• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGEVALUASI KINERJA KEUANGAN MENGGUNAKAN RASIO PROFITABILITAS DAN EVA PADA INDUSTRY ANIMAL FEED-BEI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGEVALUASI KINERJA KEUANGAN MENGGUNAKAN RASIO PROFITABILITAS DAN EVA PADA INDUSTRY ANIMAL FEED-BEI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MENGEVALUASI KINERJA KEUANGAN MENGGUNAKAN RASIO

PROFITABILITAS DAN EVA PADA INDUSTRY ANIMAL FEED-BEI

Novia Sri Wahyuni Novia_miiuw2@yahoo.com

Agus Sunaryo

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT

The purpose of this research is to find out the financial performance achieved by a company during a certain period are measured using ratio analysis of profitability and EVA method. This research is using three industry of animal feed as the research objects, namely: PT. Japfa Comfeed, Tbk, PT. Malindo Feedmil, Tbk, dan PT. Sierad Produce, Tbk, in the year of 2007 – 2010. Research results show that financial performance trend fluctuated on the third industry anymal feed, but in profitability analysis ratio showed no presence of profitability negative ratio. PT Japfa Comfeed, Tbk. and PT Malindo Feedmil, Tbk, during 2007-2011 showed good results during the research period, this indicates that they are able to add value to the economy despite of increase and decrease. It is a different thing with PT Sierad Produce Tbk in the year of 2007-2008 is still capable of creating economic value added, but in the year of 2009-2010 the company is not able to create added value due to the negative EVA result.

Keywords: Profitability Ratio, EVA and Company Performance

.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan yang dicapai oleh suatu perusahaan selama periode tertentu yang diukur dengan menggunakan analisis rasio profitabilitas dan metode EVA. Pada penelitian ini menggunakan tiga industri anymal feed sebagai obyek penelitian yaitu PT. Japfa Comfeed, Tbk, PT. Malindo Feedmil, Tbk, dan PT. Sierad Produce, Tbk, selama periode tahun 2007 – 2010. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi trend kinerja keuangan yang berfluktuasi pada ketiga industri anymal feed, tetapi pada analisis rasio profitabilitas tidak menunjukan adanya rasio negatif. Untuk PT. Japfa Comfeed, Tbk, dan PT. Malindo Feedmil, Tbk, selama tahun 2007 – 2010 menunjukan hasil yang baik selama periode penelitian, ini menandakan bahwa mereka mampu memberikan nilai tambah ekonomi meskipun terjadi peningkatan dan penurunan. Berbeda halnya dengan PT. Sierad Produce, Tbk untuk tahun 2007 – 2008 masih mampu untuk menciptakan nilai tambah ekonomi, tetapi pada tahun 2009 – 2010 perusahaan tidak mampu menciptakan nilai tambah karena hasil EVA yang negatif.

Kata kunci: Rasio profitabilitas, EVA dan kinerja perusahaan. PENDAHULUAN

Pada dasarnya sebuah perusahaan didirikan untuk mendapatkan keutungan, selain kelangsungan hidup dan tanggung jawab sosial. Untuk mengetahui sejauh mana tujuan perusahaan yang telah dicapai, maka perlu adanya pengukuran terhadap kinerja perusahaan. Metode pengukuran ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan informasi untuk pengambilan keputusan yang masing-masing bidang dan fungsi berbeda. Dan untuk menilai sejauh mana tingkat perolehan laba yang dihasilkan oleh perusahaan, maka rasio profitabilitas merupakan teknik yang sesuai untuk mengungkapkan pertumbuhan jangka panjang perusahaan. Selain dengan meningkatkan laba, perusahaan juga dapat meningkatkan nilai perusahaan secara umum dengan cara meningkatkan harga saham bagi perusahaan yang telah terdaftar di pasar modal. Oleh karenanya, manajemen perusahaan perlu menghubungkan informasi tersebut dengan harga saham. Bagi penggunaan modal ( baik dalam bentuk modal sendiri ataupun dengan hutang ) menimbulkan biaya bagi perusahaan. Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri merupakan

(2)

biaya modal sendiri bagi perusahaan. EVA menunjukan ukuran yang baik sejauh mana perusahaan telah menambah nilai terhadap para pemilik perusahaan. Dengan kata lain, apabila manajemen memusatkan diri pada EVA, maka perusahaan dapat mengambil keputusan-keputusan keuangan yang konsisten dengan tujuan memaksimalkan kemakmuran para pemilik perusahaan. Berdasarkan uraian di atas tentang kedua metode pengukuran tersebut, yaitu dengan menggunakan rasio profitabilitas maupun dengan menggunakan EVA maka dalam penelitian ini diambil judul : “Mengevaluasi kinerja keuangan menggunakan rasio profitabilitas dan EVA pada industri anymal feed-BEI”. TINJAUAN TEORETIS

Teori Pengukuran Kinerja Perusahaan Pengertian Kinerja Perusahaan

Menurut Krismiaji dan Aryanni (2011:279) kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan / program / kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning

suatu organisasi. Sedangkan pengukuran kinerja ( performance measurement ) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Pengukuran kinerja merupakan bagian dari fungsi pengendalian manajemen, karena pengukuran kinerja dapat digunakan untuk melakukan pengendalian aktivitas. Setiap aktivitas harus terukur kinerjanya agar dapat diketahui tingkat efisien dan efektivitasnya. Efisien dan efektivitas tersebut merupakan dasar untuk melakukan peniaian kinerja.

Alasan Dilakukannya Pengukuran Kinerja

Menurut Neely ( dalam Krismiaji dan Aryanni, 2011:344) terdapat beberapa alasan mengapa pengukuran kinerja sangatlah penting, diantaranaya adalah sebagai berikut : a. Perubahan Lingkungan Kerja

Pada era 1950-an dan 1960-an sistem akuntansi tradisional yang mengalokasikan biaya overhead berdasarkan tenaga kerja langsung, cara ini mungkin tepat karena proporsi biaya tenaga kerja langsung yang sering kali melebihi 50% dari total biaya produksi. Tapi pada era 1980-an proporsi biaya tenaga kerja langsung sering tidak melebihi 5% atau 10%, karena tingginya investasi pada teknologi, perubahan lingkungan kerja inilah yang mendorong perusahaan untuk menggunakan sistem pengukuran kinerja.

b. Meningkatnya Persaingan

Tidak diragukan lagi bahwa tingkat persaingan yang dihadapi perusahaan meningkat pada era globalisasi ini. Perusahaan-perusahaan di seluruh dunia terus menghadapi tekanan untuk mampu menurunkan biaya produksi dan meningkatkan nilai produknya kepada pelanggan mereka.

c. Inisiatif-inisiatif Pengembangan Khusus

Untuk merespon meningkatnya persaingan, banyak organisasi yang melakukan inisiatif-inisiatif pengembangan khusus seperti total quality management ( TQM ), learn production world class manufacturing ( WCM ), taguchi method dan quality costing

Tujuan Pengukuran Kinerja Perusahaan

Tujuan pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi perusahaan. Tujuan pengukuran kinerja menurut Supriyono (2000:385) adalah sebagai berikut :

a. Untuk menilai prestasi manajer devisi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya.

(3)

b. Untuk mengidentifikasi penyebab selisih pelaksanaan dan rencana sesuai dengan ukuran prestasi dan manajer divisi yang telah ditentukan.

c. Untuk menentukan besarnya kontribusi devisi dalam pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.

d. Untuk membuat saran dan keputusan tindakan perbaikan atau sesuai yang diluar kendali.

Manfaat Pengukuran Kinerja

Menurut Mulyadi ada beberapa manfaat dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan, diantaranya sebagai berikut :

a. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan evisien melalui pemotivasian karyawan secara optimum.

b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti : promosi, transfer dan pemberitahuan.

c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai atasan mereka menilai kinerja mereka.

e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. Rasio Keuangan

Pengertian Rasio Keuangan

Rasio keuangan menggambarkan suatu hubungan perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa, tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan, terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar, menurut S Munawir (1998:64).

Kelebihan dan Keterbatasan Rasio Keuangan Kelebihan RasioKeuangan

Menurut Harahap (2004:298) kelebihan analisis rasio keuangan adalah :

(1) Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar stastik yang lebih mudah dibaca dan

ditafsirkan.

(2) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan

keuangan yang sangat rinci dan rumit.

(3) Mengetahui posisi perubahan ditengah industri lain.

Keterbatasan Rasio Keuangan

Keterbatasan dalam penggunaan rasio keuangan menurut Harahap (2004:298) adalah sebagai berikut :

(1) Kesulitan memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan

pemakainya.

(2) Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan dapat menjadi

keterbatasan teknik.

(3) Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan dalam

menghitung rasio. Rasio Profitabilitas

Pengertian Rasio Profitabilitas

Analisis kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit dibutuhkan untuk memastikan pertumbuhan jangka panjang dan kelangsungan hidup perusahaan, karena perusahaan harus dalam keadaan yang menguntungkan.

(4)

Cara Mengukur Rasio Profitabilitas Net Profit Margin ( NPM )

Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Rasio ini bisa dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :

Net Profit Margin

Penjualan

Pajak

Setelah

Laba

Net Profit Marjin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Sebaliknya net profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat penjualan tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukan ketidakefisienan manajemen.

Return On Investment ( ROI )

Rasio ini juga biasa disebut Return on assets digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu. Rasio yang tinggi menunjukan efisiensi manajemen asset, yang berarti efisiensi manajemen. Rasio ini bisa dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :

Return on investment

Aktiva

Total

Pajak

Setelah

Laba

Return On Equity ( ROE )

Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut padang pemegang saham. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :

Return on equity

Sendiri

M odal

Pajak

Setelah

Laba

Menurut Luhur (Nurjanti T dan H.Hendrarini, Journal Of Business and Bangking Vol.1, 2011:93) berpendapat bahwa jika seseorang ingin menekankan pada sudut pandang dari sudut pandang secara keseluruhan, maka fokusnya diarahkan pada profitabilitas ekuitas (ROE). Artinya tingkat efisiensi diukur berdasarkan atas seberapa besar tingkat pengembalian modalnya.

Konsep EVA (Economic Value Adedd) Pengertian EVA

EVA ( Economic Value Adedd ) adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). Menurut Blocher (2001:965) “Economic Value Adedd (EVA) adalah laba suatu bisnis setelah pajak dan setelah mengurangi biaya modal. Tujuan dari penhukuran tersebut adalah secara efektif memotivasi para manajer unit strategi bisnis investasi dan secara tepat untuk mengukur kinerja mereka. EVA dapat diformulasikan sebagai berikut :

(5)

Dengan catatan apabila :

a. Jika EVA > 0, maka telah terjadi penambahan nilai ekonomi ke dalam perusahaan (bisnis) tersebut.

b. Jika EVA = 0, maka artinya adalah bahwa secara ekonomi perusahaan “impas” karena semua digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditor maupun pemegang saham.

c. Jika EVA < 0, maka tidak terjadi atau tidak memberikan nilai tambah ke dalam perusahaan tersesebut karena laba yang tersedia tidak memenuhi harapan-harapan penyandang dana.

Tujuan dan Manfaat EVA Tujuan EVA

Dalam penerapannya EVA memiliki tujuan Blocher (2001:965) sebagai berikut :

1) Dengan perhitungan EVA diharapkan mendapatkan hasil perhitungan nilai ekonomis

perusahaan yang lebih realistis.

2) Perhitungan EVA juga diharapkan dapat mendukung penyajian laporan keuangan akan

mempermudah bagi investor, kreditur, karyawan pemerintah, pelanggan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan di dalamnya.

Manfaat EVA

Dalam penggunaannya EVA memiliki manfaat Blocher (2001:966) sebagai berikut :

1) Penerapan EVA sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai pengukuran kinerja

perusahaan, dimana fokus penilaian kinerja adalah penciptaan nilai (value creation).

2) Penilaian kinerja keuangan dengan pendekatan model EVA menyebabkan perhatian

manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham.

3) EVA mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan struktur modalnya.

4) menciptakan nilai dari mengevaluasikan kinerja berdasarkan kriteria memaksimalkan

nilai perusahaan.

Kelebihan dan Kelemahan EVA Kelebihan EVA

Dalam penggunaannya EVA memiliki kelebihan Blocher (2001:966) sebagai berikut :

1) EVA menunjukan nilai tambah yang terjadi selama satu tahun tertentu.

2) EVA dapat diterapkan pada masing-masing divisi atau unit-unit lain dari sebuah

perusahaan besar.

3) EVA adalah alat pengukur kinerja perusahaan yang melihat segi ekonomis dalam

pengukurannya, yaitu dengan memperhatikan harapan para pemilik modal

Kelemahan EVA

Dalam penggunaannya EVA memiliki kelemahan Blocher (2001:967) sebagai berikut :

1) Secara konseptual EVA memang lebih unggul dari pada pengukur tradisional

akuntansi, namun secara praktis belum tentu dapat diterapkan dengan mudah.

2) EVA adalah alat ukur semata dan tidak berfungsi sebagai cara untuk mencapai sasaran

perusahaan, sehingga diperlukan suatu cara bisnis tertentu untuk mencapai sasaran tersebut.

3) Masih mengandung unsur keberuntungan (tinggi rendahnya EVA dapat dipengaruhi

oleh gejolak pasar)

4) EVA hanya menggambarkan nilai pada suatu tahun tertentu.

5) EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal

(6)

Konsep Biaya Modal Pengertian Biaya Modal

Biaya modal merupakan biaya peluang dari penggunaan dana untuk diinvestasikan dalam proyek baru, hal ini dikarenakan biaya modal merupakan tingkat pengembalian yang diisyaratkan dari semua sumber keuangan jika perusahaan dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari pada biaya modal

Perhitungan Biaya Modal 1) Biaya Modal Hutang

Biaya hutang menunjukan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena perusahaan menggunakan dana yang berasal dari pinjaman. Apabila disajikan dalam bentuk rumus perhitungan biaya hutang adalah sebagai berikut :

Biaya Hutang : kd (1 – t ) Dimana : kd

Hutang

Bunga

Beban

Keterangan :

kd = Tingkat suku bunga dari hutang sebelum pajak t = Tarif pajak

(2) Biaya Modal Saham Preferen

Biaya modal saham preferen adalah biaya riil yang harus dibayar apabila perusahaan menggunakan dana dengan menjual saham preferen. Biaya modal saham preferen diperhitungkan sebesar tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of return) oleh investor pemegang saham preferen.

Besarnya biaya saham preferen dapat dihitung sebagai berikut : Kp P p

P

D

Keterangan :

Kp = Biaya komponen saham preferen Dp = Deviden saham preferen

Pp = Harga pasar saham preferen

(3)Biaya Modal Saham Biasa

Saham biasa adalah saham yang akan memperoleh deviden dalam jumlah tidak tetap setiap tahunnya tergantung besar kecilnya laba yang diperoleh, tersedianya kas dan keputusan rapat pemegang saham perusahaan tersebut. Terdapat dua model pendekatan untuk menghitung biaya modal, antara lain :

1. Model Penentuan Harga Aktiva Modal (Capital Assets Pricing Model = CAPM)

Model CAPM merupakan penetapan biaya modal dengan menganalisis hubungan antara tingkat return saham yang diharapkan (ke) dengan return pasar (Rm) yang terjadi, jika disajikan dalam rumus menjadi :

(7)

Ke = Rf + ( Rm - Rf ) β Keterangan :

Ke = Tingkat keuntungan yang disyaratkan investor Rf = Tingkat return bebas resiko

β = Beta, pengukur resiko sistematis saham Rm = Tingkat keuntungan pasar

Rumus perhitungan ( β ) melalui pendekatan regresi adalah : β= n RmRi− Rm . Ri

n R2m− ( Rm )2

Dimana :

Rm = Tingkat keuntungan portofolio pasar Ri = Tingkat keuntungan saham

Sedangkan tingkat keuntungan saham dapat dihitung :

1 -t 1 -t t t i

P

P

-P

D

R

Dimana :

Ri = Pengembalian keuntungan saham pada periode ke t Dt = Deviden saham pada periode t

Pt = Harga saham pada periode ke t Pt-1 = Harga saham pada periode t-1

Tingkat pengembalian pasar (Rm) diperoleh besarnya keuntungan seluruh saham yang beredar di suatu bursa efek. Perhitungan return pasar didasarkan pada pendekatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar modal.

Rumus dari perhitungan return pasar tersebut adalah sebagai berikut :

t-1 1 -t t

IHSG

IHSG

-IHSG

Rm

Dimana :

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan periode t

IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan sebelum periode t 2. Pendekatan Model Diskonto Deviden ( Deviden Discount Model )

Merupakan tingkat diskonto yang menyeimbangkan nilai sekarang dari keseluruhan deviden per lembar saham yang diharapkan di masa yang akan datang, sehingga biaya modal merupakan faktor diskonto dari deviden yang ada.

g

o 1 e

P

D

k

(8)

Dimana :

Ke = Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor Po = Harga pasar saham pada saat ini

D1 = Deviden yang diterima untuk periode t g = Tingkat pertumbuhan deviden

(4) Perubahan Struktur Modal

Struktur modal merupakan perpaduan antara hutang, saham preferen dan saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi keputusan struktur modal seperti :Resiko bisnis ,Posisi perpajakan perusahaan, fleksibilitas keuangan dan konservatisme atau keagresifan manajemen.

(5) Biaya Modal Rata-Rata tertimbang

Biaya modal yang tepat digunakan dalam pembuatan keputusan keuangan adalah biaya modal rata-rata tertimbang. Adapun rumus untuk perhitungan WACC adalah :

WACC : Wd.Kd ( 1-T ) + Wp.Kp + Wc.Ks

Dimana :

WACC : Biaya modal rata-rata tertimbang Wd : Bobot hutang pada struktur modal Kd : Komponen biaya hutang sebelum pajak T : Tarif pajak marginal perusahaan

Wp : Bobot dari saham preferen

Kp : Biaya komponen modal saham preferen Wc : Bobot dari ekuitas biasa

Ks : Biaya komponen ekuitas biasa METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian sampel ini adalah perusahaan-perusahaan dari Industri

Animal Feed yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian dan batasan atau kriteria-kriteria tertentu.

Pada penelitian ini memilih Industri Animal Feed karena di Indonesia Industri Animal Feed telah berkembang pesat. Mereka bersaing untuk menciptakan produk baru yang bermutu tinggi dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Prospek usaha yang menjanjikan, sehingga mereka mampu bersaing di pangsa pasar yang lebih besar, karena di Indonesia rata-rata penduduknya mengkonsumsi daging ayam potong setiap harinya.Dalam pengambilan sampel yang dijadikan batasan atau kriteria adalah sebagai berikut : (1)Perusahaan dari Industri Animal Feed yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, (2) Tersedia laporan keuangan perusahaan dan data pasar yang lengkap untuk periode laporan

(9)

keuangan tahun 2007-2010, (3)Perusahaan dari Industri Animal Feed yang mempunyai laba positif selama periode penelitian tahun 2007-2010.

Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Sedangkan operasional variabel adalah obyek yang mempunyai nilai yang perlu dirumuskan dengan cermat. Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah :

a. Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan merupakan aspek yang secara periodik dapat menjadi indikator mengenai efektivitas dan efisiensi kinerja suatu perusahaan. Dalam penelitian ini pengukuran kinerjanya menggunakan rasio profitabilitas dan economic value adedd

(EVA).

b. Rasio Profitabilitas

(1) Laba setelah pajak terhadap total aktiva ( return on investment )

(2) Laba setelah pajak terhadap modal sendiri ( return on equity )

(3) Laba setelah pajak terhadap penjualan ( net profit margin )

c. Economic Value Adedd

Merupakan salah satu alat yang dapat dijadikan suatu perangkat finansial untuk mengukur laba perusahaan, dimana pada pengukuran tersebut juga mempertimbangkan secara adil harapan dari pada penyedia dana.

d. Biaya Modal

Biaya modal merupakan tingkat pengembalian minimum yang harus dicapai oleh perusahaan agar dapat menutup beban keuangan atas penggunaan sumber dana jangka panjangnya.

1. Biaya Modal Hutang

Merupakan tingkat pengembalian minimum yang harus dicapai oleh perusahaan agar dapat menutup beban keuangan atas penggunaan atas sumber dana jangka panjangnya. Ukuran yang digunakan adalah prosentase (%).

2. Biaya Modal Saham

Merupakan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat penggunaan berbagai sumber dana. Ukuran yang digunakan adalah prosentase (%).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Perhitungan rasio-rasio keuangan pada perusahaan Industry

Animal Feed

dengan Rasio

Profitabilitas

1. Net Profit Margin ( NPM )

Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu.

(10)

Net Profit Margin

Penjualan

Pajak

Setelah

Laba

Berikut ini adalah tabel dan gambar hasil dari perhitungan Net Profit Margin :

Tabel 1

Hasil Perhitungan Net Profit Margin Tahun 2007 – 2010

Gambar 1

Grafik Hasil Perhitungan Net Profit Margin

Tahun 2007 – 2010

Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa Net Profit Margin PT. Japfa Comfeed, Tbk, pada tahun 2007 – 2010 mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2010 mencapai 6,87%, merupakan prosentase yang terbesar karena ini merupakan peningkatan laba dari penjualan. Sedangkan pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 2,29% yang merupakan prosentase terendah, hal ini dikarenakan beban bunga yang meningkat sehingga mempengaruhi penurunan laba dari penjualan.

Pada PT. Malindo Feedmil, Tbk, pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 0,52% ini merupakan prosentase yang terendah. Pada tahun 2009 – 2010 mengalami peningkatan yang cukup tinggi, dari 4,07% menjadi 8,84% ini berarti kemampuan perusahaan meningkatkan laba yang cukup tinggi dipengaruhi dengan peningkatan penjualan.

Untuk PT. Sierad Produce, Tbk, pada tahun 2007 – 2009 mengalami penurunan dari 1,30% hingga 1,15% yang artinya meningkatnya beban operasional khususnya pada beban bunga. Pada tahun 2010 meningkat menjadi 1,68% ini menandakan kemampuan perusahaan meningkatkan perolehan laba yang tinggi dari peningkatan penjualan yang relatif kecil.

2,29% 2,41% 5,68% 6,87% 1,28% 0,52% 4,07% 8,84% 1,30% 1,17% 1,15% 1,68% 0,00% 2,00% 4,00% 6,00% 8,00% 10,00% 1 2 PT. Japfa Comfeed, Tbk3 4 PT. Malindo Feedmil, Tbk PT. Sierad Produce, Tbk Perusahaan Tahun Rata - rata 2007 2008 2009 2010 PT. Japfa Comfeed, Tbk 2,29% 2,41% 5,68% 6,87% 4,31% PT. Malindo Feedmil, Tbk 1,28% 0,52% 4,07% 8,84% 3,67% PT. Sierad Produce, Tbk 1,30% 1,17% 1,15% 1,68% 1,32% Rata - rata Industri 1,62% 1,37% 3,63% 5,79% 3,10% Sumber : Lampiran 1 (diolah Penulis)

(11)

Rata – rata industry perusahaan Anymal Feed untuk Net Profit Margin adalah sebesar 3,1% dimana perusahaan yang memenuhi rata – rata industri adalah PT. Japfa Comfeed, Tbk sebesar 4,31% yang lebih tinggi dibandingkan kedua industri Animal Feed

yang lain.

Return On Investment ( ROI )

Rasio ini juga biasa disebut Return on assets digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu.

Return on investment

Aktiva

Total

Pajak

Setelah

Laba

Berikut ini adalah tabel dan gambar hasil dari perhitungan Return on Investment :

Tabel 2

Hasil Perhitungan Return on Investment

Tahun 2007 – 2010 Perusahaan Tahun Rata – rata 2007 2008 2009 2010 PT. Japfa Comfeed, Tbk 4,47% 5,28% 13,42% 13,74% 9,23% PT. Malindo Feedmil, Tbk 2,32% 1,05% 8,58% 18,62% 7,64% PT. Sierad Produce, Tbk 1,64% 1,97% 2,27% 2,97% 2,21% Rata - rata Industri 2,81% 2,77% 8,09% 11,78% 6,36%

Sumber : Lampiran 2 (diolah Penulis)

Gambar 2

Grafik Hasil Perhitungan Return on Investment

Tahun 2007 – 2010

Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa Return on Investment PT. Japfa Comfeed, Tbk, tidak mengalami penurunan dari tahun 2007 hingga 2010, sehingga prosentase terbesar terjadi pada tahun 2010 sebesar 13,74%. Pada PT. Malindo Feedmil, Tbk, mengalami kenaikan dan penurunan selama tahun 2007 – 2010. Pada tahun 2008 prosentase yang dihasilkan sebesar 1,05%, ini merupakan prosentase terendah. Kemudian pada tahun 2009 – 2010 mengalami peningkatan sehingga perusahaan dapat menghasilkan laba berdasarkan penggunaan asset perusahaan.

4,47% 5,28% 13,42% 13,74% 2,32% 1,05% 8,58% 18,62% 1,64% 1,97% 2,27% 2,97% 0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 1 2 3 4

PT. Japfa Comfeed, Tbk PT. Malindo Feedmil, Tbk PT. Sierad Produce, Tbk

(12)

Pada PT. Sierad Produce, Tbk, terjadi peningkatan dari tahun – ketahun, sehingga secara otomatis prosentase tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 2,97%.

Untuk rata – rata industri perusahaan Animal Feed pada Return on Investment

terjadi sebesar 6,36%, dimana perusahaan yang tidak memenuhi diatas rata – rata industri adalah PT. Sierad Produce, Tbk.

Return On Equity ( ROE )

Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu.

Return on equity

Sendiri

M odal

Pajak

Setelah

Laba

Berikut ini adalah tabel dan gambar hasil dari perhitungan Return on Equity :

Tabel 3

Hasil Perhitungan Return on Equity

Tahun 2007 – 2010 Perusahaan Tahun Rata-rata 2007 2008 2009 2010 PT, Japfa Comfeed, Tbk 22,82% 23,31% 38,75% 31,20% 29,02% PT, Malindo Feedmil, Tbk 7,99% 19,58% 62,89% 69,74% 40,05% PT, Sierad Produce, Tbk 2,11% 2,64% 3,16% 4,96% 3,22% Rata - rata industri 10,97% 15,18% 34,93% 35,30% 24,10%

Sumber : Lampiran 3 (diolah Penulis)

Gambar 3

Grafik Hasil Perhitungan Return on Equity

Tahun 2007 – 2010

Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa Return on Equity pada PT. Japfa Comfeed, Tbk, terjadi peningkatan dan penurunan selama tahun 2007 – 2010. Pada tahun 2007 – 2009 terjadi peningkatan, hal ini menandakan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan dan

22,82% 23,31% 38,75% 31,20% 7,99% 19,58% 62,89% 69,74% 2,11% 2,64% 3,16% 4,96% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 1 2 3 4

PT, Japfa Comfeed, Tbk PT, Malindo Feedmil, Tbk

PT, Sierad Produce, Tbk

(13)

kemudian pada tahun 2010 terjadi penurunan sebesar 31,2% yang menunjukan sebaliknya.

Untuk PT. Malindo Feedmil, Tbk dan PT. Sierad Produce, Tbk, sama-sama terjadi peningkatan selama tahun 2007 – 2010. Pada PT. Malindo Feedmil, Tbk, prosentase tertinggi sebesar 69,74% lain halnya dengan PT. Sierad Produce, Tbk, yang memilki prosentase tertinggi hanya sebesar 4,96%.

Untuk rata – rata indutri perusahaan Animal Feed pada Return on Equity terjadi sebesar 24,10%, dimana perusahaan yang memenuhi rata-rata industri adalah PT. Japfa Comfeed, Tbk, sebesar 29,02%.

Perhitungan Economic Value Added 1. Perhitungan EVA

a. Menghitung biaya modal hutang jangka panjang

Biaya modal hutang jangka panjang merupakan tingkat pengembalian yang diminta atas investasi oleh para pemberi pinjaman ke perusahaan. Berikut perhitungannya :

Periode PT. Japfa Comfeed, Tbk. kd (1-t) ki 2007 0,0505 0,7535 0,038 2008 0,0965 0,8142 0,0786 2009 0,1212 0,7191 0,0871 2010 0,117 0,7595 0,0889 PT. Malindo Feedmil, Tbk. kd (1-t) ki 2007 0,1952 0,6428 0,1254 2008 0,1207 0,5109 0,0616 2009 0,1385 0,6715 0,093 2010 0,1232 0,7999 0,0986 Periode PT. Sierad Produce, Tbk. kd ( 1-t ) ki 2007 0,2584 0,4527 0,117 2008 1,1445 0,6186 0,708 2009 0,8931 0,6079 0,5429 2010 0,1919 0,6568 0,126

b. Menghitung Biaya Modal Saham ( Ke )

Perhitungan biaya modal saham dalam metode ini, penulis menggunakan Capital Asset Pricing Model ( CAPM ). Rumus untuk perhitungan biaya modal saham dengan model CAPM adalah sebagai berikut :

Ke = Rf + ( Rm - Rf ) β Dimana :

(14)

Rf = Tingkat return bebas resiko

β = Beta, pengukur resiko sistematis saham Rm = Tingkat keuntungan pasar

c .Tingkat Suku Bunga Bebas Resiko ( R

f

)

Tahun

2007

2008

2009

2010

Presentase SBI

8,60%

8,67%

7,14%

6,50%

d. Tingkat Pengembalian Pasar ( Rm )

Return pasar merupakan return dari portofolio pasar dengan menggunakan indeks harga saham gabungan. Perhitungan return pasar menggunakan rata – rata Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar modal. Rumus dari perhitungan return pasar tersebut adalah sebagai berikut :

e. 1 -t 1 -t t

IHSG

IHSG

-IHSG

Rm

Dimana :

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan periode t

IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan sebelum periode t Tahun 2007 2008 2009 2010

Jumlah 0,5741 -0,6122 0,6715 0,4275

Rata – rata 0,0478 -0,1531 0,056 0,0356

e. Tingkat Pengembalian Saham Individu ( Ri )

Return dari saham individu diperoleh dari data perkembangan harga saham dan jumlah deviden yang dibagikan. Perhitungan return individu dapat diperoleh dengan rumus : 1 -t 1 -t t t i

P

P

-P

D

R

Dimana :

Ri = Pengembalian keuntungan saham pada periode ke t Dt = Deviden saham pada periode t

Pt = Harga saham pada periode ke t Pt-1 = Harga saham pada periode t-1

Tabel 4

Hasil Perhitungan Return Individu ( Ri ) Tahun 2007 – 2010

Sumber : diolah penulis

Perusahaan Thn „07 Thn „08 Thn „09 Thn „10 PT. Japfa Comfeed, Tbk. 1,0639 0,4633 1,4505 1,6785 PT. MalindoFeedmil, Tbk. 0,5337 0,2752 0,1836 3,5577 PT. Sierad Produce, Tbk. 0,4713 0,1214 0,0415 0,5864

(15)

f. Perhitungan Beta ( Ukuran Resiko Saham Perusahaan )

Perhitungan beta ditujukan untuk mengetahui kepekaan tingkat keuntungan saham terhadap perubahan – perubahan pasar. Dengan demikian koefisien beta ( β )

yang mengukur pengaruh perubahan pasar terhadap sebuah saham dapat dicari dengan meregresikan tingkat keuntungan saham dengan tingkat keuntungan pasar portofolio yang efisien. Rumus perhitungan beta melalui pendekatan regresi adalah :

β= n RmRi− Rm . Ri

n Rm2−( Rm )2 Dimana :

Rm = Tingkat keuntungan portofolio pasar Ri = Tingkat keuntungan saham

Berikut perhitungan beta dari ketiga perusahaan yang diteliti, yaitu :

Tabel 5

PT. Japfa Comfeed, Tbk Perhitungan Koefisien Beta (β)

Tahun 2007 – 2010 Tahun ∑Rm . Ri ∑Rm ∑Ri ∑Rm 2 (∑R m 2 ) n β 2007 0,0309 0,5741 0,4713 0,0492 0,3296 12 0,7404 2008 0,0137 -0,6122 -0,1214 0,1569 0,3748 12 1,3651 2009 0,0064 0,6715 0,0415 0,1002 0,4509 12 0,1465 2010 0,029 0,5741 0,5864 0,0968 0,1828 12 1,6822

Sumber : diolah penulis

Tabel 6

PT. Malindo Feedmil, Tbk Perhitungan Koefisien Beta (β)

Tahun 2007 – 2010 Tahun ∑Rm . Ri ∑Rm ∑Ri ∑Rm2 (∑Rm2) n β 2007 0,0249 0,5741 0,5337 0,0492 0,3296 12 0,0284 -2008 -0,007 -0,6122 0,2752 0,1569 0,3748 12 0,0558 2009 -0,0036 0,6715 0,1836 0,1002 0,4509 12 -0,2213 2010 0,3167 0,4275 0,3167 0,0968 0,1828 12 -2,3296

Sumber : diolah penulis

Tabel 7

PT. Sierad Produce, Tbk Perhitungan Koefisien Beta (β)

Tahun 2007 – 2010

Sumber : diolah penulis

Tahun ∑Rm . Ri ∑Rm ∑Ri ∑Rm2 (∑Rm2) n β 2007 0,0309 0,5741 0,4713 0,0492 0,3296 12 0,383

2008 0,0137 -0,6122 0,1214 0,1569 0,3748 12 0,06

2009 0,0064 0,6715 0,0415 0,1002 0,4509 12 0,0644

(16)

Setelah semua variabel yang digunakan untuk menghitung biaya modal saham telah ditentukan, maka langkah selanjutnya dapat menghitung besarnya biaya modal saham dari tiap – tiap perusahaan yang diteliti. Hasil perhitungannya dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 8

Hasil Perhitungan Biaya Modal Saham ( Ke ) Tahun 2007 – 2010

Perusahaan Thn ‘07 Thn ‘08 Thn ‘09 Thn ‘10

PT. Japfa Comfeed, Tbk 0,0578 -0,2406 0,0692 0,0156 PT. Malindo Feedmil, Tbk. 0,0822 0,083 0,0433 0,2994 PT. Sierad Produce, Tbk. 0,0714 0,0732 0,0705 0,0505

Sumber : diolah penulis

g. Menghitung Struktur Modal

Struktur modal diperoleh melalui pembagian rata – rata baik modal hutang maupun modal sendiri dengan total jumlah modal, berikut merupakan struktur modal dari PT. Japfa Comfeed, Tbk pada tahun 2007 :

Modal Hutang : Rp. 2.068.936.000 Modal Saham : Rp. 792.583.000 Total Modal : Rp. 2.861.519.000 Menghitung WACC

Dalam menghitung WACC diperoleh dengan mengalikan biaya hutang dengan biaya modal saham dengan masing – masing komposisi struktur modal. Hasil perhitungan WACC dari ketiga perusahaan adalah :

Tabel 9

Hasil Perhitungan Biaya Modal Rata – rata Tertimbang ( WACC ) Tahun 2007 – 2010

Tahun Perusahaan WACC (%) WACC (Rp) 2007 PT. Japfa Comfeed, Tbk. 0,0435 124.430.865 PT. Malindo Feedmil, Tbk. 0,0949 25.569.376 PT. Sierad Produce, Tbk. 0,0722 73.943.413 2008 PT. Japfa Comfeed, Tbk. -0,0405 -142.113.053 PT. Malindo Feedmil, Tbk. 0,0641 25.634.814 PT. Sierad Produce, Tbk. 0,0856 90.294.336 2009 PT. Japfa Comfeed, Tbk. 0,0777 311.019.346 PT. Malindo Feedmil, Tbk. 0,0803 37.886.550 PT. Sierad Produce, Tbk. 0,0849 103.257.810 2010 PT. Japfa Comfeed, Tbk. 0,0427 208.528.275 PT. Malindo Feedmil, Tbk. 0,1833 112.153.840 PT. Sierad Produce, Tbk. 0,0634 94.284.313

Sumber : diolah penulis

Menghitung EVA

Perhitungan EVA diperoleh dari laba bersih setelah pajak dikurangi biaya modal, biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan dikalikan rata – rata tertimbang dari biaya modal ( WACC ). EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai dari modal yang investor dan pemegang saham telah tanamkan dalam perusahaan tersebut.

(17)

Tabel 10

Perhitungan Eva Tahun 2007 – 2010

Perusahaan 2007 2008 2009 2010

PT. Japfa Rp. 222.025.713 Rp.740.755.054 Rp. 643.067.375 Rp. 968.174.606 PT. Malindo Rp. 3.035.332 Rp. 37.846.895 Rp. 35.535.280 Rp. 93.102.088 PT. Sierad Rp. 8.949.507 Rp. 30.557.287 ( Rp. 74.748.166) (Rp. 3.115.334)

Sumber : diolah penulis

Analisis Economic Value Added ( EVA ) 1. PT. Japfa Comfeed, Tbk.

Berdasarkan perhitungan EVA terhadap PT. Japfa Comfeed, Tbk selama tahun 2007 – 2010 pada tabel 15 diatas bahwa secara keseluruhan telah berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis dengan hasil yang terus positif. Perolehan EVA perusahaan cenderung mengalami kenaikan dan penurunan, dan hal ini dikarenakan perubahan biaya modal rata – rata tertimbang yang terjadi setiap tahunnya.

Nilai EVA pada pada tahun 2007 sebesar Rp. 222.025.713, ini merupakan perolehan terendah dikarenakan besarnya biaya modal rata – rata tertimbang yang mencapai Rp. 124.430.865 atau setara dengan 4,35% dan pada periode tersebut bersamaan dengan rendahnya perolehan laba setelah pajak yang hanya sebesar Rp. 346.456.578.

Perolehan EVA tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar Rp. 968.174.606 hal ini disebabkan biaya modal rata – rata tertimbang sebesar Rp. 208.528.275 atau 4,27% dan diimbangi dengan besarnya perolehan laba setelah pajak sebesar Rp.1.176.702.881. Dengan demikian perusahaan berhasil memberikan nilai tambah ekonomis untuk para penyedia dana ataupun pemegang saham, meskipun terjadi fluktuasi dari tahun ke tahun.

2. PT. Malindo Feedmil, Tbk.

Berdasarkan tabel diatas PT. Malindo Feedmil, Tbk menunjukan kinerja keuangan yang baik, hal ini dikarenakan perolehan EVA yang selalu positif dan hasil EVA yang cenderung mengalami peningkatan meskipun hanya terjadi penurunan sekali pada tahun 2009 tetapi kemudian mengalami peningkatan yang tajam pada tahun berikutnya.

Pada tahun 2010 terjadi perolehan nilai tambah ekonomis sebesar Rp. 93.102.088 ini merupakan perolehan EVA tertinggi yang terjadi karena besarnya laba setelah pajak sebesar Rp.205.255.928 diimbangi dengan prosentase biaya modal rata – rata tertimbang sebesar 18,33% atau sama dengan Rp. 112.153.840 sehingga pada tahun 2010 perusahaan dapat menciptakan nilai tambah ekonomis, karena semakin tinggi nilai EVA maka harapan para penyedia dana terutama para pemegang saham akan semakin terpenuhi dengan perolehan pengembalian dana yang diinvestasikan.

Perolehan EVA terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar Rp.3.035.332, hal ini dikarenakan rendahnya laba yang dihasilkan sebesar Rp.28.604.708 dan diimbangi dengan biaya modal rata – rata tertimbang sebesar Rp. 25.569.376 atau sama dengan 9,49%.

3. PT. Sierad Produce, Tbk.

Berdasarkan tabel diatas PT. Sierad Produce, Tbk, menunjukan kinerja keuangan yang kurang baik dibandingkan kedua industri tersebut, yang ditunjukan dengan perolehan EVA yang dari tahun ke tahun mengalami penurunan dan hingga mengalami perolehan EVA yang negatif.

(18)

Pada tahun 2007 dan 2008 untuk periode tersebut perusahaan masih dapat menciptakan nilai tambah ekonomis bagi para penyandang dana dengan memberikan hasil EVA sebesar Rp. 8.949.507 dan Rp. 30.557.287. Perolehan EVA tertinggi terjadi pada tahun 2008 hal ini dikarenakan besarnya laba setelah pajak sebesar Rp.120.851.623 meskipun biaya modal menunjukan Rp. 90.294.336, tetapi secara umum perusahaan masih mampu untuk memenuhi harapan para penyedia dana.

Pada tahun 2009 dan 2010 terjadi perolehan EVA yang negatif. Pada tahun 2009 sebesar (74.748.166) hal ini dikarenakan besarnya biaya modal sebesar Rp.103.257.810 dan rendahnya laba setelah pajak sebesar Rp.28.509.644, sama halnya pada tahun 2010 perolehan EVA sebesar (Rp.3.115.314) hal ini disebabkan besarnya biaya modal yang bersamaan dengan rendahnya laba setelah pajak. Sehingga pada tahun 2009 dan 2010 perusahaan tidak mampu untuk memenuhi harapan para penyedia dana dengan memberikan pengembalian atas dana yang diinvestasikan terutama pemegang saham, karena dalam hal ini perusahaan tidak mampu menutupi biaya biaya modal yang digunakan oleh perusahaan.

4.2.6 Perbandingan antara analisis Rasio Profitabilitas dan Economic Value Added ( EVA )

Adapun perbandingan analisis antara rasio profitabilitas dengan EVA ditujukan untuk mengetahui sama atau tidaknya kinerja masing – masing perusahaan yang diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas dan EVA. Alat ukur kedua metode tersebut sama – sama menjadikan laba sebagai tolak ukur untuk menilai kinerja perusahaan.

Rasio profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri, sedangkan Economic Value Added ( EVA ) merupakan selisih dari laba operasi bersih setelah pajak dikurangi dengan biaya modal. Untuk mengetahui hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 11

Perbandingan Antara Analisis Profitabilitas dengan EVA

PT. Japfa Comfeed, Tbk, PT. Malindo Feedmil, Tbk, dan PT. Sierad Produce, Tbk Tahun 2007 – 2010

Sumber : diolah penulis

Berdasarkan tabel 16 diatas dapat dilihat bahwa perbandingan perolehan rasio profitabilitas dan EVA mengalami kenaikan dan penurunan didalam menilai kinerja keuangan di tiap tahunnya. Pada PT. Japfa Comfeed, Tbk, ditinjau dari hasil perolehan EVA menunjukan kinerja keuangan yang cukup baik, dilihat dari perolehan EVA yang positif di

Perusahaan Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010

PT. Japfa NPM 2,29% 2,41% 5,68% 6,87% ROI 4,47% 5,28% 13,42% 13,74% ROE 22,82% 23,31% 38,75% 31,20% EVA Rp. 222.025.713 Rp.740.755.054 Rp. 643.067.375 Rp. 968.174.606 PT. Malindo NPM 1,28% 0,52% 4,07% 8,84% ROI 2,32% 1,05% 8,58% 18,62% ROE 7,99% 19,58% 62,89% 69,74% EVA Rp. 3.035.332 Rp.37.846.895 Rp.35.535.280 Rp.93.102.088 PT. Sierad NPM 1,30% 1,17% 1,15% 1,68% ROI 1,64% 1,97% 2,27% 2,97% ROE 2,11% 2,64% 3,16% 4,96% EVA Rp.8.949.507 Rp.30.557.287 (Rp.74.748.166) (Rp.3.115.334)

(19)

tiap tahunnya, meskipun pada periode tertentu mengalami penurunan. Pada tahun 2007 perolehan EVA sebesar Rp. 222.025.713, dan mengalami kenaikan untuk tahun 2008 sebesar Rp.740.755.054, berbeda halnya pada tahun 2009 yang mengalami penurunan menjadi Rp. 643.067.375 dan kemudian naik kembali pada tahun 2010 mencapai Rp. 968.174.606, dengan demikian dapat dikatakan bahwa perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan diliihat dari hasil EVA yang terus menerus mendapatkan nilai positif.

Untuk perolehan rasio profitabilitas, khusunya pada Net Profit Margin dan Return On Investment perusahaan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 Net Profit Margin sebesar 2,29%, kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2008 sebesar 2,41%, dan tahun 2009 sebesar 5,68% hingga meningkat sebesar 6,87% pada tahun 2010. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan. Pada tahun 2007 Return On Investment sebesar 4,47% dan terus mengalami peningkatan di tiap tahun hingga pada tahun 2010 mencapai 13,74%, ini menandakan bahwa perusahaan dapat meningkatkan laba dalam hubungannya dengan total aktiva yang digunakan. Untuk tingkat rasio pada Return On Equity perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan. Perolehan tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 38,75% dan prosentase terendah pada tahun 2007 sebesar 22,82%, penurunan dan peningkatan ini dipengaruhi oleh besar kecilnya modal saham perusahaan.

Untuk PT.Malindo Feedmil, tbk perolehan EVA tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar Rp.93.102.088 dan perolehan terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar Rp. 3.035.332, EVA ditunjukan dengan hasil yang positif meskipun cenderung mengalami penurunan dan peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan telah mampu memenuhi kesejahteraan para penyedia dana dengan menutup semua biaya operasi dan biaya modal perusahaan.

Pada rasio profitabilitas, untuk Net Profit Margin pada tahun 2007 sebesar 1,28%, pada tahun selanjutnya mengalami penurunan menjadi 0,52%, kemudian naik menjadi 4,07% dan terus meningkat pada tahun 2010 menjadi 8,84%, perubahan tersebut dikarenakan penjualan yang tetap stabil tetapi tidak diimbangi dengan perolehan laba setelah pajak. Untuk Return On Investment cenderung mengalami trend yang berfluktuasi hal ini diperoleh dengan prosentase yang tidak stabil tetapi hal tersebut menunjukanbahwa perusahaan tetap menghasilkan profit dalam hubungannya dengan asset yang dimiliki. Untuk Return On Equity perusahaan dapat menghasilkan prosentase yang relatif besar dibandingkan kedua perusahaan yang lain, ini menunjukan bahwa perusahaan dapat menghasilkan laba dengan menggunakan modal sendiri secara optimal.

Pada PT. Sierad Produce, Tbk hasil perolehan EVA menunjukan kinerja yang kurang baik, hal ini dapat dilihat dengan hasil dari tahun ketahun yang semakin menurun hingga menghasilkan nilai negatif. Pada tahun 2007 perolehan EVA masih menunjukan hasil yang positif sebesar Rp.8.949.507, kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp.30.557.287, dan menurun hingga pada tahun 2010 mempeoleh hasil yang negatif sebesar ( Rp.3.115.334 ), hal tersebut menandakan bahwa perusahaan tidak mampu menutupi biaya modal yang digunakan, dikarenakan tingginya biaya modal yang kemudian tidak diikuti dengan perolehan laba setelah pajak.

Untuk tingkat rasio profitabilitas pada Net Profit Margin terjadi peningkatan dan penurunan. Prosentase tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 1,68% dan terendah pada tahun 2009 sebesar 1,15%, perubahan ini dipengaruhi oleh besarnya beban penjualan dan diimbangi dengan perolehan laba. Untuk Return On Investment, perusahaan selalu mengalami peningkatan setiap tahun, pada tahun 2007 sebesar 1,64% dan terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2010 mencapai 2,97%, peningkatan ini menandakan bahwa perusahaan mampu menunjukan efisiensi dan efektivitas dalam hal penggunaan asset untuk

(20)

memperoleh laba. Sama halnya dengan Return On Equity, perusahaan mampu menghasilkan laba untuk para pemegang saham. Hal ini dapat dilihat dengan perolehan prosentase dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, dan prosentase tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 4,96%.

SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan

Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Biaya modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen ataupun saham biasa untuk mendanai investasi atau operasi perusahaan; (2) EVA menyajikan suatu ukuran yang baik mengenai sampai sejauh mana perusahaan telah memberikan tambahan pada nilai pemegang saham; (3) Terdapat hubungan tidak langsung antara analisis rasio profitabilitas dan EVA, yaitu meningkatnya rasio profitabilitas akan mempengaruhi peningkatan perolehan EVA.

Keterbatasan

Secara konseptual penggunaan EVA memang lebih unggul dari pada pengukur tradisional akuntansi, namun secara praktis belum tentu dapat diterapkan dengan mudah. Penentuan biaya modal saham yang cukup rumit sehingga diperlukan analisis yang lebih mendalam tentang teknik-teknik didalam menafsir biaya modal saham.

DAFTAR PUSTAKA

Blocher, J. E . 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Terjemahan : Ali Akbar Yulianto. Edisi Sepuluh. Jakarta : Salemba Empat

Krismiaji dan Y. A. Aryanni. 2011. Akuntansi Manajemen. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. Edisi Ketiga. Jakarta : Salemba Empat. Munawir, S. 1998. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta : Liberti.

Nurjanti, T. dan Hamidah. 2011. Rasio Keuangan dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Yang Go Publik di Jakarta Islamic Index. Journal Business and Banking: Volume 1 : 1-9.

Gambar

Grafik Hasil Perhitungan Net Profit Margin  Tahun 2007 – 2010
Grafik Hasil Perhitungan Return on Investment  Tahun 2007 – 2010

Referensi

Dokumen terkait

ANEXO III Transcrição da saída de 25 de fevereiro de 2009 – Terno das Almas de Andaraí* PRIMEIRA ESTAÇÃO Cemitério do Buriti Bendito de entrada Deus vós salve casa santa Onde

Malhotra (2012) menyatakan bahwa cross-sectional design adalah sebuah teknik pengumpulan data dalam sebuah penelitian dimana pengumpulan data atau informasi tersebut

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dasar tentang jenis dan bioekologi lalat Sumba (Hippobosca sp.) pada sapi perah di kawasan usaha peternakan sapi

Intervensi yang direncanakan pada nyeri akut adalah observasi nyeri dengan PQRST, berikan posisi nyaman, ajarkan nyeri akut adalah observasi nyeri dengan PQRST, berikan

Semakin tinggi indeks sel plasma dalam tubuh penderita Multiple Mieloma yang diukur pada pemeriksaan khusus maka semakin buruk prognosisnya.. Sebaliknya jika

Setelah teralokasinya DAK Subbidang Jalan mulai dari Tingkat Pusat/Kementerian, kemudian tingkat pemerintah provinsi, dana untuk penanganan jalan baik

Kegiatan PPM ini akan melibatkan warga Dusun Gading, Kelurahan Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, ibu-ibu yang tergabung dalam PKK (PKK Arimbi), sebagai

Pertanggungjawaban keuangan daerah merupakan tahapan terakhir dari proses manajemen APBD yang tidak saja digariskan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang