• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Hilda Desva Veriontika BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Hilda Desva Veriontika BAB II"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Proses kehamilan merupakan matarantai yang berkesinambungan

dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan

plasenta dan perkembangan hasil konsespsi sampai aterm.

(Manuaba,2010;h.75).

Kehamilan adalah hasil dari “kencan: sperma dan dalam

prosesnya, perjalnan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul

penuh perjuangan. Dari sekitar 20-40 juta sperma yang dikeluarkan,

hanya sedikit survive dan berhasil mencapai tempat sel telur. Dari

jumlah yang sudah sedikit itu cuma 1 sperma saja yang bisa membuahi

sel telur. (Siwi,2015;h.69).

2. Penyebab terjadinya kehamilan

Menurut Manuaba (2010;h.75-85) peristiwa terjadinya kehamilan

diantaranya yaitu :

a. Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh

sistem hormonal. Selama masa subur berlangsung 20 sampai 35

(2)

pematangan dan terjadi ovulasi. Dengan pengaruh FSH, folikel

primer mengalami perubahan menjadi folikel de Graff yang menuju ke

permukaan ovum disertai pembentukan cairan folikel. Selama

pertumbuhan menjadi folikel de Graaf, ovarium mengeluarkan

hormon estrogen yang dapat mempengaruhi gerak dari tuba yang

makin tinggi, sehingga peristaltic tuba makin aktif, yang mengalir

menuju uterus.

Dengan pengeluaran LH yang semakin besar dan fluktusi

yang mendadak, terjadi proses pelepasan ovum yang disebut ovulasi.

Ovum yang ditangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus

dalam bentuk pematangan yang siap untuk dibuahi.

b. Konsepsi

Merupakan pertemuan antara inti ovum dengan inti

spermatozoa yang nantinya akan membentuk zigot.

c. Nidasi atau implantasi

Setelah terbentuknya zigot yang dalam beberapa jam telah

mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya serta berjalan

terus menuju uterus, hasil pembelahan sel memenuhi seluruh

ruangan dalam ovum. Selama pembelahan sel memenuhi seluruh

ruangan dalam ovum. Selama pembelahan sel dibagi didalam, terjadi

pembentukan sel dibagian luar morula yang kemungkinan berasal

dari korona radita yang membentuk menjadi sel trofoblas dan sel ini

mampu mengeluarkan hormone korionik gonadrotopin yang

(3)

Pembelahan berjalan terus di dalam morula yang membentuk

ruangan mengandung cairan yang disebut blastula. Proses

penanaman blastula yang dinamakan nidasi atau implantasi

berlangsung pada hari ke 6 sampai 7 setelah konsepsi

(Manuaba,2010;h.79).

d. Pembentukan plasenta

Terjadinya nidasi mendorong sel blastula mengadakan

diferensisi, sel yang dekat dengan ruangan eksoselom membentuk

kantong kuning telur sedangkan sel lain membentuk ruangan amnion,

sedangkan plat embrio terbentuk diantara dua ruangan amnion dan

kantong kuning telur tersebut. Ruangan amnion dengan cepat

mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat diantara embrio

padat dan berkembang menjadi talipusat. Vili korealis

menghancurkan desidua sampai pembuluh darah vena mulai pada

hari ke 10 sampai 11 setelah konsepsi sedangkan menghancurkan

pembuluh darah arteri pada hari ke 14 sampai 15.

Bagian desidua yang tidak dihancurkan akan membentuk

plasenta 15-20 kotiledon maternal, pada janin plasenta akan dibagi

menjadi sekitar 200 kotiledon fetus dan setiap kotiledon fetus terus

bercabang dan mengambang ditengah aliran darah yang nantinya

berfungsi untuk memberikan nutrisi dan pertumbuhan

(Manuaba,2010;h.82-85).

3. Tanda dan gejala kehamilan

(4)

1) Amenora (terlambat datang bulan)

2) Mual muntah (nausea dan womiting)

Pengaruh hormon esterogen dan progresteron menyebabkan

pengeluaran asam lambung yang berlebihan.

3) Mengidam

4) Payudara membesar

Pembesaran payudara disebabkan oleh pengaruh hormon

estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli

payudara.

5) Miksi

Kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar kebagian

depan menyebabkan sering miksi.

6) Konstipasi atau obstipasi

Hormon steroid menurunkan sistem kerja pada otot-otot usus

peristaltik sehingga menyebabkan susah buang air besar.

7) Pigmentasi kulit (cloasmagravidarum)

Hormon kortikosteroid yang berlebihan sehingga menyebabkan

pigmentasi kulit pada muka, payudara, leher, dinding perut.

8) Sinkope atau Pingsan terjadi gangguan sirkulasi ke daerah kepala

(sentral). menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan

menimbulkan sinkop atau pingsan.

b. Tanda kemungkinan hamil Menurut Mochtar (2012;h.35-37)

1) Uterus membesar

(5)

2) Tanda hegar

Merupakan perubahan konsistensi pada serviks dan istmus uteri

yang lunak pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4

sampai 6 minggu.

3) Tanda chadwick

Perubahan warna pada porsio dan labio menjadi kebiruan

disebabkan pelebaran vena diakibatkan kadar esterogen.

4) Tanda piskacek

Terjadi pembesaran dan perlunakan rahim ke salah satu sisi rahim

yang berdekatan dengan tuba uterina. Biasanya akan muncul

pada usia kehamilan 7 sampai 8 minggu.

5) Teraba ballotement

Adanya masa pada rahim (Mochtar,2012;h.35-37).

c. Tanda pasti kehamilan Menurut Manuaba (2010;h.193)

1) Inspeksi : Gerakan janin yang dapat di rasakan

2) Palpasi : Teraba janin

3) Auskultasi : Denyut jantung janin yang dapat di dengar dengan

doppler

4) Ultrasonografi : jantung janin, kerangka janin, gestation sac, fetal

phase.

4. Perubahan fisiologis pada kehamilan

a. Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima

(6)

plasenta. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 g

dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan

berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin,

plasenta dan cairan amniotomi rata-rata 110 g (Sarwono,2010;h.175).

b. Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur mengandung

korpus luteum gravidarum dan meneruskan fungsinya sampai

terbentuk plasenta yag sempurna pada usia kehamilan 16 minggu.

Kejadian ini tidak dapat terlepas dari kemampuan vili korealis yang

mengeluarkan hormone korionik gonadrotopin yang mirip dengan

hormone leteutopik hipofisis anterior (Manuaba,2010;h.92).

c. Vagina dan perineum

Selama kehamilan mengalami peningkatan vaskularisasi dan

iperemia terlihat jelas pada otot-otot diperineum dan vulva, sehingga

pada vagina terlihat warna keunguan yang disebut dengan tanda

chandwick. Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang

merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu

persalinan dengan meningkatkan ketebalan mukosa mengendorkan

jaringan ikat, hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini mengakibatkan

bertambah panjang dinding vagina. Peningkatan volume sekresi

vagina juga terjadi, dimana sekresi akan berwarna keputihan,

menebal dan PH antara 3,5–6 yang merupakan hasil dari

(7)

vagina sebagai aksi dari lactobacillus acidophilus

(Sarwono,2010;h.179).

d. Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna merah,

kusam dan kadang-kadang juga akan mengenai pada daerah

payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae

gravidarum. pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan

perutnya (linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang

disebut dengan (linea nigra). Sedangkan pada wajah dan leher akan

muncul yang disebut cloasma gravidarum (Sarwono,2010;h.179).

e. Payudara

Pada awal kehamilan payudara akan terasa lebih lunak.

Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan

vena-vena di bawah kulit akan terlihat. Puting payudara akan lebih besar,

menghitam, dan tegak (Sarwono,2010;h.179).

f. Perubahan metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan

berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah,

dan cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan

akan bertambah 12,5 kg. Peningkatan jumlah cairan selama

kehamilan adalah suatu hal yang fisiologis. Hal ini disebabkan oleh

turunnya osmolaritas dari 10 mOsm/kg yang diinduksi oleh makin

rendahnya ambang rasa haus dan sekresi vasopresin. Fenomena ini

(8)

Liter cairan berasal dari janin, plasenta dan cairan amniotomi,

sedangkan 3 liter lainnya berasal dari akumulasi peningkatan volume

darah ibu, uterus dan payudara sehingga minimal tambahan cairan

selama hamil adalah 6,5 L (Sarwono,2010;h.181).

g. Sistem kardiovaskular

Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan

menekan vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam

posisi terlentang. Penekanan vena kava inferior ini akan mengurangi

darah balik vena ke jantung. Akibat, terjadinya penuruna preload dan

cardiac output sehingga akan menyebabkan terjadinya hipotensi

arterial yang dikenal dengan sindrom hipotensi supine dan pada

keadaan yang cukup berat akan mengakibatkan ibu kehilangan

kesadaran. Penekanan pada aorta juga akan mengurangi aliran

darah uteroplasenta ke ginjal. Selama trimester terakhir posisi

terlentang akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan

posisi miring (Sarwono,2010;h.183).

h. Sistem endoktrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar

kurang lebih 135%. Akan tetapi kelenjar ini tidak begitu mempunyai

arti penting dalam kehamilan. Pada perempuan yang mengalami

hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon

prolaktin akan meningkat 10 x lipat pada saat kehamilan aterm

(9)

i. Sistem muskuloskeletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum

pada kehamilan, akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi

anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah

dua tungkai. Sendi sakroilliaka, coccygis dan pubis akan meningkat

morbilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal.

Morbilitas tersebut dapat mengkibatkan perubahan sikap ibu dan

pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian

bawah punggung terutama pada akhir kehamilan

(Sarwono,2010;h.186).

5. Ketidak nyamanan dalam perubahan selama kehamilan (Menurut

Kuswanti,2014;h.128-133).

a. Pada trimester 1

1) Sering buang air kecil

2) Kelelahan atau fatique

3) Keputihan

4) Mengidam atau pica

5) Berdebar-debar atau palpitasi jatung

6) Mual dan muntah

b. Pada trimester II

(10)

1) Sembelit

Hormon progesteron menyebabkan otot-otot menjadi lemas

dan mengering sehingga sisa–sisa makanan menjadi sulit dan

sakit dikeluarkan.

2) Hemoroid

Semua hal yang meningkatkan tekanan di dalam perut,

seperti sembelit, batu kronis dan mengangkat benda berat

menyebabkan penggelembungan pembuluh darah disekitar dubur.

3) Pigmentasi

Peningkatan produksi hormon melanosit (melanocyte

stimulating hormone) yang diperburuk akibat terekspos oleh

cahaya matahari secara langsung.

4) Keringat yang berlebihan

Peningkatan asupan darah menyebabkan pembuluh darah

di bawah kulit membesar.

5) Varises

Penekanan kepala bayi pada pembuluh darah panggul

sehingga menyebabkan mengumpulnya di dalam pembuluh darah

kaki, berdiri terlalu lama juga menyebabkan pembengkakan

pembuluh darah, duduk dengan kaki bersila dapat menghentikan

aliran darah.

6) Kembung

Di masa kehamilan usus menjadi lebih melempem dan

(11)

c. Trimester III

(Menurut Ina kuswanti 2014 h. 128-133).

1) Sesak nafas

Tekanan pada digframa membuat sesak nafas, saat

berbaring juga dapat menekan rahim dan bayi menuju diafragma.

2) Nyeri pada ligamentum rotundum

Tekanan pada kehamilan di trimester akhir menyebabkan

nyeri pada ligamentum rotundum.

3) Pengeluaran pada vagina

Peningkatan asupan darah dan pelonggaran dan

penebalan selaput mukosa mengakibatkan peningkatan normal

dari pelepasan mucoid.

4) Sering buang air kecil (miksi)

Hal ini terjadi karena uterus membesar dan menekan

kandung kemih.

5) Insomia atau sulit tidur

Peningkatan secara umum pada metabolisme antara

metabolisme ibu dan bayi.

6. Asuhan kehamilan

Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan

sangat penting bagi seorang wanita untuk mendapatkan pelayanan dari

tenaga profesional sebab dengan begitu maka perkembangan kondisi

(12)

pengalaman yang sangat bermakna bagi seorang perempuan sehingga

sebagai tenaga kesehatan diharuskan dapat mempertahankan

kesehatan ibu maupun janin serta mencegah komplikasi pada saat

kehamilan, bersalin, nifas. Dengan adanya pelayanan kesehatan pula

dapat mendeteksi dini adanya komplikasi lebih dini (Ina

kuswanti,2014;h.2-4).

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstertri untuk optimalisasi iuran maternal dan neonatal

melalui serangkaian kegiatan rutin selama kehamilan (Sarwono,2009).

setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang dapat

mengancam jiwanya.oleh karena itu setiap wanita hamil.

7. Kebijakan program kunjungan antenatal

Tabel 2. 1 Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan (kuswanti, 2014 h.19)

Kunjungan Waktu Informasi penting

Trimester Pertama

Sebelum minggu ke-14

1.) Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum membahayaka jiwa

2.) Mencegah masalah, misal : tetanus neonatal, anemia dan kebiasaan tradisional yang berbahaya

3.) Membangun hubungan saling percaya

4.) Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi

5.) Mendorong perilaku sehat(nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat, seks dll)

Trimester Kedua Antara Minggu ke 14- 28

Sama seperti diatas, ditambah dengan Kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala pre-eklamsi, pantauan tekanan darah, evaluasi edema, proteinuria

Trimester ketiga Minggu ke 36 dan lebih dari 36 minggu

Sama seperti diatas, ditambah Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda, sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

a. Menurut kusmiyati (2009;h.4) dimana dalam setiap pertemuan harus

memberikan asuhan standar minimal yang sering disebut dengan 7T

(13)

1) Timbang berat badan

2) Ukur tekanan darah

3) Ukur tinggi fundus uteri

4) Pemberian imunisasi TT lengkap

5) Pemberian tablet besi 90 tablet selama hamil

6) Tes PMS

7) Temu wicara

Tabel 2.2 jadwal pemberian TT (kusmiyati,2009;h.169).

A-ntigen Interval Lama

perlindungan

%

perlindungan

TT1 Pada kunjungan antenatal pertama pada saat capeng

- -

TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80%

TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95%

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99%

TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/ seumur hidup

99%

8. Kegawat daruratan dan komplikasi dalam kehamilan

(Menurut Sarwono,2010;h.460).

a. Abortus

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan

kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu

(Manuaba,2010 h.287).

1) Jenis- jenis abortus

(14)

Ditegakkan dengan adanya keterlambatan datang

bulan, perdarahan disertai perut sakit (mules). Pada

pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan usia

kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim.

b) Abortus insipiens

Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan

serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan

tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam

proses pengeluaran (tidak dapat dipertahankan)

(Sarwono,2010;h.459).

c) Abortus inkompletus

Abortus ini sebagian hasil konsepsi telah keluar

sebagian dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Umur

kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari

500 gram. Sebagai jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di

dalam uterus di mana pada pemeriksaan vagina, kanalis

servikal masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri

atau menonjol pada ostium uteri eksternum.

(Sarwono,2010;h.469).

d) Abotus komplit

Abortus yang terjadi dengan seluruh hasil konsepsi telah

keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu

atau berat janin kurang dari 500 gram.semua hasil konsepsi

(15)

sehingga perdarahan sedikit besar uterus tidak sesuai dengan

umur kehamilan.

e) Abortus mola

Mola hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic

villi) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung

kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai

buah anggur atau mata ikan (Mocthar,2012;h.36).

b. Kehamilan ektopik

kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri (rahim) biasanya

terjadi di tuba falopi, ovarium rongga peritoneum dan serviks (buku

saku pelayanan kesehatan,2013;h.94).

c. Emesis gravidarum

Komplikasi yang terjadi pada kehamilan ditimbulkan

perubahan hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan

hormon estrogen, hormon progesteron dan di keluarkannya human

chorionic gonadothropine (HCG). Gejala yang ditimbulkan yaitu:mual,

kepala pusing, terutama pada pagi hari sampai umur kehamilan 4

bulan atau 16 minggu (Manuaba,2010;h.227).

d. Hiperemesis gravidarum

Hiperemesis gravidarum merupakan mual muntah yang

berlebihan yang dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis

dipakai untuk keperluan energi. Mual muntah yang dikeluarkan

(16)

Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah

(Manuaba,2010;h.228).

e. Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada

segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau

sebagian dari ostium uteri internum.

f. Solusio Plasenta

Solusio plasenta merupakan keadaan dimana plasenta yang

letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir.

Biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu (Mochtar,2012;h.194).

B. Tinjauan teori persalinan

1. Definisi persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan

janin turun ke jalan lahir (Asuhan kebidanan pada ibu bersalin,2009;h.1).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin dan plasenta) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui

jalan lahir (pervagina) atau dengan jalan lain (perabdomen)

(Mochtar,2012;h.69).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa

(17)

Berdasarkan hasil dari beberapa pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil

konsepsi (janin, plasenta dan ketuban) dari dalam rahim ibu yang dapat

hidup ke dunia luar.

Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang

ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan di akhiri dengan

melahirkan plasenta. Penyebab persalinan spontan tidak diketahui

walaupun sejumlah teori telah dikembangkan.

2. Penyebab mulainya persalinan yaitu:

a. Hormon-hormon yang dominan pada saat kehamilan yaitu :

1) Estrogen

Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan

memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan

mekanis.

2) Progesteron

Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim,

menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin,

rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis dan

menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

Selama kehamilan hormon tersebut akan seimbang

sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Pada saat akan

(18)

dan hormon prostaglandin yang meningkat dengan mulai usia

kehamilan 15 minggu sampai dengan aterm.

b. Teori yang memungkinkan terjadi proses persalinan yaitu :

1) Teori keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi

sehingga persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus yang terus

membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot

uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu

sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi.

2) Teori penurunan progesteron

Proses penuaan plasenta terjadi mulai usia kehamilan

mulai umur 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat,

pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Villi koriales

mengalami perubahan-perubahan dan produksi progesteron

mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap

oksiosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai

tingkat penuruanan progesteron tertentu.

3) Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst posterior.

Perubahan keseimbangan hormon esterogen dan progesteron

dapat megubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi

(19)

akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan

aktivitas, sehingga persalinan dimulai.

4) Teori prostaglandin

Kontraksi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan

15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian

prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontrasksi otot

rahim sehingga terjadi persalinan. Prostaglandin dianggap dapat

memicu terjadinya persalinan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

a. Power.

b. Passager (panggul).

c. Passage (janin).

4. Tanda persalinan

a. Kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi yang semakin pendek.

b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir, lendir

bercampur darah).

c. Dapat disertai ketuban pecah.

d. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (perlunakan

serviks), pendataran serviks, terjadi pembukaan seviks

(20)

5. Mekanisme persalinan normal

a. Engagement

Pada minggu-minggu akhir kehamilan atau pada saat

persalinan dimulai kepala mulai masuk PAP, umumnya dengan

presentasi bipariental (Hidayat,2010;h.23).

b. Desent

Penurunan kepala janin, ke dalam rongga panggul, akibat dari

his didaerah fundus kearah bokong. Tekanan dari cairan amnion,

kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan) dan badan

janin terjadi ektensi dan menegang.

c. Fleksi

Pada umumnya terjadi fleksi sempurna sehingga sumbu

panjang kepala sejajar sumbu panggul. Fleksi adalah kepala janin

fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter

oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter

suboksipito-bregmatikus (belakang kepala) (Hidayat,2010;h.24).

d. Rotasi internal

Putaran paksi dalam selalu disertai turunnya kepala, putaran

ubun-ubun kecil kearah depan (bawah simfisi pubis), membawa

kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis

(Hidayat,2010;h.26).

(21)

f. Rotasi eksternal

Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala

keposisi pada saat engagement. (Hidayat, 2010 h. 27).

g. Eskpulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan dibawah simpisis

menjadi hipoklomion kelahiran bahu belakang, bahu depan dan diikuti

oleh seluruh badan (Hidayat,2010;h.31).

6. Tahapan persalinan :

a. Kala I.

Menurut Moctar (2012;h.71) persalinan ditandai dengan

keluarnya lendir bercampur dengan darah (bloody show) karena

serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).

Menurut JNPK–KR (2008;h.39) kala 1 persalinan dimulai sejak

terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensinya

dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap.

Kala satu persalinan terdiri dari dua fase yaitu :

1) Fase laten

a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks secara lengkap.

b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.

c) Pada umumnya berlangsung antara 6 hingga 8 jam.

2) Fase aktif

Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan

(22)

rata-rata 1 cm perjam pada nulipara atau primigravida dan lebih

dari 1 cm hingga 2 cm perjam pada multipara.

Menurut Mochtar (2012;h.71) fase aktif dibagi menjadi 3

yaitu :

a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam pembukaan

menjadi 4 cm.

b) Periode dilatasi maksimal : selama 2 jam pembukaan

berlangsung cepat sehingga menjadi 9 cm.

c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2

jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).

b. Kala II

Kala II persalinan dimulai dari pembukaan lengkap serviks

(10cm) dilanjutkan dengan upaya mendorong bayi keluar dari jalan

lahir dan berakhir dengan lahirnya bayi (JNPK-KR,h.79). Menurut

Widyastuti dkk, (2009;h.6) kala II adalah dimulai dari pembukaan

lengkap 10 cm sampai bayi baru lahir.

1) Tanda-kala II adalah

a) Ibu merasakan ingi meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi

b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan

vaginanya

c) Perineum menonjol

d) Vulva-vagina dan stingter ani membuka

(23)

f) Pembukaan serviks telah lengkap

g) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina

c. Kala III (pelepasan uri).

Kala III adalah dimulai segera setelah bayi lahir sampai

lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah

bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat.

Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan

plasenta dari dindingnya (Widyastuti dkk,2009;h.7).

Kala III yaitu dimulai setelah bayi baru lahir dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban (JNPK-KR,2008;h.99).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kala III adalah

dimulai dari setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta dan selaput

ketuban dan berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

1) Tanda-tanda lepasnya plasenta menurut JNPK-KR

(2008;h.100) yaitu :

a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus

b) Tali pusat memanjang

c) Semburan darah mendadak dan singkat

d. Kala IV (observasi).

Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi

lahir dan plasenta untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap

bahaya perdarahan postpartum (Mochtar,2012;h.73).

7. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal (Prawirohardjo,2010;h.341)

(24)

1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

2) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum

atau vaginanya.

3) Perineum menonjol.

4) Vulva vagina membuka.

2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 IU dan menempatkan

tabung kecil steril sekali pakai didalam partus set.

3. Mengenakan baju penutup atau clemek plastik yang bersih.

4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci

kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan

mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang

bersih.

5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

6. Menghisap oksitosin 10 IU kedalam tabung suntik (dengan memakai

sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakan

kembali dipartus set.

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang

sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,

perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkanya dengan seksama, dengan cara menyeka dari

(25)

dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika

terkontaminasi (meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan

benar dalam larutan klorin).

8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila

selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah

lengkap, lakukan amniotomi.

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih kotor kedalam larutan klori 0,5% dan kemudian

melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya didalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.

10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk

memastikan bahwa denyut jantung janin itu normal. Mengambil

tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal, mendokumentasikan

hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian

serta asuhan lainnya pada partograf.

11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai dengan

keinginannya.

1) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta

janin sesuai pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan

(26)

2) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai

meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu dalam

meneran. (Pada saat his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan

pastikan ia merasa nyaman).

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat

untuk meneran:

1) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan

untuk meneran.

2) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

3) Membantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai

dengan pilihannya.

4) Menganjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi.

5) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat

pada ibu.

6) Menganjurkan asupan per oral.

7) Menilai DJJ setiap 5 menit

8) Jika bayi belum lahir dalam waktu 120 menit meneran untuk ibu

primipara dan 60 menit untuk ibu multipara, merujuk segera jika

ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.

9) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

(27)

anjurkan ibu untuk meneran pada puncak kontraksi-kontraksi

tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.

10) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belumakan terjadi

segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

letakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

15. Meletakan kain bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.

16. Membuka partus set.

17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakan

tangan yang lain dikepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan

tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar

berlahan-lahan. Menganjurkan ibu meneran perlahan-lahan atau

bernapas cepat saat kepala lahir.

19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan

kain atau kasa yang bersih.

20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai

jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses

kelahiran bayi.

a.) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat

bagian atas kepala bayi.

b.) Jika tali pusat melilit janin dengan erat, mengeklem di dua tempat

(28)

21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan dimasing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk

meneran saat kontraksi berikutnya dengan lembut menariknya

kearah bawah dan arah luar hingga bahu anterior muncul dibawah

arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan

kearah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala

bayi yang berada dibagian bawah kearah perineum, membiarkan

bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan

kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan

lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.

Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan

siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir menelusurkan tangan yang ada

diatas dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat

punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan

hati-hati membantu kelahiran kaki.

25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut

ibu dengan posisi kepala bayi lebih rendah dari posisi tubuh ibunya.

26. Segera membungkus kepala dan badan bayi menggunakan

handuk dan biarkan kontak kulit ibu dan bayi. Lakukan penyuntikan

(29)

27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari pusat

bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu

dan memasang klem kedua 2 cm dari klem yang pertama.

28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat diantara klem tersebut.

29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering,

menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi

mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

31. Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk memastikan adanya bayi yang ke dua.

32. Memberitahu ibu bahwa dia akan disuntik.

33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan

oksitosin 10 IU secara IM di sepertiga paha atas sebelah kanan ibu

dibagian luar, sebelumnya diaspirasi terlebih dahulu.

34. Memindahkan klem pada tali pusat.

35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu, tepat

diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan kiri untuk palpasi

kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem

(30)

36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

peregangan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan

tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan

cara menekan uterus kearah atas dan belakang (dorso kranial)

dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion

uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan

peregangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota

keluarga untuk merangsang puting susu.

37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian kearah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan

pada arah uterus. Jika talipusat bertambah panjang pindahkan klem

berjarak 5-10cm didepan vulva. Jika plasenta tidak lahir setelah

dilakukan peregangan tali pusat selama 15 menit:

a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 IU secara IM.

b) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung .kemih

dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.

c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

e) Merujuk ibu jika plasentatidak lahir dalam waktu 30 menit sejak

kelahiran bayi.

38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina melanjutkan kelahiran

(31)

dengan kedua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga

selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput

ketuban tersebut. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung

tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan

serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem

atau forceps desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan

bagian selaput ketuban yang tertinggal.

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

massase uterus, meletakan telapak tangan difundus dan melakukan

massase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi.

40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakan plasenta

kedalam kantung plastik atau tempat khusus. Jika uterus tidak

berkontraksi setelah melakukan massase selama 15 detik mengambil

tindakan yang sesuai.

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

42. Menilai ulang uterus dan memastikan berkontraksi dengan baik.

43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan

kedalam larutan klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih

bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan

(32)

44. Menempatkan klem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi atau steril

atau mengikat tali desinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati

sekeliling tali pusat sekitar 1cm dari pusat.

45. Mengikat satu lagi simpul mati bagian pusat yang berseragaman

dengan simpul mati yang pertama.

46. Melepaskan klem bedah dan meletakannya dalam larutan klorin

0,5%.

47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi pada bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kain yang kering.

48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam.

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.

c) Setiap 20-30 menit pada 2 jam pascapersalinan.

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan

yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.

e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan

penjahitan dengan anestesi lokal dan menggunakan teknik yang

sesuai.

50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana cara melakukan

massase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

(33)

52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascaresalinan dan setiap 30

menit selama jam ke 2 pascapersalinan. Memeriksa temperature

tubuh ibu setiap jam selama 2 jam pertama pascapersalinan.

53. Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi. Dan membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke

dalam tempat sampah yang sesuai.

54. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat

tinggi. Dan memastikan ibu nyaman.

55. Mendokumentasikan daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

56. Mecelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan

merendamnya selama 10 menit.

57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

58. Melengkapi partograf.

8. Asuhan sayang ibu pada kala I menurut JNPK-KR tahun (2008;h.54)

a. Memberikan dukungan emosional.

b. Membantu pengaturan posisi ibu.

c. Memberikan cairan dan nutrisi.

d. Keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi.

(34)

9. Asuhan kebidanan pada kala III menurut JNPK-KR tahun (2008;h.101)

a. Pemberian suntikan oksitosin 10 unit secara IM pada 1/3 bagian atas

paha bagian luar.

b. Penegangan tali pusat terkendali.

1) Berdiri disamping ibu.

2) Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.

3) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu tepat diatas simfisis

pubis. Gunakan tangan kiri untuk meraba kontraksi uterus dan

menekan uterus pada saat melakukan penegangan tali pusat.

Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan

satu tangan dan tangan yang lain menekan uterus ke arah lumbal

dan kepala ibu. Lakukan secara hati-hati untuk mencegah

terjadinya inversio uteri.

4) Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi

kembali untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat

terkendali.

5) Setelah plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk meneran agar

plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina. Tetap

tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai.

6) Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta

dengan mengangkat tali pusat keatas dan menopang plasenta

dengan tangan lainnya untuk diletakkan dalam wadah

(35)

7) Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk

melahirkan selaput ketuban.

10. Pemantauan keadaan umum ibu menurut JNPK-KR (2008;h.116)

selama dua jam pertama pasca persalinan :

Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih

dan darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam dan setiap

30 menit selama satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan

yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian

kondisi ibu.

a. Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik

setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit

selama jam kedua pada kala empat.

b. Pantau temperature tubuh setiap jam dalam dua jam pertama

pascapersalinan.

c. Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit

selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam

kedua pada kala empat.

d. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi

uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana

melakukan masase jika uterus menjadi lembek.

C. Tinjauan teori Bayi baru lahir

(36)

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia

kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000

gram.(Sarwono,2010)

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang cukup bulan, 37-42

minggu dengan berat badan sekitar 2500-4000 gram dan panjang

sekitar 50-55 cm(Sondakh,2013;h.150)

2. Kriteria bayi baru lahir dikatakan normal sebagai berikut :

a. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram

b. Panjang badan bayi 48-50 cm

c. Lingkar dada bayi 32-34 cm

d. Lingkar kepala 33-35 cm

e. Bunyi jantung dalam menit pertama 180 x/menit kemudian normal

turun menjadi 120-140 x/menit pada saat bayi berumur 30 menit

f. Pernafasan cepat pada menit menit pertama kira-kira 80 x/menit di

sertai dengan pernafasan cuping hidung, retraksi surasternal dan

interkostal serta merintih hanya berlangsung10-15 menit

g. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa

h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh bik

i. Kuku telah agak panjang dan lemas

j. Genetalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia

mayora menutupi labia minora (pada bayi perempuan)

(37)

l. Eliminasi,urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam

pertama (Sondakh,2013;h.150)

3. Asuhan bayi baru lahir (Menurut, JNPK –KR,2008;h.123)

a. Pencegahan infeksi

BBL sangat rentan terkena infeksi mikroorganisme, yang

terpapar atau terkontaminasi selama proses persalinan

berlangsung mamp beberapa saat setelah lahir. untuk tidak

menambah resiko infeksi maka sebelum menangani BBL, pastikan

penolong persalinan dan pemberi asuhan BBL telah melakukan

upaya pencegahan infeksi.

1) Penilaian segera setelah lahir

Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih

dan kering yang disiapkan pada perut bawah ibu. Segera

lakukan penilaian awal dengan menjawab pertanyaan 4

pertanyaan:

a) apakah bayinya menangis ?

b) Apakah air ketuban jernih, atau bercampur mekonium ?

c.) Apakah bayi cukp bulan ?

d.) Apakah tonus otot bayi baru lahir baik atau tidak ?

e.) Penilaian APGAR

Penilaian keadaan umum bayi dimulai satu menit

setelah bayi lahir dengan menggunakan nilai APGAR.

(38)

penilain ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita

asfiksia atau tidak.

Tabel 2.3 APGAR SCORE

0 1 2

Appearance (warna kulit)

Pucat Badan merah ekstremitas biru

Seluruh tubuh kemerah-merahan

Pulse rate (frekuensi nadi)

Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100

Grimance (reaksi rangsangan)

Tidak ada Sedikit gerakan mimik (grimace)

Batuk atau bersin

Activity (tonus otot) Tidak ada Ekstremitas dalam sedikit fleksi

Gerakan aktif

Respiration (pernafasan)

Tidak ada Lemah tidak teratur Baik dan menangis

4. Pencegahan kehilangan panas

Hipotermi mudah terjadi pada bayi baru lahir yang

tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan

diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat.

a. Mekanisme kehilangan panas

1) Evaporasi adalah kehilangan panas karena penguapan

cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh

bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera

dikeringkan.

2). Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung

antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.

3). Konveksi adalah kehilangan panas tubuh bayi yang terkena

(39)

4). Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi

ditempatkan didekat benda-beda yang mempunyai suhu

lebih rendah dari suhu bayi.

1. Bersihkan jalan nafas jika perlu.

2. Keringkan dan tetap jaga kehangatan bayi.

3. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2

menit setelah bayi lahir.

4. Lakukan inisiasi menyusui dini dan kontak kulit bayi dengan kulit

ibu.

5. Beri salep mata tetraksin 1 % pada kedua mata.

6. Beri suntikan vitamin K1 1mg intramuscular, di paha kiri

anterolateral setelah inisiasi menyusu dini.

7. Beri imunisasi hepatitis B 0,5 ml intramuscular, di paha kanan

anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin

K1 (JKPNK,2008;h.122).

5. Refleks yang terdapat pada neonatorum normal menurut Sondakh

(2013;h.154), yaitu :

a. Reflek morro

Rangsangan mendadak yang menyebabkan lengan ke atas dan

ke bawah, seakan memeluk seseorang.

b. Reflek tonicneck

Anak akan mengangkat leher dan menoleh ke kanan/kiri jika

ditekankan pada posisi tengkurap.

(40)

Sentuhan pipi atau bibir yang menyebabkan kepala menoleh ke

arah sentuhan.

d. Reflek sucking

Timbul bersama-sama dengan rangsangan pipi untuk menghisap

puting susu dan menelan ASI.

e. Reflek grasping

Bila jari diletakkan pada telapak tangan anak akan menutup

telapak tangan tadi.

f. Reflek babinsky

Bila ada rangsangan dari telapak kaki, ibu jari kaki akan bergerak

ke atas dan jari lainnya akan membuka.

6. Kunjungan BBL

Adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali,

yaitu:

a. Kunjungan Neonatus I (KN I) pada 6 jam sampai dengan 48 jam

setelah lahir

b. Kunjungan neonatus II (KN II) pada hari ke 3 sampai dengan 7

hari

c. Kunjungan neonatus III (KN III) pada hari ke 8-28 hari

7. Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir Menurut

Prawirohardjo(2008;h.136) meliputi :

a. Pematauan 2 jam

Pemantauan 2 jam pertama bayi baru lahir bertujuan untuk

(41)

tampak aktif atau lunglai dan warna kulit kemerahan atau biru.

Seorang bidan sebelum meninggalkan bayi perlu melihat apakah

terdapat gangguan pernafasan, hipotermi, infeksi dan cacat

bawaan.

b. Pemantauan 0-6 jam

1) Asuhan bayi baru lahir normal dilaksanakan segera setelah lahir

dan diletakkan didekat ibu serta dalam ruangan yang sama.

2) Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan dalam

ruangan dengan ibunya atau diruangan khusus.

c. Asuhan 2-6 hari

Pemeriksaan pada bayi baru lahir meliputi :

1) Menilai pertumbuhan bayi

2) Pemberian minuman dan nutrisi

3) Pemberian asi esklusif

d. Asuhan 6-28 hari

1) Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan

dipelayanan kesehatan atau meliputi kunjungan rumah.

2) Pemeriksaan neonatus dilakukan didekat ibu bayi didampingi

ibu atau keluarga saat dilakukan pemeriksaan.

e. Asuhan dirumah

1) Kunjungan 1 pada 6-8 jam

2) Kunjungan 2 pada 3-7 hari

(42)

D. Tinjauan Teori Masa Nifas

1. Definisi Masa Nifas

Masa nifas (peurperineum) adalah masa setelah plasenta lahir

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.

Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha,2009;h.4).

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandung kembali seperti pra-hamil lamanya

masa nifas 6-8 minggu (Ambarwati,2009;h.1).

Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan

yang diberikan kepada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi

sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil

atau mendekati sebelum hamil.

2. Tujuan pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas yaitu :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis

b. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi

pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi serta perawatan

bayi sehari-hari (Saleha,2009;h.4).

d. Memberikan pelayanan KB.

Menurut saleha (2009;h.6) mengatakan tujuan asuhan

(43)

sehingga bidan dapat mendeteksi masalah, mengobati, serta merujuk

bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

Tabel 2.4. kunjungan masa nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6-8 jam

setelah persalinan

a. Mencegah terjadi perdarahan pada masa nifas.

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberi rujukan bila perdarahan berlanjut.

c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.

e. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

2 Enam hari setelah persalinan

a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, kelainan pascamelahirkan

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda- tanda penyulit

e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat.

3 Dua

minggu setelah persalinan

Sama seperti di atas (enam hari setelah persalianan)

4 Enam

minggu setelah persalinan

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami atau bayinya

(44)

3. Peran bidan pada masa nifas

a. Memberikan dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang

baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan

fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas.

b. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara

fisik dan psikologis

c. Mengkondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara

meningkatkan rasa nyaman (Saleha,2009;h.5).

4. Tahapan masa nifas yaitu :

a. Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.

Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misal perdarahan

karena atonia uteri, oleh karena itu bidan dengan teratur harus

melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea,

tekanan darah dan suhu.

b. Periode early post partum (24 jam-1 minggu)

Fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan

normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak

demam cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat

menyusui dengan baik.

c. Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)

Bidan akan melakukan perawatan dan pemeriksaan

(45)

5. Perubahan Anatomis, Fisiologis Dan Klinis

a. Vagina Dan Ostium Vagina

Pada awal masa nifas, vagina dan ostiumnya membentuk

saluran yang berdinding halus dan lebar yang ukurannya berkurang

secara perlahan namun jarang kembali keukuran saat nullipara. rugae

mulai muncul kembali pada minggu ketiga namun tidak semenonjol

sebelumnya. Himen tinggal berupa potongan-potongan kecil sisa

jaringan, yang membentuk jaringan parut (carunculae myrtiformes).

Epitel vagina mulai berproliferasi pada masa nifas bersamaan dengan

kembalinya produksi estrogen ovarium. Terjadinya relaksasi ostium

vagina disebabkan oleh peregangan perineum selama persalinan.

(wilims)

b. Uterus

1) Pembuluh Darah

Terdapatnya peningkatan aliran darah uterus pada saat

kehamilan menyebabkan pembuluh darah membesar, setelah

persalinan diameternya berkurang dan menutup oleh perubahan

hialin secara perlahan keukuran sebelum hamil.

2) Segmen Serviks Dan Uterus Bagian Bawah

Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.

Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh

pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat

(46)

Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh korpus

uteri yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak

berkontraksi sehingga pada perbatasan antara korpus uteri dan

serviks terbentuk cincin.

Muara serviks yang berdilatasi 10cm pada waktu persalinan,

menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa

masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada

minggu ke 6 postpartum serviks menutup (Ambarwati,2009;h.79).

3) Involusi Uterus

Segera setelah persalinan, berat uterus menjadi kira-kira

1000 gram, karena pembuluh darah ditekan oleh miometrium yang

berkontraksi maka uterus pada bagian tersebut tampak iskemik

dibandingkan dengan uterus hamil yang hipermesis berwarna ungu

kemerahan. Dua hari setelah persalinan uterus mulai berinvolusi

pada minggu pertama beratnya sekitar 500 gram, pada minggu

kedua beratnya sekitar 300 gram dan telah turun masuk ke pelvis,

pada minggu keempat uterus kembali keukuran sebelum hamil yaitu

kurang lebih 100 gram. Penurunan berat uterus disebabkan oleh

penurunan ukuran masing masing sel.

Menurut saleha (2009;h.55) mengatakan tinggi fundus uterus

menurut masa involusi :

Tabel 2.5 tinggi fundus uterus menurut masa involusi :

Involusi TFU Berat uterus

Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari bawah pusat 1000 gram

(47)

2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gram

6 minggu Normal 50 gram

8 minggu Nomal seperti sebelum hamil 30 gram

4) Nyeri setelah melahirkan

Pada primipara uterus cenderung berkontraksi secara

lambat setelah persalinan sedangkan pada multipara uterus sering

berkontraksi kuat pada interval tertentu menimbulkan nyeri setelah

melahirkan, dan terasa lebih nyeri jika bayi menyusu karena

pelepasan oksitosin dan nyeri ini akan menjadi lebih ringan pada

hari ketiga.

5) Lokhea

a) Lochea rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah

merah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,

verniks caseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari

pascapersalinan. Inilah lokhea yang akan keluar selama dua

sampai tiga haru postpartum.

b) Lochea sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan.

c) Lochea serosa adalah lochea dimulai dengan versi yang lebih

pucat dari lochea rubra. Lochea ini berbentuk serum dan

berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak

(48)

d) Lochea alba mengandung cairan serum, jaringan desidua,

leukosit dan eritrosit ini adalah lochea yang terakhir dimana dari

hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama

sekali berhenti sampai satu dua minggu berikutnya. Bentunya

seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan

sel-sel desidua (Saleha,2009;h.56).

6) Saluran Kemih

Kandung kemih mengalami peningkatan kapasitas dan

relative tidak sensitive terhadap tekanan intravesika menyebabkan

pengkosongan yang tidak sempurna dan residu urin yang

berlebihan biasa terjadi, dan harus diwaspadai terjadinya infeksi

saluran kemih akan tetapi akan kembali pada 2-8 minggu setelah

persalinan (Saleha,2009;h.59).

7) Peritoneum dan dinding abdomen

Ligamentum latum dan rotondum memerlukan waktu

beberapa minggu serta diperlukan banyak latihan untuk pulih dari

peregangan dan pelonggaran yang terjadi selama kehamilan.

sebagai akibat dari rupture serat elastic pada kulit karena uterus

hamil, maka dinding abdomen tetap lunak.

8) Berat badan

Berat badan akan turun mendekati berat badan sebelum

hamil dalam 6 bulan setelah persalinan karena telah mengeluarkan

(49)

9) Payudara

Secara anatomis, setiap kelenjar mammae yang matang

terdiri dari 15-25 lobus yang tersusun secara radial yang satu sama

lain dipisahkan oleh jaringan lemak yang jumlahnya bervariasi.

Masing-masing lobus terdiri dari beberapa lobulus yang tersusun

atas alveoli yang mempunyai duktus kecil yang saling bergabung

membentu satu duktus yang lebih besar untuk tiap lobus.

Duktus-duktus laktiferus tersebut membuka secara terpisah pada papilla

mammae dengan orifisium yang kecil tetapi jelas. Epitel alveolus

memproduksi berbagai konsistensi susu.

10) Endometrium

Perubahan yang terjadi yaitu timbul trombosis, degenerasi,

dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal

endometrium 2.5 mm mempunyai permukaan yang kasar akibat

pelepasan desidua dan selaput janin setelah tiga hari mulai rata,

sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas

implantasi plasenta (Saleha,2009;h.56).

11) Sistem pencernaan

Kalsium amat penting untuk gigi pada masa kehamilan dan

masa nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion

kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, pada

bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan janin juga pada

(50)

Pada ibu nifas terutama partus lama dan terlantar mudah

terjadi ileus paralitikus yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak

adanya peristaltik usus. Penyebabnya adalah penekanan buah

dada pada kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak

peristaltik usus, serta bisa terjadi karena pengaruh psikis takut BAB

karena ada luka jahitan perineum (Saleha,2009;h.58-59).

12) Sistem muskuloskeletal

Ligamen–ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang

meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur

kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamen rotundum

mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang fasia jaringan

penunjang alat genetalia yang mengendur dapat diatasi dengan

latihan-latihan tertentu. Mobilisasi sendi berkurang dan posisi

lordosis kembali secara perlahan-lahan (Saleha,2009;h.59).

13) Sistem hematologi dan kardiovaskuler

Jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit akan

sangat bervarisi pada awal-awal masa nifas sebagai akibat dari

volume darah, volume plasma, dan volume sel darah yang

berubah-ubah. Hematrokit hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2%

atau lebih tinggi dari pada saat memasuki persalinan awal, maka

klien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak

(51)

6. Mendeteksi dini komplikasi pada masa nifas dan penanganannya

Patologi yang sering terjadi pada masa nifas yaitu : infesi nifas,

perdarahan dalam masa nifas, infeksi saluran kemih, patologi meyusui.

a.) Infeksi masa nifas (infeksi puerperalis)

Infeksi puerperalis adalah infeksi luka jalan lahir

pascapersalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plaseta.

b.) Infeksi saluran kemih

Infeksi ini terjadi karena hipotoni kandung kemih akibat trauma

kandung kemih waktu persalinan, pemeriksaan dalam yang terlalu

sering, kontaminasi kuman dari perineum atau kateterisasi yang

sering.

c.) Perdarahan dalam masa nifas

Perdarahan pada masa nifas dapat terjadi karena sisa

plasenta, endometritis peurperalis dan perdarahan luka.

d.) Patologi menyusui

Masalah yang sering terjadi pada 2 minggu pertama terjadi

kegagalan menjadi penyulit yang dapat menuju ke patologis yaitu :

payudara membesar, kelainan puting, puting nyeri, saluran susu

tersumbat, mastitis dan abses payudara.

E. Tinjauan Teori Keluarga berencana

Salah satu peranan penting bidan adalah untuk meningkatkan

jumlah penerimaan dan kualitas metode KB kepada masyarakat sesuai

dengan pengetahuan masyarakat dan ketrampilan bidan, metode kb dapat

(52)

pemakaian spermisid, senggama terputus), metode kontrasepsi efektif

(MKE) (hormonal (susuk dan suntik),AKDR) metode MKE kontap (bidan

dapat memberi tunjuk tempat dan waktu kontap dapat dilaksanaka, metode

menghilangkan kehamilan yang tidak dikehendaki). Dalam melakukan

pemilihan alat kontrasepsi perlu diperhatikan ketetapan bahwa semakin

rendah pendidikan masyarakat, semakin efektif metode kb yang dianjurkan

yaitu, kontrasepsi mantap, suntik KB, susuk KB atau AKBK (Alat Susuk

Bawah Kulit), AKDR/ IUCD (manuaba,2010;h.593).

1. Macam kontrasepsi

a. Metode Alamiah

1) Metode kalender

2) Mal (metode amenore laktasi)

3) Senggama terputus

4) Metode suhu basal (MSB)

b. Kontrasepsi moderen

1) Kondom

c. Kontrasepsi hormonal

Menurut buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi

tahun(2012;h.MK-30) yaitu :

1) Pil kombinasi

Cara kerja Pil Kombinasi menekan ovulasi, mencegah

implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit di lalui oleh

sperma, mengganggu pergerakan tuba sehingga transportas terlu

(53)

2) Suntikan kombinasi

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg depo

medroksiprogresteron asetat dan 5 mg. Dan 50 mg noretindron

enatat dan 5 mg estradiol valerat yang diberikan injeksi IM.

3) Suntik progestin

Cara kerja suntik progestin : mencegah ovulasi,

mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan

penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis,

menghambat transportasi gamet oleh tuba.

Suntikan diberikan 3 bulan sekali Depo Medroksiprogesteron

Asetat (DMPA)

4) Pil progestin (minipil)

Cara kerja pil progestin (minipil) menekan sekresi

gonadrotopin dan sintesis steroid seks di ovarium (tidak begitu

kuat), endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga

implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir serviks sehingga

menghambat penetrasi sperma, mengubah motilitas tuba

sehingga transportasi sperma terganggu, pil progstin di konsumsi

setiap hari.

5) Implant

Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif

tidak permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan dapat

digunakan selama 3 sampai 5 tahun. Implan di masukan di

(54)

6) Alat kontrasepsi dalam rahim

Menurut buku saku pelayanan kesehatan tahun (2013;h.248-250).

Mekanisme : dalam rahim AKDR dimasukkan ke dalam

uterus. AKDR menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke

tuba falopi, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai

kavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu, mencegah

implantasi telur dalam uterus.

d. Kontrasepsi mantap

Menurut Mochtar (2012;h.230)

1) Tubektomi

Kontrasepsi mantap atau sterilisasi pada wanita adalah

kontrasepsi permanen yang dilakukan dengan cara melakukan

suatu tindakan pada kedua saluran telur sehingga menghalangi

pertemuan sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma).

Menurut buku saku pelayan kesehatan tahun (2013;h.250-251).

2) Vasektomi

Menurut, buku

Gambar

Tabel 2. 1 Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit
Tabel 2.2 jadwal pemberian TT (kusmiyati,2009;h.169).
Tabel 2.3 APGAR SCORE
Tabel 2.4. kunjungan masa nifas

Referensi

Dokumen terkait

Sesungguhnya, evaluasi diri bagi program studi dan LPTK bukan hanya suatu proses yang harus dilakukan pada saat-saat khusus tertentu, melainkan menjadi suatu

Kerukunan umat beragama yang tampak di permukaan terlihat harmonis memang bisa jadi menyimpan konflik laten, dan masyarakat beragama di Krisik juga menyadari hal

J. : Seorang guru hendaklah mencari metodologi pen- didikan/pengajaran agar lebih muda diterima siswa dan berhubungan baik dengan siswa agar mereka tidak lari. Bacakan Hadis nabi

Kesesuaian personal-organisasi menurut Grobler (2016) dapat dilihat dari berbagai aspek seperti kesesuaian nilai atau value congruence, yaitu kesesuaian antara nilai.. individu

Berdasarkan dari fungsi dan proses bisnis baru yang telah didefinisikan di sub bab 3.4.1 dan sub bab 3.4.2, maka pada tahapan ini akan dirancang layar (screen) yang

Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi masalah: (1) bagaimanakah karakteristik model pembelajaran sinektik keterampilan menulis karangan naratif bermuatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak kebisingan terhadap tenaga kerja, serta upaya-upaya pengendalian yang telah dilakukan di bagian unit Power Plant

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa, usia, tingkat Pendidikan, lama usaha, serta pendapatan per-bulan mempengaruhi tingkat