• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI DAN KARAKTER DISIPLIN MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI SISWA KELAS II SD NEGERI 1 SODITAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI DAN KARAKTER DISIPLIN MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI SISWA KELAS II SD NEGERI 1 SODITAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATERI ENERGI DAN KARAKTER DISIPLIN

MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI

SISWA KELAS II SD NEGERI 1 SODITAN

Tri Setyaningsih

*)

NIP 19580915 198012 2 001 SD Negeri 1 Soditan

UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang

*)e-mail: setyaningsih_tri@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Apakah pembelajaran melalui metode Pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pelajaran IPA kelas II SDN 1 Soditan tahun pelajaran 2014/ 2015.Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas II SD Negeri 1 Soditan tahun 2014/2015 sebanyak 32 siswa. Teknik analisis data dengan menggunakan tes setelah pelaksanaan dan pengamatan. Melalui model pembelajaran demonstrasi pemahaman siswa pada materi energi serta karakter disiplin siswa kelas II SD Negeri 1 Soditan mengalami peningkatan. Pada akhir siklus II diketahui telah terjadi peningkatan rata-rata kelas yaitu dari 63 rata-rata tes kondisi awal menjadi 72 pada siklus I dan menjadi 80 pada siklus II. Sedangkan ketuntasan belajar siswa pada siklus I ada peningkatan 28% dari kondisi awal, sedangkan ketuntasan belajar pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 25% dari siklus I. Dengan demikian sebagian besar siswa kelas II SD Negeri 1 Soditan mengalami peningkatan kemampuan dalam materi energi.

Kata kunci: Hasil belajar, Metode Demonstrasi

1.

Pendahuluan

Mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan mata pelajaran yang termasuk kategori sulit oleh siswa sehingga berakibat pada rendahnya hal mata pelajaran tersebut. Padahal IPA merupakan pelajaran yang wajib diberikan sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, lebih-lebih sekolah menengah atas sudah merupakan salah satu penjurusan yang terdiri dari berbagai macam mata pelajaran.

Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang melatih anak untuk berfikir rasional, logis, dan mengenal lingkungan sekitar baik flora maupun fauna, serta kejadian-kejadian alam. Pola pikir yang demikian sebagai suatu yang perlu dimiliki siswa sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan IPA dalam kehidupan sehari-hari akan dapat membantu manusia dalam kepekaannya melihat alam serta lingkungan yang berhubungan dengan manusia. Karena kondisi yang demikian pentingnya, maka IPA diberikan sejak memasuki bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Namun demikian IPA masih kurang diminati anak didik baik ditingkat SD, SMP, maupun SMA. Hal yang demikian perlu mendapatkan perhatian bagi guru untuk memperbaiki metode serta pendekatan dalam belajar mengajar sehingga anak didik merasa

senang dan termotivasi untuk belajar ilmu pengetahuan alam.

Sebagaimana yang terjadi di kelas II SD Negeri 1 Soditan, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang dimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA merupakan urutan bawah dari mata pelajaran yang diajarkan di kelas II. Diketahui bahwa rata-rata nilai IPA pada pokok bahasan energi yang dilakukan sebelum tindakan adalah 63. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada kesulitan yang cukup berarti bagi siswa kelas II dalam memecahkan dan menyelesaikan soal pokok bahasan energi, maka perlu upaya peningkatan kemampuan melalui upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh guru.

Menurut pengalaman mengajar dikelas II bahwa nilai karakter disiplin siswa dalam kategori belum terlihat dimana ada 44% (± 13 siswa) yang mempunyai karakter disiplin.

Melalui demonstrasi dan media pembelajaran. Penggunaan media demonstrasi dan media pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan kemampuan upaya peningkatan siswa terhadap pokok bahasan energi antara lain pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA yang dipelajarinya dengan mudah. Konsep IPA seperti energi akan mudah dimengerti anak didik pada saat pembelajaran berlangsung.

(2)

Untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran IPA tentang energi, peneliti akan melakukan perbaikan pembelajaran dengan pembelajaran melalui benda konkrit. Peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus. Disamping itu PTK ini juga peneliti lakukan untuk memenuhi persyaratan dalam mata kuliah pemantapan kemampuan profesional.

Masalah yang ingin diperbaiki guru dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada pembelajaran yang guru lakukan mendapatkan hasil yang kurang baik. Melihat dari hasil belajar siswa yang masih rendah tersebut, guru mengadakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran di kelas saat mengajar pembelajaran IPA kelas II tentang materi Energi, refleksi tersebut dilakukan untuk mengingat dan mencari kelemahan dalam jalannya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam refleksi tersebut, berbagai kelemahan guru ditemukan dalam kegiatan pembelajarnnya. Dari berbagai macam permasalahan yang ditemukan dapat hasil refleksi dengan Supervisor II. Hasil dari diskusi dengan supervisor II ditemukan kesimpulan bahwa sebagian besar siswa kesulitan menyebutkan macam-macam energi. Hal itu dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dijalankan guru kurang optimal dan guru kurang dapat menguasai kelas dan pembelajarannya.

Berawal dari hasil temuan guru melalui refleksi yang kemudian mendiskusikan permasalahan dengan supervisor II, guru kemudian berkonsultasi tentang permasalahannya dengan supervisor II untuk mengidentifikasi kelemahan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil dapat terungkap berbagai identifikasi permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran,antara lain (a) kegiatan pembelajaran tidak optimal, (b) penerapan metode pembelajaran guru kurang berjalan baik, (c) Hasil belajar siswa yang kurang baik, (d) siswa kurang memahami materi pelajaran, (e) karakter disiplin kurang.

Dari beberapa masalah yang teridentifikasi dapat dirumuskan masalah:

a. Apakah penerapan model demontrasi dan media pembelajaran dengan memanfaatkan alat peraga macam-macam bentuk energi dan peralihannya dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas II SD Negeri 1 Soditan Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang dalam menentukan macam-macam energi ?

b. Apakah penerapan model demontrasi dan media pembelajaran dengan memanfaatkan alat peraga macam-macam bentuk energi dan peralihannya dapat meningkatkan karakter disiplin siswa kelas II SD Negeri 1 Soditan Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang?

2.

Materi dan Metode

2.1. Materi

a. Pengertian Belajar

Suryabrata (1984:249) menyatakan bahwa kegiatan belajar mencakup tiga hal yaitu (a) membawa perubahan, (b) terjadi karena didapatkan kecakapan baru, dan (c) terjadi karena ada upaya. Belajar pada dasarnya adalah berusaha mendapatkan sesuatu kepandaian (Poerwadarminta, 1988: 108). Sedangkan menurut istilah populer bahwa pengertian belajar adalah proses perubahan perilaku yang relative menetap sebagai bentuk pengalaman-pengalaman atau praktik David (1996: 2). Menurut winkel bahwa belajar diartikan sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung sangat dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap-sikap. Perubahan itu relatif konstan dan berkekas.

Dengan demikian belajar adalah merupakan perubahan-perubahan yang relatif konstan dan berkekas menyangkut pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap-sikap.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar pada dasarnya berkaitan pula dengan hasil yang dicapai dalam belajar. Pengertian hasil belajar itu sendiri dapat diketahui dari pendapat ahli pendidikan. Hasil belajar berasal dari kata hasil dan belajar. Agar tidak menyimpang dari pengertian sesungguhnya maka perlu dijelaskan secara perkata terlebih dahulu.

Hasil belajar dari hubungan kata hasil dan belajar. Hasil belajar diartikan sebagai keberhasilan usaha yang dicapai (Winkel, 1998: 162). Hasil belajar merupakan keberhasilan yang telah dirumuskan guru berupa kemampuan akademis. Surachmad (1981: 2) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan nilai hasil belajar yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam belajar. Hal tersebut berarti hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar. Hasil belajar meliputi kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotor (Sunaryo, 1983: 4).

Dari berbagai kajian definisi hasil belajar di atas maka yang dimaksud belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar ilmu pengetahuan alam yang berupa kemampuan akademis siswa dalam mencapai standar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya dan harus dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Belajar dipengaruhi pula oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain dibagi menjadi dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut: (1) kesehatan anak, (2) rasa aman, (3) kemampuan dan minat, (4)

(3)

kebutuhan diri anak. Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut: (1) lingkungan, (2) motivasi dari luar (Rustiyah, 1995: 123).

c. Model Demonstrasi

Carrdille (1986) dalam conel mengemukakan bahwa demonstrasi adalah suatu penyajian yang dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan suatu tindakan atau prosedur yang digunakan model ini disertai dengan penjelasan ilustrasi dan pernyataan lisan (oral) atau peragaan (visual) secara tepat dari batasan ini nampak dalam model ditandai adanya kesengajaan untuk mempertunjukkan tindakan atau menggunakan prosedur yang disertai penjelasan ilustrasi atau pernyataan secara lisan maupun visual.

Winarno (1980:87) mengemukakan bahwa model demonstrasi adalah adanya guru orang luar yang diminta atau siswa memperlihatkan suatu proses kepada seluruh kelas. Batasan yang dikemukakan oleh Winarno memberikan gambaran kepada kita, bahwa untuk mendemonstrasikan atau memperagakan tidak harus dilakukan oleh guru sendiri dan yang didemonstrasikan adalah suatu proses.

Dengan mempedulikan batasan model demonstrasi seperti dikemukakan oleh Carrdille dan Winarno, maka dapat disimpulkan bahwa model demonstrasi merupakan format interaksi belajar mengajar yang sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses, atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian siswa. Dengan batasan model demonstrasi ini, menunjukkan adanya tuntutan kepada guru untuk merencanakan penerapannya, memperjelas demonstrasi secara oral atau visual dan menyediakan peralatan yang diperlukan.

1) Tujuan Penerapan Model Demonstrasi

Model demonstrasi lebih sesuai untuk mengajarkan keterampilan tangan dimana gerakan-gerakan jasmani dan gerakan-gerakan gerakan-gerakan dalam memegang sesuatu benda dipelajari ataupun untuk mengajar hal-hal yang bersifat rutin (Staton, 1978: 910). Dengan kata lain model demonstrasi bertujuan untuk mengajarkan keterampilan-ketreampilan fisik ketimbang keterampilan intelektual.

2) Penerapan Model Demonstrasi

a) Persiapan pemakaian model demonstrasi (1) Mengkaji kesesuaian model terhadap

tujuannya yang akan dicapai

(2) Analisis kebutuhan peralatan untuk demonstrasi

(3) Mencoba peralatan dan analisis kebutuhan waktu dan merancang garis-garis besar demonstrasi.

b) Pelaksanaan pemakaian model demonstrasi (1) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan

untuk demonstrasi

(2) Memberikan pengantar demonstrasi (3) Mencoba peralatan dan analisis kebutuhan

waktu

(4) Merancang garis-garis besar demonstrasi c) Tindak lanjut pemakaian model demonstrasi

(1) Diskusi tentang tindakan proses atau prosedur yang baru saja didemonstrasikan (2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk

mencoba melakukan segala hal yang telah didemonstrasikan.

d. Karakter Disiplin

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan. Artinya, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial,budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila; jadi pendidikan budaya dan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan. Artinya, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan

(4)

sosial,budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila; jadi pendidikan budaya dan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.

Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:

1) Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. 3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung

jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.

4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.

5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

2.2. Metode

Subjek dalam penilitian ini adalah siswa kelas II semester 2 SD Negeri 1 Soditan Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang yang berjumlah 32 siswa dengan jumlah laki-laki 17 siswa dan perempuan 15 siswa. Fokus penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar dan karakter disiplin. Penilitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Soditan yang beralamat Jl. Sunan Bonang No. 168 Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. Adapun jadwal pelaksanaannya terdapat pada tabel berikut ini:

No Tanggal Hari, Kelas Kompetensi Dasar Siklus Pukul 1 Selasa, 24 Maret 2015 II Mengidentifikasi jenis energi yang paling

sering digunakan I 07.00 – 08.00 2 7 April 2015 Selasa, II

Mendiskripsikan kegunaan panas dan cahaya matahari dalam kehidupan sehari-hari

II 07.00 – 08.00

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas II semester 2 dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing melalui empat tahap yaitu:

1. Tahap perencanaan 2. Tahap pelaksanaan

3. Tahap pengamatan/observasi 4. Tahap refleksi

Pelaksaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan PTK dapat dilihat pada gambar 3.1

Gambar 1 Skema Pelaksanaan Pembelajaran IPA

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data hasil belajar diambil dari tes evaluasi setelah pembelajaran

b. Data tentang karakter selama pembelajaran berlangsung diambil dengan lembar pengamatan. Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

a. Tes tertulis/evaluasi yang mengungkap kemampuan kognitif siswa.

b. Lembar pengamatan karakter siswa

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam peneliatian ini adalah sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Metode ini digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran sehingga dapat diketahui apakah proses pembelejaran dapat meningkatkan karakter disiplin

b. Metode Tes

Metode ini digunakan untuk mengukur hasil belajar dan kemampuan komunikasi IPA siswa setelah pembelajaran dengan model demonstrasi.

Analisis data dilaksanakan sejak awal selama dan setelah penelitian. Tahap-tahap analisis data sebagai berikut: a. Reduksi data, berupa analisis data yang mengarah

pada proses penyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mentransformasikan data mentah yang tertulis pada catatan lapangan kedalam bentuk portofolio.

b. Paparan data, untuk memunculkan dan menunjukkan informasi Penelitian Tindakan Kelas yang sudah terorganisir simpulan atau tindakan.

Penarikan simpulan dari paparan data yang berupa hasil dan temuan yang menonjol selama Pelaksanaan Tindakan

(5)

Kelas. Sehingga mampu menjawab permasalahan dan tujuan penelitian dapat dicapai.

3.

Hasil dan Pembahasan

3.1. Deskripsi Kondisi Awal

Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah, keadaan siswa Kelas II SD Negeri 1 Soditan pada semester 2 diperoleh data yaitu dari 32 siswa dikategorikan pandai sebanyak 10 siswa, kategori sedang sebanyak 16 siswa, dan kategori kurang sebanyak 6 siswa. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA, siswa kurang antusias dalam menghadapi pelajaran, hal ini salah satu penyebabnya adalah siswa menganggap pelajaran IPA itu sulit dan mungkin guru tidak menggunakan metode maupun media pembelajaran yang tepat.

Dalam kegiatan orientasi dan identifikasi masalah terlebih dahulu dilakukan tes untuk mengetahui kemampuan siswa (tes awal) tentang konsep energi. Adapun hasil yang diperoleh dari tes awal adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Analisis Hasil Evaluasi Mapel IPA Kelas II Pra Siklus

Keterangan :

Tingkat Ketuntasan Minimal > 70 Jumlah siswa = 32, Nilai tertinggi = 90 Nilai terendah = 40 Nilai Rata-rata 32 2000 = 63 Tingkat ketuntasan KKM 32 13 x 100 % = 41%,

3.2. Deskripsi Tiap Siklus

3.2.1. Deskripsi Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan di SD Negeri 1 Soditan Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang oleh peneliti mengambil mata pelajaran IPA materi energi untuk anak kelas II semester 2 setelah diadakan pengolahan data menghasilkan nilai. Secara lengkap dari hasil tes formatif pelaksanaan siklus I dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 2

Analisa Hasil Evaluasi Mapel IPA Kelas II Siklus I

Keterangan :

Tingkat Ketuntasan Minimal > 70 Jumlah siswa = 32, Nilai tertinggi = 90 Nilai terendah = 50 Nilai Rata-rata 32 2300 = 72 Tingkat ketuntasan KKM 32 22 x 100 % = 69%,

Untuk melihat sejauh mana tingkat pencapaian nilai hasil rekapitulasi evaluasi mata pelajaran IPA siklus I dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:

Gambar 1

Diagram Pencapaian Hasil Pembelajaran IPA Siklus I

0 5 10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Ju m lah Si swa Nilai

Dengan memperhatikan tabel 4.2 dan gambar 4.1 di atas diperoleh data nilai mata pelajaran IPA sebagai berikut nilai rata-rata 72, nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 90 sedang nilai terendahnya 50. KKM yang ditentukan di SD Negeri 1 Soditan adalah 70.

Setelah dianalisis ternyata dari 32 siswa kelas II yang mendapat nilai 50 ada 2 siswa, nilai 60 ada 8 siswa, nilai 70 ada 9 siswa, nilai 80 ada 8 siswa, dan nilai 90 ada 5 siswa. Dengan demikian dari jumlah siswa 32 ternyata ada 22 siswa yang mendapat nilai tuntas lebih besar dari KKM dan 10 siswa mendapat nilai di bawah KKM artinya belum tuntas, dengan prosentase ketuntasannya adalah 69%.

Dengan memperhatikan analisis data di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Berdasarkan hasil data pada siklus I tersebut maka peneliti perlu mengadakan perbaikan pembelajaran siklus ke II. Sedangkan untuk melihat hasil perbaikan pembelajaran, pada akhir pembelajaran penulis melakukan tes formatif. Kualitas pelaksanaan perbaikan pembelajaran matematika Siklus I dicantumkan dalam tabel 3 dan 4 sebagai berikut:

(6)

Tabel 3

Kualitas Pelaksanaan Pembelajaran IPA Siklus I

No Aspek Perbaikan Pembelajaran 1 2 3 4 5 Skala Nilai Ket. 1 Pemberian apersepsi yang menarik √

2 Keterlibatan siswa dalam diskusi √ 3 Pendisiplinan siswa dalam tanya jawab √ 4 Pendisiplinan siswa dalam latihan √ 5 Pemanfaatan alat peraga √

Jumlah 2 3

Nilai Rata-rata 3,6

Keterangan:

1 = kurang sekali, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, 5 = baik sekali Tabel 4

Hasil Observasi Kedisiplinan Siswa Siklus I

No Aspek Perbaikan Pembelajaran 1 2 3 4 5 Skala Nilai Ket. 1 Perhatian pada materi √

2 Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran √ 3 Keberanian bertanya √ 4 Keberanian menjawab pertanyaan √ 5 Interaksi siswa-siswa, siswa-guru √

Jumlah 4 1

Nilai Rata-rata 3,1

Setelah peneliti menggunakan Pendidikan karakter disiplin hasilnya ada perubahan pada siklus I cukup baik.

3.2.2. Deskripsi Siklus II

Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan di kelas I SD Negeri 1 Soditan dengan jumlah siswa 32. Pelaksanaan pada hari Selasa, 7 April 2015. Semua siswa dapat hadir tanpa ada yang absen. Secara lengkap hasil evaluasi mata pelajaran IPA materi energi pelaksanaan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 5

Hasil Analisis Nilai Tes Formatif IPA Siklus II

Keterangan :

Tingkat Ketuntasan Minimal >70 Jumlah siswa = 32 Nilai tertinggi = 100 Nilai terendah = 60 Nilai Rata-rata 32 2550 = 80 Tingkat ketuntasan KKM 32 30 x 100 % = 94%,

Untuk melihat sebesar apa tingkat pencapaian nilai hasil rekapitulasi nilai evaluasi mata pelajaran matematika siklus II dapat dilihat pada gambar 2 berikut:

Gambar 2

Diagram Pencapaian Hasil Pembelajaran IPA Siklus II

0 10 20 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Ju m lah Si swa Nilai

Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.2 di atas diperoleh hasil sebagai berikut: nilai rata-rata 80, nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 100 sedang nilai terendahnya 60. KKM yang ditentukan di SD Negeri 1 Soditan adalah 70.

Setelah dianalisis ternyata dari 32 siswa kelas II yang mendapat nilai 60 ada 2 siswa, nilai 70 ada 10 siswa, nilai 80 ada 10 siswa, nilai 90 ada 7 siswa, dan yang mendapat nilai 100 ada 3 siswa. Dengan demikian dari jumlah siswa 32 yang sudah mendapat nilai tuntas di atas KKM ada 30 siswa dan masih ada 2 siswa yang mendapat nilai di bawah KKM artinya belum tuntas, dengan prosentase ketuntasannya adalah 94%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penguasaan materi oleh siswa sudah diatas rata-rata.

Sedangkan untuk melihat hasil perbaikan pembelajaran, pada akhir pembelajaran penulis melakukan tes formatif. Kualitas pelaksanaan perbaikan pembelajaran matematika Siklus II dicantumkan dalam tabel 6 dan 7 sebagai berikut :

Tabel 6

Kualitas Pelaksanaan Pembelajaran IPA Siklus II

No Aspek Perbaikan Pembelajaran 1 2 3 4 5 Skala Nilai Ket. 1 Pemberian apersepsi yang menarik √ 2 Keterlibatan siswa dalam diskusi √ 3 Pendisiplinan siswa dalam tanya jawab √ 4 Pendisiplinan siswa dalam latihan √ 5 Pemanfaatan alat peraga √

Jumlah 2 3

Nilai Rata-rata 4,6

Keterangan:

1 = kurang sekali, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, 5 = baik sekali

Tabel 7

Hasil Observasi Kedisiplinan Siswa Siklus II

No Aspek Perbaikan Pembelajaran Skala Nilai Ket.

1 2 3 4 5

1 Perhatian pada materi √

2 Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran √

3 Keberanian bertanya √

4 Keberanian menjawab pertanyaan √ 5 Interaksi siswa-siswa, siswa-guru √

Jumlah 2 3

Nilai Rata-rata 4,6

Berdasarkan pengolahan data di atas pada siklus II terlihat bahwa perbaikan pembelajaran telah berhasil menunjukkan kemajuan dikarenakan telah menggunakan

(7)

alat peraga yang tepat dengan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai.

Setelah kedua siklus perbaikan pembelajaran dilaksanakan terdapat kemajuan yang semakin meningkat. Tingkat kemajuan dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8

Tingkat Kemajuan Yang Dicapai Dalam Dua Siklus Perbaikan Pembelajaran

No Tindakan Persentase Ketuntasan

1. Pra Siklus 41%

2. Siklus I 69%

3. Siklus II 94%

Tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penguasaan materi pembelajaran materi energi. Setelah diadakan perbaikan pembelajaran dalam dua siklus. Selanjutnya untuk melihat sejauh mana tingkat kemajuan yang dicapai dalam dua siklus pembelajaran IPA dapat dilihat pada gambar 3 berikut:

Gambar 3

Diagram Tingkat Kemajuan yang Dicapai Dalam Dua Siklus Perbaikan Pembelajaran

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Pra

Siklus

Siklus

I

Siklus

II

P

rose

nt

ase

Tindakan

Prosentase

Dilihat dari grafik di atas dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan penguasaan materi setelah diadakan perbaikan pembelajaran sampai 2 siklus.

3.3. Pembahasan

Dari kegiatan pembelajaran siklus I, guru menerapkan penggunaan metode pemberian contoh secara berulang. Kegiatan pembelajaran berjalan cukup baik, namun guru dalam menerapkan metode pembelajaran belum maksimal. Siswa masih bermain sendiri ketika proses pembelajaran berlangsung. Masih banyak siswa yang tidak bersemangat dalam pelajaran guru. Itu dikarenakan pemberian materi dan contoh pengerjaan soal yang diberikan guru belum dapat diserap oleh siswa. Itu ditambah lagi dengan permasalahan penggunaan media pembelajaran yang digunakan belum maksimal. Hasil belajar siswa pada perbaikan pembelajaran siklus I ini mengalami sedikit peningkatan. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90. Sedangkan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 50. Rata-rata kelas hasil evaluasi

pada pembelajaran siklus I adalah 72. Masih ada 10 siswa belum tuntas belajarnya atau yang mendapatkan nilai dibawah dari 70 (KKM), itu dikarenakan siswa banyak yang bermain sendiri saat pembelajaran berlangsung dan malas mengerjakan soal.

Dalam pelaksanaan penelitian peneliti telah menyusun rencana pembelajaran namun dalam pelaksanaannya belum mampu mencapai ketuntasan belajar yang peneliti harapkan. Dari hasil tes formatif I ketuntasan baru mencapai 69% dari 32 siswa. Hal ini berdasarkan temuan pengamatan yang melakukan pengamatan ketika pembelajaran berlangsung, pihak penyaji masih terdapat kelemahan dan kekurangan.

Sedangkan pada kegiatan pembelajaran siklus II, guru sudah menerapkan metode pembelajaran dengan tepat, guru mampu memberikan apersepsi yang menarik terhadap siswa, serta guru menggunakan alat peraga yang tepat. Kegiatan pembelajaran berjalan baik, dan guru dalam menerapkan metode pembelajaran sudah maksimal. Dalam siklus II siswa sudah menunjukkan kemajuan, siswa memperhatikan penjelasan guru, siswa disiplin dalam pembelajaran, siswa berani mengajukan dan menjawab pertanyaan serta interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru sudah terjalin baik.

Hasil belajar siswa pada perbaikan pembelajaran siklus II ini mengalami peningkatan. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100. Sedangkan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60. Rata-rata kelas hasil evaluasi pada pembelajaran siklus II adalah 80. Masih ada 2 siswa belum tuntas belajarnya atau yang mendapatkan nilai dibawah dari 70 (KKM). Dari hasil tes formatif II ketuntasan mencapai 94% dari 32 siswa, hal ini sesuai dengan harapan peneliti.

Pada siklus I dan II yang dibahas adalah pokok bahasan energi. Untuk pelaksanaan materi tersebut dapat berlangsung karena adanya beberapa faktor diantaranya faktor penghambat dan faktor pendukung.

1. Faktor penghambat

a. Walaupun guru telah memberikan pembelajaran mengidentifikasikan jenis-jenis energi secara baik, namun karena keberadaan intelegensi siswa yang berbeda sehingga memperlambat tujuan pembelajaran.

b. Wali murid kurang memberikan perhatian kepada putranya.

c. Walaupun guru sudah menggunakan alat peraga, tapi masih ada satu dua siswa yang irama belajarnya lambat kurang memperhatikan.

d. Kurangnya minat siswa untuk belajar di rumah. 2. Faktor pendukung

a. Guru dalam penyampaian materi telah didahului dengan penyampaian materi prasarat.

b. Guru dalam penyampaian materi kepada siswa dengan menggunakan teori-teori yang berkaitan dengan jenis-jenis energi.

(8)

c. Guru dalam membelajarkan jenis energi mengaitkan konsep yang telah dimiliki oleh anak bersumber pada lingkungan sekolah.

d. Guru memberikan bimbingan khusus pada siswa kurang.

e. Guru memberikan kesempatan bertanya pada siswa yang kurang jelas.

Dengan pembahsan siklus I dan siklus II di atas sesuai saran dari teman sejawat, kepala sekolah dan supervisor II, akhirnya dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar IPA. Peneliti dapat mengetahui faktor penghambat dan faktor yang mendukung, kelemahan atau kekurangan dalam pelaksanaan penyampaian pembelajaran.

Dengan pengalaman tersebut peneliti dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran dengan langkah-langkah yang lebih baik.

4.

Simpulan

Dari hasil perbaikan pembelajaran mata pelajaran IPA yang telah dilaksanakan dapat ditarik beberapa simpulan berikut:

a. Penggunaan model demonstrasi dan media pembelajaran dengan memanfaatkan alat peraga macam-macam bentuk energi dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Penerapan model demonstrasi dan media pembelajaran dengan memanfaatkan alat peraga macam-macam bentuk energi dapat meningkatkan karakter disiplin siswa.

c. Mengaktifkan siswa dengan pembelajaran yang aktif, kreatif, efisien dan menyenangkan.

Dengan demikian ada peningkatan prestasi belajar siswa kelas II SD Negeri 1 Soditan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, pokok bahasan melakukan penyelidikan tentang energi. Sebelum menggunakan alat peraga pada pra siklus nilai-nilai rata siswa 63, sedangkan setelah menggunakan alat peraga, siklus I nilai rata-rata siswa 72, pada siklus II mencapai 80. Pembelajaran ini juga didukung oleh metode yang peneliti gunakan model demonstrasi dan latihan.

Referensi

Ahmadi, M. Abu & Widodo Supriyono. 2004. Psikologi

Belajar. Jakarta: PT. Rineke Cipta.

Ali, Muhammad. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan

Strategi. Bandung: Angkasa.

Anni, Catharina Tri, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: Unnes Press.

Buchori, Jumadi, Stisno, Dadang Gasto, (2004). Gemar Belajar

Ilmu Pengetahuan Alam 3, Semarang : Aneka Ilmu

Comy Setiawan, dkk (1992). Pendidikan ketrampilan Proses. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia

Depdikbud (1993). Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta Herman Hudoyo (1985). Teori Belajar dalam Proses Belajar

Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Universitas Terbuka

Hardiyah, 2004. Kontribusi Bimbingan Belajar Orang Tua

Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas IV, V, VI SD Negeri Karang Jati 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Semarang: Unnes.

Hasan, Fuad. 2003. Dasar-Dasar Kependidikan Komponen

MKDK. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Lestari, Yuli Dewi. 2003. Hubungan Antara Status Ekonomi

Orang Tua Dengan Anak Putus Sekolah Tingkat Sd Di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang . semarang: FIP Unnes.

Munib, Achmad, dkk. 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press.

Natawidjaja, Rokhman & Meleong, L.J. 1985. Psikologi

Gambar

Gambar 1  Skema Pelaksanaan Pembelajaran IPA

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tersebut untuk menguji secara empiris pengaruh suasana layanan dengan melakukan pengembangan interaksi antar pelanggan untuk menciptakan kepuasan

Pola ini merupakan hubungan antara petani, kelompok tani, atau kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha.. Perusahaan inti

[r]

Anak yang mempunyai minat berwirausaha yang tinggi tetapi bila tidak mendapatkan dorongan dari lingkungan keluarga kemungkinan untuk meraih.. kesuksesan

Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan realibel. Jadi instrumen yang

[r]

Dengan perlahan nama Sondokoro hilang dan lebih dikenal dengan nama Tasikmadu sampai sekarang ini. Maka untuk mengenang sejarah masa lalu itu pengelola Pabrik Gula

Ayat tersebut diatas merupakan dasar pendidikan Islam, bahwa proses pendidikan pertama yang harus ditanamkan kepada anak didik adalah berupa tauhid (membaca kalimat Allah)