TUGAS TERSTRUKTUR
SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN “MINGGU KEEMPAT”
Disusun oleh : Kelas A
Rommy Parcelino Prabowo (135 040 200 111 111)
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
1. Pengayaan bahan kajian minggu keempat
Pada minggu keempat perkuliahan materi yang dibahas ialah pelaksanaan survei tanah (pra survei tanah). Dalam perkuliahan juga dibahas tentang metode-metode survei tanah yang meliputi metode grid bebas, grid kaku, dan fisiografik beserta perbedaan ketiganya. Berikut merupakan penjelasan mengenai metode survei tanah yang disertai perbedaan dari metode grid kaku, grid bebas, dan fisiografi (IFU):
Pendekatan pembuatan unit lahan dibagi menjadi dua yakni pendekatan analitik dan pendekatan sintetik. Pendekatan analitik dilakukan dengan mendelineasi lansekap berdasarkan pembeda alami yang ditinjau dari relief, lereng, dan geologi. Setelah kegiatan delineasi dilakukan kemudian dilanjutkan dengan pengamatan di lapangan. Metode survei yang menggambarkan pendekatan analitik adalah metode survei fisiografi (IFU). Sedangkan pendekatan sintetik dilakukan dengan pengamatan di lapangan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengelompokan berdasaran sifat tertentu.
Survei grid diterapkan pada survei tanah detil hingga sangat detil, di mana tidak tersedia foto udara atau terdapat foto udara namun ditemui kendala pada foto udara seperti skala kecil, mutu rendah, daerah survei adalah rawa, dan lain-lain. Pengamatan dilakukan dalam pola teratur pada interval titik pengamatan yang berjarak sama dalam kedua arah.
Survei fisiografi (IFU), semua batas satuan peta diperoleh melalui interpretasi foto udara, sedangkan kegiatan lapangan hanya untuk mengecek batas satuan peta dan mengidentifikasi sifat dan ciri tanah masing-masing satuan peta.
Metode grid bebas merupakan perpaduan antara metode survei grid kaku dan fisiografi (IFU). Setelah membahas tentang metode-metode survei tanah kemudian dijelaskan hal-hal dan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pra survei tanah. Berikut merupakan penjelasan serta istilah yang diperkenalkan pada minggu keempat adalah sebagai berikut:
Adapun kegiatan yang dilakukan saat persiapan survei tanah (pra survei) adalah mempersiapkan data-data yang diperlukan, melakukan interpretasi foto udara, mempersiapkan peta kerja, dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan. Kegiatan pra survei tanah merupakan kunci bagi keberhasilan kegiatan survei. Kegiatan lain dalam pra survei antara lain pembuatan ijin untuk melakukan survei tanah, melakukan overview lokasi survei, mempersiapkan base-camp dan memantapkan rencana survei utama.
Interpretasi foto udara (IFU) dilakukan untuk menghasilkan peta bantuk lahan (landform). Aktifitas dalam interpretasi udara yaitu delineasi pada foto udara dan plotting pada peta dasar secara analog atau digital dengan bantuan sistem informasi geografi (SIG).
Delineasi adalah membuat garis batas diantara unit lahan yang memiliki karakteristik yang berbeda. Kegiatan delineasi dilakukan dengan bantuan stereoskop.
Unsur interpretasi citra, terdapat sembilan unsur interpretasi foto udara/citra yakni: rona atau warna, bentuk, ukuran, pola, tekstur, bayangan dan tinggi, asosiasi, dan situs.
Penentuan titik pengamatan dapat dilakukan dengan dua metode. Metode pertama dengan bantuan key area dan metode kedua dengan bantuan transek.
Satuan peta tanah terdiri atas satuan peta tanah sederhana dan majemuk. Satuan peta sederhana (simple mapping unit) hanya mengandung satu satuan tanah saja atau terdapat tanah lain yang disebut sebagai inklusi. Satuan peta ini banyak dijumpai pada survei tanah detail, dari daerah yang relatif seragam. Satuan peta ini disebut konsosiasi. Sedangkan satuan peta tanah majemuk (compound mapping unit), terdiri atas dua satuan tanah atau lebih yang berbeda. Satuan peta tanah majemuk dibedakan menjadi asosiasi dan kompleks tanah.
Konsosiasi merupakan satuan peta yang didominasi oleh satu satuan tanah dan tanah yang mirip (similar soil).
Asosiasi tanah, yaitu sekelompok tanah yang berhubungan secara geografis, tersebar dalam suatu satuan peta menurut pola tertentu yang dapat diduga posisinya, tetapi karena kecilnya skala peta, taksa-taksa tanah itu tidak dapat dipisahkan.
Kompleks tanah, merupakan sekelompok tanah dari taksa yang berbeda, yang berbaur satu dengan lainnya dalam suatu delineasi (satuan peta) tanpa memperlihatkan pola tertentu atau menunjukan pola yang tidak beraturan.
2. Bahan diskusi
Mengapa perlu ditentukan luasan SPT terkecil 0.4 cm2? Jawaban:
Apabila tidak ditentukan luasan SPT terkecil dengan luas yang telah disebutkan maka peta lahan yang dihasilkan nantinya menjadi sangat rumit karena terlalu banyak SPT yang dimunculkan sehingga pembacaan peta juga akan menjadi sangat sulit. Oleh karena itu ditentukanlah luasan SPT terkecil seluas 0,4 cm2.
Apakah dibenarkan kita membesarkan peta analog (misalnya peta tanah cetak) dengan scanner/fotocopy skala 1 : 250.000 menjadi 1 : 50.000? Jelaskan!
Apabila ingin melakukan perbesaran pada peta analog maka hal pertama yang perlu diperhatikan adalah jenis skala pada peta tersebut. Apabila jenis skala yang digunakan dalam peta tersebut adalah skala angka maka perbesaran peta dengan menggunakan scanner/fotocopy tidak diperbolehkan. Alasannya adalah ketika dilakukan perbesaran pada peta tersebut maka ukuran peta akan berubah sedangkan besar skala yang tercantum pada peta tersebut akan tetap. Sedangkan apabila jenis skala yang digunakan dalam peta tersebut adalah skala garis maka perbesaran peta tersebut dengan scanner/fotocopy diperbolehkan. Alasannya adalah ketika peta tersebut diperbesar maka skala dalam peta tersebut masih dapat menyesuaikan ukuran dari peta tersebut. Apabila peta tersebut tercantum dua jenis skala diatas maka perbesaran peta dengan scanner/fotocopy diperbolehkan karena skala garis pada peta tersebut dapat dijadikan patokan perbandingan jarak peta dan jarak sebenarnya di lapangan karena skala garis dapat menyesuaikan ukuran peta ketika diperbesar atau diperkecil.
3. Skala Peta
Berapa luas di lapangan untuk suatu SPT berukuran 0.8 cm2 pada peta berbagai skala seperti pada butir-butir di bawah?
Eksplorasi (1 : 1.000.000) Tinjau (1 : 250.000) Semi detil (1 : 50.000) Detil (1 : 25.000) Sangat detil (1 : 5000) Jawaban: Eksplorasi (1 : 1.000.000) Luas di lapangan = 0.8 cm2 × (1.000.000)2 = 0.8 × 1012 cm2 = 8.000 ha Tinjau (1 : 250.000) Luas di lapangan = 0.8 cm2 × (250.000)2 = 0.8 × 625 × 108 = 500 × 108 cm2 = 500 ha Semi detil (1 : 50.000) Luas di lapangan = 0.8 cm2 × (50.000)2 = 0.8 × 25 × 108 = 20 × 108 cm2 = 20 ha Detil (1 : 25.000) Luas di lapangan = 0.8 cm2 × (25.000)2 = 0.8 × 625 × 106 = 500 × 106 cm2 = 5 ha Sangat detil (1 : 5000) Luas di lapangan = 0.8 cm2 × (5.000)2 = 0.8 × 25 × 106 = 20 × 106 cm2 = 0.2 ha
Berapa intensitas pengamatan untuk peta berbagai skala seperti pada butir-butir di bawah? Eksplorasi (1 : 1.000.000) Tinjau (1 : 250.000) Semi detil (1 : 50.000) Detil (1 : 25.000) Sangat detil (1 : 5000) Jawaban: Eksplorasi (1 : 1.000.000)Luas tiap 1 cm2 pada peta = 100 km2
Kerapatan pengamatan rata-rata dihimpun dari data dan peta yang ada (studi pustaka)
Tinjau (1 : 250.000)
Luas tiap 1 cm2 pada peta = 625 Ha
Kerapatan pengamatan rata-rata adalah satu tiap 12,5 km2
Semi detil (1 : 50.000)
Luas tiap 1 cm2 pada peta = 25 Ha
Kerapatan pengamatan rata-rata adalah satu tiap 50 Ha
Detil (1 : 25.000)
Luas tiap 1 cm2 pada peta = 6,25 Ha
Kerapatan pengamatan rata-rata adalah satu tiap 12,5 Ha
Sangat detil (1 : 5000)
Luas tiap 1 cm2 pada peta = 0,25 Ha