• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - BAB I ARUM SEKAR AGATRI HUKUM'17

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - BAB I ARUM SEKAR AGATRI HUKUM'17"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan menjadi subjek yang dihormati dan dihargai oleh sesamanya. Pada dasarnya yang harus diberantas ialah faktor penyebab tindak pidana, bukan pelaku tindak pidana. Pandangan ini menimbulkan atau memunculkan persepsi dan penghargaan terhadap hak-hak narapidana, yang selama ini tidak terlalu dihiraukan, di lain pihak masyarakat dapat berpartisipasi secara langsung, baik dengan mengadakan kerjasama dalam pembinaan ataupun dengan sikap mampu menerima kembali mantan narapidana dalam lingkungan sosial.

(2)

Penjatuhan pidana yang diberikan bukan semata-mata sebagai pembalasan dendam melainkan sebagai pemberian bimbingan dan pengayoman. Pengayoman kepada terpidana bertujuan agar menjadi insaf dan dapat menjadi anggota masyarakat yang baik. Konsep pemidanaan yang demikian bukan lagi sebagai penjeraan belaka, namun juga sebagai upaya rehabilitasi dan reintegrasi sosial. Konsepsi ini di Indonesia disebut sebagai pemasyarakatan (Meliasta Julin, 2014: 2). Konsep rehabilitasi dalam pemasyarakatan yaitu dengan mengembalikan kembali Warga Binaan Pemasyarakatan itu ke masyarakat, dengan perilaku yang baik dan lebih berguna bagi masyarakat, bangsa, dan Negara. Proses rehabilitasi dalam pemasyarakatan dilakukan salah satunya dengan memberikan ketrampilan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan sehingga setelah keluar dari Rumah Tahanan Negara (RUTAN) atau Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) tetap memiliki ketrampilan dan kesiapan untuk diperkerjakan (Teguh, 2012: 49).

(3)

RUTAN (Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana).

Sedangkan pengertian dari Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan). LAPAS dan RUTAN merupakan 2 (dua) lembaga yang memiliki fungsi yang berbeda. Salah satunya yaitu RUTAN untuk tempat para tersangka atau terdakwa ditahan yang belum divonis dan masih dalam proses persidangan dan LAPAS untuk tempat melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. Namun LAPAS dan RUTAN juga memiliki beberapa persamaan di antaranya yaitu baik LAPAS maupun RUTAN merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Selain itu juga penempatan penghuninya sama-sama berdasarkan penggolongan umur, jenis kelamin dan jenis tindak pidana atau kejahatan (Pasal 12 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan).

(4)

Indonesia (Kanwil Kemenkumham RI). Data tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1 dan Tabel 2 berikut ini:

Tabel 1.

Rumah Tahanan Negara (RUTAN) dari bulan Januari-Maret 2017

No Kantor Wilayah Jml Jml Tahanan

Jml Napi

Tahanan

& Napi Kapasitas

% Over Capacity

1 Aceh 15 1.226 2.275 3.501 1.241 182

2 Bali 4 110 287 397 301 31

3 Bangka Belitung 1 86 117 203 127 60

4 Banten 4 1.277 926 2.203 1.110 98

5 Bengkulu 2 70 229 299 350 0

6 D.I.Yogyakarta 4 223 254 477 538 0

7 DKI Jakarta 3 6.495 2.070 8.565 3.255 163

8 Gorontalo - - - -

9 Jambi 1 32 88 120 85 41

10 Jawa Barat 5 1.432 2.553 3.985 3.278 21

11 Jawa Tengah 20 1.695 2.395 4.090 3.143 30

12 Jawa Timur 14 3.810 1.454 5.264 2.470 13

13 Kalimantan Barat 7 1.055 952 2.007 1.155 73

14 Kalimantan Selatan 6 446 1.168 1.614 594 171

15 Kalimantan Tengah 4 424 1.055 1.479 805 83

16 Kalimantan Timur 4 1.926 1.435 3.361 1.076 212

17 Kep. Riau 4 1.089 640 1.729 905 91

18 Lampung 6 1.511 699 2.210 1.155 91

19 Maluku 3 237 283 520 740 0

20 Maluku Utara 3 185 232 417 432 0

21 NTB 3 407 444 851 320 165

22 NTT 8 425 837 1.262 1.147 10

23 Papua 1 0 7 7 150 0

24 Papua Barat 3 0 81 81 619 0

25 Riau 7 1.957 2.987 4.944 1.259 292

26 Sulawesi Barat 4 162 226 388 568 0

27 Sulawesi Selatan 15 2.321 1.751 4.072 2.564 58

28 Sulawesi Tengah 6 591 512 1.103 748 47

29 Sulawesi Tenggara 4 604 650 1.254 960 30

30 Sulawesi Utara 7 552 367 919 722 27

31 Sumatera Barat 11 294 649 943 1087 0

32 Sumatera Selatan 8 1.509 1.706 3.215 1.622 98

33 Sumatera Utara 20 3.973 5.024 8.997 3.068 193

TOTAL 207 70.477 37.594 87

(5)

Tabel 2.

Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) dari bulan Januari-Maret 2017

No Kantor Wilayah Jml Jml Tahanan

Jml Napi

Tahanan

& Napi Kapasitas

% Over Capacity

1 Aceh 9 535 2.434 2.969 2.820 5

2 Bali 6 605 1.400 2.005 1.039 92

3 Bangka Belitung 6 435 1.361 1.796 1.126 59

4 Banten 7 1.102 4.570 5.672 3.546 59

5 Bengkulu 4 512 1.299 1.811 1.102 64

6 D.I.Yogyakarta 3 223 766 989 1.257 0

7 DKI Jakarta 4 481 7.209 7.690 2.596 196

8 Gorontalo 3 216 634 850 767 11

9 Jambi 9 989 2.876 3.865 1.901 103

10 Jawa Barat 27 4.062 13.635 17.697 12.302 43

11 Jawa Tengah 24 1.523 5.418 6.941 6.451 7

12 Jawa Timur 24 3.965 11.620 15.585 9.205 69

13 Kalimantan Barat 5 348 1.695 2.043 1.250 63

14 Kalimantan Selatan 7 1.461 5.108 6.569 2.653 147

15 Kalimantan Tengah 5 518 1.543 2.061 1.049 96

16 Kalimantan Timur 7 1.137 5.092 6.229 1.945 220

17 Kep. Riau 4 25 2.404 2.429 1.542 57

18 Lampung 10 1.167 3.757 4.924 2.815 74

19 Maluku 10 63 500 563 550 2

20 Maluku Utara 4 46 486 532 975 0

21 NTB 5 374 1.167 1.541 782 97

22 NTT 10 227 1.625 1.852 1.604 15

23 Papua 8 351 1.219 1.570 1.617 0

24 Papua Barat 3 181 580 761 317 140

25 Riau 7 777 4.588 5.365 2.267 136

26 Sulawesi Barat 1 91 223 314 250 26

27 Sulawesi Selatan 9 961 3.612 4.573 3.232 41

28 Sulawesi Tengah 4 259 1.125 1.384 841 64

29 Sulawesi Tenggara 3 202 778 980 951 3

30 Sulawesi Utara 6 301 1.218 1.519 1.350 12

31 Sumatera Barat 11 832 2.685 3.517 2.022 73

32 Sumatera Selatan 12 1.708 6.429 8.137 4.540 79

33 Sumatera Utara 18 4.658 12.532 17.190 6.338 171

TOTAL 275 141.923 83.002 70

(6)

Kabupaten Banyumas memiliki 1 (satu) Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Kelas II A Purwokerto dan 1 (satu) Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas. Pada penelitian ini, penulis melakukan penelitian yang bertempat di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Banyumas. Berdasarkan data tanggal 14 Maret 2017, jumlah hunian Rumah Tahanan Negara Kelas II B Banyumas dengan kapasitas hunian 104 orang dipaparkan dalam Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3.

Hunian Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas

No. GOLONGAN Isi JUMLAH

Pria Wanita

1. NARAPIDANA

B. I 40 8

74

B. II a 20 4

B. II b

B. III 2

2. TAHANAN

A. I 14 2

43

A. II 14

A. III 12

A. IV 1

A. V

3. Jumlah 103 14 117 Orang

Keterangan:

B. I = Pidana diatas 1 tahun A. I = Tahanan Kepolisian B. IIa = Pidana 3 bulan-1 tahun A. II = Tahanan Kejaksaan

(7)

Selanjutnya berdasarkan data terakhir pada tanggal 3 Mei 2017 ada penambahan yang cukup signifikan, jumlah hunian Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas dipaparkan dalam Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4.

Hunian Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas

No. GOLONGAN Isi JUMLAH

Pria Wanita

1. NARAPIDANA

B. I 40 5

67

B. II a 11 2

B. II b 9

B. III 2. TAHANAN

A. I 16 5

55

A. II 6 1

A. III 25 1

A. IV 1

A. V

3. Jumlah 99 23 122 Orang

Keterangan:

B. I = Pidana diatas 1 tahun A. I = Tahanan Kepolisian B. IIa = Pidana 3 bulan-1 tahun A. II = Tahanan Kejaksaan

B. IIb = Pidana 3 bulan kebawah A. III = Tahanan Pengadilan Negeri B. III = Pidana kurungan A. IV = Tahanan Pengadilan Tinggi A. V = Tahanan Mahkamah Agung Sumber: Kasubsie Pengelolaan RUTAN Kelas II B Banyumas.

(8)

maupun dapat juga dikarenakan terjadinya over capacity (kelebihan kapasitas) yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) sehingga para narapidana ditempatkan di dalam Rumah Tahanan Negara (RUTAN). Terdakwa atau narapidana yang telah menjalani masa hukuman di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) yang seharusnya dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) untuk mendapatkan pembinaan yang lebih optimal, namun senyatanya banyak yang tetap berada di dalam Rumah Tahanan Negara (RUTAN) hingga masa hukuman maupun pembinaan mereka selesai.

Di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas terdapat 1 blok untuk tempat hunian tahanan dan narapidana wanita. Dalam Blok Wanita terdapat 3 ruang kamar hunian yang diisi oleh 23 wanita terdiri dari 16 narapidana dan 7 tahanan. Rata-rata umur penghuni Blok Wanita dalam ruang tahanan tersebut berkisar antara umur 23 tahun sampai dengan 86 tahun. Beberapa tindak pidana yang dilakukan antara lain pemerasan dalam keluarga, narkotika, pembunuhan anak, human trafficking, pemalsuan uang, pencurian dengan pemberatan, perjudian, penggelapan, penipuan dan pelacuran atau perbuatan cabul (Hasil wawancara dengan Staf Pengamanan dan Penjagaan Blok Wanita, Ibu Sartiyem, tanggal 3 Mei 2017).

(9)

dengan pembinaan yang dilaksanakan oleh petugas RUTAN belum sepenuhnya menuai hasil yang optimal. Didapatnya hasil yang kurang optimal tersebut disebabkan karena setelah selesai melakukan pembinaan secara umum yang sudah terjadwal mereka tidak melakukan aktivitas lain, sehingga sangat disayangkan waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk melakukan hal-hal lainnya terkait dengan pembinaan dan pembimbingan tidak dimanfaatkan dengan baik.

Berbicara mengenai pembinaan secara khusus untuk Warga Binaan Pemasyarakatan wanita di dalam Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas, untuk saat ini hanya pembinaan ketrampilan menjahit, belum ada kegiatan lain untuk lebih menunjang kegiatan para Warga Binaan Pemasyarakatan wanita supaya memiliki waktu luang dengan sesuatu yang lebih bermanfaat (Hasil wawancara dengan Kasubsie Pelayanan Tahanan, Ibu Fariyani, Amd.IP, S.H. tanggal 2 Maret 2017). Jadi di dalam Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas hanya dilakukan pembinaan secara umum saja seperti pembinaan keagamaan, kedisiplinan, dan kesehatan jasmani. Para Warga Binaan Pemasyarakatan laki-laki maupun wanita tidak dibedakan secara khusus dalam pembinaannya.

(10)

dikaitkan dengan pandangan masyarakat secara umum terhadap sebuah Rumah Tahanan. Seharusnya RUTAN dijadikan sebuah tempat yang dikelola sedemikian rupa untuk menekan terjadinya perbuatan yang menyimpang dengan hukum dan aturan yang ketat disertai kepatuhan para penghuni RUTAN tersebut. Selain hukum dan aturan yang ketat, RUTAN juga harus disertai dengan adanya tata tertib misalnya, tahanan ditekankan untuk memakai seragam dan larangan untuk berdandan (make up) bagi Warga Binaan Pemasyarakatan wanita. Hal tersebut penting dilakukan untuk menjaga citra RUTAN sebagai tempat yang benar-benar mampu merubah para warga binaan pemsyarakatan supaya jera atas perbuatan negatif yang pernah mereka dilakukan.

(11)

khusus terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan wanita yaitu tentang bagaimana melakukan sebuah pembinaan dan pembimbingan yang baik.

Sehubungan dengan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai bagaimana pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas. Pembinaan tersebut apakah sudah sesuai dengan tujuan, semangat, hakekat dan jiwa yang terkandung sebagaimana ketentuan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, serta apa saja yang menjadi hambatan dalam melaksanakan pembinaan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas?

(12)

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan menganalisis pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas.

2. Mengetahui dan menganalisis hambatan apa saja yang ditemui dalam pelaksanaan pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian secara umum yang dapat diambil dari penelitian ini adalah memberikan kontribusi dari 2 (dua) aspek, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pengetahuan bagi hukum pidana tentang bagaimana pola pembinaan terhadap warga binaan wanita yang tidak ditempatkan di LAPAS Khusus Wanita.

2. Manfaat Praktis

Gambar

Tabel 1. Rumah Tahanan Negara (RUTAN) dari bulan Januari-Maret 2017
Tabel 2.
Tabel 3. Hunian Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas
Tabel 4. Hunian Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Banyumas

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengamatan kemampuan berbahasa siswa pada siklus 1 telah mengalami peningkatan dari pratindakan walaupun belum mencapai persentase KKM yang telah ditentukan.

Are you considering primarily publications Oxford Latin Syntax: Volume 1: The Simple Clause By Harm Pinkster If you are still perplexed on which of the book Oxford Latin Syntax:

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

Pengelolaan risiko kredit dalam Bank juga dilakukan dengan melakukan proses analisa kredit atas potensi risiko yang timbul melalui proses Compliant Internal

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kasus spondilitis tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 44 pasien.. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis kelamin dan

Proses yang dilakukan adalah mengecek jika setiap titik pada piksel frame bernilai 255 maka akan dilakukan proses pengabungan antara background dan hasil1 dengan

Pada multifragmentary complex fracture tidak terdapat kontak antara fragmen proksimal dan distal setelah dilakukan reposisi. Complex spiral fracture terdapat dua atau

Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin yang khusus disediakan dan atau diberikan