35
3.1. Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif. Metode penelitian yang paling sederhana dan banyak dilakukan oleh peneliti adalah metode penelitian deskriptif. Tujuan utama menggunakan metode ini untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitan dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Travels,1978). Menurut Gay (1976) metode penelitian deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian.
Secara harfiah metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga berkehendak mengadakan
akumulasi data dasar.1
Jenis survei ini digunakan untuk menggambarkan (mendeskripsikan) populasi yang sedang diteliti. Fokus riset ini adalah perilaku yang sedang terjadi (what exist at the moment) dan terdiri dari satu varibel.2
1
Mahi M. Hikmat. Metode penelitian dalam perspektif ilmu komunikasi dan sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011. Hal44
2
Jenis riset ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Periset sudah mempunyai konsep (biasanya satu konsep) dan kerangka konseptual. Melalui kerangka konseptual (landasan teori), periset melakukan operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan variabel beserta indikatornya. Riset ini untuk menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan
antarvariabel.3
Metode deskriptif lebih banyak digunakan oleh para peneliti karena: 1) metode ini telah digunkan secara luas dan lebih banyak segi dibandingkan metode-metode penelitian lain. 2) metode ini banyak memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan melalui pemberian informasi keadaan mutakhir dan dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang berguna untuk pelaksanaan percobaan, 3) metode ini dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan-keadaan yang mungkin terdapat dalam situasi tertentu; 4) data yang dikumpulkan melalui metode ini ianggap sangat bermanfaat dalam membantu untuk menyesuaikan diri atau dapat memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari; 5) metode ini membantu untuk mengetahui bagaimana cara mencapai tujuan yang diinginkan; 6) metode ini dapat digunakan
dalam berbagai masalah yang ada. (Sevilla at.all,1993:73)4
3
Ibid.hal69
4
Mahi M. Hikmat. Metode penelitian dalam perspektif ilmu komunikasi dan sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011. Hal44-45
Contoh penelitian deskriptif adalah sensus penduduk yang dilakukan guna mendapatkan penjelasan secara akurat dan tepat mengenai karakteristik berbagai
macam atau tipe masyarakat pada suatu wilayah.5
3.2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Metode kualitatif, menurut Chaedar Alwasilah (2003:97), memiliki kelebihan adalah adanya fleksibilitas yang tinggi bagi peneliti ketika menentukan langkah-langkah penelitian.
Berdasarkan sifat realitas, metode kualitatif mengandung persepsi subjektif bahwa realitas (komunikasi) bersifat ganda, rumit, semu, dinamis (mudah berubah), dikontruksikan, dan holistik; kebenaran realitas bersifat relatif (Mulyana,2001:147)
Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati. Metode kualitatif dipergunakan dengan beberapa
pertimbangan: pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila
berhadapan dengan kenyataan ganda. Ke dua, metode ini menyajikan secara
langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden. Ke tiga, metode ini
lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan pola-pola nilai yang dihadapi. Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan dilapangan; tidak harus
5
menggunakan desain yang telah disusun secara ketat atau kaku, sehingga tidak
dapat diubah lagi.6
Keunggulan metode studi kasus antara lain adalah bahwa hasilnya dapat mendukung studi-studi yang lebih besar dikemudian hari dan dapat memberikan hipotesis-hipotesis untuk riset lanjutan. Walaupun memiliki keunggulan, metode ini tak luput dari kelemahan. Kelemahannya, misalnya, adalah kajiannya menjadi relatif kurang luas, sulit digeneralisasikan dengan keadaan yang berlaku umum, dan cenderung subyektif karena obyek riset dapat mempengaruhi prosedur riset
yang harus dilakukan.7
Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-sedalam-dalamnya. Riset ini tidak
mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau
samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa
menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya.
Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data.
Periset adalah bagian integral dari data, artinya periset ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian, periset menjadi instrumen riset yang harus terjun langsung dilapangan. Karena itu riset ini bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik bukan untuk digeneralisasikan.
6
Ibid.hal37-38
7
Husein Umar. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.2002.hal41
Desain riset dapat dibuat bersamaan atau sesudah riset. Bahkan untuk riset
eksploratif (grounded), periset sama sekali tidak mempunyai konsep awal tentang
apa yang diteliti, sehingga tentu saja juga tidak mempunyai desain riset. Dengan
tidak mendesain, dimaksudkan agar periset melakukan riset dalam setting yang
alamiah dan membiarkan peristiwa yang diteliti mengalir secara normal tanpa
mengontrol variabel yang diteliti.8
3.3. Subjek Penelitian
Informan penelitian adalah subjek yang memahami informan objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian.
3.3.1 Key Informan
Pada penelitian ini key informan adalah Bapak Munawar Ali selaku dosen
Akademi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (AMKG) selaku pengajar. Pemilihan dosen AMKG sebagai key informan karena sebagai pengajar yang mengawasi dan menghadapi mahasiswa etnis Makasar dan mahasiswa etnis Palembang, beliau memiliki intensitas komunikasi yang tergolong sering dengan mahasiswanya. Beliau juga memiliki kapasitas sebagai orang yang dapat memberikan informasi terkait dengan pola komunikasi serta hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya yang dihadapi oleh para mahasiswanya di Akademi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (AMKG).
8
Mahi M. Hikmat. Metode penelitian dalam perspektif ilmu komunikasi dan sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011. Hal56-57
3.3.2. Informan
Yang bertindak sebagai informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa etnis Makasar yaitu Misbahuddin, Agusmin Hariansah, Muhammad AlFatam Werdi Pabean dan mahasiswa etnis Palembang Rezfiko Agdialta, Eko Syarifudin, Lukman Saleh yang bersekolah di Akademi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (AMKG). Karena selama ini berkomunikasi dalam kegiatan kuliah lebih banyak terjadi antar sesama mahasiswa baik Makasar maupun Palembang.
Para mahasiswa berbeda budaya tersebut merasakan secara langsung adanya hambatan-hambatan dalam komunikasi dalam lingkup sekolah
dikarenakan adanya perbedaan-perbedaan bahasa dan budaya yang
mengakibatkan banyaknya kesalahpahaman sehingga para mahasiswa tersebut dapat dijadikan sebagai informan untuk kemudian diperoleh informasi mengenai pola komunikasi dalam lingkungan mahasiswa dan hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya yang mereka temui.
3.3.3. Informan Ahli
Selain key informan dan informan yang berasal dari lingkup Akademi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (AMKG). Pada penelitian ini juga meminta informasi serta pendapat dari orang yang berada dari luar lingkup Akademi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (AMKG) yakni, Bapak Drs. Riswandi, M.Si selaku Akademisi Komunikasi dari Universitas Mercu Buana. Pemilihan informan ahli ini adalah sebagai rujukan atau pendapat lain berdasarkan pandangan pihak lain mengenai komunikasi antarbudaya, pola komunikasi dan hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam lingkup berbeda budaya.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulann data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan periset untuk mengumpulkan data. Ada beberapa teknik atau metode pengumpulan data yang biasanya dilakukan oleh periset. Metode pengumpulan data ini sangat ditentukan oleh metodologi riset, apakah kuantitatif atau kualitatif.
Dalam riset kualitatif dikenal metode pengumpulan data: observasi (field
observations), focus group discussion, wawancara mendalam (intensive/depth interview) dan studi kasus (Wimmer,2000:110;sendjaya,1997:32).9
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah teknik observasi dan wawancara, artinya peneliti mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dalam bentuk rekaman wawancara dan tulisan atas pertanyaan dan jawaban.
Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli . peneliti melakukan wawancara yang mendalam kepada mahasiswa etnis Makassar dan etnis Palembang di Akademi Meteorologi Geofisika Tangerang. Untuk mencari informasi tentang cara berkomunikasi berbeda etnis. Sehingga data yang ada adalah murni dari sumbernya, tanpa melalui perantara.
Data Sekunder
9
Mahi M. Hikmat. Metode penelitian dalam perspektif ilmu komunikasi dan sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011.hal95
Data sekunder, yaitu peneliti melakukan studi ke perpustakaan untuk membaca buku yang berhubungan dengan hal yang diteliti. Dengan mencari tahu teori dan pengetahuan dari sejumlah buku, internet, dan media lainnya.
3.5. Definisi Konsep
a. Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang dengan
beda budaya baik itu beda (ras, etnik, ataupun sosial dan ekonomi).10 Dimana
proses komunikasi antarbudaya merupakan interaksi dan komunkasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda.
b. Mahasiswa Etnis Makassar dan Etnis Palembang
Mahasiswa yang berasal dari makassar memiliki bahasa yang cukup beragam, setiap suku memiliki bahasanya sendiri-sendiri. Bahasa tersebut adalah bahasa Makassar, Bugis, Luwu, Toraja, Mandar, Duri, Konjo, dan Pattae. cara bicara cenderung keras dan memiliki nada suara yang lantang . Namun keras bukan berarti kasar, dan biasanya mereka langsung berbicara pada pokok pembahasan dan tidak bertele-tele. Ada juga yang berpendapat, cara bicara orang Makassar itu ceplas-ceplos. Jika orang Makassar dalam berbicara agak besar,
10
Stewart L. Tubbs and Sylvia Moss, Human Communication, PT. Remaja Rosdakarya, buku kedua, Bandung, 2000, hal 236-237
karena belum tentu sedang marah. Namun memang orang makassar memiliki ciri
khas yang keras bukan berarti kasar.11
Seperti mahasiswa yang berasal dari palembang yang sangat menjaga hubungan sosial karena didasari oleh semangat kebangsaan, walaupun dalam kehidupan sehari-hari sangat dipengaruhi oleh adat istiadat, seperti dalam menjaga pembicaraan atau cara bicara yang sopan. Pada umumnya, penduduk Palembang sangat hormat kepada warga dari daerah lain. Gaya hidup mereka sangat dipengaruhi oleh era modernisasi. Sebagian besar penduduk sangat terbuka dalam perilaku mereka, terutama dengan aspek positif serta menyambut baik reformasi dan inovasi terutama yang berkaitan dengan konsep pembangunan. memiliki cara bicara dengan ciri khas yang berbeda. Banyak orang mengatakan bahwa orang Palembang adalah orang yang kasar, tidak sopan, dan gaya bicara yang terbuka serta dengan nada keras saat berbicara. Palembang juga terkenal dengan ketegasan orang-orangnya, mereka tidak menyukai basa-basi, jika
berbicara langsung ke inti permasalahan. 12
3.6. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen,1982) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari, dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
11
R. Rizky, T. Wibisono. Mengenal seni & budaya Indonesia, Cerdas Interaktif.Jakarta:Cerdas Interaktif. 2012.hal97
12
memutuskan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain.13
Dalam teknik analisis data kali ini peneliti memilih analisis data secara tekstual yakni data yang didapat oleh narasumber secara langsung. Teknik proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu data yang diperoleh dari pengamatan, dokumen, dan melalui wawancara mendalam diolah dan dianalisa dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh data yang berbentuk kata-kata, kalimat, narasi, dan
dokumen lainnya seperti foto dan video.14 Di pihak lain , Analisis Data Kualitatif
prosesnya berjalan sebagai berikut:15
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan , dengan hal itu diberi kode
agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan,
membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,
mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, serta membuat temuan-temuan umum.
Dalam memilih strategi analisis data, bisa dimulai dengan membaca transkip wawancara, catatan-catatan lapangan atau dokumen-dokumen yang pernah dianalisis, mendengarkan wawancara sambil membuat transkip, kemudian membuat kategori-kategori dan mencari hubungan-hubungan yang ada.
13 Buku 14 buku 15 buku
Seluruh data yang diperoleh akan dianalisis melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Hasil seluruh catatan selama observasi atau pengamatan secara langsung
ditranskipkan secara detail.
2. Hasil rekaman wawancara ditranskipkan secara detail.
3. Setelah seluruh data yang didapat dianalisis dan juga diinterpretasikan,
maka langkah selanjutnya akan ditarik kesimpulan.16
3.7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Pengumpulan dan perekaman data kualitatif sering dicurigai mengandung banyak bias. Untuk itu perlu dilakukan teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu “pengumpulan informasi dari berbagai tempat dan individu dengan menggunakan berbagai cara. Hal ini dapat mengurangi resiko, ketika kesimpulan yang diberikan
mencerminkan bias dan keterbatasan penelitian”(Kuntjara, 2006, p 96
)17
Dengan metode observasi, peneliti dapat menarik makna tersembunyi yang sulit diceritakan oleh informan dalam wawancara. Sebaliknya, dengan wawancara peneliti dapat memperoleh informasi tentang masa lalu yang diceritakan informannya dan yang tidak bisa diamati saat itu. Dari sumber-sumber dan metode yang berbeda tersebut, hasil dalam penelitian dapat disimpulkan secara terpercaya daripada jika peneliti hanya menggunakan satu sumber dan satu macam metode (Kuntjara, 2006).
16
Kuntjara, E. Penelitian Kebudayaan: Sebuah Panduan Praktis (1sted.).Yogyakarta: Graha Ilmu. 2006
17
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah teknik pemeriksaan keabsahan data teori dan sumber dimana apa yang ditemukan peneliti disesuaikan dengan teori yang digunakan dan teknik pemeriksaan keabsahan data sumber berarti pengumpulan data diambil dari informan langsung yaitu Misbahuddin mahasiswa etnis Makassar, Rezfiko Agdialta mahasiswa etnis Palembang, bapak Munawar Ali sebagai dosen AMKG yang mengawasi dan menghadapi keseharian mahasiswa tersebut, bapak Drs. Riswandi, M.Si selaku akademisi komunikasi diluar lingkup AMKG.