• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - PUSPITA WARDHANI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - PUSPITA WARDHANI BAB II"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh peneliti terdahulu tentang menulis puisi banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut membahas tentang rendahnya kemampuan menulis puisi. Untuk mengatasi atau meningkatkan kemampuan menulis puisi, peneliti terlebih dahulu menerapkan metode, teknik pendekatan, dan media. Hal tersebut dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa. Beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang kemampuan menulis puisi akan dijabarkan .

1. Penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Menulis Puisi Melalui Metode Outdoor Study dengan Meggunakan Media Lingkungan Pada Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 1 Pagedongan Tahun Ajaran 2013-2014 oleh Dili Juang Nugroho.

(2)

yang tuntas belajar sebanyak 29, 17% dengan nilai rata-rata 64,25. Setelah dilakukan tindakan ternyata kemampuan menulis puisi siswa meningkat. Hal ini dibuktikan dengan siswa yang telah tuntas belajar sebesar 50%, dengan nilai rata-rata 75,08. Sedangkan pada siklus II siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 83,33% dengan nilai rata-rata yaitu 79,87. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpukan bahwa dengan penggunaan media lingkungan dapat meningkatkan kemampuan menulis pusi pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Pagedongan Kabupaten Banjarnegara.

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah terletak pada metode pembelajaran. Penelitian dilakukan oleh Dili Juang Nugroho menggunakan metode outdoor study, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui pendekatan kontekstual.Selain itu, subjek penelitian yang digunakan juga berbeda. Penelitian Dili Juang Nugroho menggunakan subjek siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pagedongan Banjarnegara. Sementara itu, penelitian ini menggunakan subjek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sumpiuh Banyumas.

2. Penelitian yang kedua dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Pendekatan Kontekstual dengan Menggunakan Teknik Karya Wisata Kelas VII A MTs Nurul Islam Clekata Pulosari Pemalang Tahun pelajaran 2009/2010 oleh Taidin.

(3)

kontekstual dengan teknik karyawisata dapat meningkatkan kemampuan siswa MTS Nurul Islam Clekata Pulosari Pemalang Tahun pelajaran 2009/2010 dalam menulis puisi. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah terletak pada penerapan metode pembelajaran.Penelitian yang dilakukan oleh Taidin menggunakan teknik karya wisata, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan tema yang pernah dialami.Selain itu, subjek penelitian yang digunakan juga berbeda. Penelitian terdahulu menggunakan subjek siswa kelas VII A MTs Nurul Islam Clekata Pulosari Pemalang. Sementara itu penelitian ini menggunakan subjek siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Sumpiuh Banyumas. B. Menulis

1. Pengertian Menulis

(4)

Tarigan (2008: 3) menjelaskan bahwa definisi menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dengan cara menuangkan ide atau gagasan-gagasan. Gagasan tersebut dituangkan ke dalam bentuk tulisan untuk dipergunakan sebagai komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Kegiatan menulis memerlukan keterampilan karena di dalam menulis seorang penulis harus menguasai kosakata, diksi, penyusunan kalimat, tanda baca.

2. Manfaat Menulis

(5)

daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, dan mampu menambah pengalaman menulis.

Menurut pendapat Akhadiah, dkk (2012: 1), banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan menulis.Keuntungan yang pertama adalah dengan menulis seseorang dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Penulis dapat mengetahui sampai dimana pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu, penulis harus berpikir untuk memperoleh pengetahuan dan pengalamannya. Kedua, melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta membandingkan fakta-fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya. Keuntungan ketiga, penulis lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi yang berhubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara teoretis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.

(6)

Keuntungan kedelapan, kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib.

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis sangat bermanfaat dalam kehidupan. Menulis dapat meningkatkan penalaran untuk mengembangkan berbagai gagasan yang dapat memperluas wawasan dan pengetahuan. Selain itu menulis juga bermanfaat untuk menumbuhkan keberanian dalam mengumpulkan informasi. Menulis juga dapat mengubah bentuk pikiran atau angan-angan atau perasaan dan sebagaimya menjadi wujud lambang atau tulisan yang bermakna. Menulis bermanfaat untuk mendorong kemauan dan kemampuan dalam meningkatkan kreativitas berbahasanya secara tertulis.

C. Pengertian Pengalaman

(7)

lalu atau mengingat peristiwa yang pernah dialami. Semua pengalaman pribadi tersebut dapat merupakan sumber kebenaran pengetahuan.

D. Puisi

1. Pengertian Puisi

Menurut Aminuddin (2013: 134) puisi berasal dari bahasa Yunani poeima

“membuat” atau proses pembuatan, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau

poetry. Puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia, tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah. Pesan tersebut dapat menggambarkan suatu keadaan di dalam kehidupan penyair, misalnya pesan moral. Gambaran suasana penyair dapat mengungkapkan suasana, bahagia, duka, dan sebaganya. Semuanya tersusun dalam bentuk puisi yang didalmnya sudah dirangkai menggunakan kata-kata yang indah dan bernilai estetik.

(8)

bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi didalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosioal, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya, yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengar-pendengarnya”.

Tentu saja, batasan ini merupakan batasan tentatif yang bertolak pada puisi-puisi konvensional karenanya batasan itu pun belum tentu mampu mencakupi semua jenis puisi yang ada. Terlebih lagi jika disadari bahwa dalam perkembangannya, khazanah puisi modern selalu menunjukkan adanya inovasi dan eksperimentasi yang dilakukan oleh para penyair pembaharu yang melahirkan puisi-puisi konvensional. Artinya dalam puisi ini penting untuk dilihat puisi-puisi tentang “puisi dan penyair”, yakni puisi-puisi yang didalamnya diungkapkan

masalah yang berkenaan dengan puisi dan penyair. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis puisi merupakan kegiatan untuk melahirkan dan mengungkapkan perasaan, ide, gagasan dalam bentuk tulisan dengan mempertimbangkan diksi (pilihan kata), sesuai dengan kondisi diri penulis dan lingkungan sosial yang ada disekitarnya.

2. Unsur-Unsur Puisi a. Unsur Fisik

(9)

1) Diksi (Pemilihan Kata)

Kosasih (2014: 97) kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang sangat cermat. Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan, baik itu makna, susunan bunyinya, maupun hubungan kata itu dengan kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Kata-kata memiliki kedudukan yang sangat penting dalam puisi. Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif dan ada kata-kata yang berlambang. Makna dari kata-kata itu mungkin lebih dari satu. Kata-kata yang dipilih hendaknya bersifat puitis, yang mempunyai efek keindahan. Bunyinya harus indah dan memiliki keharmonisan dengan kata-kata lainnya. Menurut Sayuti (2008: 170) peranan diksi dalam puisi sangat penting karena kata-kata adalah segala-galanya dalam puisi. Kata-kata tidak sekedar berperan sebagai sarana yang menghubungkan pembaca dengan gagasan penyair, seperti peran kata dalam bahasa sehari-hari dan prosa umumnya. Dalam puisi imajis, kata-kata sekaligus sebagai pendukung dan penghubung pembaca dengan dunia intruisi penyair.

2) Pengimajinasian

(10)

seolah-olah pendengar dapat melihat benda-benda yang diungkap penyair (imajinasi visual). Imajinasi taktil pendengar seolah-olah dapat meraba dan menyentuh benda-benda yang diungkapkan penyair. Menurut Sayuti (2008: 170) istilah citraan dalam puisi dapat dan sering dipahami dalam dua cara. Yang pertama dipahami secara reseptif, dari sisi pembaca. Dalam hal ini citraan merupakan pengalaman indera yang terbentuk dalam rongga imajinasi pembaca, yang ditimbulkan oleh sebuah kata atau oleh rangkaian kata. Yang kedua dipahami secara ekspresif, dari sisi penyair, yakni ketika citraan merupakan bentuk bahasa (kata atau rangkaian kata) yang dipergunakan oleh penyair untuk membangun komunikasi estetik atau untuk menyampaikan pengalaman inderanya.

3) Kata Konkret

(11)

segala sesuatu yang dialami oleh penyair. Dari pendapat di atas, kata konkret merupakan kata yang ditulis penyair untuk memperjelas atau mempertajam keadaan, peristiwa yang dilukiskan penyair. Kata konkret dapat memperinci sesuatu yang dilukiskan sehingga tercipta kejelasan dan membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengar sesuatu yang digambarkan penyair. Kata konkret tidak dimasukkan ke dalam tabel penskoran karena untuk siswa tingkat SMP yang termasuk masih awal dalam belajar sastra, menulis puisi dengan kata konkret masih terlalu sulit.

4) Bahasa Figuratif (Majas)

Menurut Kosasih (2014: 104) majas ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan dengan benda atau kata lain. Majas mengiaskan atau mempersamakan sesuatu dengan hal yang lain. Maksudnya, agar gambaran benda yang dibandingkan itu lebih jelas. Misalnya untuk menggambarkan keadaan ombak, penyair menggunakan majas personifikasi. Contoh risik risau ombak memecah dalam cuplikan tersebut, ombak digambarkan seolah-olah manusia yang berisik dan memiliki rasa risau. Selain itu, menurut Sayuti (2008: 195) majas atau bahasa kias mencakup semua jenis ungkapan yang bermakna lain dengan makna harfiahnya yang bisa berupa kata, frase ataupun satuan sintaksis yang lebih luas. Bahasa kias berfungsi untuk membangkitkan tanggapan pembaca.

(12)

Menurut Kosasih (2014: 104) rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan adanya rima, suatu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkannya pun lebih kuat. Di samping rima, dikenal pula istilah ritma, yang diartikan sebagai pengulangan kata, frase, atau kalimat dalam bait-bait puisi. Menurut Sayuti (2008: 104) rima atau persajakan dapat diartikan sebagai kesamaan dan atau kemiripan bunyi tertentu di dalam dua kata atau lebih, baik yang berposisi diakhir kata, maupun yang berupa pengulangan bunyi yang sama yang disusun pada jarak atau rentangan tertentu secara teratur.

6) Tata Wajah (Tipografi)

(13)

termasuk masih awal dalam belajar sastra, menulis puisi dengan tipografi diperlukan keterampilan dan latihan terus-menerus.

b. Unsur Batin 1) Tema

Menurut Kosasih(2014: 105) tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan penyair dalam puisinya. Tema berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam puisinya. Tema itulah yang menjadi kerangka pengembangan sebuah puisi. Jika awalnya tentang ketuhanan, maka keseluruhan struktur puisi itu tidak lepas dari ungkapan-ungkapan atas eksistensi Tuhan. Demikian halnya jika yang dominan adalah dorongan cinta dan kasih sayang, maka yang ungkapan-ungkapan asmaralah yang akan lahir dalam puisinya itu.

2) Perasaan

(14)

perasaan tidak bisa dijadikan tolak ukur penilaian. Misalnya puisi dikatakan baik jika ada perasaan bahagia, tetapi jika puisi tersebut tidak ada unsur perasaan yang bahagia atau sedih berarti puisi itu jelek, sedangkan puisi merupakan ungkapan penyair yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan.

3) Nada dan Suasana

Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca. Apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca ini disebut nada puisi. Adapun suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu. Suasana adalah akibat yang ditimbulkan puisi itu terhadap jiwa pembaca. Nada dan suasana puisi saling berhubungan. Nada puisi menimbulkan suasana tertentu terhadap pembacanya. Nada duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana iba hati pembaca. Nada kritik yang diberikan penyair dapat menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi pembaca. Nada religius dapat menimbulkan suasana khusyuk (Kosasih, 2014: 109). Nada dan suasana juga tidak dimasukkan sebagai pedoman penskoran karena nada dan suasana tidak bisa dijadikan pedoman apakah puisi itu baik atau buruk. Karena setiap nada dan suasana penyair dapat dijadikan sebagai puisi.

(15)

Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan atau amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan (Kosasih, 2014: 109). Dengan demikian, amanat adalah makna yang tersirat yang disampaikan penyair melalui hasil puisinya. Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca melalui puisinya. Tabel penskoran tidak memasukkan amanat ke dalam penilaian yang digunakan karena setiap amanat dari penulis itu berbeda-beda

Dengan melihat struktur puisi, peneliti menyimpulkan bahwa puisi yang baik merupakan puisi yang mengandung struktur fisik dan batin. Hal ini seperti diungkapkan oleh Nurgiyantoro (2013: 487), aspek yang dinilai dari tugas menulis puisi di antaranya: (1) kesesuaian tema (2) ketepatan atau kesesuaian pilihan kata (3) pendayaaan majas, dan (4) pendayaaan pencitraan. Struktur fisik dapat diketahui pembaca melalui aspek kebahasaan yang digunakan oleh penyair. Struktur fisik dalam puisi merupakan hal yang penting. Hal ini dikarenakan struktur fisik puisi menjadikan puisi bernilai estetik. Puisi akan lebih baik, lebih indah, dan kaya akan imajinasi. struktur batin merupakan struktur dalam yang dapat diketahui secara implisit bilamana seorang pembaca dalam membaca isi puisi secara menyeluruh bisa memahami puisi tersebut melalui wujud bahasa.

(16)

Menurut Kosasih (2014: 109) puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Puisi ini terbagi ke dalam beberapa macam, yakni balada dan romansa. Balada adalah puisi yang berisi cerita tentang orang-orang perkasa ataupun tokoh pujaan. Contohnya Balada Orang-Orang Tercinta karya W.S. Rendra. Romansa adalah jenis puisi cerita yang menggunakan bahasa romantik yang berisi kisah percintaan yang diselingi perkelahian dan petualangan.

b. Puisi Lirik

Jenis puisi ini terbagi ke dalam beberapa macam, misalnya elegi, ode, dan serenada. Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Serenada adalah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan. Kata serenada berarti nyanyian yang dapat dinyanyian yang tepat dinyanyikan pada waktu senja.Warna-warna di belakang serenada itu melambangkan sifat nyanyian cinta, ada yang bahagia, sedih, kecewa, dan sebagainya. Ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal, atau sesuatu keadaaan. Yang banyak ditulis ialah pemujaan terhadap tokoh-tokoh yang dikagumi (Kosasih, 2014: 110).

c. Puisi Deskriptif

(17)

dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya. Puisi kritik sosial adalah puisi yang juga menyatakan ketidaksenangan penyair terhadap keadaan atau diri seseorang, namun dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidakberesan keadaan/orang tersebut. Kesan penyair juga dapat kita hayati dalam puisi-puisi impresionistik yang mengungkapkan kesan penyair terhadap suatu hal (Kosasih, 2014: 111).

4. Langkah-Langkah Menulis Puisi a. Pencarian Ide

Bahan pertama dalam menulis puisi adalah ide. Adapula yang menyebutnya inspirasi, yaitu sesuatu yang menyentuh rasa atau jiwa yang membuat seseorang ingin mengabadikan dan mengekspresikannya dalam puisi. Ide atau inspirasi berupa pengalaman. Pengalaman yaitu segala kejadian yang ditangkap panca indera kita, yang kemudian menimbulkan efek-efek rasa, sedih, senang, bahagia, marah, dan sebagainya, yang kemudian dituliskan dalam bentuk puisi. Karena inspirasi berkaitan dengan pengalaman maka pencarian inspirasi dilakukan dengan membuka selebar mungkin panca indera kita terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekeliling kita (Kurniawan dan Sutardi, 2012: 39).

b. Pengendapan atau Perenungan

(18)

kontemplasi. Proses perenungan ide ini berkaitan dengan mau dibuat apa ide ini? Bagaimana kata-katanya yang akan diekspresikan untuk mengungkapkan ide ini? Bagaimana polanya? Struktur penulisannya? Pertanyaan-pertanyaan ini kemudian direnungkan dan dicari jawabannya melalui diri sendiri. Inilah yang disebut proses pengendapan (Kurniawan dan Sutardi, 2012: 44).

c. Penulisan

Jika proses pengendapan atau perenungan ide sudah matang, maka tuliskanlah. Jangan menunggu waktu. Tulis apa yang sudah ingin ditulis dengan segera. Sesuaikanlah penulisannya sesuai dengan kebiasaan menulis.Prinsip menulisnya adalah ungkapkan segala hal yang ada dalam otak, tentang ide yang didapat . Jika sudah rehatlah sejenak. Tetapi, jika masih ada daya dan tenaga bisa hasil tulisan yang sudah jadi dibaca ulang dan dibetulkan bahasa atau isinya. Jika merasa cukup harus rehat sejenak. Bagaimanapun menulis itu membutuhkan tenaga ekstra sehingga perlu istirahat saat sudah selesai. Namun, hasil karya tidak sampai disini saja, selanjutnya nanti akan dilakukan editing dan revisi (Kurniawan dan Sutardi, 2012: 48).

d. Editing dan Revisi

(19)

editing dan revisi menjadi syarat mutlak untuk bisa menghasilkan karya puisi yang bagus. Jika proses ini selesai maka telah berhasil menciptakan puisi dengan segala lika-likunya Kurniawan dan Sutardi (2012: 49).

E. Pendekatan Kontekstual

1. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Menurut Komalasari (2010: 54) pendekatan kontekstual dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2009: 62) pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu pengajaran yang menghubungkan mata pelajaran dengan dunia nyata serta pembelajaran yang memotivasi peserta didik agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Hull’s dan Sounders (dalam

(20)

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliknya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja

Kunandar (2009: 293) kontekstual merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak “bekerja” dan

“mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya bukan sekedar “mengetahuinya”.

Pembelajaran tidak hanya sekedar kegiatan mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa tetapi bagaimana siswa mampu memaknai apa yang dipelajarinya itu. Oleh karena itu, strategi pembelajaran lebih utama daripada sekedar hasil. Dalam hal ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka menyadari bahwa apa yang dipelajari akan berguna bagi kehidupannya kelak. Dengan demikian, mereka akan belajar lebih semanagat dan penuh kesadaran. Berdasarkan pernyataan para ahli, pembelajaran kontekstual tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari. Kehidupan nyata siswa tersebut baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara. Mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari mempunyai tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.

(21)

Kelebihan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual adalah memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan yang didapatkan siswa dapat dijadikan acuan siswa untuk belajar. Dengan pengetahuannya siswa akan menjadi lebih kreatif dan mandiri dalam melaksanakan pembelajaran. Siswa tidak mudah bosan dengan pembelajaran yang biasanya hanya dengan metode ceramah. Dengan adanya keterkaitan hubungan pengetahuan siswa dan materi pembelajaran, siswa akan lebih mudah dalam menuangkan materi pembelajaran (Trianto, 2014: 144).

b. Siswa secara aktif terlibat dalam pembelajaran.

Kelebihan pendekatan kontekstual yang selanjutnya yaitu siswa secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual guru tidak serta merta terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan apabila ada hal yang dirasa kurang dipahami siswa. Siswa juga dapat menyanggah atau menambahkan pendapat teman apabila ada teman yang menyampaikan pendapatnya. Dengan keaktifan siswa diharapkan dapat menumbuhkan rasa percaya diri (Trianto, 2014: 144).

c. Menyenangkan dan tidak membosankan

(22)

disampaikan guru, sehingga berpengaruh buruk pada hasil pembelajaran. Dengan adanya pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual, pembelajaran akan lebih menyenangkan karena menggunakan cara yang tidak biasanya dilakukan guru. Banyak hal yang dapat dilakukan siswa dalam pembelajaran kontekstual, misalnya keaktifan siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan pembelajaran yang disampaikan guru (Trianto, 2014: 144).

3. Kekurangan Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual juga memiliki kekurangan. Menurut Komalasari (2010: 250)kekurangan pembelajaran kontekstual adalah faktor guru, siswa, sarana dan prasarana. Penjabaran kekurangan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut.

a. Faktor dari Guru

(23)

kepada rekan guru lainnya, dengan berbagai faktor, bisa dari guru itu sendiri, guru lain, pihak sekolah, dan lain sebagainya (Komalasari, 2010: 250)

b. Faktor dari Siswa

Sebagai subjek utama dalam pendidikan terutama dalam proses pembelajaran, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses pembelajaran, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan daya motorik, pengalaman dan kemauan. Tetapi banyaknya kondisi siswa ( latar belakang siswa, motivasi belajar, budaya baca) menjadi kendala dalam keberhasilan pembelajaran kontekstual. Antara satu siswa dengan yang lain memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi adapula yang rendah, dari minat baca siswa juga berbeda-beda, ada yang gemar membaca ada pula siswa yang sama sekali tidak suka membaca. Hal ini yang menyebabkan pembelajaran kontekstual kurang berjalan dengan maksimal (Komalasari, 2010: 250)

c. Sarana dan Prasarana Pembelajaran (Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran).

(24)

Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembaruan proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam menerapkan pembelajaran, diantaranya pembelajaran kontekstual, fasilitas perlu diperhatikan.Misalnya, ketersediaan media dan alat peraga pembealjaran, komputer, internet, dan sebagainya (Komalasari, 2010: 249).

4. Komponen Pendekatan Kontekstual

Menurut Trianto (2014: 144) ada tujuh komponen utama CTL.Ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme (contructivisme), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnnya (authentic assessment). Suatu kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam pembelajarannya. CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Setiap komponen mempunyai prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan ketika akan menerapkannya dalam pembelajaran.

a. Kontruktivisme (contructivisme)

(25)

berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

b. Inkuiri (Inquiry)

Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Apabila guru menerapkan komponen inkuiri dalam pembelajaran maka pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri. Langkah-langkah kegiatan inkuiri diantaranya merumuskan masalah, mengamati, atau melakukan observasi, menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, mengomunikasikan atau menyajikan hasilnya pada pihak lain.

c. Bertanya (Questioning)

(26)

menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Hampir pada semua aktivitas belajar dapat menerapkan questioning antara siswa dan siswa, antara guru dan siswa, antara siswa dan orang lain yang didatangkan ke kelas, dan sebagainya.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar yang diperoleh dari sharing antar teman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu.Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang ada di luar sana, semua adalah anggota masyarakat belajar. Dalam kelas CTL guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok belajar. Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman.

e. Pemodelan (Modeling)

(27)

diketahuinya. Model juga dapat didatangkan dari luar yang ahli di bidangnya, misalnya mendatangkan perawatuntuk memodelkan cara menggunakan termometer untuk mengukur suhu tubuh pasiennya.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai sturktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya sebelumnya dan pengetahuan yang baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.

g. Penilaian Autentik (Authentic Assesment)

(28)

kemacetan belajar.Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penialain bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa.Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir pembelajaran.

5. Penerapan Pembelajaran Menulis Puisi dengan Peristiwa yang Pernah dialami Melalui Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pendekatan ini mengansumsikan bahwa secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat. Pemaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam di mana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya. Siswa mampu secara independen menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah baru dan belum pernah dihadapi, serta memiliki tanggungjawab yang lebih terhadap belajarnya seiring dengan peningkatan pengalaman dan pengetahuan mereka.

(29)

mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks di mana materi itu digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau gaya/cara siswa belajar. Konteks memberikan arti, relevansi, dan manfaat penuh terhadap belajar. Materi pelajaran yang akan disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti di dalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru.

Menulis puisi dengan menggunakan pendekatan kontekstual diharapkan siswa mampu mengaitkan kehidupannya berdasarkan pengalaman yang pernah dialami yang dituangkan ke dalam bentuk puisi. Pengalaman tersebut bisa berupa hal-hal yang dilihat, dirasa, atau didengar, pengalam tersebut bisa diwujudkan dalam sebuah bentuk karya, yaitu puisi. Bentuk mengacu pada penampilan fisik puisi yang berupa baris-baris puisi yang membangun bait-bait puisi.Bentuk fisik ini harus memperhatikan unsur-unsurnya, yaitu diksi, pengimajian, majas dan rima. Isi puisi mengacu pada pernyataan batin/perasaan yang ingin disampaikan penyair melalui puisinya. Unsur-unsur tersebut meliputi, tema, nada, perasaan, dan amanat puisi. Pengalaman batin yang dirasakan siswa ketika melihat, merasa, atau mendengar sesuatu akan lebih memudahkan siswa dalam menuangkan isi perasaan ke dalam bentuk puisi. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual siswa diharapkan mampu menulis puisi dengan baik.

F. Kerangka Berpikir

(30)

hasil belajar siswa yang kurang maksimal bahkan di bawah rata-rata ketuntasan minimal. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa. Selama ini banyak siswa yang cenderung merasa bosan dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru, sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Pembelajaran pendekatan kontekstual merupakan pembelajaran yang mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa.

(31)

Bagan 1 Alur Kerangka Berpikir dalam PTK G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang peneliti ajukan adalah “bahwa dengan menggunakan

pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sumpiuh Tahun Pelajaran 2014-2015.

(32)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari kegiatan pemanena yaitu untuk memanen hasil hutan dari investasi tanaman (Acacia mangium) selama 5 tahun berupa kayu sesuai dengan standar yang berlaku dan nanti

Hasil observasi kedua yang dilakukan dalam menunjukkan bahwa keberhasilan RA Miftahul Huda Ngasem dalam proses bermain matematika awal melalui beberapa tahapan, meliputi

24 Dalam pendekatan cross sectional ini menghubungkan antara dua faktor atau variable yaitu variabel bebas ( Karakteristik responden, Pengetahuan, Sikap, Kelompok

Dalam menjatuhi putusan hakim melakukan tindakan peradilan yang diatur dalam KUHAP dan dihukum berdasarkan peraturan Perundang- undangan dalam Undang-undang No.23 tahun

Mei 2014 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada hari Senin, tanggal 12 Mei 2014, mengajukan permohonan pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 411/Kpts/KPU/Tahun

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh tinggi muka air dan kerapatan populasi terhadap pertumbuhan bibit pada saat persemaian terapung serta pengaruh

Perspektif ketiga dan perspektif yang akan digunakan oleh penulis dalam menganalisis proses ratifikasi perjanjian ekstradisi antara Indonesia dengan Singapura

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Penerapan Model Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Media Laci Kartu Soal Pada Siswa Kelas IV SD 6