• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - FORMULASI SEDIAAN KRIM ANTIJERAWAT EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERINYA TERHADAP Staphylococcus aureus - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - FORMULASI SEDIAAN KRIM ANTIJERAWAT EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERINYA TERHADAP Staphylococcus aureus - repository perpustakaan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1. Deskripsi dan Klasifikasi Daun Salam

Syzygium polyanthum (Wight) Walp. atau yang dikenal dengan sebutan daun salam atau manting dalam bahasa Jawa merupakan pohon yang berperawakan kecil hingga besar yang pada umumnya ditanam di pekarangan atau halaman rumah. (Deden Mudiana & Esti E., 2011).

Klasifikasi tanaman Syzygium polyanthum menurut Backer & Brink (1963) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

(2)

Species : Syzygium polyanthum (Wight) Walp Synonym : Eugenia polyantha Wight

Salam termasuk ke dalam family Myrtaceae yang menyebar di Asia Tenggara, mulai dari Burma, Indocina, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Di Jawa tumbuh di Jawa Barat sampai Jawa Timur pada ketinggian 5 m sampai 1000 m di atas permukaan laut (Utami, 2008). Pohon ini ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan daerah pegunungan dengan ketinggian 1800 m atau di pekarangan rumah (Musanif et al., 2008).

Salam adalah nama pohon penghasil daun rempah yang digunakan dalam masakan Nusantara. Salam dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Indonesian bay leaf atau Indonesian laurel, sedangkan nama ilmiahnya adalah Syzygium polyanthum (Wight) Walp. Salam merupakan pohon abadi yang dapat tumbuh setinggi 30 m. Daun salam menghasilkan aroma ketika menghasilkan aroma ketika diremas.

Syzygium polyanthum (Wight) Walp. berhabitus pohon yang berukuran sedang, tinggi dapat mencapai 30 m. Kulit batang berwarna coklat abu-abu, memecah atau bersisik. Daun tunggal terletak berhadapan, dengan tangkai hingga 12 mm. helai daun berbentuk jorong-lonjong, jorong sempit atau lanset, berukuran 5-16 x 2,5-7 cm, berbintik kelenjar minyak yang sangat halus. Karangan bunga berupa malai dengan banyak kuntum bunga, berukuran 2-8 cm, muncul di bawah daun atau kadang-kadang pada ketiak. Bunga kecil-kecil, berbau harum,kelopak seperti mangkuk, panjangnya sekitar 4 mm, mahkota lepas-lepas, putih, berukuran 2,5-3,5 mm, berwarna jingga kekuningan. Buah buni membulat atau agak tertekan, berukuran 12 mm, bermahkota keeping kelopak, berwarna merah sampai ungu kehitaman apabila masak (ICRAF, 2008).

2. Kandungan Kimia Syzygium polyanthum (Wight) Walp.

(3)

Kandungan minyak esensial daun salam sebesar 90,05% yang terdiri dari

sitral, eugenol, tanin, fenol sederhana, dan senyawa flavonoid. Rasanya agak kaku dan aromatic (Musanif et al., 2008). Kandungan kimianya antara lain adalah

saponin, triterpen, polifenol, sesquiterpenoid, dan lakton (Utami, 2008). Daun salam diketahui mengandung vitamin A, vitamin C, dan vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan (Riansari, 2008).

Sebagian besar komponen minyak atsiri terdiri dari senyawa terpenoid. Oleh karena itu minyak atsiri termasuk ke dalam golongan terpenoid. Sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau lebih unit C-5 yang disebut unit isoprene (Lenny, 2006).

Klasifikasi terpenoid ditentukan dari unit isoprene penyusun senyawa tersebut. Secara umum biosintesis dari terpenoid terjadi melalui 3 reaksi dasar (Lenny, 2006) yaitu :

a. Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat b. Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-,

sesqui-, di-, dan –terpenoid.

c. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan

triterpenoid dan steroid

Minyak atsiri yang terkandung dalam salam secara umum berfungsi sebagai antimikroba. Mekanisme toksisitas senyawa sesquiterpenoid yang terdapat dalam minyak atsiri terhadap mikroorganisme kemungkinan terlibat dalam kerusakan membrane sel mikroba oleh senyawa lipofilik (Murtini, 2006).

Penggunaan daun salam sebagai obat disebabkan oleh kandungan senyawa kimianya yakni pada daun salam kering terdapat sekitar 0,17% minyak esensial, dengan komponen penting eugenol dan metal kavikol (methyl chavicol) di dalamnya. Ekstrak etanol dari daun menunjukkan efek antijamur dan antibakteri (Guzman, dan Siemonsma, 1999).

3. Manfaat Syzygium polyanthum (Wight) Walp.

(4)

utuh, kering atau pun segar, dan turut dimasak hingga makanan tersebut matang. Rempah ini memberikan aroma herba yang khas namun tidak keras.

Kayunya yang tergolong ke dalam kayu kelat ini dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Kulit batang salam mengandung

tanin, kerap dimanfaatkan untuk mewarnai dan mengawetkan jala dan bahan anyaman dari bamboo dan lain-lain. Kulit batang dan daun salam biasa digunakan sebagai bahan ramuan tradisional untuk menyembuhkan sakit perut. Kulit batang daun atau akar setelah dicuci bersih digiling halus samapi seperti bubur digunakan untuk pemakaian pada infeksi kulit seperti kudis dan gatal-gatal.

Salah satu manfaat daun salam (Syzygium polyanthum) adalah sebagai tanaman obat potensial di Indonesia. Akhir-akhir ini orang menggunakan daun S. polyanthum untuk mengobati kencing manis (diabetes mellitus), tekanan darah tinggi (hipertensi), sakit maag (gastritis), diare dan asam urat (Utami, 2008).

Daun salam (S. polyanthum) mengandung minyak atsiri (sitral dan eugenol),

tanin dan flavonoid. Komponen fenolik yang terdapat dalam tumbuhan memiliki kemampuan mereduksi yang berperan penting dalam menyerap dan menetralkan radikal bebas, dan dekomposisi peroksid (Indrayana, 2008).

B. Staphylococcus aureus

1. Morfologi

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram terlihat bentuk kokus ukurannya 0,8-1,0 mm dengan diameter 0,7-0,9 mikron. Bakteri ini tumbuh secara anaerobic fakultatif dengan membentuk kumpulan sel-sel yang bentuknya seperti buah anggur, (Srikandi, F, 1993) tidak bergerak ditemukan satu-satu, berpasangan berantai pendek atau bergerombol menyerupai buah anggur. Pada isolasi pertama kali dari kuman ini terlihat pembentukan pigmen kuning keemasan. Pigmen ini digolongkan sebagai lipokhrom. (G. Bonang, E.S. Koeswardono, 1979)

2. Sifat Biakan

(5)

pada temperature 37oC namun pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada temperature kamar (20oC-35oC) koloni pada media padat akan berbentuk bulat, lembut dan mengkilat.

Pada pembenihan cair menyebabkan kekeruhan yang merata tidak membentuk pigmen. Pada nutrient agar setelah diinkubasi selama 24 jam koloni berpigmen kuning emas, ukuran 2-4 mm, bulat, cembung tepi rata. Pada agar darah atau media BAP sekeliling koloni akan terlihat zona beta hemolisa (zona jernih) yang lebar.

3. Toksin dan Enzim

Staphylococcus aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuan berkembangbiakdan menyebar luas dalam jaringan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler. Beberapa zat ini adalah enzim. Sedangkan yang lain diduga toksin, meskipun berfungsi sebagai enzim kebanyakan toksin berada di bawah pengendalian genetic plasmid atau DNA yang berbentuk cerkuler dan terdapat di dalam kromosom. (Jawetz. E., 1991)

4. Pathogenesis

Staphylococcus aureus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang bersifat Piogenik. Bakteri ini dapat masuk dalam kulit melalui folikel-folikel rambut , muara kelenjar keringat dan luka-luka kecil. Staphylococcus mempunyai sifat menghemolisis eritrosit, memecah manitol menjadi asam. Staphylococcus aureus

merupakan salah satu Staphylococcus yang mempunyai kemampuan besar untuk menimbulkan penyakit. Manusia merupakan pembawa Staphylococcus aureus

dalam hidung sebanyak 40-50% juga bisa ditemukan di baju, sprei dan benda-benda lainnya di lingkungan sekitar manusia.

(6)

enterotoksin Staphylococcus ini mempunyai masa inkubasi pendek antara 1-8 jam setelah mengkonsumsi makanan yang tercemar enterotoksin yang dihasilkan oleh

Staphylococcus aureus.

C. Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995). Adapun penggolongan dibedakan menjadi : simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelican (mineral). Simplisia nabati merupakan simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tanaman atau eksudat tumbuhan. Eksudat tanaman didefinisikan sebagai isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni (Depkes RI, 1979).

D. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memnuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes, 1995). Ekstrak dapat dikelompokkan menjadi tiga atas dasar sifatnya, adalah :

1. Ekstrak cair, diartikan sebagai ekstrak dari simplisia yang dibuat sedemikian rupa sehingga satu bagian simplisia sesuai dengan satu atau dua bagian ekstrak cair.

2. Ekstrak kental, sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang, kandungan airnya berjumlah sampai 30%.

(7)

konsistensi kering dan mudah digosongkan, yang sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak kurang dari 5% (Voight, 1995)

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair, simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang larut dan senyawa yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Proses ini akan menghasilkan produk berupa ekstrak yang merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai (Depkes RI, 2000).

Proses ekstraksi dapat dipisahkan menjadi pembuatan serbuk, pembasahan, penyarian dan pemekatan. Secara umum ekstraksi dapat dibedakan menjadi infundasi, maserasi, perkolasi, dan destilasi (Depkes RI, 1986).

E. Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lain-lain.

Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol air-etanol atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet yang diberikan pada awal penyarian.

(8)

Kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna.

Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara : 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan di biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Kemudian endapan dipisahkan. (Depkes RI, 1986).

F. Krim

Referensi

Dokumen terkait

Egy be- tegnél az AML1 gén 5–6 kópiáját azonosított uk, egy másiknál a der(21)-esen volt látható az AML1 gén ampli fi kációja, miközben a homológ kromoszóma AML1 génje

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara memiliki beberapa seksi yang salah satunya adalah Seksi Sumber Daya Kesehatan dengan tiga subseksi yaitu

Dari hasil capaian tujuan, apabila dirata-rata dari 16 tujuan, maka nilainya adalah 114,04%, dengan nilai terendah 92,48% yaitu tujuan “menempatkan optimalisasi pemanfaatan aset atau

14 Starblue Merupakan tipe kenari warna hasil persilangan kenari coklat hitam dengan kenari merah yang menghasilkan warna bulu menjadi biru keabuan dan memiliki

tawakkal (menyerahkan diri kepada Allah Swt sepenuhnya) dan tingkat ridha akan mudah dicapai. Tingkatan-tingkatan ini adalah jalan perantara kepada kelezatan dan

1. Hukum pidana di Indonesia telah menganut sistem dimana peran serta masyarakat memiliki ruang untuk turut berperan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak

2016 di Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta, ada hubungan antara kondisi fisik lingkungan jenis lantai, jendela kamar tidur, dan pencahayaan alamiah dengan kejadian tuberkulosis

Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 21 November 2016 oleh peneliti di Rumah Sakit Jiwa Arif Zainudin Surakarta perawat di ruang akut yang berjumlah 5