• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Agency Teory

Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa lalu diberikan wewenang dalam pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Manajer sebagai agen mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham. Namun, di sisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka sendiri. Dengan demikian, terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam suatu perusahaan, di mana masing-masing pihak yang ada berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran masing-masing sesuai dengan yang dikehendaki.

Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena terdapat perbedaan kepentingan atau kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal (Lindawati, 2010). Konflik kepentingan inilah yang salah satunya disebabkan oleh adanya asymmetric information.

Asymmetric information yaitu informasi yang tidak seimbang yang

(2)

prinsipal dan agen. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Potensi konflik kepentingan dapat terjadi diantara pihak-pihak yang berhubungan seperti antara pemegang saham dengan manajer atau kreditur.

2.1.2 Definisi Corporate Governance

Salah satu cara yang digunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic agent agar bisa diminimalisir terjadinya asimetri informasi tersebut adalah corporate governance. Corporate governance dapat didefinisikan sebagai susunan aturan yang menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, dewan direksi, kreditor, pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya. Good Corporate Governance

juga merupakan suatu prinsip atau peraturan yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan serta memberikan perlindungan bagi pihak-pihak minoritas dan juga sebagai alat pemantau kinerja perusahaan. Prinsip-prinsip dasar Good Corporate Governance terdiri dari lima aspek yaitu:

1. Transparancy (Keterbukaan) dapat diartikan sebagai keterbukaan

informasi baik dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan maupun keterbukaan dalammengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.

(3)

2. Accountability (Akuntabilitas) merupakan kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab antara para pemegangsaham, dewan komisaris, serta direksi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

3. Responsibility (Pertanggungjawaban) merupakan kesesuaian

(kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat dengan peraturan perundangan yang berlaku dan melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakatserta lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang

4. Independency(Kemandirian) adalah suatu keadaan dimana prinsip ini menekankan bahwa pengelolaan perusahaan harus secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun, sehingga dalam pengambilan keputusan tidak akan ada tekanan atau pengaruh dari pihak manapun dan dapat menghasilkan keputusan yang obyektif.

5. Fairness (Kewajaran) merupakan perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakehoders yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.

2.1.3 Mekanisme Good Corporate Governance

Ada empat mekanisme Corporate Governance yang dipakai dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan, yaitu :

(4)

1. Kepemilikan Publik

Kepemilikan saham publik adalah besarnya jumlah penyertaan saham oleh publik atau masyarakat umum yang terdapat pada perusahaan. Publik ini adalah individu atau institusi yang memiliki kepemilikan saham di bawah 5% yang berada di luar manajemen dan tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan

2. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain.

3. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan. Mengingat manajemen yang bertanggungjawab untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan sedangkan dewan komisaris bertanggung jawab untuk mengawasi manajemen, maka dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan.

4. Komite Audit

Komite audit merupakan komite yang membantu komisaris atau dewan pengawas dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian internal dan efektifitas pelaksanaan tugas auditor internal dan

(5)

eksternal. Berdasarkan strukturnya, komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari tiga anggota. Salah satunya dari anggota tersebut merupakan komisaris independen yang sekaligus merangkap sebagai ketua, sedangkan anggota lainnya merupakan pihak eksternal yang independen. Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai.

2.1.4 Profitabilitas

Profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh profit atau efektivitas terkait pengelolaan manajemen perusahaan (Wiagustini, 2010). Kemampuan ini dapat dihitung dari modal sendiri atau seluruh dana yang diinvestasikan ke perusahaan. Dari batasan ini dapat diketahui jumlah laba perusahaan yang diperoleh pada suatu periode tertentu dan jumlah modal sendiri yang digunakan sekaligus nilai investasi yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut (Wiagustini, 2010:77). Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai para pemegang saham perusahaan.

Profitabilitas merupakan salah satu variabel yang terpenting yang dilihat investor sebelum mereka berinvestasi. Profitabilitas merupakan suatu

(6)

investor (Novrianti, Gusnardi, & Armas, 2012). Profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan ROE. ROE (Return On Equity) adalah ukuran profitabilitas perusahaan yang mengukur pengembalian untuk pemegang saham. ROE ini lebih diminati oleh para pemegang saham dan manajemen perusahaan sebagai salah satu alat keputusan investasi, apakah investasi bisnis ini akan dikembangkan, dipertahankan, dan sebagainya (Raharjaputra, 2009:205). Jadi, profitabilitas menjadi pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan investasinya.

2.1.5 Pengertian Corporate Social Responsibility

Corporate governance merupakan kunci sukses perusahaan dalam mengelola perusahaan sehingga laporan keuangan yang dihasilkan terjamin kualitasnya. Tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) mencerminkan apakah perusahaan tersebut, dalam hal ini pihak manajemen, sehat dan transparan sehingga diharapkan dapat menekan aktivitas perekayasaan kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai sesungguhnya.

Corporate Social Responsibility adalah tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan bersangkutan yang mempengaruhi lingkungan tempatnya berada, perusahaan tidak akan pernah bisa mandiri (self sufficient). Sebaliknya perusahaan bersangkutan akan tukar menukar sumberdaya dan bergantung pada lingkungan sekitarnya.

(7)

Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) adalah suatu kewajiban bagi perusahan untuk mengkomunikasikan semua kegiatan operasional dan non-operasional perusahaan dan akibatnya terhadap sosial dan lingkungan sekitarnya. CSR sangat berkaitan dengan proses pembangunan berkelanjutan, maksudnya seluruh kegiatan operasional dan non-operasional perusahaan tidak hanya untuk memenuhi dan memperoleh keuntungan dari aspek finansial, tetapi harus lebih memperhatikan aspek sosial dan lingkungan sekitarnya (Wakidi & Siregar, 2011).

Terdapat unsur-unsur dari kegiatan Corporate Social Responsibility yaitu sebagai berikut:

1. Continuity and sustainability ‘berkesinambungan dan berkelanjutan’. Artinya, kegiatan Corporate Social Responsibility haruslah dilakukan secara terus menerus dalam jangka panjang, direncanakan dengan sistematis dan dapat dievaluasi.

2. Community empowerment ‘pemberdayaan komunitas. Artinya,

program Corporate Social Responsibility dilakukan dalam upaya menjadikan komunitas lebih mandiri dibandingkan sebelum adanya CSR ini.

3. Two ways (dua arah), artinya, perusahaan bukan berperan sebagai komunikator semata, tetapi juga harus mampu mendengarkan aspirasi dari komunitas. Ini dapat dilakukan dengan need assesment, yaitu

(8)

sebuah survei untuk mengetahui needs, desires, interest, dan wants

dari komunitas.

Dimensi tanggung jawab sosial perusahaan:

1) Dimensi Ekonomi

Kunci isu-isu ekonomi secara menyeluruh dalam tanggung jawab sosial dan bisnis perusahaan adalah: 1) kinerja keuangan perusahaan; 2) persaingan perusahaan jangka panjang; dan 3) Kinerja ekonomi (keuangan) perusahaan yang berdampak pada kelompok stakeholders.

2) Dimensi Lingkungan

Tanggung jawab lingkungan merujuk pada tanggung jawab terhadap ekologi lingkungan sekitar. Dari perspektif perusahaan dimensi lingkungan termasuk pengaruh yang kuat dari lingkungan dan efek negatif yang terjadi disekitar lingkungan yang alami. Aspek-aspeknya meliputi: (1) sumber daya, (2) pencemaran, dan (3) kerusakan lingkungan.

3) Dimensi Sosial

Tanggung jawab sosial perusahaan dalam dimensi sosial meliputi tanggung jawab produk, hak-hak konsumen, praktik terbaik dalam jaringan perusahaan, dan hubungan dengan lingkungan operasional.

Secara konseptual CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom

(9)

lines.Untuk lebih jelas dalam memahami konsep triple bottom line CSR, atau 3P yaitu:

1. Profit. Perusahaan harus tetap berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus berkembang.

2. People.Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. tanggung jawab utama yaitu terhadap karyawan, konsumen dan masyarakat.

3. Plannet.Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan

keberlanjutan keragaman hayati.

2.1.6 Kinerja Perusahaan

Performance atau kinerja merupakan suatu pola tindakan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang diukur dengan mendasarkan pada suatu perbandingan dengan berbagai standar. Kinerja perusahaan adalah hasil banyak keputusan yang dibuat secara terus-menerus oleh pihak manajemen perusahaan untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara efektif dan efisien (Samsinar, Haerani, & Pagalung, 2010). Kinerja perusahaan adalah kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan untuk melakukan seluruh kegiatan operasional yang dimilikinya. Penilaian kinerja perusahaan bertujuan untuk mengetahui efektivitas operasional perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan suatu metode atau pendekatan.

(10)

Pengukuran kinerja perusahaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengukuran kinerja keuangan (financial performance measurement) dan pengukuran kinerja non keuangan (non financial performance measurement). Informasi yang digunakan dalam mengukur kinerja non keuangan adalah informasi yang disajikan tidak dalam satuan uang atau rupiah namun dengan satuan ukur non keuangan (non financial information). Adapun informasi yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan adalah informasi keuangan (financial information), yaitu informasi akuntansi manajemen dan informasi akuntansi keuangan seperti laba sebelum pajak, tingkat pengembalian investasi, dan sebagainya. Tobin’s q adalah indikator untuk mengukur kinerja perusahaan khususnya tentang nilai perusahaan yang menunjukkan suatu proforma manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan (Sudiyatno & Puspitasari, 2010). Tobin’s q menggambarkan suatu kondisi peluang investasi yang dimiliki perusahaan yang dihasilkan dari penjumlahan nilai pasar saham dan nilai pasar hutang dibandingkan dengan nilai seluruh modal yang ditempatkan dalam aktiva produksi, maka tobin’s q ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan.

2.1.7 ISRA (Indonesia Sustainability Reporting Awards)

Sustainability Report memiliki definisi yang beragam. Dalam CSR itu, laporan yang memuat tidak saja informasi kinerja keuangan tetapi juga informasi non-keuangan yang terdiri dari informasi aktivitas sosial dan

(11)

lingkungan yang memungkinkan perusahaan bisa bertumbuh secara berkesinambungan (sustainable performance). Pelaporan berkelanjutanakan menjadi perhatian utama dalam pelaporan non-keuangan. Sustainability report juga digunakan oleh institusi pemerintah misalnya kementerian lingkungan untuk membuat penilaian atas kinerja perusahaan terhadap lingkungan dalam setiap pelaporan organisasi. Seperti halnya di Indonesia, peraturan dalam pengungkapan sustainability report dapat ditemukan dalam aturan yang dikeluarkan oleh Bapepam-LK (saat ini OJK) dan Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pengungkapan

sustainability report dalam aturan yang telah ditetapkan berupa laporan yang berdiri sendiri, meskipun masih banyak pengimplementasian

sustainability report yang diungkapkan bersamaan dengan laporan tahunan suatu perusahaan (Gunawan, 2010).

Indonesia Sustainability reporting Awards (ISRA) adalah

penghargaan yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang telah membuat pelaporan atas kegiatan yang menyangkut aspek lingkungan dan sosial disamping aspek ekonomi untuk memelihara keberlanjutan (sustainability) perusahaan itu sendiri. ISRA merupakan penghargaan terhadap perusahaan-perusahaan yang telah menyelenggarakan laporan berkelanjutan (sustainability report) baik yang diterbitkan secara terpisah maupun terintegrasi dalam laporan tahunan (annual report). ISRA dilaksanakan pertama kali pada tahun 2005 dan masih berlangsung hingga saat ini.

(12)

ISRA diselenggarakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen (IAI-KAM) dan National Center for Sustainability

Reporting (NCSR), yang beranggotakan Indonesian Netherlands

Association (INA), Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dan Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) (National Center for Sustainability Reporting, 2009). Tujuan ISRA menurut National Center for Sustainability Reporting (2009) adalah sebagai berikut:

a. Memberikan pengakuan terhadap organisasi-organisasi yang melaporkan dan mempublikasikan informasi mengenai lingkungan, sosial, dan informasi keberlanjutan terintegrasi.

b. Mendukung pelaporan di bidang lingkungan, sosial, dan keberlanjutan.

c. Meningkatkan akuntabilitas perusahaan dengan menekankan tanggungjawab terhadap pemangku kepentingan utama (key stakeholders).

d. Meningkatkan kesadaran perusahaan terhadap transparansi dan pengungkapan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti:

(13)

1. Penelitian yang dilakukan oleh Natalylova (2013) yaitu pengaruh corporate governance terhadap corporate social responsibility dan kinerja perusahaan yang mendapatkan Indonesia Sustainability Reporting Awaeds. Penelitian ini menggunakan sebanyak 17 perusahaan yang memperoleh Indonesia

Sustainability Reporting Awaeds dan terdaftar di BEI periode tahun 2006-2011. Dengan menggunakan pendekatan analisa jalur (path analysis), hasil penelitian menunjukan bahwa corporate governance yaitu kepemilikan publik, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan corporate social responsibility. CSR juga tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. pengujian variabel kontrol, yaitu jenis industri tidak berpengaruh terhadap CSR. Untuk komite nominasi dan remunerasi tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Murwaningsari (2009) yaitu meneliti tentang hubungan corporate governance, corporate social responsibilitiy dan

corporate financial performance dalam satu continuum. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari laporan tahunan 2006 perusahaan publik yang terdapat di Pusat Referensi Pasar Modal BEI dan lainnya. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 126 perusahaan. Melalui pendekatan analisa jalur (path analysis) menunjukkan Good Corporate Governance yaitu kepemilikan managerial dan institusional mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan Good Corporate Governance yang diamati melalui kepemilikan managerial dan institusional, mempunyai

(14)

pengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Pengujian variabel control, yaitu CEO Tenure mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Sedangkan jenis Industri tidak mempunyai pengaruh terhadap CSR. Untuk

Corporate Secretary dan Komite Nominasi dan Remunerasi juga tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Nurkhin (2010) yaitu meneliti tentang pengaruh corporate governance dan profitabilitas terhadap CSR. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan yaitu seluruh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun periode 2007. Sampel yang digunakan dalam penelitiian ini berkriteria perusahaan yang tercatat di BEI tahun periode 2007 dan mengungkapkan laporan CSR dalam laporan tahunan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil dari penelitiannya sebagai berikut. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kepemilikan institusional dan pengungkapan CSR. Tetapi, ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara independent commissioner board, profitability, dan pengungkapan

CSR.

4. Susanti dan Riharjo (2013) yaitu meneliti tentang pengaruh good corporate governance terhadap CSR pada perusahaan cosmetics and household. Populasi yang dipakai adalah seluruh perusahaan manufaktur khususnya dibidang cosmetics and household yang terdaftar di BEI selama periode 2009-2011. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling

(15)

jenuh dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing, dan Komite Audit bepengaruh terhadap pengungkapanCSR.

Kepemilikan Manajerial, ukuran Dewan Komisaris, dan Kepemilikan saham Terkonsentrasi tidak berpengaruh pengungkapan CSR.

5. Muntiah (2014) yaitu meneliti tentang pengaruh mekanisme corporate governance terhadap kinerja perusahaan. Jenis data yang dipakai berupa data sekunder dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Penentuan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling dengan kriteria-kriteria yaitu telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012, menerbitkan laporan keuangan dalam rupiah dan tidak mengalami kerugian dari tahun 2010-2012, memiliki data mengenai kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit. Berdasarkan hasil penelitian ini, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit memberikan pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Kepemilikan manajerial dan ukuran dewan komisaris memberikan pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan

(16)

TABEL 2.1

RINGKASAN HASIL PENELITIAN TERDAHULU

No Peneliti Judul

Penelitian

Tujuan Penelitian Hasil Penelitian

1 Natalylova (2013) Pengaruh corporate governance terhadap corporate social responsibility dan kinerja perusahaan yang mendapatkan Indonesia Sustainability Reporting Awaeds Mengidentifikasi pengaruh antara struktur corporate governance terhadap corporate social responsibility serta corporate social responsibility terhadap kinerja perusahaan Kepemilikan publik, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan CSR. CSR juga tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. pengujian variabel kontrol, yaitu jenis industri tidak berpengaruh terhadap CSR. Untuk komite nominasi dan remunerasi tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan

2 Murwaningsari (2009) Hubungan corporate governance, corporate social responsibility dan corporate financial performance dalam satu continuum Mengidentifikasi pengaruh antara struktur Corporate Governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial terhadap corporate social responsibility

dan corporate social responsibility terhadap corporate financial performance Corporate Governance mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan dan CSR. Pengujian variabel control, yaitu CEO Tenure

mempunyai pengaruh terhadap CSR. Jenis Industri tidak berpengaruh terhadap CSR. Untuk Corporate

Secretary dan Komite

Nominasi dan Remunerasi juga tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan.

(17)

3 Nurkhin (2010) Corporate governance dan profitabilitas, pengaruhnya terhadap pengungkapa n CSR sosial perusahaan Menjelaskan hubungan mekanisme GCG, profitabilitas dan pengungkapan CSR yang melibatkan corporate size sebagai variabel kendali

tidak ada hubungan yang signifikan antara kepemilikan institusional dan pengungkapan CSR. Tetapi, ada hubungan yang signifikan antara independent commissioner board, profitability, dan pengungkapan CSR. 4 Susanti dan Riharjo (2013) Pengaruh good corporate governance terhadap CSR pada perusahaan cosmetics and household. Mengetahui pengaruh mekanisme GCG terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan cosmetics and household yang terdaftar di BEI Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing, dan Komite Audit bepengaruh terhadap

pengungkapanCSR.Kepemili kan Manajerial, ukuran dewan komisaris, dan kepemilikan saham terkonsentrasi tidak berpengaruh pengungkapan CSR. 5 Muntiah (2014) Pengaruh mekanisme corporate governance terhadap kinerja perusahaan Menganalisis pengaruh GCG yang diproksikan dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewaan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit terhadap kinerja keuangan perusahaan kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit memberikan pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Kepemilikan manajerial dan ukuran dewan komisaris memberikan pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan

(18)

2.3 Hipotesis Penelitian

2.3.1 Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap CSR.

Informasi keuangan yang disampaikan manajemen, oleh para investor digunakan untuk menganalisis kinerja manajemen dan kondisi perusahaan di masa yang akan datang guna mengurangi risiko investasi. Agar publik mau melakukan investasi pada perusahaan dan percaya terhadap rendahnya risiko investasi, maka perusahaan harus menampilkan keunggulan dan eksistensi perusahaan terhadap publik. Salah satu caranya adalah mengungkapkan mengenai CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan (Rita & Sartika, 2014). Porsi kepemilikan saham publik mempunyai pengaruh dalam pengungkapan CSR. Adanya perbedaan dalam proporsi saham yang dimiliki oleh investor luar dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan karena semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, semakin banyak pula detail-detail butir yang dituntut untuk dikemukakan, dengan demikian pengungkapan informasi CSR perusahaan akan semakin luas. Rasio kepemilikan publik berpengaruh terhadap luasnya pengungkapan sosial (Indraswari & Astika, 2014). Penelitian yang dilakukan Wakidi dan Siregar (2011) menunjukan hasil negatif antara kepemilikan publik dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu mendorong penulis untuk melakukan pengujian

(19)

terhadap variabel ini. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatifnya yaitu:

H1a : Kepemilikan Publik berpengaruh positif terhadap CSR.

2.3.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap CSR

Kepemilikan institusional yang besar lebih mampu untuk memonitor kinerja manajemen. Investor institusional memiliki power dan experience

serta bertanggungjawab dalam menerapkan prinsip corporate governance

untuk melindungi hak dan kepentingan seluruh pemegang saham sehingga mereka menuntut perusahaan untuk melakukan komunikasi secara transparan.Dengan demikian, kepemilikan institusional dapat meningkatkan kualitas dankuantitas pengungkapan sukarela. Hal ini berarti kepemilikan institusional dapat mendorong perusahaan untuk meningkatkan pengungkapan CSR(Rustiarini, 2009). Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar sehingga dapat menghalangi opportunistic manajer (Murwaningsari, 2009).Penelitian yang dilakukan Wakidi dan Siregar (2011) menunjukkan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sementara Nofandrilla (2008) dalam penelitian Utami dan Rahmawati (2011) menunjukkan kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatifnya yaitu:

(20)

H1b : Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap CSR

2.3.3 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap CSR

Dewan komisaris berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen, dan bertanggung-jawab menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan. Dengan wewenang yang dimiliki, dewan komisaris dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen agar mengungkapkan informasi CSR lebih banyak, sehingga dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran dewan komisaris yang lebih besar akan lebih banyak mengungkapkan CSR. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatifnya yaitu:

H1c : Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap CSR

2.3.4 Pengaruh Komite Audit terhadap CSR

Komite audit berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi, dan pengendalian internal. Komite Audit harus terdiri dari individu yang mandiri dan tidak terlibat dengan tugas dari manajemen yang mengelola perusahaan, dan yang memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif. Komite Audit diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengawasan dan pengungkapan informasi sosial yang dilakukan

(21)

oleh manajemen perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatifnya yaitu:

H1d : Komite Audit berpengaruh positif terhadap CSR

2.3.5 Pengaruh Profitabilitas terhadap CSR

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk meningkatkan nilai para pemegang saham. Penelitian Sitepu dan Siregar (2008) juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005), mereka menyatakan bahwa secara parsial profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini dikarenakan persepsi atau anggapan bahwa aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan bukanlah aktivitas yang merugikan dan tidak bermanfaat bagi keberlangsungan perusahaan. Melainkan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan merupakan langkah strategis jangka panjang yang akan memberikan efek yang positif bagi perusahaan. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosialnya. Maka hipotesisnya yaitu:

H1e : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap CSR

2.3.6 Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Kinerja Perusahaan

Penyertaan saham oleh masyarakat memperlihatkan adanya harapan masyarakat bahwa pihak manajemen perusahaan akan mengelola

(22)

perusahaan dengan sebaik-baiknya dan dibuktikan dengan tingkat laba dan kinerja perusahaan yang baik. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatifnya yaitu:

H2a : Kepemilikan Publik berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

2.3.7 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Perusahaan

Kepemilikan institusional dapat menekan kecendurungan manajemen melakukan kecurangan (fraud) dalam melaporkan laporan keuangan. Menurut Murwaningsari (2009) semakin besar kepemilikan institusional akan semakin berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatifnya yaitu:

H2b : Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan

2.3.8 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Kinerja Perusahaan

Dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan dan memberikan masukan kepada dewan direksi atau manajemen perusahaan. Dewan komisaris tidak memiliki otoritas langsung terhadap perusahaan. Fungsi utamanya adalah mengawasi kelengkapan dan kualitas informasi laporan atas kinerja dewan direksi atau manajemen. Karena itu, posisi dewan

(23)

komisaris sangat penting dalam menjembatani kepentingan principal dalam sebuah perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatifnya yaitu:

H2c : Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan

2.3.9 Pengaruh Komite Audit terhadap Kinerja Perusahaan

Sesuai dengan fungsi dan tujuan dibentuknya komite audit, yang salah satunya yaitu memastikan laporan keuangan yang dihasilkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan praktik akuntansi umum, maka sedikit banyak keberadaan dan efektivitas komite audit dalam perusahaan berpengaruh terhadap kualitas dan integritas laporan keuangan yang dihasilkan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatifnya yaitu:

H2d : Komite Audit berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan

2.3.10 Pengaruh Profitabilitas terhadap Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan pada akhir periode harus dievaluasi untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Salah satu variabel penting yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja adalah tingkat keuntungan atau profitabilitas. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatifnya yaitu:

(24)

2.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teori dan telaah pustaka, maka kerangka pemikiran yang dapat dibentuk dari variabel tersebut adalah sebagai berikut :

GAMBAR 2.1

Referensi

Dokumen terkait

tu rancangan yang sangat juan sebagai upaya untuk n budaya atau memberikan ini menjadi penting karena nyai sumbangan terhadap n seni merupakan salah satu ni

Komposisi substrat bagase dan zeolit memberikan hasil yang paling tinggi pada biomassa dan volume bunga, sedangkan volume akar tertinggi yaitu pada komposisi

238 Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan dan di ulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 27 satuan percobaan.Hasil penelitian menunjukkan frekuensi

Sedangkan hasil pengujian hipotesis ANOVA untuk beban maksimum didapatkan bahwa F1 = 4.89 > 4.75 maka Ho ’ ditolak dan disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

Hasil penelitian dan uji statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara usia dan pekerjaan dengan penerapan PHBS dalam tatanan rumah tangga serta tidak ada hubungan

Time for action – creating the Stage3dEntity class 180 Time for action – creating the Stage3dEntity class constructor 182 Hiding complex code by using get and set functions 183

Learning Card atau belajar A1 Qur’an dengan teknik acak kata merupakan salah satu sistem pembelajaran kooperatif yang di dalamnya siswa dibentuk ke dalam kelompok

maka potensi bahaya radiasi dapat dikontrol dan dikurangi. Sistcm monitoring radiasi jarak jauh mtTupakan salah satu can, uoLuk mcminimalkan rcsiko potcnsi bahaya