• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Deskripsi Konseptual a. Kemampuan Komunikasi Matematis - Yuni Kurniawati BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Deskripsi Konseptual a. Kemampuan Komunikasi Matematis - Yuni Kurniawati BAB II"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

1. Deskripsi Konseptual

a. Kemampuan Komunikasi Matematis

Komunikasi secara umum diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk memberitahu pendapat atau gagasan baik secara langsung melalui lisan maupun tak langsung melalui suatu media. Sedangkan pengertian komunikasi matematis merupakan kecakapan siswa dalam mengungkapkan ide-ide matematika secara lisan, tertulis, gambar, diagram, menggunakan benda nyata, atau menggunakan simbol matematika. Selain itu, menurut Leonard M. Kennedy (2008) komunikasi adalah dasar untuk belajar matematika seperti membaca dan seni bahasa. Dalam setiap pelajaran, anak-anak berbagi pemikiran dan memperbaiki penalaran mereka melalui diskusi lisan, deskripsi tertulis, jurnal, tabel dan grafik.

(2)

Wichelt & Kearney (2009) menyatakan bahwa ada dua komunikasi yaitu secara lisan dan tulisan. Komunikasi lisan dapat berupa pengungkapan dan penjelasan verbal suatu gagasan matematika. Komunikasi lisan dapat terjadi melalui interaksi antar siswa misalnya dalam pembelajaran dengan setting diskusi kelompok. Sedangkan komunikasi tertulis dapat berupa penggunaan kata-kata, gambar, tabel, dan sebagainya yang menggambarkan proses berpikir siswa. Komunikasi tertulis juga dapat berupa uraian pemecahan masalah atau pembuktian matematika yang menggambarkan kemampuan siswa dalam mengorganisasikan berbagai konsep untuk menyelesaikan masalah (Mahmudi, 2009). Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, siswa dapat menyampaikan informasi dengan bahasa matematika. Komunikasi matematis adalah suatu proses penting untuk mempelajari matematika karena melalui komunikasi siswa dapat memperjelas, memperluas dan memahami ide-ide matematis (Ontario Ministry of Education, 2010).

Melihat pentingnya komunikasi matematis bagi siswa, NCTM (2000) menuliskan standar komunikasi program pengajaran dari Pra-TK sampai kelas 12 harus memungkinkan semua siswa untuk:

1. Mengatur dan menggabungkan pemikiran matematis mereka melalui komunikasi.

(3)

3. Menganalisa dan menilai pemikiran dan strategi matematis orang lain. 4. Menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide matematika

dengan tepat.

Indikator kemampuan komunikasi matematis merupakan suatu acuan kompetensi komunikasi matematis dapat tercapai atau tidak. Indikator-indikator untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis yang diungkapkan oleh NCTM (2000) terdiri dari:

1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tulisan dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual.

2. Kemampuan dalam memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan, tulisan maupun dalam bentuk visual lainnya.

3. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model situasi.

Lestari dan Yudhanegara (2015) menyatakan bahwa indikator kemampuan komunikasi matematis terdiri dari :

1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika.

2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar grafik dan aljabar.

(4)

4. Mendengar, diskusi, dan menulis tentang matematika

5. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis. 6. Menyusun pertanyaan matematika yang relevan dengan situasi

masalah.

7. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generaslisasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan ide-ide matematis yang dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan yang dapat berupa gambar, simbol, notasi, istilah, grafik, benda nyata, aljabar ataupun dengan bahasa sehari-hari dan disertai dengan penjelasan untuk memperjelas ide-ide matematis siswa. Adapun indikator kemampuan komunikasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Mendeskripsikan benda nyata atau gambar ke dalam ide matematika secara tertulis.

(5)

Contoh soal :

Perhatikan permukaan yang sesungguhnya dari gambar meja di bawah ini. Sifat-sifat apa saja yang dimiliki bangun datar tersebut?

Jawaban :

Bentuk dari permukaan meja di atas adalah bangun trapesium sama kaki. Sifat-sifat yang dimiliki terdiri dari :

a) Diagonal-diagonalnya sama panjang. b) Sudut-sudut alasnya sama besar.

c) Dapat menempati bingkai dengan dua cara.

Berdasarkan contoh soal tersebut siswa diharapkan mampu mengetahui jenis bangun datar apa yang membentuk permukaan meja, kemudian mendeskripsikan sifat-sifat yang dimiliki bangun datar itu ke dalam bentuk tulisan.

2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara tulisan dalam bentuk gambar dan aljabar.

(6)

diketahui, apa yang ditanyakan dan proses penyelesaian (menggambarkannya).

Contoh soal :

Sebuah kolam renang berbentuk persegi panjang dengan panjang 20 𝑚 dan lebar 12 𝑚. Di sekeliling kolam dibuat jalan dengan lebar 1 𝑚. Dari permasalahan tersebut, coba ilustrasikan ke dalam bentuk

gambar. Jawaban :

Siswa diharapkan mampu mengilustrasikan kolam renang yang diinginkan sesuai dengan apa yang diketahui dari soal yang disajikan. 3. Menyatakan hasil gagasan, ide ataupun pendapat dan solusi dalam

bentuk tulisan dengan bahasa dan simbol matematika secara benar dan tepat.

Siswa mampu menggunakan simbol matematika dan menuliskan satuan secara tepat. Siswa dikatakan mampu apabila siswa dapat memahami apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan menjelaskan langkah penyelesaian menggunakan bahasa dan simbol matematika secara benar dan tepat.

𝑝 = 20 𝑚

𝑙 = 12 𝑚

1 𝑚

(7)

Contoh soal :

Panjang diagonal-diagonal suatu belah ketupat adalah 10 𝑐𝑚 dan (𝑥 + 4)𝑐𝑚. Jika luas belah ketupat tersebut 35 𝑐𝑚2, maka berapa

panjang diagonal keduanya? Jawaban :

Dik : 𝑑1 = 10 𝑐𝑚 𝑑2 = (𝑥 + 4)𝑐𝑚 𝐿 = 35 𝑐𝑚2 Dit : 𝑑2 ? Jwb :

𝐿 = 12×𝑑1×𝑑2 35 = 12×10×(𝑥 + 4) 35 = 5×(𝑥 + 4) 35 = 5𝑥 + 20 35 − 20 = 5𝑥 15 = 5𝑥 15

5 = 𝑥 𝑥 = 5

Jadi, panjang diagonal kedua 5 𝑐𝑚

(8)

b. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Wena (2012) pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan siswa lain sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar yang lainnya. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.

Nurhadi dan Senduk (Wena, 2012) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar mencipatakan interaksi yang saling berbagi sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Menurut Lie (Wena, 2012) pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.

(9)

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif juga sangat tepat digunakan untuk melatih ketrampilan-ketrampilan kerja sama dan kolaborasi dan juga ketrampilan-ketrampilan tanya jawab (Trianto, 2009).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar secara berkelompok, mengembangkan solidaritas dan tanggung jawab yang tinggi untuk keberhasilan kelompok dalam belajar.

Menurut Ibrahim, dkk dalam (Trianto, 2009), menyatakan bahwa terdapat enam langkah utama dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Langkah Aktifitas Guru

Langkah-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Langkah-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Langkah-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Lagkah-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas mereka.

Langkah-5 Evaluasi

(10)

Langkah-6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

c. Pembelajaran Kooperatif tipe Formulate-Share-Listen-Create

(FSLC)

(11)

Beberapa ahli sependapat dengan langkah-langkah strategi FSLC yang diungkapkan oleh Johnson dan Smith (1991), antara lain:

1. Formulate

Kegiatan mencatat informasi yang berkaitan dengan tugas dan membuat rencana penyelesaian.

2. Share

Siswa berbagi pendapat dengan pasangannya.

3. Listen

Saling mendengar pendapat pasangan lainnya, dan mencatat perbedaan dan persamaan pendapat.

4. Create

Siswa berdiskusi untuk mencapai kesimpulan yang merupakan ide atau jawaban terbaik.

Strategi FSLC dapat berhasil jika dalam penerapannya guru dapat memotivasi dan memfasilitasi siswa untuk dapat aktif mengkomunikasikan pengetahuannya melalui langkah-langkah yang ada dalam strategi FSLC dan perlu diperhatikan ketika guru membagi siswa untuk berkelompok, siswa harus dikelompokkan secara heterogen agar

share dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

(12)

berkaitan dengan tugas (formulate), berbagi pendapat dengan rekannya

(share), mendengarkan dan mencatat perbedaan dan kesamaan pendapat

rekan yang lainnya (listen), dan menyusun kesimpulan dengan cara menggabungkan ide-ide terbaik mereka (create). Berikut uraian langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe FSLC:

Tabel 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe FSLC

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru memberi motivasi kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.

Fase 2 : Menyajikan informasi

1. Guru menampilkan beberapa gambar mengenai benda-benda yang berbentuk segiempat dan segitiga dalam kehidupan sehari-hari dengan LCD.

2. Guru meminta setiap siswa mengamati gambar yang disajikan untuk membangun rasa ingin tahu siswa dalam memahami kelompok dengan anggota kelompok masing-masing 4-6 siswa.

2. Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan membantu siswa dalam mengidentifikasi dan mengkoordinasi LKK yang diberikan. merumuskan atau menuliskan jawaban atas pertanyaan yang ada di LKK mereka sebelum berbagi pendapat dengan rekan di kelompoknya masing-masing (formulate). 2. Guru meminta siswa untuk berbagi pendapat

dengan rekan di kelompoknya (share). 3. Guru membimbing atau mengarahkan siswa

untuk mendengarkan dan mencatat perbedaan dan kesamaan pendapat rekan yang lainnya (listen).

(13)

jawaban terbaik (create). Fase 5 :

Evaluasi

1. Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas yang memungkinkan terjadi tanya jawab antar siswa.

2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk berpatisipasi aktif menanggapi hasil diskusi yang sedang dipresentasikan.

3. Guru mengarahkan siswa untuk menyusun kesimpulan hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan cara menggabungkan ide-ide terbaik atau jawaban yang terbaik dari semua siswa (create).

Fase 6 : Memberikan penghargaan

1. Guru memberi penghargaan kepada siswa atau kelompok yang telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Husna, dkk (2013) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi

Matematis Siswa SMP melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe

THINK-PAIR-SHARE (TPS)” bahwa secara signifikan kemampuan

komunikasi matematis siswa menggunakan model TPS lebih baik dibandingkan menggunakan pembelajaran konvensional, ditinjau dari keseluruhan siswa dan peringkat siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2011) diperoleh hasil bahwa: a. Pembelajaran dengan FSLC mempunyai perbedaan yang signifikasi

(14)

b. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang menggunkan FSLC termasuk kategori baik dengan persentase 83% dan tanggapan siswa yang menggunakan small group discussion termasuk kategori cukup baik dengan presentase 77,5%.

Hasil penelitian dari Prayitno, dkk (2012) menunjukkan bahwa strategi FSLC efektif diterapkan pada pembelajaran matematika. Anggraini (2013) menyatakan bahwa pembelajaran FSLC lebih baik daripada pencapaian dan peningkatan kemampuan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Aini, dkk (2015) dengan judul “Analisis Komunikasi Matematis dan Tanggung Jawab pada

Pembelajaran Formulate Share Listen Create Materi Segiempat” memperoleh hasil bahwa pembelajaran dengan FSLC efektif terhadap kemampuan komunikasi matematis dan karakter tanggung jawab.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa strategi FSLC dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif tipe FSLC terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

3. Kerangka Pikir

(15)

pembelajaran kooperatif tipe TPS. Kemudian dalam perkembangannya pada tahun 1991, Johnson, Johnson dan Smith mengembangkan TPS menjadi FSLC. Pada strategi Formulate Share Listen Create (FSLC) terdiri atas beberapa tahap, yaitu : Pada tahap Formulate, siswa secara pribadi mencermati, memikirkan, dan juga menuliskan informasi yang berkaitan dengan materi atau permasalahan yang disajikan oleh guru. Kegiatan ini akan mendorong tercapainya indikator kemampuan komunikasi matematis siswa khususnya kemampuan menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar. Selain itu, dengan menulis siswa akan terlatih untuk mereflasikan pekerjaan mereka dan mereflesikan ide mereka sehingga mendorong tercapainya indikator komunikasi matematis khususnya kemampuan menggunakan simbol dan operasi matematika dengan tepat, mengekspresikan ide secara tertulis.

Tahap berikutnya Share, pada tahap ini siswa berbagi ide atau informasi tentang apa yang telah ia dapatkan kepada siswa lain yang merupakan teman sekelompoknya. Hal ini mendorong tercapainya indikator kemampuan komunikasi matematis yaitu kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan dan menyusun argumen.

(16)

ketrampilan berkomunikasi, jika seorang mampu mendengarkan dengan baik maka ia akan mendapatkan informasi dengan jelas.

Tahap terakhir adalah Create, pada tahap ini siswa diminta untuk berdiskusi dan kemudian menyimpulkan apa yang menjadi hasil dari penyelesaian masalah yang disajikan oleh guru dan pengetahuan apa yang didapatkan dalam bentuk tulisan maupun lisan untuk disampaikan kepada semua teman di depan kelas sehingga mendorong tercapainya indikator komunikasi matematis khususnya kemampuan menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kerangka pikir bahwa melalui pembelajaran kooperatif dengan tipe Formulate Share Listen Create (FSLC) dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa sehingga menjadi lebih baik.

4. Hipotesis Penelitian

Gambar

gambar. Jawaban :
Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Fase 2 : Menyajikan 1. Guru menampilkan beberapa gambar mengenai benda-benda yang berbentuk

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi berjudul “Evaluasi Komposisi, Indikasi, Dosis, dan Interaksi Obat Resep Racikan untuk Pasien Pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007” ini ditulis

Penerapan pengolahan citra (image processing) bertujuan untuk memperoleh data yang memberikan perintah kepada robot melalui mikrokontroler.. Mikrokontroler akan

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah dikaruniai kemampuan dalam mengerjakan skripsi saya yang berjudul " Pemetaan Mikrozonasi

First, the objective is to know the characteristics of Helen characterized in the novel, second, the objective is to find out the characteristic of Helen as a feminist depicted in

Pada alat ini juga dilengkapi dengan pengaturan frekuensi mati sehingga jika terjadi hubung singkat atau beban lebih sebanyak frekuensi mati yang telah ditentukan maka listrik

The advantages of using active voice in writing texts are the sentences can be written shorter and the sentence can be forceful and personal.. Then, the advantages

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) pengaruh faktor harga terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia. 2) Pengaruh faktor ketahanan terhadap

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto Judul : Analisis Perbaikan Susut Energi Pada Jaringan.. Menengah Penyulang Kalibakal 03