Permata Krakatau sebelum menjadi hotel merupakan salah satu fasilitas akomodasi dari PT. Krakatau Steel sebagai tempat penginapan bagi tamu perusahaan, tenaga kerja asing, tamu-tamu pemerintahan yang dalam kunjungannya mempunyai kaitan dengan operasional perusahaan. Selain itu, hotel tersebut juga merupakan penginapan bagi para atlit dalam binaan PT. Krakatau Steel. Fasilitas tersebut selanjutnya dikenal sebagai Guest House (Wisma Tamu).

Perkembangan selanjutnya dalam rangka restrukturisasi PT. Krakatau Steel, Guest House dengan luas 5 hektar tersebut diambil alih oleh PT. KIEC, sebagai anak perusahaan PT. Krakatau Steel yang khususnya mengelola Commercial Property yang bernama PT. Krakatau Industrial Estate Cilegon atau yang disingkat menjadi PT. KIEC. PT. KIEC yang didirikan pada tanggal 16 Juni 1982 dengan Akta Pembetulan Anggaran Dasar Perseroan oleh Rahmah Ari Soetardjo, SH. tanggal 23 Juli 1998 No. 34, dan terdaftar dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 8 Desember 1998 No. 98.

Pengelolaan dalam bidang properti, kawasan industri PT. KIEC mengembangkan kawasan industri beserta fasilitas-fasilitas industri seperti tanah, tenaga listrik, air, bangunan, pabrik, pergudangan, dan fasilitas lainnya seperti hotel, golf, sarana olahraga, gedung perkantoran, serta memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh penanam modal juga melakukan kegiatan perawatan untuk seluruh kawasan industri. Pada tahun 1995, PT. KS membagi anak perusahaanya ke dalam divisi-divisi yang termasuk ke dalam divisi operasional dan divisi penunjang.

Hotel Permata Krakatau mulai dikomersialisasikan secara total oleh PT. KIEC pada tahun 1996 dan Hotel Permata Krakatau merupakan salah satu unit usaha (profit center), dengan Corporate

(5)

Decision masih di PT. KIEC. Kini dengan manajemen perhotelan

yang telah memiliki karyawan, Hotel Permata Krakatau merupakan satu-satunya hotel bisnis berbintang tiga yang representatif untuk kalangan bisnis di kota Cilegon dan paling unggul di Kota Cilegon dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya.

4.1.2. Operasionalisasi Hotel Permata Krakatau

Hotel Permata Krakatau beroperasi selama 24 jam. Masing-masing bagian seperti Front Office, Food and Beverage, House

Keeping, Engineering, Personel, Accounting, dan Purchasing Departement sudah berjalan sesuai dengan tugas, wewenang dan

tanggung jawabnya masing-masing. Di samping itu, Hotel Permata Krakatau menggunakan sistem komputerisasi hotel “MAXIAL” dan juga menggunakan sistem PABX billing system “DATACOM” dalam operasionalnya. Oleh karena itu, dalam pembuatan laporan dan proses administrasi yang berhubungan dengan tamu baik di Front Office maupun di outlet-outlet yang lain seperti di Food and Beverage dan

House Keeping dapat berjalan dengan cepat, efektif dan efisien.

Hotel Permata Krakatau berlokasi di Jalan KH. Yasin Beji No.4 Cilegon, Banten. Jalan tersebut merupakan jalan bebas hambatan dan lokasi Hotel Permata Krakatau mudah dijangkau baik dengan kendaraan umum yang beroperasi selama 24 jam maupun dengan kendaraan pribadi. Untuk mendapatkan gambaran tentang potensi lokasi dimana Hotel Permata Krakatau beroperasi, dapat dilihat pada Lampiran 2. Pada gambar tersebut disajikan peta lokasi Hotel Permata Krakatau, hotel-hotel pesaing serta situasi lingkungan yang sekiranya dapat berpengaruh terhadap penyerapan potensi pasar Hotel Permata Krakatau.

Hotel Permata Krakatau memiliki lokasi yang sangat strategis, terletak di tengah kota Cilegon yang merupakan pusat bisnis Kawasan Industri Krakatau Steel, pusat perkantoran, perbelanjaan atau pertokoan, hotel, restoran dan juga permukiman. Terletak di tengah-tengah pintu tol Cilegon Barat dan Timur, serta lokasinya tidak begitu

(6)

jauh dari Jakarta dan Bandara Soekarno Hatta. Oleh sebab itu, Hotel Permata Krakatau merupakan hotel bintang tiga yang mempunyai segmen pasar kalangan bisnis yang sangat representatif di Kota Cilegon. Hal ini sangat berpengaruh terhadap tipe atau jenis tamu yang menginap, tamu–tamu yang menginap kebanyakan dari kalangan pengusaha atau bisnis, expatriate perusahaan baik dari Hotel Permata Krakatau maupun perusahaan-perusahaan yang berada di Kawasan Industri.

4.1.3. Struktur Organisasi Hotel Permata Krakatau

Merupakan suatu hal yang lazim dilakukan jika akan mendirikan suatu perusahaan adalah harus memenuhi terlebih dahulu struktur organisasi perusahaan, baik secara garis besar maupun secara mendetail. Hal ini tidak mengherankan, karena struktur organisasi tersebut merupakan manifestasi atau pencapaian dari manajemen yang mencerminkan cara kerja, tanggung jawab, pembagian kerja, koordinasi dari atas sampai bawahannya di dalam mencapai tujuan serta kebijaksanaan yang telah digariskan oleh manajemen puncak perusahaan tersebut. Meskipun beberapa hirarki jabatan telah berfungsi dengan baik, namun diperlukan evaluasi dari semua hirarki jabatan sehingga dapat diketahui apakah dalam penempatannya hirarki tersebut telah menuju “ The right man in the right place”.

Adapun bentuk struktur organisasi Hotel Permata Krakatau adalah menggunakan bentuk struktur organisasi garis (line organization) dimana kekuasaan, keputusan dan tanggung jawab berada pada satu garis hubungan untuk melaporkan kepada atasannya. Dengan kata lain pada bentuk struktur organisasi garis ini kekuasaan mengalir secara langsung dari direktur ke kepala bagian dan kemudian ke karyawan di bawahnya. Masing-masing bagian merupakan unit yang berdiri sendiri dan kepala bagian menjalankan semua fungsi pengawasan dalam bagiannya. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar dibawah ini dan uraian jabatan terdapat pada Lampiran 5.

(7)

Gambar 2. Struktur Organisasi Hotel Permata Krakatau

4.2. Faktor - faktor yang Menjadi Pertimbangan dalam Penyusunan Anggaran Operasional

Anggaran merupakan suatu alat untuk perencanaan dan pengawasan operasi keuntungan dalam suatu organisasi laba dimana tingkat formalitas suatu anggaran tergantung besar kecilnya organisasi. Untuk melaksanakan tugas tersebut, diperlukan rencana yang matang. Anggaran yang telah disusun dan disetujui diharapkan dapat digunakan oleh manajemen di semua bagian sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan secara terencana. Melalui anggaran dapat diproyeksikan kondisi keuangan dari bulan ke bulan sehingga keputusan-keputusan yang melibatkan pengeluaran uang dapat direncanakan dengan lebih baik. Anggaran diharapkan pula agar dapat digunakan direksi sebagai alat untuk mengendalikan kegiatan menuju pada sasaran atau target yang ditetapkan, di samping sebagai alat pengawasan.

Saat proses penyusunan anggaran pada Hotel Permata Krakatau, terdapat berbagai pertimbangan yang perlu diperhatikan. Mengabaikan

Direktur

Kepala SubDirektorat

Kepala

SubDirektorat SubDirektorat Kepala

Kepala Divisi

Kepala Dinas

Direktur Utama

(8)

berbagai faktor eksternal dan internal di dalam proses penyusunan anggaran merupakan penyebab kegagalan realisasi anggaran di dalam perusahaan. Karena itu, faktor eksternal dan internal yang terkait tersebut harus diperhatikan dalam proses penyusunan anggaran. Beberapa pertimbangan yang menyangkut dengan penyusunan anggaran pada Hotel Permata Krakatau antara lain :

 Faktor Internal :

a. Realisasi kegiatan usaha semester I tahun berjalan

Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam menyusun anggaran adalah realisasi kegiatan usaha semester I tahun berjalan. Faktor ini ditentukan karena ketika penyusunan anggaran akan dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan suatu penganalisaan realisasi semester sebelumnya apakah meningkat atau menurun dari dana yang telah dianggarkan. Peningkatan atau penurunan dari selisih antara anggaran dan realisasi menjadi acuan dalam penganggaran untuk periode selanjutnya. Hal ini mencakup data historis mengenai penjualan dan biaya-biaya yang berhubungan dengan kegiatan operasional Hotel Permata Krakatau dan ini bertujuan agar dalam penganggaran periode selanjutnya tidak terjadi selisih anggaran yang mempunyai selisih sangat signifikan antara anggaran dan realisasinya.

b. Estimasi hasil kegiatan yang dapat dicapai pada semester II tahun berjalan

Selain realisasi kegiatan usaha semester I tahun berjalan, faktor lainnya yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran adalah estimasi hasil kegiatan yang dapat dicapai pada semester II tahun berjalan. Estimasi tersebut dikombinasikan dengan realisasi kegiatan semester I yang merupakan estimasi terakhir yang digunakan sebagai titik tolak penyusunan anggaran tahun mendatang. Penyusunan estimasi terakhir yang disebutkan di

(9)

menggambarkan hubungan dengan hasil kegiatan yang diperkirakan dapat dicapai sampai akhir tahun berjalan.

c. Pertimbangan penting lainnya

Faktor penting lainnya yang menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran adalah target tahunan Hotel Permata Krakatau yang dituangkan dalam program-program tahunannya. Program-program tersebut memberikan acuan kepada tim penyusun anggaran untuk mempertimbangkan anggaran yang akan disusunnya.

 Faktor Eksternal :

a. Pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product)

Peningkatan GDP ini mengacu pada pertumbuhan ekonomi secara nasional khususnya dalam bidang pariwisata. Sehingga jika terjadi pertumbuhan ekonomi secara pesat maka akan mempengaruhi jumlah pendapatan yang dianggarkan Hotel Permata Krakatau. Saat ini PT. KS telah melakukan kerjasama dengan pabrik baja Korea Selatan untuk memperluas pabriknya sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Hal ini berpengaruh kepada Hotel Permata Krakatau yang merupakan salah satu profit center pada PT. KIEC yang merupakan anak perusahaan PT. KS untuk dapat meningkatkan pendapatannya. Ini dikarenakan adanya pekerja dari pabrik baja Korea Selatan yang melakukan penginapan di Hotel Permata Krakatau. Oleh sebab itu, anggaran yang disusun perlu disesuaikan terhadap pertumbuhan ekonomi atau GDP tersebut.

b. Laju inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan dalam perekonomian dimana terjadi kenaikan harga-harga secara umum. Laju inflasi tidak dapat diprediksi secara akurat oleh suatu perusahaan. Dalam menyusun anggaran, Hotel Permata Krakatau mengasumsikan persentase inflasi yang akan terjadi pada tahun berikutnya berdasarkan trend inflasi yang terjadi pada tahun-tahun

(10)

sebelumnya. Inflasi ini secara langsung akan mempengaruhi besarnya jumlah anggaran hotel yang harus dianggarkan agar tidak terjadi selisih anggaran secara signifikan. Laju inflasi berdampak terhadap pendapatan dan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh hotel dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Jika kenaikan inflasi yang sangat signifikan terjadi pada pertengahan tahun saat anggaran sudah dilakukan, maka hotel akan melakukan RUPS kembali untuk mengubah penganggarannya.

4.3. Prosedur Penyusunan Anggaran pada Hotel Permata Krakatau

Anggaran harus disusun melalui koordinasi di antara seluruh pejabat dan staf di lingkungan Hotel Permata Krakatau yang terdiri dari direksi dan kepala-kepala bagian yang terkait dengan penyusunan anggaran. Penyusunan anggaran sebaiknya menggunakan metode accrual, sejalan dengan dasar akuntansi yang dianut dalam penyusunan laporan keuangan. Metode accrual adalah suatu metode akuntansi dimana beban dan pendapatan yang saling terkait dilaporkan pada periode waktu yang sama (Warren Reeve Fess, 2006).

Penyusunan anggaran Hotel Permata Krakatau menggunakan metode campuran antara top down dan bottom up. Metode ini adalah campuran dari metode otoriter atau top down dan metode demokrasi atau bottom up. Di sini perusahaan menyusun anggaran (budget) dengan memulainya dari atasan atau pimpinan dan dijabarkan oleh bawahan sesuai dengan pengarahan atasan. Dalam hal ini, PT. Krakatau Steel (KS) sebagai induk perusahaan menetapkan target laba yang hendak dicapai perusahaan dalam target kinerja tahunan, kemudian PT. KS membagikan target laba pada masing-masing anak perusahaannya, salah satunya adalah KIEC. Target laba ini berdasarkan atas kontrak kerja dengan direksi KS. Bagi anak perusahaan KS yang berhasil mencapai terget laba atau bahkan melebihi dari target laba yang ditentukan oleh KS maka anak perusahaan tersebut akan mendapatkan

reward berupa peningkatan pada bonus yang diberikan kepada karyawan.

(11)

sanksi berupa penurunan gaji dan penurunan gaji ini pada insentif saja, tidak pada gaji pokok. Hingga saat ini Hotel Permata Krakatau tidak pernah mengalami penurunan gaji pada karyawannya.

KIEC sebagai anak perusahaan KS yang menerima target laba dari KS, akan membagikan target laba tersebut pada tiap-tiap divisi operasional (profit center) termasuk Hotel Permata Krakatau. Target laba tersebut ditentukan oleh pusat atau pihak yang berwenang yaitu PT. KS dan KIEC berdasarkan kemampuan dari profit center dalam menjalankan kegiatan operasional secara baik sehingga dapat menghasilkan laba semaksimal mungkin. Secara detil, prosedur penyusunan anggaran pada Hotel Permata Krakatau dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Sesuai jadwal penyusunan RKAP, divisi akuntansi manajemen pada PT. KS akan mendistribusikan formulir isian anggaran biaya overhead dan anggaran barang modal, trend realisasi anggaran (minimum 2 tahun terakhir), dan target Prioritas dan kebijakan Pokok Perusahaan (PP2) kepada masing-masing divisi akuntansi manajemen Anak Perusahaan Krakatau Steel (APKS).

2. Divisi akuntansi manajemen akan membagikan formulir anggaran tersebut kepada tiap-tiap divisi operasional atau profit center, salah satunya Hotel Permata Krakatau.

3. Profit center mengisi formulir isian anggaran biaya overhead dan

anggaran barang modal sesuai estimasi kebutuhan tahun anggaran mengacu pada prioritas program kerja, trend realisasi anggaran tahun sebelumnya dan target PP2, kemudian ditandatangani oleh pihak yang berwenang yaitu Direktur Hotel Permata Krakatau.

4. Profit center mengirim kembali formulir isian anggaran yang telah

diisi dan ditandatangani, ke divisi keuangan Hotel Permata Krakatau sesuai batas waktu yang ditentukan. Biasanya waktu pengisian formulir anggaran oleh masing-masing profit center tersebut adalah satu bulan.

(12)

5. Berdasarkan formulir isian yang diterima, divisi keuangan Hotel Permata Krakatau melakukan verifikasi dan rekapitulasi berdasarkan anggaran tahun sebelumnya dari tiap-tiap profit center.

6. Hasil rekapitulasi dikirimkan ke divisi akuntansi manajemen KIEC untuk dievaluasi berdasarkan prioritas manfaat dan kontribusinya terhadap pencapaian target kinerja tahun anggaran.

7. Rekapitulasi anggaran yang telah dievaluasi oleh KIEC dikirimkan kembali ke divisi akuntansi manajemen PT. KS untuk dilakukan simulasi proyeksi keuangan, selanjutnya:

a. Apabila belum sesuai target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), beberapa asumsi dan anggaran biaya dilakukan review kembali ke KIEC. Selanjutnya kembali ke langkah 6.

b. Apabila hasil simulasi sudah sesuai target RKAP, bisa dilanjutkan dengan proses penyusunan draft buku RKAP (materi RUPS atau RKAP). Selanjutnya ke langkah 8.

8. Pemegang saham melakukan pengesahan RKAP dalam RUPS.

Berdasarkan RKAP yang telah disetujui, divisi akuntansi manajemen PT. KS mendistribusikan anggaran per rekening biaya dan barang modal serta rekapitulasi total anggaran atau RUPS masing-masing APKS kepada KIEC.

Proses pengendalian terhadap anggaran dilakukan oleh Hotel Permata Krakatau setiap tiga bulan sekali. Proses tersebut disebut juga sebagai briefing budgeting yang diadakan untuk memantau seberapa baik kinerja yang telah dilakukan dari tiap-tiap profit center dari perencanaan kinerja target tahunan yang telah ditetapkan pada awal tahun. Proses pengendalian dilakukan dengan cara setiap kepala divisi dari profit center mempresentasikan mengenai realisasi kerja dengan anggaran yang telah direncanakan sebelumnya. Presentasi tersebut disaksikan oleh divisi akuntansi manajemen PT. KS dan KIEC.

Perubahan terhadap anggaran dilakukan pada saat kondisi perekonomian yang memburuk sehingga mengharuskan perubahan

(13)

terhadap jumlah yang dianggarkan karena jika tidak, maka akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Misalnya kenaikan kurs dan laju inflasi yang sangat signifikan, sehingga mengharuskan perubahan terhadap jumlah yang dianggarkan dan mengadakan RUPS kembali. Begitu pula pada saat keadaan perekonomian membaik, maka akan dilakukan RUPS kembali agar anggaran menjadi relevan dengan realisasinya sehingga tidak mempunyai selisih anggaran yang signifikan.

4.4. Analisis Varians terhadap Anggaran Operasional dan Realisasinya

Salah satu fungsi dari anggaran adalah sebagai alat pengendalian (controlling). Pengendalian berarti melakukan evaluasi (menilai) atas pelaksanaan pekerjaan, dengan cara membandingkan realisasi anggaran dengan rencana anggaran dan melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (jika ada selisih anggaran yang merugikan). Apabila dilihat dari fungsi tersebut, maka perlu dilakukan analisis varians terhadap anggaran dan realisasi. Analisis varians adalah membandingkan antara kinerja standar dengan kinerja aktual. Evaluasi varians dapat dilakukan secara kuartalan, bulanan, setiap hari atau setiap jam, tergantung pada penting atau tidaknya mengidentifikasi masalah dengan cepat. Karena perusahaan tidak mengetahui angka aktual hingga akhir periode, maka varians hanya dapat dilakukan pada akhir periode. Pada Hotel Permata Krakatau, evaluasi varians tersebut diadakan setiap tiga bulan sekali. Pada saat pengganggaran yang telah ditetapkan pada awal tahun, maka akan dilakukan evaluasi terhadap selisih anggaran yang terjadi antara anggaran operasional dan realisasinya setelah tiga bulan berjalan. Realisasi tersebut akan disesuaikan terhadap perencanaan anggaran yang telah ditentukan sebelumnya agar tidak terjadi selisih anggaran yang signifikan dan untuk mengidentifikasi apakah harus ada perubahan terhadap jumlah yang dianggarkan yang disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan.

Analisis varians yang dilakukan akan menghasilkan selisih anggaran antara anggaran dan realisasi. Selisih anggaran atau variasi tersebut ada

(14)

yang bersifat favorable dan unfavorable. Dalam menentukan favorable dan

unfavorable terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara pendapatan

dan biaya. Dari segi pendapatan apabila anggaran lebih kecil dari realisasi maka selisih anggaran yang terjadi menguntungkan atau favorable sedangkan apabila anggaran lebih besar dari realisasi maka selisih anggaran tersebut merugikan atau unfavorable. Namun hal tersebut berbeda pada segi biaya. Apabila anggaran lebih kecil dari realisasi maka selisih anggarannya merugikan atau unfavorable sedangkan apabila anggaran lebih besar dari realisasi maka selisih anggaran tersebut menguntungkan atau favorable. Berdasarkan teori, persentase selisih anggaran analisis varians masih dikatakan baik jika persentase tersebut besarnya di bawah 5 persen. Jika persentase varians di atas 5% maka selisih anggaran tersebut signifikan dan harus diidentifikasi penyebabnya (Welsch, Hilton dan Gordon, 2000).

4.4.1. Analisis Varians Terhadap Data Anggaran Operasional Hotel Permata Krakatau Tahun 2006

Analisis varians pada penelitian kali ini dilakukan terhadap anggaran operasional yakni Laporan Laba Rugi Hotel Permata Krakatau Tahun 2006, 2007 dan 2008. Hasil perhitungan analisis varians anggaran operasional Hotel Permata Krakatau dengan realisasinya pada tahun 2006 dapat dilihat pada tabel masing-masing kelompok pendapatan dan biaya. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa terdapat beberapa kategori pada laporan laba rugi dalam melakukan analisis varians yaitu pendapatan, biaya variabel, biaya tetap langsung, biaya usaha dan pemasaran, laba operasi, pendapatan lain-lain dan biaya lain-lain serta laba sebelum pajak.

1. Pendapatan

Pendapatan anggaran operasional Hotel Permata Krakatau terdiri dari pendapatan pihak afiliasi dan pendapatan pihak ketiga. Masing-masing pendapatan ini mencakup pendapatan sewa kamar dengan berbagai tipe kamar yang terdapat pada Lampiran 7, pendapatan Food and Beverage, pendapatan

(15)

telepon, pendapatan laundry, meeting room, drug store, dan pendapatan lain-lain. Pada tabel analisis pendapatan Hotel Permata Krakatau (Tabel 1), terdapat persentase occupancy yaitu persentase kamar hotel yang terisi serta number of cover yaitu jumlah orang yang makan karena adanya suatu rapat,

event, dan sebagainya yang diadakan di Hotel Permata Krakatau

kemudian ditambah dengan jumlah occupancy kamar sehingga ada jatah dua orang untuk sarapan. Occupancy dan number of

cover ini tidak termasuk ke dalam perhitungan dalam anggaran

operasional Hotel Permata Krakatau, namun memberikan kejelasan informasi yang dapat menegaskan mengenai varians yang terjadi pada komponen pendapatan.

Pendapatan sewa kamar merupakan pendapatan yang diperoleh dari pendapatan atas sewa kamar hotel, pendapatan

Food and Beverage merupakan pendapatan yang berasal dari

restoran yang merupakan fasilitas penunjang hotel, pendapatan telepon merupakan pendapatan yang diperoleh atas pemakaian telepon oleh para pengunjung atau penginap hotel dan tarif telepon ini dikenakan dengan tarif yang lebih mahal dibandingkan dengan tarif telepon biasa, pendapatan laundry merupakan pendapatan atas jasa laundry bagi tamu yang menginap di hotel, pendapatan meeting room adalah pendapatan yang diperoleh dari penyewaan gedung serba guna yang berada di wilayah sekitar hotel dan gedung tersebut dapat digunakan untuk event-event seperti acara pernikahan, rapat, dan lain-lain. Adapun perusahaan-perusahaan yang sering melakukan meeting di Hotel Permata Krakatau tersebut antara lain Pemerintah daerah (Pemda), intansi (corporate), dan anak perusahaan Krakatau Steel (KS Grup) seperti PT. KHI Pipe Industry, PT. Krakatau Wajatama, PT. Krakatau Engineering, PT. Krakatau Bandar Samudra, PT. Pelat Timah Nusantara, PT. Krakatau Information Technology, PT. Krakatau Industrial Estate

(16)

Cilegon, PT. Krakatau Daya Listrik, PT. Krakatau Tirta Industri serta PT. Krakatau Medika.

Pendapatan drug store adalah pendapatan yang diperoleh atas penjualan cinderamata, fotokopi, obat-obatan, minuman, dan sebagainya. Analisis varians untuk pendapatan afiliasi dan pendapatan pihak ketiga adalah sebagai berikut.

a. Pendapatan Afiliasi

Pendapatan afiliasi merupakan pendapatan yang diperoleh dari anak-anak perusahaan atau KS Grup yang melakukan penginapan atau menyewa gedung untuk event tertentu, rapat atau pertemuan dan lain-lain. Pada Tabel 1 terlihat bahwa hasil analisis varians pada pendapatan sewa kamar menghasilkan sebuah selisih anggaran favorable sebesar 2,56% dengan selisih Rp 24.822.356. Anggaran yang telah ditentukan jumlahnya memiliki nilai lebih kecil dari realisasinya. Hal ini terjadi karena pemakaian sewa kamar yang terjadi lebih banyak dari yang diperkirakan atau dianggarkan.

Pendapatan Food and Beverage memiliki selisih anggaran favorable dengan persentase 26,68% dengan selisih sebesar Rp 232.182.113. Perhitungan analisis varians yang dilakukan pada pada pendapatan meeting room menunjukkan bahwa terjadi selisih anggaran unfavorable dengan besar nilai selisih anggaran -3,96% jumlah selisih Rp 2.186.208. Total pendapatan afiliasi menghasilkan selisih anggaran favorable dengan persentase 13,45% dan selisih sebesar Rp 254.818.261.

b. Pendapatan Pihak Ketiga

Pendapatan pihak ketiga merupakan pendapatan yang diperoleh dari intansi atau perusahaan, Pemerintah Daerah (Pemda), dan individu. Perhitungan analisis varians yang dilakukan pada pendapatan sewa kamar menghasilkan

(17)

sebuah selisih anggaran favorable sebesar 2,56% dengan selisih Rp 99.287.924. Anggaran yang telah ditentukan jumlahnya memiliki nilai lebih kecil dari realisasinya. Hal ini terjadi karena pemakaian atas sewa kamar yang terjadi lebih banyak dari yang diperkirakan atau dianggarkan namun persentase selisih anggarannya tidak terlalu signifikan jumlahnya.

Hasil analisis varians pada pendapatan Food and

Beverage menunjukkan sebuah selisih anggaran favorable

sebesar 26,68% dengan selisih Rp 928.726.953, sedangkan perhitungan analisis varians pada pendapatan telepon menghasilkan sebuah selisih anggaran unfavorable sebesar -54,05% dengan selisih Rp 208.333.430. Anggaran yang ditentukan jumlahnya memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan realisasinya, jumlah pemakaian telepon aktual lebih kecil jumlah biayanya daripada jumlah anggaran yang ditentukan. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi yang semakin hari semakin canggih yaitu dengan adanya handphone sehingga sebagian besar orang saat ini lebih senang berkomunikasi dengan menggunakan handphone karena selain praktis, tarif pulsanya pun juga lebih murah dibandingkan dengan menggunakan telepon.

Hasil analisis varians pada pendapatan laundry menunjukkan sebuah selisih anggaran favorable dengan persentase yang signifikan yaitu sebesar 8,69% dengan selisih Rp 16.047.701. Hal ini dikarenakan penggunaan jasa

laundry bagi tamu yang menginap dalam jangka waktu

yang lama (long stay) atau karena biaya laundry bagi penginap yang biaya laundry-nya ditanggung oleh instansi terkait sehingga pemakaian jasa laundry jauh lebih besar dari yang dianggarkan. Perhitungan analisis varians yang

(18)

dilakukan pada meeting room menghasilkan sebuah selisih anggaran unfavorable dengan jumlah persentase sebesar -3,96% dengan selisih Rp 8.746.334.

Hasil analisis varians pada drug store menghasilkan sebuah selisih anggaran favorable yang sangat signifikan yaitu sebesar 51,39% dengan selisih Rp 17.397.500. Hal ini sama dengan perhitungan analisis varians yang dilakukan pada pendapatan lain-lain menghasilkan sebuah selisih anggaran favorable sebesar 32,26% dengan selisih Rp 117.960.688. Pendapatan lain-lain ini terdiri dari sewa ruang kantor travel dan sewa ruang Bank Niaga.

Hasil analisis varians pada seluruh pendapatan dari pihak ketiga menunjukkan sebuah selisih anggaran

favorable sebesar 11,26% dengan selisih Rp 962.341.002.

Ini menunjukkan bahwa anggaran yang ditentukan jumlahnya memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan realisasinya. Hal ini dikarenakan jumlah anggaran yang ditentukan dari masing-masing komponen pada pendapatan pihak ketiga secara umum memiliki jumlah anggaran yang lebih kecil dari realisasinya.

Hasil analisis varians pada seluruh total pendapatan operasional Hotel Permata Krakatau, baik yang berasal dari pendapatan pihak afiliasi maupun pendapatan pihak ketiga menghasilkan sebuah selisih anggaran favorable dengan

persentase sebesar 11,66% dengan selisih Rp

1.217.159.263. Anggaran yang telah ditentukan jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan realisasinya. Hal ini dikarenakan jumlah anggaran yang ditentukan pada masing-masing komponen baik pada pendapatan afiliasi maupun pendapatan dari pihak ketiga secara umum mempunyai jumlah anggaran yang lebih kecil dibandingkan dengan realisasinya.

(19)

Selain itu, hal tersebut juga dapat dilihat dari tingkat persentase kamar hotel yang terisi (occupancy) pada pendapatan afiliasi maupun pendapatan pihak ketiga memiliki selisih anggaran yang favorable dengan masing-masing persentase selisih anggaran sebesar 2,08% dan 9,27%. Sedangkan jika dilhat dari komponen number of

cover, pada pendapatan afiliasi menghasilkan selisih

anggaran favorable dengan tingkat persentase sebesar 98,62% dengan jumlah selisih 11.402 orang. Hal ini berbeda dengan number of cover pada pendapatan pihak ketiga yang memiliki selisih anggaran unfavorable dengan persentase selisih anggaran sebesar -80% dan besar selisih 363.388 orang.

Pada Tabel 1, occupancy dan number of cover diberi arsiran yang memberikan penjelasan bahwa komponen tersebut memberikan informasi penting mengenai persentase hunian kamar hotel beserta jumlah pengunjung hotel dan yang melakukan penginapan di Hotel Permata Krakatau pada tahun 2006. Kedua komponen tersebut tidak termasuk ke dalam perhitungan laba/(rugi) hotel namun dapat memberikan kejelasan informasi berdasarkan pendapatan yang diperoleh pada tahun tersebut.

Berdasarkan teori, jika perhitungan analisis varians yang dilakukan pada komponen-komponen pendapatan dalam sebuah perusahaan memiliki sebuah selisih anggaran yang favorable, berarti selisih anggaran yang terjadi menguntungkan bagi perusahaan tersebut. Jumlah anggaran yang telah ditentukan oleh pihak Hotel Permata Krakatau memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan realisasinya. Dalam hal ini, meskipun selisih anggaran yang terjadi bersifat menguntungkan namun jika dilihat dari sisi penganggaran perusahaan maka sebaiknya anggaran dan

(20)

realisasi sama atau selisihnya adalah nol walaupun pada kenyataannya hal tersebut sangat susah untuk dicapai perusahaan, jadi jika terjadi selisih anggaran yang menguntungkan maupun merugikan lebih baik jika memiliki selisih yang kecil atau hampir mendekati dengan jumlah yang dianggarkan.

Oleh karena itu, dalam penyusunan anggaran sebaiknya diperhatikan secara teliti dan cermat mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penganggaran pada kelompok pendapatan. Hal ini dapat mengenai program-program kerja yang akan dilakukan perusahaan pada periode tersebut dan investasi atau fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan sudah memadai atau belum dan jika belum maka fasilitas mana yang perlu diperbaiki sehingga dapat diestimasi jumlah pendapatan yang akan dihasilkan dari masing-masing profit center berdasarkan pendapatan tahun lalu dan perbaikan fasilitas hotel. Dengan demikian, selisih anggaran yang terjadi antara anggaran dan realisasi pun dapat diminimalisir.

Pada tahun 2006, kinerja Hotel Permata Krakatau dapat dikatakan sudah baik meskipun dengan selisih selisih anggaran yang signifikan jumlahnya. Pada tahun berikutnya diharapkan selisih anggaran yang terjadi memiliki besar selisih yang tidak terlalu signifikan sehingga hasil yang diharapkan sesuai dengan yang direncanakan. Oleh sebab itu, sebaiknya perusahaan mempertahankan kinerjanya yang sudah baik tersebut atau bahkan meningkatkan kinerja aktual perusahaannya pada tahun berikutnya. Mengenai hasil analisis varians terhadap kelompok pendapatan tahun 2006 secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

(21)

Tabel 1. Hasil Analisis Pendapatan Hotel Permata Krakatau Tahun 2006

URAIAN ANGGARAN REALISASI ANALISIS VARIANS SELISIH ANGGARAN (%) F/U Pendapatan Pendapatan Pihak Afiliasi Occupancy (%) 12 12,25 -0,25 2,08 favorable

Number of cover 11.561 22.963 -11.402 98,62 favorable

Pendapatan Sewa

Kamar 968.551.400 993.373.756 -24.822.356 2,56 favorable

Pendapatan Food

and Beverage 870.246.800 1.102.428.913 -232.182.113 26,68 favorable

Pandapatan

Telepon 0 0 0 0 -

Pendapatan

Laundry 0 0 0 0 -

Meeting room 55.213.800 53.027.592 2.186.208 -3,96 unfavorable

Drug Store 0 0 0 0 Pendapatan Lain-lain 0 0 0 0 (-) Discount 0 0 0 0 1.894.012.000 2.148.830.261 -254.818.261 13,45 favorable Pendapatan Pihak Ketiga Occupancy (%) 45 49,17 -4,17 9,27 favorable

Number of cover 45.464 91.254 -45.790 100,72 favorable

Pendapatan Sewa

Kamar 3.874.199.600 3.973.487.524 -99.287.924 2,56 favorable

Pendapatan Food

and Beverage 3.480.981.200 4.409.708.153 -928.726.953 26,68 favorable Pendapatan

Telepon 385.479.000 177.145.570 208.333.430 -54,05 unfavorable

Pendapatan

Laundry 184.697.000 200.744.701 -16.047.701 8,69 favorable

Meeting room 220.849.200 212.102.866 8.746.334 -3,96 unfavorable

Drug Store 33.856.000 51.253.500 -17.397.500 51,39 favorable

Pendapatan Lain-lain 365.686.000 483.646.688 -117.960.688 32,26 favorable (-) Discount 0 0 0 8.545.748.000 9.508.089.002 -962.341.002 11,26 favorable Total Pendapatan 10.439.760.000 11.656.919.263 -1217.159.263 11,66 favorable 2.Biaya Variabel

Biaya variabel yang termasuk dalam kegiatan operasional Hotel Permata Krakatau meliputi biaya upah langsung, biaya perawatan, biaya peralatan, biaya listrik, biaya air, biaya telepon, biaya cetak atau alat kantor, biaya asuransi, biaya pastry, biaya

(22)

Food and Beverage, biaya bahan bakar, biaya toiletris or guest and cleaning supplies, dan biaya lain-lain. Biaya upah langsung

pada biaya variabel ini meliputi gaji untuk karyawan casual, Pekerja Karyawan Borongan (PKB) yaitu karyawan yang diterima melalui outsourcing.

Perhitungan analisis varians yang dilakukan pada biaya upah langsung (Tabel 2) menghasilkan sebuah selisih anggaran yang unfavorable sebesar -4,64% dengan selisih Rp 91.778.918. Hal ini menunjukkan bahwa selisih anggaran yang terjadi pada komponen biaya upah langsung ini merugikan karena anggaran yang telah ditentukan jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan realisasinya, namun selisih anggaran yang terjadi memiliki beda (varians) yang tidak terlalu signifikan. Biaya perawatan memiliki selisih anggaran sebesar -20,71% dengan selisih Rp 78.750.784, sehingga selisih anggaran yang ditimbulkan termasuk

unfavorable. Anggaran yang telah ditentukan jumlahnya lebih

kecil dibandingkan dengan realisasinya. Hal ini dikarenakan adanya perbaikan terhadap fasilitas sekitar hotel yaitu perawatan terhadap taman hotel yang banyak pohon kambojanya sehingga pohon-pohon tersebut perlu ditebang karena ada kesan menakutkan bagi beberapa pengunjung sehingga perlu perbaikan terhadap taman hotel. Hasil analisis varians pada biaya peralatan dengan tingkat selisih anggaran sebesar 22,48% dan selisih Rp 23.509.862. Jumlah anggaran yang lebih besar ini menimbulkan selisih anggaran yang favorable. Hal ini disebabkan adanya pembelian peralatan pada saat perbaikan ruang meeting room dan perbaikan pada taman hotel tidak terlalu besar biayanya sehingga biaya perawatan yang dianggarkan lebih dari cukup untuk perawatan fasilitas hotel tersebut.

Biaya listrik termasuk pada kategori selisih anggaran

unfavorable dengan persentase selisih anggaran sebesar -38,77%

(23)

memiliki jumlah selisih anggaran sebesar 30,99% dengan selisih Rp 56.654.100. Selisih anggaran pada biaya air bersifat favorable. Anggaran yang telah ditentukan jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan realisasinya. Sama halnya dengan hasil analisis varians pada biaya telepon yang menghasilkan selisih anggaran favorable dengan persentase sebesar 55,43% dan besar selisih Rp 128.207.440. Anggaran yang telah ditentukan jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan realisasinya. Dalam hal ini biaya telepon menghasilkan selisih anggaran yang menguntungkan karena pada saat sekarang sudah banyak orang yang menggunakan handphone daripada telepon.

Hasil analisis varians pada biaya cetak atau alat kantor menghasilkan selisih anggaran favorable sebesar 17,93% dengan selisih Rp 24.500.651. Dalam hal ini, alat kantor merupakan peralatan yang diperlukan untuk masing-masing divisi hotel, sedangkan biaya peralatan yang sebelumnya telah disebutkan adalah merupakan biaya bagi peralatan untuk keperluan fasilitas perhotelan.

Hasil analisis varians terhadap biaya pastry menghasilkan sebuah selisih anggaran unfavorable sebesar -243,42% dengan selisih Rp 116.850.967. Anggaran yang telah ditentukan jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan realisasinya. Hal ini dikarenakan pemesanan terhadap kue-kue dalam pelaksanaan

event atau acara-acara lebih besar dibandingkan dengan yang

dianggarkan. Selain itu juga disebabkan karena banyaknya

event-event yang diadakan pada tahun 2006 sehingga biaya pastry pun

akan meningkat. Oleh sebab itu, biaya tersebut memiliki selisih yang sangat signifikan.

Biaya Food and Beverage juga memiliki selisih anggaran

unfavorable dengan persentase sebesar -14,47% dengan selisih

Rp 219.102.642. Hasil analisis varians pada biaya bahan bakar menghasilkan selisih anggaran unfavorable dengan persentase

(24)

selisih anggaran sebesar -173,01% dan jumlah selisih Rp 49.789.500. Anggaran yang telah ditentukan jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan realisasinya. Hal ini dikarenakan pemakaian atas bahan bakar solar untuk keperluan BBM (Bahan Bakar Minyak) bagi kendaraan divisi hotel dan gas untuk keperluan dapur pada restoran serta pemakaian genset yang melebihi jumlah yang dianggarkan dalam pemakaiannya pada tahun tersebut. Perhitungan analisis varians yang dilakukan pada biaya toiletris or guest and cleaning supplies menghasilkan sebuah selisih anggaran unfavorable sebesar -71,14% dengan selisih Rp 118.713.149.

Biaya lain-lain memiliki selisih anggaran sebesar -58,69% dengan selisih Rp 138.497.907. Jumlah anggaran yang lebih kecil dari realisasi ini menimbulkan selisih anggaran yang unfavorable. Total biaya variabel menghasilkan selisih anggaran unfavorable dengan persentase sebesar -15,52% dan selisih sebesar Rp 908.467.759. Secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Hasil Analisis Biaya Variabel Hotel Permata Krakatau Tahun 2006

URAIAN ANGGARAN REALISASI ANALISIS VARIANS

SELISIH ANGGARAN

(%)

F/U

Upah Langsung 1.976.481.000 2.068.259.918 -91.778.918 -4,64 unfavorable Biaya Perawatan 380.330.000 459.080.784 -78.750.784 -20,71 unfavorable

Biaya Peralatan 104.560.000 81.050.138 23.509.862 22,48 favorable

Listrik 845.628.000 1.173.483.945 -327.855.945 -38,77 unfavorable

Air 182.834.000 126.179.900 56.654.100 30,99 favorable

Telepon 231.289.000 103.081.560 128.207.440 55,43 favorable

Biaya Cetak atau

Alat Kantor 136.658.000 112.157.349 24.500.651 17,93 favorable

Biaya Tenaga Ahli 0 0 0

Biaya Asuransi 0 0 0

Biaya Pastry 48.004.000 164.854.967 -116.850.967 -243,42 unfavorable

Biaya Food and

Beverage 1.514.663.000 1.733.765.642 -219.102.642 -14,47 unfavorable

Biaya Bahan Bakar 28.778.000 78.567.500 -49.789.500 -173,01 unfavorable Biaya Toiletris or

Guest and

Cleaning Supplies 166.866.000 285.579.149 -118.713.149 -71,14 unfavorable Biaya Lain-lain 235.971.000 374.468.907 -138.497.907 -58,69 unfavorable

Total Biaya

(25)

3.Biaya Tetap Langsung

Biaya tetap langsung (Tabel 3) yang termasuk ke dalam anggaran biaya operasional meliputi biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya reparasi dan perawatan, biaya asuransi, pajak dan sewa, biaya listrik dan air, biaya tenaga ahli, biaya penelitian dan pengembangan, biaya perkantoran dan umum, biaya Surat Perjalanan Dinas (SPD), biaya training dan biaya lain-lain. Biaya tetap langsung ini merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan atau aktivitas yang berhubungan langsung di perusahaan atau biaya yang digunakan untuk menghasilkan output (produk) termasuk di dalamnya biaya yang digunakan untuk outsourcing.

Perhitungan analisis varians yang dilakukan pada biaya tenaga kerja memiliki selisih anggaran unfavorable sebesar -10,28% dengan selisih Rp 179.260.661. Anggaran yang telah ditentukan jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan realisasinya namun tidak menunjukkan selisih yang signifikan pada biaya upah langsung tersebut. Biaya penyusutan menghasilkan selisih anggaran favorable dengan persentase selisih anggaran sebesar 18% dan jumlah selisih Rp 308.546.355. Lain halnya dengan biaya reparasi dan perawatan, biaya ini memiliki selisih anggaran unfavorable sebesar -10,20% dengan selisih Rp 8.181.041. Anggaran yang telah ditentukan jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan realisasinya sehingga selisih anggaran yang dihasilkan dari biaya reparasi dan perawatan menghasilkan selisih anggaran yang merugikan. Perhitungan analisis varians yang dilakukan pada biaya asuransi, pajak, dan sewa juga menghasilkan sebuah selisih anggaran unfavorable sebesar -140,54% dengan selisih Rp 172.831.369. Dalam hal ini biaya asuransi terdiri dari biaya kesehatan karyawan seperti perawatan atas kacamata, gigi, kandungan, dan lain-lain, sedangkan biaya pajak terdiri atas Pajak Bumi dan Bangunan

(26)

(PBB) serta asuransi dan biaya sewa yang merupakan biaya atas sewa kendaraan.

Analisis varians yang dilakukan pada biaya listrik dan air dengan tingkat selisih anggaran sebesar -13,61% dan selisih Rp 1.038.996. Jumlah anggaran yang ditentukan lebih kecil dibandingkan dengan realisasinya. Hal ini menimbulkan selisih anggaran pada biaya listrik dan air bersifat unfavorable atau merugikan dan signifikan. Biaya realisasi untuk penelitian dan pengembangan dibebankan pada pusat yaitu KIEC. Biaya perkantoran dan umum termasuk pada kategori selisih anggaran

unfavorable dengan persentase selisih anggaran sebesar -4,64%

dan selisih Rp 8.312.842. Berbeda halnya dengan perhitungan analisis varians yang dilakukan pada biaya SPD menghasilkan selisih anggaran favorable sebesar 41,2% dengan selisih Rp 3.956.000. Realisasi dari biaya SPD berada di bawah anggaran. Dengan demikian selisih anggaran yang terjadi tersebut merupakan selisih anggaran yang menguntungkan. Biaya training termasuk pada kategori selisih anggaran favorable dengan persentase selisih anggaran sebesar 100% dan selisih Rp 63.502.000. Hal ini disebabkan oleh pembebanan biaya training tersebut diambil dari cadangan dana service charge sebesar 2%. Hal ini dikarenakan pada saat pembagian service charge tiap bulan dicadangkan 2% untuk dana pengembangan SDM yaitu pendidikan dan latihan (diklat) jadi tidak masuk dalam biaya pada saat ada pelatihan atau diklat.

Total biaya tetap langsung memiliki selisih anggaran

unfavorable sebesar -4,58% dengan selisih Rp 179.693.759 dan

hasil analisis varians pada keseluruhan total biaya variabel dan biaya tetap menghasilkan selisih anggaran unfavorable dengan persentase sebesar -11,13% dengan selisih Rp 1.088.161.518. Anggaran yang telah ditentukan jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan realisasinya. Dengan demikian selisih

(27)

anggaran yang terjadi terhadap jumlah biaya variabel dan tetap merupakan selisih anggaran yang bersifat merugikan. Analisis selisih anggaran terhadap kelompok biaya tetap langsung tersebut ditampilkan pada tabel berikut.

Tabel 3. Hasil Analisis Biaya Tetap Langsung Hotel Permata Krakatau Tahun 2006

URAIAN ANGGARAN REALISASI ANALISIS VARIANS SELISIH ANGGARAN (%) F/U Biaya Tetap Langsung Biaya Tenaga Kerja 1.743.838.000 1.923.098.661 -179.260.661 -10,28 unfavorable Biaya Penyusutan 1.714.120.000 1.405.573.645 308.546.355 18 favorable Biaya Reparasi

dan Perawatan 80.202.000 88.383.041 -8.181.041 -10,2 unfavorable

Biaya Asuransi,

Pajak dan Sewa 122.976.000 295.807.369 -172.831.369 -140,54 unfavorable Biaya Listrik

dan Air 7.634.000 8.672.996 -1.038.996 -13,61 unfavorable

Biaya Tenaga Ahli 0 0 0 0 - Biaya Penelitian dan Pengembangan 0 186.073.205 -186.073.205 - - Biaya Perkantoran dan Umum 179.218.000 187.530.842 -8.312.842 -4,64 unfavorable Biaya Surat Perjalanan Dinas 9.602.000 5.646.000 3.956.000 41,2 favorable

Biaya Training 63.502.000 0 63.502.000 100 favorable

Biaya Lain-lain 0 0 0 0 -

Total Biaya

Tetap 3.921.092.000 4.100.785.759 -179.693.759 -4,58 unfavorable

4.Biaya Administrasi dan Umum

Biaya administrasi dan umum Hotel Permata Krakatau meliputi biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya reparasi dan perawatan, biaya asuransi, pajak dan sewa, biaya listrik dan air, biaya tenaga ahli, biaya penelitian dan pengembangan, biaya perkantoran dan umum, biaya SPD, biaya training dan biaya tetap lainnya.

Sebelum tahun 2008, KIEC masih dalam proses perusahaan yang menuju pada semi otonom dan KIEC ingin melihat terlebih dahulu kinerja dari Hotel Permata Krakatau itu sendiri sehingga

(28)

pusat (KIEC) dapat menentukan berapa besar biaya yang harus dianggarkan oleh hotel setiap tahunnya untuk anggaran biaya administrasi dan umum sesuai dengan kinerja yang telah dijalankan pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kerugian yang terjadi atas biaya administrasi dan umum sehingga selisih anggaran antara anggaran dan realisasi pun tidak akan terlalu jauh secara signifikan. Biaya administrasi dan umum ini difokuskan pada departemen penunjang hotel yang mana biaya-biaya tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan akan produk atau output dan bersifat organik.

Pada tahun 2008, biaya-biaya administrasi dan umum yang termasuk ke dalam biaya purchasing dalam kegiatan operasional Hotel Permata Krakatau dan tidak lagi ditetapkan oleh KIEC. Pada tahun 2006, seluruh biaya anggaran administrasi dan umum ditetapkan oleh Pusat Hotel yaitu KIEC sehingga pembebanan realisasi biayanya pun ditanggung pada Departemen Keuangan dan SDM KIEC. Hal ini juga terjadi pada beberapa tahun sebelumnya.

Pada tahun 2006, seluruh komponen dari kelompok biaya administrasi dan umum ini mempunyai selisih anggaran yang menguntungkan (Tabel 4). Hasil analisis varians pada biaya tenaga kerja menghasilkan sebuah selisih anggaran favorable sebesar 76,94% dengan selisih Rp 114.530.805. Anggaran yang telah ditentukan jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan realisasinya. Biaya reparasi dan perawatan memiliki selisih anggaran favorable sebesar 99,35% dengan selisih Rp 26.942.500. Biaya asuransi, pajak dan sewa dibebankan pada PT. KIEC. Perhitungan analisis varians yang dilakukan pada biaya listrik dan air menghasilkan sebuah selisih anggaran yang

favorable sebesar 47,2% dengan selisih Rp 4.054.502. Biaya penelitian dan pengembangan memiliki selisih anggaran sebesar

(29)

83,98% dengan selisih Rp 8.397.500, sehingga selisih anggaran yang ditimbulkan termasuk favorable.

Analisis varians dilakukan pada biaya perkantoran dan umum dengan tingkat selisih anggaran sebesar 68,46% dan selisih Rp 33.750.894. Jumlah anggaran yang lebih besar dibandingkan

dengan realisasinya menyebabkan selisih anggaran yang

favorable. Biaya SPD juga termasuk pada kategori selisih

anggaran favorable dengan persentase selisih anggaran sebesar 21,36% dengan selisih Rp 1.281.500. Total biaya administrasi dan umum menghasilkan selisih anggaran favorable dengan persentase sebesar 74,77% dengan selisih sebesar Rp 186.819.139. Secara lebih jelas, hasil analisis varians tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Hasil Analisis Biaya Administrasi dan Umum Hotel Permata Krakatau Tahun 2006

URAIAN ANGGARAN REALISASI ANALISIS VARIANS

SELISIH

ANGGARAN (%) F/U Biaya Administrasi

dan Umum

Biaya Tenaga Kerja 148.862.000 34.331.195 114.530.805 76,94 favorable

Biaya Penyusutan 0 0 0

Biaya Reparasi dan

Perawatan 27.120.000 177.500 26.942.500 99,35 favorable

Biaya Asuransi,

Pajak dan Sewa 0 2.138.562 -2.138.562

Biaya Listrik dan

Air 8.590.000 4.535.498 4.054.502 47,2 favorable

Biaya Tenaga Ahli 0 0 0

Biaya Penelitian dan

Pengembangan 10.000.000 1.602.500 8.397.500 83,98 favorable

Biaya Perkantoran

dan Umum 49.300.000 15.549.106 33.750.894 68,46 favorable

Biaya SPD 6.000.000 4.718.500 1.281.500 21,36 favorable

Biaya Training 0 0 0

Biaya Tetap Lainnya 0 0 0

Total Biaya Administrasi dan

Umum 249.872.000 63.052.861 186.819.139 74,77 favorable 5.Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran Hotel Permata Krakatau mencakup biaya tenaga kerja, biaya asuransi, pajak dan sewa, biaya perkantoran dan umum, biaya SPD, biaya training, biaya perijinan, biaya iklan

(30)

dan promosi dan biaya pemasaran lainnya (Tabel 5). Perhitungan analisis varians yang dilakukan pada biaya tenaga kerja memiliki selisih anggaran favorable sebesar 25,08% dengan selisih Rp 59.634.790. Pada biaya asuransi, pajak dan sewa tidak ada penganggaran terhadap biaya tersebut namun pada realisasinya ada yaitu sebesar Rp 10.558.313. Hal ini dikarenakan biaya tersebut dibebankan pada pusat yaitu PT. KIEC.

Biaya perkantoran dan umum termasuk pada kategori selisih anggaran favorable dengan persentase selisih anggaran sebesar 11,8% dan selisih Rp 7.573.468. Analisis varians dilakukan pada biaya SPD dengan tingkat selisih anggaran

favorable sebesar 86,23% dan besar selisih Rp 10.347.000.

Jumlah anggaran jauh lebih besar dibandingkan dengan realisasi ini menimbulkan selisih anggaran yang favorable atau menguntungkan.

Perhitungan analisis varians yang dilakukan pada biaya

training memiliki selisih anggaran favorable sebesar 94,95%

dengan selisih Rp 27.487.500. Sama halnya dengan hasil analisis varians terhadap biaya perijinan yang menghasilkan selisih anggaran favorable dengan persentase sebesar 100% dan jumlah selisih Rp 9.750.000. Dalam hal ini, biaya perijinan adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan ijin mempromosikan hotel ke kota lain pada tahun 2006 tidak dilakukan sehingga tidak terjadi pembebanan pada realisasi biaya perijinan.

Biaya iklan dan promosi menghasilkan selisih anggaran yang unfavorable sebesar -310,24 dan besar selisih Rp 96.189.572. Hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk promosi hotel sangat tinggi pada tahun tersebut. Pada biaya pemasaran lainnya, terjadi selisih anggaran favorable yaitu sebesar 100% dengan selisih Rp 3.000.000. Biaya yang dianggarkan ada, namun yang terealisasi tidak ada. Hal ini dikarenakan pada tahun 2006, tidak adanya marketing fee atau

(31)

disebut juga underhand yaitu komisi bagi orang yang dapat mengajak orang lain untuk menginap di Hotel Permata Krakatau. Total biaya usaha dan pemasaran memiliki selisih anggaran

favorable sebesar 31,68% dengan selisih Rp 197.864012. Untuk

lebih jelasnya, dapat selisih anggaran pada kelompok biaya pemsaran ini disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 5. Hasil Analisis Biaya Pemasaran Hotel Permata Krakatau Tahun 2006

URAIAN ANGGARAN REALISASI ANALISIS VARIANS SELISIH ANGGARAN (%) F/U Biaya Pemasaran Biaya Tenaga Kerja 237.755.000 178.120.210 59.634.790 25,08 favorable Biaya Asuransi,

Pajak dan Sewa 0 10.558.313 -10.558.313 -

Biaya Perkantoran

dan Umum 64.200.000 56.626.532 7.573.468 11,8 favorable

Biaya SPD 12.000.000 1.653.000 10.347.000 86,23 favorable

Biaya Training 28.950.000 1.462.500 27.487.500 94,95 favorable

Biaya Perijinan 9.750.000 0 9.750.000 100 favorable

Biaya Iklan dan

Promosi 31.000.000 127.189.572 -96.189.572 -310,24 unfavorable

Biaya Pemasaran

Lainnya 3.000.000 0 3.000.000 100 favorable

Total Biaya

Pemasaran 386.655.000 375.610.127 11.044.873 2,86 favorable

6.Pendapatan Lain-lain dan Biaya Lain-lain

Pendapatan lain yang diperoleh Hotel Permata Krakatau berupa jasa giro, bunga deposito, laba penjualan aktiva, dan pendapatan lain-lain. Sedangkan biaya lain Hotel Permata Krakatau meliputi biaya bank, biaya penyisihan piutang, biaya PPh 23, dan biaya lainnya (Tabel 6).

Hasil analisis varians pada jasa giro menghasilkan sebuah selisih anggaran yang unfavorable sebesar -58,44% dengan selisih Rp 41.152.515. Anggaran yang telah ditentukan jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan realisasinya. Pendapatan bunga deposito memiliki selisih anggaran unfavorable sebesar -4,41% dengan selisih Rp 5.185.955. Berbeda halnya dengan pendapatan

(32)

lain-lain yang menghasilkan selisih anggaran favorable sebesar 15.464,04% dan selisih Rp 293.816.730. Total pendapatan lain-lain menghasilkan selisih anggaran favorable sebesar 130,24% dengan selisih Rp 247.478.260.

Perhitungan analisis varians yang dilakukan pada biaya bank menghasilkan sebuah selisih anggaran yang unfavorable sebesar -0,29% dengan selisih Rp 238.575. Realisasi dari biaya bank berada di atas anggaran yang telah ditentukan sehingga selisih anggaran yang terjadi pada biaya bank bersifat

unfavorable. Biaya bank tersebut meliputi biaya kartu kredit dan

biaya bank lainnya. Biasanya biaya bank tersebut dikenakan sebesar Rp 200 juta per bulan bagi kreditor.

Perhitungan analisis varians terhadap biaya PPh 23 menghasilkan selisih anggaran favorable sebesar 100% dengan selisih Rp 7.217.000 karena biaya tersebut tidak dimasukkan ke dalam anggaran, namun biaya tersebut telah dibebankan pada biaya service charge yaitu sebesar 5% untuk biaya PPh tersebut. Pada biaya penyisihan piutang tidak dianggarkan biayanya, namun realisasinya ada yaitu sebesar Rp 272.685.180. Hal ini dikarenakan jika biaya tersebut dianggarkan, maka akan mengurangi kinerja collector atau penagih hutang untuk menagih hutang pada kreditor. Biasanya biaya penyisihan piutang ini dibebankan pada saat usia aset yang dimiliki berumur di atas dua tahun berdasarkan kebijakan aturan yang ditetapkan. Hasil analisis varians pada total biaya lain-lain menghasilkan sebuah selisih anggaran unfavorable dengan tingkat persentase sebesar -298,44% dengan selisih Rp 265.706.755. Secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(33)

Tabel 6. Hasil Analisis Pendapatan Lain-lain dan Biaya Lain-lain Hotel Permata Krakatau Tahun 2006

URAIAN ANGGARAN REALISASI ANALISIS VARIANS SELISIH ANGGARAN (%) F/U Pendapatan

lain-lain dan biaya

lain-lain

Pendapatan

Lain-lain

Jasa Giro 70.420.000 29.267.485 41.152.515 -58,44 unfavorable

Bunga Deposito 117.700.000 112.514.045 5.185.955 -4,41 unfavorable

Laba Penjualan

Aktiva 0 0 0

Pendapatan Lain 1.900.000 295.716.730 -293.816.730 15.464,04 favorable

Total Pendapatan

Lain-lain 190.020.000 437.498.260 -247.478.260 130,24 favorable

Biaya Lain-lain

Biaya Bank 81.815.000 82.053.575 -238.575 -0,29 unfavorable

Biaya PPh 23 7.217.000 0 7.217.000 100 favorable

Biaya Penyisihan Piutang dan

Lainnya 0 272.685.180 -272.685.180 -

Total Biaya

Lain-lain 89.032.000 354.738.755 -265.706.755 -298,44 unfavorable

Total Pendapatan

Lain-lain 100.988.000 82.759.505 18.228.495 -18,05 unfavorable

7. Laba

Laba yang dihasilkan Hotel Permata Krakatau terdiri dari laba kotor, laba operasi, laba sebelum pajak dan laba bersih. Laba kotor adalah laba yang dihasilkan dari selisih antara total pendapatan dengan total biaya variabel dan biaya tetap langsung. Sedangkan laba operasi adalah laba yang diperoleh dari pengurangan antara laba kotor dengan penjumlahan biaya usaha dan pemasaran. Laba sebelum pajak didapatkan melalui pengurangan laba operasi dengan total pendapatan lain-lain. Kemudian laba bersih atau EAT (Earning after tax) berasal dari pengurangan laba bersih dengan pajak badan. Dalam hal ini, pajak badan terdapat pada laporan keuangan konsolidasi PT. KIEC dan tidak dicantumkan pada laporan laba/(rugi) Hotel Permata Krakatau.

(34)

Perhitungan analisis varians yang dilakukan pada total pendapatan Hotel Permata Krakatau yang berasal dari pendapatan afiliasi maupun pendapatan pihak ketiga menghasilkan selisih anggaran favorable dengan persentase sebesar 11,66% dengan selisih Rp 1.217.159.263. Laba/(rugi) kotor dihasilkan dari pengurangan antara jumlah keseluruhan pendapatan dengan total biaya variabel dan biaya tetap. Total biaya variabel dan biaya tetap langsung memiliki selisih anggaran unfavorable sebesar -11,13% dengan selisih Rp 1.088.161.518. Laba kotor yang dihasilkan dari analisis varians ini memiliki selisih anggaran unfavorable dengan nilai persentase -19,35% dan besar selisih Rp 128.997.745. Anggaran yang telah ditentukan jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan realisasinya. Hal ini menunjukkan bahwa selisih anggaran yang terjadi pada laba/(rugi) kotor merugikan.

Total biaya usaha dan pemasaran memiliki selisih anggaran

favorable sebesar 31,68% dengan selisih Rp 197.864012.

Laba/(rugi) operasi yang dihasilkan dari analisis varians ini menghasilkan selisih anggaran favorable dengan persentase 1.086,68% dan selisih Rp 326.861.757.

Total pendapatan lain-lain menghasilkan selisih anggaran

favorable sebesar 130,24% dengan selisih Rp 247.478.260. Hasil

analisis varians pada total biaya lain-lain menghasilkan sebuah selisih anggaran unfavorable dengan tingkat persentase sebesar -298,44% dengan selisih Rp 265.706.755. Laba sebelum pajak menghasilkan sebuah selisih anggaran favorable sebesar 235,48% dengan selisih Rp 308.633.262. Hal ini disebabkan oleh selisih anggaran favorable yang sangat signifikan pada komponen pendapatan lain-lain. Hal ini dikarenakan pada komponen pendapatan lain-lain tersebut ada koreksi dari dari PP1 yaitu pajak perhotelan dan restoran terhadap piutang tertagih. Oleh karena itu varians yang terjadi sangat signifikan jumlahnya. Untuk lebih

(35)

jelas, hasil analisis varians terhadap komponen-komponen tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Hasil Analisis Laba Hotel Permata Krakatau Tahun 2006

URAIAN ANGGARAN REALISASI ANALISIS VARIANS

SELISIH

ANGGARAN (%) F/U

Total Pendapatan 10.439.760.000 11.656.919.263 -1.217.159.263 11,66 favorable Total Biaya Variabel dan Biaya Tetap Langsung 9.773.154.000 10.861.315.518 -1.088.161.518 -11,13 unfavorable Laba/(Rugi) Kotor 666.606.000 795.603.745 -128.997.745 19,35 favorable Total Biaya Usaha

dan Pemasaran 636.527.000 438.662.988 197.864.012 31,68 favorable

Laba/(Rugi)

Operasi 30.079.000 356.940.757 -326.861.757 1.086,68 favorable Total Pendapatan

Lain-lain 11.106.366.000 12.452.523.008 -1.346.157.008 130,24 favorable

Total Biaya

Lain-lain 11.772.972.000 13.248.126.753 -1.475.154.753 -298,44 unfavorable

Laba/(Rugi)

Sebelum Pajak 131.067.000 439.700.262 -308.633.262 235,48 favorable

4.4.2. Analisis Varians Terhadap Data Anggaran Operasional Hotel Permata Krakatau Tahun 2007

Hasil perhitungan analisis varians anggaran operasional Hotel Permata Krakatau pada tahun 2007 dapat dilihat pada tabel-tabel berikut sesuai dengan kelompok pendapatan dan biaya masing-masing. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa terdapat beberapa kategori pada laporan laba rugi dalam melakukan analisis varians yaitu pendapatan, biaya variabel, biaya tetap langsung, biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum, pendapatan lain-lain dan biaya lain-lain serta laba sebelum pajak.

1. Pendapatan

Pendapatan yang diterima oleh Hotel Permata Krakatau terdiri dari pendapatan atas sewa kamar, Food and Beverage,

meeting room, laundry, telepon, drug store, dan lain-lain.

Pendapatan tersebut terdiri atas pendapatan afiliasi dan pendapatan pihak ketiga (Tabel 8) dengan masing-masing hasil perhitungan analisis varians sebagai berikut.

Gambar

Gambar 2. Struktur Organisasi Hotel Permata Krakatau
Tabel 1. Hasil Analisis Pendapatan Hotel Permata Krakatau Tahun  2006
Tabel  2.  Hasil  Analisis  Biaya  Variabel  Hotel  Permata  Krakatau  Tahun 2006
Tabel  3.  Hasil  Analisis  Biaya  Tetap  Langsung  Hotel  Permata  Krakatau Tahun 2006
+7

Referensi

Dokumen terkait

Zahir Accounting versi 5.1 adalah software akuntansi yang digunakan untuk membuat laporan keuangan, dengan bahasa yangmudah dipahami dan dimengerti.. Penggunaan Zahir

Antam posted a significant increase of net profit despite lower sales as management significantly reduced precious metals trading activities inline with the gold price

rekan kerjanya yang juga tidak menikah. 4) Masalah yang Membuat Stress Serta Gejala atau Akibat. yang Dirasakan

Apabila diterapkan untuk menyelesaikan adanya ketidakharmonisan Undang-Undang yang terkait dengan petani pemulia tanaman maka ada dua asas yang dapat digunakan

Penelitian yang dilakukan oleh Jatmiko (2006) tentang pengaruh sikap wajib pajak terkait pelaksanaan denda, kesadaran pajak, dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan

perempuan lebih bersifat menyeluruh atau komprehensif dalam memproses informasi Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Chung dan

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) aktivitas guru pada pembelajaran fisika secara keseluruhan dengan menggunakan model inkuiri terbimbing dalam kategori

8 Banyaknya duplikat lagu di album yang lain 9 Kemasan produk yang kurang menarik 10 Pembagian tugas yang tidak teratur... Indo