• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Bringham dan Huston, 2001)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Bringham dan Huston, 2001)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat.

Salah satu tujuan penting pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Bringham dan Huston, 2001). Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Besarnya jumlah permintaan akan saham perusahaan menunjukan besarnya keyakinan dan kepercayaan investor untuk menanam modal pada suatu perusahaan. Salah satu hal yang menyebabkan investor menaruh keyakinan dan kepercayaan penuh pada perusahaan adalah dengan diterapkannya good corporate governance.

Memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan harga saham perusahaan merupakan hal yang paling penting bagi perusahaan. Dalam menjalankan kegiatannya, suatu perusahaan diwakili oleh direksi (agents) yang ditunjuk oleh para principlenya. Agen harus bertindak menggunakan keahlian, kebijaksanaan, itikad baik, dan tingkah laku yang wajar dan adil dalam memimpin perusahaan. Tetapi dalam praktik timbul masalah (agency problem), karena ada kesenjangan kepentingan suatu pemegang saham sebagai pemilik perusahaan

(2)

dengan pihak pengurus atau manajemen sebagai agen. Pemegang saham memiliki kepentingan agar dana yang telah diinvestasikannya memberikan pendapatan yang maksimal. Sedangkan pihak manajemen memiliki kepentingan terhadap perolehan insentif atas pengelolaan dana pemilik perusahaan. Untuk mengatasi masalah ketidakselarasan antara principal dan agent perlu dilakukan pengelolaan perusahaan yang baik. Corporate Governance adalah salah satu cara untuk mengendalikan tindakan oportunistik yang dilakukan manajemen. Menurut Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan.

Menurut FCGI (2001) pengertian good corporate governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Sedangkan Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002, Good Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan etika.

Tata kelola perusahaan atau Good Corporate Governance (GCG) perusahaan terbuka di Indonesia kurang memuaskan. Ini hasil GCG 97 emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dilakukan Institute for Corporate Directorship (IICD). IICD menilai penerapan GCG emiten atas lima faktor. Pertama, kepatuhan member pengumuman atau transparasi. Kedua, peran pemangku kepentingan. Ketiga, tanggung jawab ajaran direksi dan komisaris. Keempat, kesetaraan perlakuan pada pemegang saham. Kalima, perlindungan emiten terhadap hak investor. (kontan.com 26 Maret 2013).

(3)

Menurut Dewan Pembina IICD Sidharta Utama menyatakan bahwa, emiten sering lalai melindungi hak pemegang saham. Contohnya, emiten tidak menyampaikan risalah rapat umum pemegang saham (RUPS) atau tidak menginformasikan prosedur pengambilan keputusan maupun hasilnya pada pemegang saham. Ini berbeda dengan kebiasaan emiten di luar negeri yang selalu menginformasikan prosedur voting dan hasil faktor kepatuhan memberikan pengumuman dan transparansi emiten Indonesia memang cukup bagus. Tetapi menurut Sidharta, emiten di Indonesia tidak terbuka mengenai struktur kepemilikan saham. Banyak emiten yang hanya mengumumkan pengendali yang mempunyai saham langsung. (mappijatim, 26 Maret 2013).

Lemahnya pengawasan yang independent dan terlalu besarnya kekuasaan eksekutif telah menjadi sebagian dari penyebab tumbangnya perusahaan-perusahaan dunia seperti Enron Corp., WorldCom, dan lain-lain. Lemahnya pengawasan terhadap manajemen juga diindikasikan akan menjadi penggerak GCG telah menjadi bagian dari reformasi kehidupan bisnis di Indonesia pasca krisis (Alioyo & Zaini, 2004:167). Oleh karena itu, pentingnya keberadaan komisaris independen dalam perusahaan diharapkan dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Harapan dari penerapan sistem good corporate governance adalah tercapainya nilai perusahaan. Dengan adanya salah satu mekanisme good corporate governance ini diharapkan monitoring terhadap manajer perusahaan dapat lebih efektif sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan nilai perusahaan. Jadi jika perusahaan menerapkan sistem good corporate governance diharapkan kinerja perusahaan tersebut akan meningkat menjadi lebih baik, dengan meningkatnya kinerja perusahaan diharapkan juga dapat meningkatkan harga saham perusahaan sebagai indikator dari nilai perusahaan sehingga nilai perusahaan akan tercapai.

Perkembangan bisnis property di Indonesia dinilai akan semakin pesat dan meningkat di tahun 2014. Bahkan dari 15 kota di Asia Pasifik, Jakarta termasuk

(4)

menjadi salah satu kota terbaik untuk berbisnis property (Tempo.co, 6/12/12). Adanya krisis ekonomi Eropa menyebabkan investor tertarik melihat negara-negara kawasan Asia yang dinilai lebih potensial, dan salah satunya adalah Indonesia. Banyak perusahaan asing dan international melakukan pengurangan bisnis di Eropa dan mengalihkannya ke Indonesia. Ini dapat dilihat dari banyaknya permintaan ruang kantor yang berasal dari perbankan, lembaga sekuritas, asuransi, manufaktur, perusahaan minyak juga pertambangan. Dari segi pertumbuhan ekonomi, Indonesia termasuk Negara Asia yang perekonomiannya paling stabil di tengah adanya krisis ekonomi global. Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2012-2013 berada pada kisaran 6,1% hingga 6,5% (Antaranews, 11/10/12). Kemudian beliau menjelaskan juga bahwa walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia bukan merupakan yang tertinggi selama 5 tahun terakhir, tetapi ekonomi Indonesia tetap masuk dalam kategori stabil (Didik Purwanto, Kompas.com 12/11/12). (mariyunproperty.com, 10 Mei 2013)

Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga akhir November 2012, secara sektoral saham properti mengalami kenaikan dalam satu tahun (sejak Desember 2011) yaitu sebesar 63,49% dengan level 322.566. Sedangkan sektor industri dasar hanya tumbuh 37,48% di posisi penutupan 513.321 dan sektor perdagangan dan jasa yang naik 33,82% dengan posisi penutupan 736.812. Sebelum mengalami kenaikan di akhir November 2012, sektor perdagangan dan jasa masih terdepan yaitu sebesar 54,86% pada akhir kuartal ketiga September 2012, sementara sektor properti di posisi kedua dengan kenaikan sebesar 52,9%. (propertiindonesia.co.id, Januari 2013)

Berkembangnya perusahaan property dan realestate di Indonesia pada akhir tahun 2012 sampai dengan saat ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti mekanisme good corporate governance (GCG) pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini dikarenakan baiknya mekanisme good corporate governance akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap perusahaan tersebut termasuk kepercayaan para investor untuk

(5)

berinvestasi. GCG ini akan dilihat dari tiga mekanisme yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komisaris independen.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang telah dipaparkan, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan mengambil judul: “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 – 2012)”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah:

1. Bagaimana gambaran kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komisaris independen pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012?

2. Bagaimana perkembangan nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012?

3. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012?

4. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012?

5. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012?

6. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen secara simultan terhadap nilai perusahaan pada

(6)

perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan pengaruh independensi dewan komisaris terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012.

Bertitik tolak dari rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris dan mengetahui :

1. Gambaran kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komisaris independen pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012.

2. Perkembangan nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012. 3. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012.

4. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012.

5. Pengaruh komisaris independen terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Busra Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012.

6. Pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen secara simultan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012.

(7)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari permasalahan yang telah dirumuskan adalah: 1. Penulis

Penelitian ini sangat berguna bagi penulis karena dapat menambah pengetahuan, dan dapat memperoleh pemahaman mengenai mekanisme good corporate governance khususnya. Selain itu penelitian ini diajukan unutk memenuhi dan melengkapi syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama.

2. Bagi Perusahaan

Perusahaan lebih terbuka dalam penyampaian informasi kepada investor mengenai kinerja perusahaan dan mengurangi tindakan-tindakan yang dapat menurunkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. 3. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam memberikan masukan kepada para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan dalam memahami corporate governance dalam manajemen keuangan.

4. Bagi peneliti di masa yang akan datang yang sejenis yang dilakukan oleh peneliti lain diharapkan mempertimbangkan hasil dalam penelitian ini sebagai tambhan referensi dan dasar perluasan penelitian.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Nilai perusahaan dalam penelitian ini adalah menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Suatu perusahaan akan berusaha memaksimalkan nilai perusahaannya. Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di pasar. Teori yang dikemukakan oleh

(8)

Modigliani dan Miller menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset perusahaan. Hasil positif menunjukan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini akan berdampak pada nilai perusahaan. Oleh karena itu, naiknya nilai perusahaan akan meningkatkan kepercayaan para investor untuk berinvestasi.

Penelitian ini menggunakan Tobin’s Q untuk mengukur nilai perusahaan. Tobin’s Q merupakan harga pengganti (replacement cost) dari biaya yang dibutuhkan untuk mendapat aset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dinamai sesuai dengan penggagasnya James Tobin (1969). Bila Tobin’s Q ini lebih rendah dari 1, maka perusahaan akan menjadi sasaran akuisisi yang menarik baik untuk digabungkan dengan perusahaan lain ataupun untuk likuidasi. Sebaliknya bila nilai Tobin’s Q tinggi merupakan indikasi bahwa perusahaan memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi sehingga nilai perusahaan lebih dari sekedar nilai asetnya.

Nilai perusahaan adalah persepsi investor terhadap perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya. Harga saham yang tinggi akan membuat nilai perusahaan juga tinggi. Harga saham yang tinggi merupakan dampak dari adanya jumlah permintaan yang besar. Besarnya jumlah permintaan akan saham perusahaan menunjukan besarnya keyakinan dan kepercayaan investor untuk menanamkan modal pada suatu perusahaan. Salah satu hal yang menyebabkan investor manaruh keyakinan dan kepercayaan penuh pada perusahaan adalah dengan diterapkannya good corporate governance.

OECD (organiszation for Economic Co-operation and Development) mendefinisikan corporate governance sebagai sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board dan pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur, perangkat untuk mencapai tujuan, dan pengawasan atas kinerja. Corporate governance yang baik bagi board dan manajemen untuk

(9)

mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham dan harus memfasilitasi pemonitoran yang efektif, sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan sumber daya dengan lebih efisien.

Indikator mekanisme good corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini yang bertujuan mengurangi konflik keagenan adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komisaris independen. Kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki institusi atau lembaga. Investor institusional sering disebut sebagai investor yang canggih sehingga seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode sekarang dalam memprediksi laba masa depan dibanding investor non institusional. Investor institusional diyakini mampu memonitor tindakan manajer lebih baik dibanding investor individual. Sedangkan kepemilikan manajerial merupakan persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh direksi, manajer, dan dewan komisaris. Kepemilikan manajerial dalam saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan antara pemegang saham luar dengan manajemen.

Menurut Shleifer dan Vishny (1986) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006:5) menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat. Sehingga permasalahan keagenan akan hilang apabila seorang manajer adalah sekaligus sebagai pemilik. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Persentasi saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Boediono, 2005:175)

Dalam penelitian Decho dkk (1996) yang dikutip oleh Siregar dan Utama (2005:477) menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan manipulasi laba lebih besar kemungkinannya memiliki dewan komisaris yang didominasi

(10)

oleh manajemen dan lebih besar kemungkinannya memiliki direksi utama yang merangkap menjadi komisaris utama. Karena itu adanya komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta good corporate governance di dalam perusahaan.

Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan. Komite Nasional Good Corporate Governance (KNGCG) mengeluarkan pedoman tentang komisaris independen yang ada perusahaan publik. Pedoman tersebut menyebutkan bahwa pada prinsipnya komisaris bertanggung jawab dan berwenang untuk mengawasi kebijakan dan tindakan direksi, serta memberikan nasihat kepada direksi jika diperlukan. Setiap anggota komisaris harus berwatak amanah dan mempunyai pengalaman dan kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.

Tujuan utama good corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder). Dan mekanisme corporate governance merupakan mekanisme untuk mengatur, mengelola, menganalisis, dan untuk meningkatkan kemakmuran perushaan. Mekanisme corporate governance yang baik memberikan perlindungan kepada pemegang saham dan kreditur untuk memperoleh kembali investasi dengan wajar, tepat dan efisien dengan memastikan manajemen untuk bertindak sebaik yang dilakukan kepentingan perusahaan.

Investor yang menanamkan modalnya dalam suatu sekuritas, pasti akan selalu mengharapkan suatu penghasilan. Dalam penghasilan yang diterimanya tersebut investor akan menerima kembali jumlah modal yang sudah dipakai untuk membeli sekuritas tersebut ditambah suatu keuntungan. Oleh karena itu, keputusan investor untuk berinvestasi harus didukung dengan analisa yang baik. Misalnya dengan menggunakan laporan keuangan.

(11)

Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan rata-rata atau aktivitas tersebut (Sundjaja dan Barlian, 2007:87).

Bagan Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan dan tujuan dari penelitian, maka penulis mengambil suatu hipotesis yang akan diuji kebenarannya sebagai berikut: Perusahaan Laporan Keuangan Kinerja Perusahaan Kepemilikan Institusional Nilai Perusahaan Kepemilikan Manajerial Good Corporate Governance (GCG) Komisaris Independen

(12)

1. Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012.

2. Kepemilikan manaerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012.

3. Komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012.

4. Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012.

1.6 Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif. Dimana pengertian metode deskriptif menurut (Moch Nazir, 2007:7) adalah sebagai berikut:

“Metode deskriptif adalah studi untuk menentukan fakta dengan interpretasi yang tepat, dimana termasuk didalamnya studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena kelompok dan individu, serta studi untuk menentukan frekuansi terjadinya suatu keadaan untuk meminimalisasikan bias dan memaksimumkan realibilitas.”

Sedangkan metode verifikatif menurut Marzuki (2002:7) pengertian metode verifikatif adalah sebagai berikut:

“Metode verifikatif merupakan metode yang bertujuan melakukan pengujian, hipotesis, pengaruh variabel X terhadap Y, yang bertujuan untuk menguji suatu pengetahuan.”

(13)

Data yang diperoleh selama penelitian kemudian akan dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih terperinci, serta untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Untuk menguji seberapa besar hubungan GCG dengan nilai perusahaan, digunakan analisis statistik, yaitu analisis korelasi, regresi, linear, dan koefisien determinasi. Untuk menguji hipotesis tentang pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan digunakan uji t, untuk menguji pengaruh secara parsial dan untuk menguji secara simultan dengan menggunakan uji F.

Referensi

Dokumen terkait

Wasiat begitu penting dalam kewarisan hukum Islam karena tidak hanya dinyatakan dalam surat Al-Baqarah, akan tetapi juga dinyatakan dalam surat An-Nisaa ayat 11 dan ayat

 Unsur - unsur pancasila sebelum secara langsung dirumuskan menjadi dasar filsafat negara, nilai - nilainya yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan

Dokumen Rancangan Awal Perubahan Rencana Kerja (RENJA-P) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu Tahun 2019 merupakan salah satu dokumen

Conditional grant adalah transfer khusus yang diberikan kepada pemerintah daerah untuk tujuan khusus, misalnya untuk Biaya Operasional Sekolah (BOS), Jaring

Menerapkan pembiasaan salat pada siswa-siswi nya, dan orang tua siswa pun di tugas kan untuk membiasakan salat anak nya di rumah, ada pun yang mendorong saya

“Melihat penggugat menggunakan mekanisme gugatan legal standing yang notabene muaranya untuk membela masyarakat luas, tapi ternyata materi atau pokok gugatannya menyangkut

makalah dalam Prosiding Kongres Internasional Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara.. Routledge: London and

P$ merupakan metode yang dapat diandalkan karena jika ada dua buah investasi yang memiliki NPV yang berbeda maka memilih investasi yang memiliki nilai NPV yang lebih besar  tidak