• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu banyak ditemukan di daerah tropis di benua Asia, Afrika, dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Bambu banyak ditemukan di daerah tropis di benua Asia, Afrika, dan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengenalan Bambu

Bambu banyak ditemukan di daerah tropis di benua Asia, Afrika, dan Amerika. Namun, beberapa spesies ditemukan pula di Australia. Benua Asia merupakan daerah penyebaran bambu terbesar. Bambu sudah lama dikenal di Indonesia dan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di pedesaan. Sejak dulu bambu telah digunakan untuk keperluan sehari-hari. Dengan penuh kreatifitas bambu dijadikan sebagai bahan baku yang serbaguna. Misalnya untuk bahan bangunan, peralatan dapur, alat musik, dan juga untuk bahan makanan(rebung). Bangunan rumah di pedesaaan sebagian besar masih terbuat dari bahan bambu, seperti dinding, tiang, atap, dan juga lantainya. Bagi bangsa Indonesia bambu memiliki nilai sejarah yaitu bambu runcing yang dipakai para pejuang kemerdekaan untuk melawan penjajah (Berlin dan Estu, 1995).

Menurut Sulthoni (1994) dalam Manalu (2008) peranan dan kegunaan bambu di Indonesia masih sangat besar, namun sumber daya ini masih kurang mendapat perhatian yang wajar dalam pengembangannya. Data Biro Pusat Statistik total ekspor barang kerajinan bambu selama lima tahun dari tahun 1987 sampai dengan 1991 mengalami kenaikan baik dari volume maupun nilai ekspornya

Dari sekitar 75 genus terdiri dari 1500 jenis bambu di seluruh dunia, 10 genus atau 125 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Berdasarkan system percabangan rimpang, genus tersebut di kelompokkan menjadi dua bagian. Pertama, genus yang berakar rimpang dan tumbuh secara simpodial, termasuk di

(2)

Kedua, genus berakar rimpang dan tumbuh secara monopodial/horizontal dan bercabang secara lateral sehingga menghasilkan rumpun terbesar, diantaranya genus Arundinaria (Duryatmo, 2000).

Bambu memiliki keunikan dan keindahan tersendiri sebagai pengganti kayu. Secara anatomis, bambu berbeda dengan kayu. Profil bambu antara lain sebagai berikut:

1. Bentuk batang bulat, lancip dan tidak ada pertumbuhan ke samping (radial growth) seperti pada kayu.

2. Batangnya melengkung di bagian ujung sebagai akibat beban daun. Bagian batang yang lurus kurang lebih 2/3 dari keseluruhan panjang batang.

3. Batangnya berlubang, berbuku, beruas, kuat, ulet dan mudah dibelah atau disayat.

4. Kulit batang tidak mengelupas, melekat kuat dan sukar ditembus oleh cairan. Pengulitan relatif sukar dan sampai saat ini belum ada alat mekanis yang dapat dipakai.

5. Dalam keadaan utuh, relatif sukar atau lambat kering. Apabila pengeringan

yang dilakukan terlalu cepat akan mengalami pecah atau retak (Pasaribu 2007 dalam Manalu 2008).

Di Indonesia tanaman bambu tumbuh pada berbagai tipe iklim, mulai dari tipe curah hujan A, B, C, D sampai E menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, atau dari iklim basah sampai iklim kering. Makin basah tipe iklimnya, makin banyak jumlah jenis bambunya. Kemungkinan hal ini berkaitan erat dengan banyaknya curah hujan karena tanaman bambu tergolong jenis tumbuhan yang

(3)

banyak memerlukan air. Keadaan ini dapat dilihat dari banyaknya tanaman bambu yang tumbuh di pinggir sungai (Sutiyono et al, 1996).

Di daerah pedesaan ada banyak tumbuh rumpun bambu dari berbagai jenis. Bambu yang lazimnya kita gunakan untuk bahan membangun rumah atau konstruksi bangunan lain, juga dapat digunakan sebagai bahan kerajinan, membuat peralatan rumah tangga seperti meja dan kursi, rak untuk perabotan rumah tangga dan lain-lain. Tetapi bambu juga dapat digunakan sebagai pipa untuk mengalirkan air dari satu tempat ke tempat lain (Dirjen Pembangunan Masyarakat Desa,1996)

Kerajinan bambu seperti meubel, pigura, hiasan dinding dan sebagainya sudah semakin berkembang didukung oleh adanya industri pariwisata. Namun bahan baku dan pelengkapnya serta cara pengolahan dan pengerjaannya, pada umumnya belum mencapai mutu yang diharapkan karena mudah sekali rusak. Seringkali ditemukan kerusakan pada produk seperti: pecah, perekatnya lepas, berlubang-lubang akibat serangan serangga bubuk kayu kering. Batang bambu sangat rentan terhadap serangan jamur pewarna, kumbang penggerek dan rayap karena mengandung selulosa dan pati. Serangan dari organisme perusak di atas akan mengakibatkan penurunan kekuatan dan kualitas pada batang bambu (Sipayung 2007 dalam Manalu 2008).

Morfologi Bambu

Deskripsi tanaman

Bambu termasuk jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk bulu berongga.

(4)

Tanaman bambu memiliki cabang-cabang (ranting) dan daun buluh yang menonjol.

Tanaman bambu umumnya berbentuk rumpun, tetapi bambu juga dapat tumbuh sebagai batang soliter atau perdu. Arah pertumbuhan biasanya tegak dan kadang-kadang memanjat. Batang-batang bambu muncul dari buku-buku rimpang yang menjalar di bawah tanah. Antara ruas yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan buku. Pada buku-buku batang biasanya terdapat mata tunas, demikian juga pada cabang-cabang dan rimpangnya. Pada bagian tanaman terdapat organ-organ daun yang menyelimuti batang yang disebut pelepah batang. Biasanya pada batang yang sudah tua pelepah batangnya mudah gugur. Pelepah daun ditutupi oleh bulu-bulu halus berwarna cokelat atau hitam yang disebut

miang. Bulu-bulu pada pelepah daun ini gatal sekali bila tersentuh (Berlin dan Estu, 1995). Tinggi tanaman bambu sekitar 0,3 m sampai 30 m.

Diameter batangnya 0,25 cm sampai 25 cm dan ketebalan dindingnya 25 mm. Berikut ini urutan klasifikasi bambu :

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotiledonae Ordo : Graminales Famili : Gramineae Subfamili : Bambusoideae

Bambu memiliki beberapa karakteristik yaitu : 1. Memiliki batang berbentuk pipa

2. Mempunyai lapisan khusus pada bagian luar dan dalam pipa, bagian luar memiliki kekuatan hampir dua kali lipat bagian dalam

(5)

3. Memiliki buku-buku 4. Kuat dalam arah axial, dan

5. Tidak ada ray cells, Sehingga cairan mudah bergerak.

Penyebab kerusakan non biologis yang terpenting adalah kadar air, kadar air yang tinggi menyebabkan kekuatan bambu menurun dan mudah lapuk, karena itu biasanya bambu segar dikeringkan lebih dahulu sampai kadar air tertentu sebelum digunakan (Tim ELSPPAT, 1997).

Bagian-Bagian Bambu

Bambu merupakan tanaman yang memiliki manfaat sangat penting bagi kehidupan, semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun, kelopak, bahkan rebungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Berikut diuraikan manfaat bambu ditinjau dari setiap bagian tanamannya

1. Akar

Akar tanaman bambu dapar berfungsi sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya kebanjiran. Akar bambu juga dapat berperan dalam menanganai limbah beracun akibat keracunan merkuri. Bagian tanaman ini menyaring air yang terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut akarnya. Selain itu akar bambu mampu melakukan penampungan mata air sehingga bermanfaat sebagai sumber penyediaan air sumur.

2. Batang

Batang bambu baik yang masih muda maupun yang sudah tua dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, namun demikian tidak semua jenis

(6)

bambu dapat dimanfaatkan. Secara garis besar pemanfaatan batang bambu dapat digolongkan kedalam dua bagian yaitu :

2a. Berdasarkan bentuk bahan baku, yaitu :

- Bambu yang masih dalam keadaan bulat, umumnya digunakan untuk tiang pada bangunan rumah sederhana.

- Bambu yang sudah dibelah, umumnya digunakan untuk dinding rumah, rangka atap (yang terbuat dari ijuk atau rumbia), simpit, kerajinan tangan dan lain sebagainya.

- Gabungan bambu bulat dan sudah dibelah serta serat bambu, umumnya digunakan untuk aneka kerajinan tangan, misalnya keranjang, kursi, meja, dan lain-lain.

2b. Berdasarkan penggunaan akhir yaitu untuk konstruksi dan non konstruksi Batang bambu dapat digunakan sebagai bahan konstruksi untuk pembangunan rumah, gedung, jembatan, dan lain-lain. Pemanfaatannya antara lain dalam bentuk dinding, rangka kuda-kuda, tiang, kaso, pintu, kusen jendela, dan juga atap atau langit-langit. Tidak semua jenis bambu dapat digunakan sebagai bahan konstruksi. Hal ini disebabkan oleh sifat mekanis yang berlainan untuk setiap jenis bambu. Untuk bahan konstruksi biasanya digunakan jenis bambu yang mempunyai ukuran diameter relatif besar dan mempunyai dinding batang yang relative tebal dan kuat. Bambu yang cocok untuk ini adalah bambu betung, bambu tali, bambu ater, bambu talang, bambu tutul.

3. Daun

Daun bambu dapat digunakan sebagai alat pembungkus, misalnya makanan kecil seperti uli dan wajik. Selain itu didalam pengobatan tradisional daun bambu

(7)

dapat dimanfaatkan untuk mengobati deman panas pada anak-anak. Hal ini disebabkan karena daun bambu memiliki kandungan zat yang dapat bersifat mendinginkan.

4. Rebung

Rebung, tunas bambu atau disebut juga trubus bambu merupakan kuncup bambu muda yang muncul dari dalam tanah yang berasal dari akar rhizom maupun buku-bukunya. Rebung merupakan anakan dari bambu, rebung yang masih bisa kita konsumsi sebagai sayur berumur berkisar 1-5 bulan. Rebung dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang tergolong kedalam jenis sayur-sayuran. Tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan rebungnya untuk bahan pangan, karena rasanya yang pahit. Menurut beberapa pengusaha rebung bambu yang rebungnya enak dimakan diantaranya adalah bambu betung.

Pemanfaatan Bambu

1. Furniture dan Perkakas Rumah Tangga

Bambu yang dipergunakan untuk mebel harus memenuhi beberapa syarat. Selain warna yang menarik juga dapat dibentuk secara istimewa dengan nilai seni yang tinggi tetap memenuhi kekokohannya. Olesan pengawet dan penghias, seperti pernis meningkatkan keawetan dan penampilan dengan tetap berkesan alami. Perkakas rumah tangga dan hiasan dari bambu digemari karena disamping tidak berkarat juga mencerminkan kesederhanaan tapi anggun.

Bambu hitam dan bambu betung banyak digunakan untuk furniture antara lain : meja, kursi, tempat tidur, meja makan lemari pakaian dan lemari hias. Disamping itu bambu juga banyak dipakai menjadi peralatan rumah tangga dan assesoris penghias rumah.

(8)

2. Sumpit

Pengembangan bahan bambu sebagai bahan industri telah pula mencakup kebutuhan peralatan makan berupa supit, tusuk sate dan tusuk gigi. Perkembangannnya sangat cepat karena mudah dalam pengerjaan apalagi bila dikerjakan dengan mesin secara otomatis. Bambu yang bagus untuk dijadikan supit adalah bambu mayan dan bambu andong. Bambu yang bagus untuk supit bambu yang berumur 3 tahun dimana untuk meningkatkan kualitasnya setelah ditebang sebaiknya jangan langsung diproses tetapi dikeringkan terlebih dahulu selama kurang lebih 4 hari.

3. Komponen Bangunan dan Rumah

Bambu yang dipergunakan sebagai bahan bangunan sebaiknya diawetkan lebih dahulu dengan cara perendaman dalam air selama beberapa minngu kemudian dikeringkan. Kadang-kadang juga dilakukan pengasapan belerang agar hama yang ada mati dan tidak dikunjungi oleh hama perusak. Sebagai bahan kontruksi yang tidak mementingkan keindahan, ter juga sering dipergunakan untuk menutup pori-pori buluh.

Bambu bersama dengan kayu dan bahan organik lainnya banyak digunakan pada pemabngunan rumah rakyat di pedesaan. Dengan perkembangan harga bahan dasar dan kebutuhan perumahan rakyat yang sederhana, maka pengembanagn rumah berbahan kayu dan bambu sesuai untuk membantu rakyat yang berpenghasilan rendah, terutanma di daerah yang mempunyai ketersediaan bambu.

(9)

4. Rebung

Bambu dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dalam bentuk rebung. Jenis-jenis tertentu rebungnya dapat dimakan karena kadar HCN kecil atau sama sekali tidak ada, rasanya memenuhi selera, lunak dan warnanya menarik. Kandungan gijinya cukup memadai sebagai sumber mineral dan vitamin.

5. Bahan Alat Musik Tradisional

Sesuai dengan ketebalan dinding, diameter dan panjang buluh, bambu dapat dibuat alat musik tradisional yang menghasilkan nada dan alunan suara yang khas. Faktor ketepatan memilih jenis dan tingkat pengeringan diperlukan guna memperoleh kualitas yang memadai. Bambu dapat dibuat alat musik tiup, alat musik gesek maupun alat musik pukul. Contoh yang terkenal adalah seruling, angklung, gambang, calung, kentongan. Pembuatan alat musik dari bambu dituntut pengetahuan nada dan ketelatenan penanganan pekerjaan. Misalnya pada pembuatan angklung, bambu dipilih dari jenis bambu tertentu. Bambu temen, bambu hitam, bambu lengka dan bambu tali cocok dipergunakan untuk membuat kerangkanya. Waktu penebangan bambu harus cukup umur (2-3 tahun) tepat waktunya yakni pada musim kemarau. Pengeringan dilakukan dalam ruang, tidak boleh langsung dengan sinar matahari. Setelah bambu dibentuk, kemudian distem nadanya sebelum dan sesudah dipasang tabung-tabung nadanya (Batubara, 2002).

Secara tradisional umumnya bambu dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti alat-alat rumah tangga, kerajinan tangan dan bahan makanan. Sebagai bahan bangunan banyak dipakai di daerah pedesaan, sedangkan di kota bambu merupakan bahan penting untuk rumah murah, bangunan sementara dan

(10)

untuk banguan bertingkat. Bambu merupakan jenis tanaman yang memiliki sifat yang elastis dan kuat (Widjaja, 2001).

Konsumen barang-barang kerajinan bambu tidak hanya di dalam negeri. Masyarakat mancanegara juga meminatinya karena kenaturalan dan kecantikannya. Hasil kerajinan bambu di Indonesia dapat dengan mudah kita peroleh karena kerajinan bambu banyak sekali dijajakan dikaki lima atau pinggir jalan, selain itu di pasar swalayan pun, kerajinan bambu dapat ditemukan. Aneka produk Bambu Berkah misalnya, dapat dijumpai di Plaza Indonesia di jantung kota Jakarta (Duryatmo, 2000).

Beberapa teknologi pengawetan alami yang sering digunakan adalah pengasapan, pelaburan dan perendaman (termasuk metode perebusan).

1. Pengasapan

Teknologi pengawetan ini meskipun sederhana tetapi sudah terbukti keunggulannya. Bambu yang digunakan sebagai rangka atap dapur yang senantiasa terkena asap terbukti lebih tahan lama dan mampu bertahan hingga 15 tahun.

2. Pelaburan

Bahan yang dimanfaatkan untuk melabur bambu antara lain aspal, kapur dan minyak tanah. Caranya: bahan-bahan tersebut dilaburkan pada potongan melintang pada bagian pangkal dan ujung batang bambu.

3. Perebusan

Direbus hingga air mendidih (untuk mempercepat menghilangkan noda diberi 3 sendok makan soda setiap 15 liter air)Metode ini akan membuat bambu

(11)

resisten terhadap serangan organisme perusak. Pengawetan dengan perebusan dikaitkan dengan sifat zat pati.

4. Perendaman

Pengawetan bambu dengan cara merendam dibedakan menjadi tiga, yaitu dalam air tergenang, air mengalir dan lumpur. Perendaman dalam air mengalir selama 2 bulan lebih banyak dilakukan dibanding dalam air menggenang sebab dapat mencegah bau busuk. Jenis bambu yang cocok diawetkan dengan perendaman umumnya adalah yang kadar patinya rendah (Tim Utd Butsi, 1990).

Salah satu kelemahan bambu adalah umur pakainya yang relatif singkat (kurang awet). Keawetan alami bambu adalah daya tahan bambu secara alami untuk mencegah kerusakan dari faktor biologis.

Bambu merupakan salah satu tanaman ekonomi yang digolongkan dalam hasil hutan non kayu, meskipun demikian manfaat bambu dalam kegiatan konservasi sangat baik untuk menahan erosi dan sedimentasi, terutama didaerah bantaran sungai yang banyak terdapat di wilayah Magelang. Dalam konteks tata air, bambu juga efektif untuk menahan run off air, sehingga banyak berfungsi di daerah tangkapan air. Bambu juga memiliki kemampuan peredam suara yang baik dan menghasilkan banyak oksigen sehingga dapat ditanam dipusat pemukiman dan pembatas jalan raya (Diniaty dan Sofia 2000 dalam Simamora,I 2011).

Jenis-Jenis Bambu Untuk Kerajinan

1. Bambu Regen (Gigantochloa pruriens)

Bambu Regen merupakan salah satu jenis bambu yang terkenal dan paling bagus sebagai bahan baku kerajinan anyaman, khususnya di pulau Jawa dan Bali. Bambu ini memiliki beberapa kelebihan, misalnya memiliki serat panjang, lentur,

(12)

dan kuat. Jenis bambu ini merupakan jenis yang paling banyak dibudidayakan orang karena kegunaannya yang sangat banyak terutama untuk kerajinan anyaman seperti bilik dan kipas serta rebungnya yang bisa dimasak. Jenis bambu ini memiliki kelenturan yang baik sehingga sangat baik untuk anyaman. Akan tetapi, bambu ini tidak tahan terhadap serangan serangga tertentu sehingga orang sering merendamnya di kolam minimal 30 hari (Sudarnadi, 1996).

Bambu ini secara umum berbuluh tegak, batang berwarna hijau kekuning-kuningan,tingginya mencapai 15 m, diameter batang 6-12 cm, tebal dinding batang mencapai 10 mm, dengan panjang ruas (jarak buku) 40-60 cm. Menurut Widjaja (2001) klasifikasi Bambu Regen adalah sebagai berikut :

Nama daerah : Buluh belangke (Melayu), Buluh Regen (Karo) Indonesia : Bambu regen

Genus : Gigantochloa

Spesies : Gigantochloa pruriens

2. Bambu Talang (Schizostachyum brachycladum)

Masyarakat Sumatera Utara menyebutnya bambu tolang. Sebutan lain untuknya adalah awi buluh atau pereng bulu. Serat bambu talang sangat halus. Di luar jawa khususnya, bambu talang popular sebagai bahan baku anyaman karena jenis bambu ini lebih gampang diperoleh. Pemanfaatan lain adalah untuk bahan baku dinding, tempat air, rakit, atau lantai rumah.

Pertumbuhan rumpun bambu talang sangat rapat. Tinggi batang mencapai 15 m, panjang ruas sekitar 30-50 cm, dan diameter batang yang berwarna hijau kekuningan itu dapat mencapai 10 cm. Penutup buluh berwarna kuning

(13)

kecokelatan dengan daun penutup buluh berbentuk segitiga tegak dan mudah gugur (Duryatmo, 2000).

3. Bambu Betung (Dendrocalamus asper)

Serat bambu betung sangat besar dan ruasnya panjang sehingga cocok sebagai bahan baku berbagai kerajinan. Selain itu, bambu ini bersifat keras dan dinding batangnya relative tebal, yakni mencapai 1,5 cm. Itulah sebabnya, bambu betung lazim dipakai untuk bahan bangunan dan jembatan. Para penderes nira/kelapa dan aren juga memanfaatkan bambu betung untuk menampung bahan baku gula. Di antara jenis-jenis bambu lainnya, rebung bambu betung paling enak untuk dikonsumsi (Duryatmo, 2000).

Bambu betung dapat dipilih sebagai bahan utama pembuatan jembatan, karena termasuk jenis bambu berbuluh besar dan tebal, tingginya bisa mencapai 15 meter lebih. Bila sudah tua, buluh bambu ini sangat kuat (Tri, 1996)

Bambu ini memiliki buluh beludru cokelat pada bagian bawah buluh yang muda sedangkan bagian atasnya tertutup lilin putih yang akan hilang ketika tua. Buluh tingginya bisa mencapai 30 m dengan ujung melengkung, diameter 8-15 cm , panjang ruas 30-40 cm, tebal dinding 1 cm. Menurut Widjaja (2001) klasifikasi bambu betung adalah sebagai berikut:

Nama daerah : beto (Manggarai), oopatu (Bima), patung (Tetun) Indonesia : Bambu betung

Genus : Dendromus

Referensi

Dokumen terkait

Investasi pada entitas asosiasi dicatat di laporan posisi keuangan konsolidasian sebesar biaya perolehan dan selanjutnya disesuaikan untuk perubahan dalam bagian

Rosenthal’in asabiyyet’i (MR) çe­ virisi boyunca, "grup duygusu” (group feeling) olarak karşılanması yeterli ve hattâ doğru sayılmamalıdır. Çünkü,

Setelah melalui proses pengolahan data, didapat bahwa kondisi sungai Pepe Baru berdasarkan struktur bangunan prasarananya adalah 83.71% dan termasuk kategori BAIK,

Pemerintahan Desa Untuk Alokasi Dana Desa Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 (Berita Daerah Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Nomor 100)

Berdasarkan hasil analisis korelasi yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi UAN, dimana

Hal ini juga disebut pendekatan ex post karena hal ini menempatkan kontrak dari perusahaan seperti yang diberikan dan berpendapat bahwa ex post (yaitu

Zrna aluminij nitridne keramike su vrlo sitna, te je za pretpostaviti da su jednim udarom (krupne) č estice erodenta izbijane cijele grupe zrna u zoni udara.. Površina

Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Riskesdas (2010) yang menyatakan berdasarkan keadaan ekonomi rumah tangga terlihat kecenderungan semakin meningkat keadaan