• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANAMAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMA (Studi Kasus pada Tiga Keluarga Agama Islam Dan Budha di Desa Kenteng Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang) TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENANAMAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMA (Studi Kasus pada Tiga Keluarga Agama Islam Dan Budha di Desa Kenteng Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang) TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PENANAMAN PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM KELUARGA BEDA AGAMA

(Studi Kasus pada Tiga Keluarga Agama Islam Dan Budha di

Desa Kenteng Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang)

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

oleh

LAILI NUR FITRIYANI

NIM 111 14 068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

PENANAMAN PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM KELUARGA BEDA AGAMA

(Studi Kasus pada Tiga Keluarga Agama Islam Dan Budha di

Desa Kenteng Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang)

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

oleh

LAILI NUR FITRIYANI

NIM 111 14 068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

SESUNGGUHNYA HARTAMU DAN ANAK-ANAKMU HANYALAH COBAAN (BAGIMU) DAN DI SISI

ALLAH PAHALA YANG BESAR (Q.S AT-TAGAABUN: 15)

Anakmu bukanlah milikmu,

Mereka adalah putra putri sang hidup, Yang rindu akan dirinya sendiri,

Mereka lahir lewat engkau, Tetapi bukan dari engkau,

(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orangku tercinta, bapak Tamzis dan ibu Juwariyah yang selalu Mencurahkan segala usaha Dlahir Batin dengan segala kemampuan untuk selalu Istiqomah dalam doa demi anak tersayangnya. Tanpa dukungan ibu bapak saya tiada hal yang ingin saya Raih kecuali hanya untuk kebahagiaanya di dunia maupun di akhirat.

2. Adik-adikku tersayang Fakhri dan Huda yang selalu menjadi penyemangat bagiku demi tercapainya cita-cita yang di inginkan kedua orang tua.

3. Bapak Kyai H Maftah Bajuri dan ahlul baitnya yang selalu aku tunggu Barokah Doa dan Ilmunya.

4. Sahabatku tercinta kak Fia dan kak Nana yang selalu menyemangatiku, menemaniku dari semester awal sampai sekarang, dan yang selalu mengajarkanku arti kesabaran.

5. Teman-Teman PPL di SMPN 2 Salatiga (mbk Aya, mbk Hima, mbk Ana, mbk Maftuhah, mbk Hayati, mbk Dwi, mas Fauzi, mas Galih, mas Naim, mas Daus) yang selalu memberi semangat.

(9)

7. Teman-teman PAI B angakatan 2014 (kak Maun, kak Nopi, kak Hima, kak Ma’rifatul, kak Muza, kak Tatu, dll)yang telah menjadi teman seperjuangan menuntut ilmu di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga .

8. Teman-teman Racana KDWS dan Brigsus NAGASANDHI (kak Laili, KAK Shofa, kak Athi’, kak Muhaimin, kak Amal, kak Zaid, kak Dina kak Ela) serta teman-teman brigsus angkatan 22 yang selalu mengajarkanku arti kesabaran dan kedisiplinan.

(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat, ridha dan inayah-Nya jualah sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: “Pola Penanaman

Pendidikan Akhlak dalam keluarga beda agama (studi kasus pada 3 keluarga agama islam dan budha di Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang)”. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan baginda Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang telah membawa petunjuk kebenaran untuk seluruh umat manusia, yang kita harapkan syafa’atnya di akhirat kelak.

Pada kesempatan ini, dengan penuh kerendahan hati peneliti haturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhurmat:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

(11)
(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB ... xvii

ABSTRAK ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

E. Penegasan Istilah ... 7

(13)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1 Pola Penanaman Pendidikan Akhlak ... 11

Pengertian Pola Penanaman Pendidikan Akhlak ... 11

Pendidikan Akhlak yang Harus di Tanamkan pada Anak ... 17

2 Keluarga Beda Agama ... 18

Pengertian Keluarga Beda Agama ... 18

Pernikahan Orang Berlainan Agama Menurut Hukum Islam ... 21

Pernikahan Beda Agama Menurut Agama-agama di Indonesia ... 23

1. Problematika Orang tua Beda Agama dalam Menanamkan Pendidikan Akhlak pada Anak ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 35

B. Kehadiran Peneliti ... 35

C. Lokasi Penelitian ... 36

D. Sumber Data ... 36

E. Prosedur Pengumpulan Data... 37

F. Analisis Data ... 39

(14)

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Profil Desa Kenteng Kecamatan Susukan Kabupaten

Semarang ... 41

1. Letak dan Keadaan Geografis... 41

2. Visi Misi ... 41

3. Struktur Pemerintahan Desa ... 42

4. Sarana dan Prasarana ... 43

5. Keadaan Penduduk ... 43

6. Data Responden ... 47

B. Profil Subjek Penelitian ... 47

Profil Keluarga Bapak JK ... 47

Profil Keluarga Bapak SR... 48

Profil Keluarga Bapak HD ... 49

C. Temuan Penelitian ... 49

Pola Orang tua Menanamkan Pendidikan Akhlak pada Anak dalam Keluarga Beda Agama ... 49

Problematika dalam Menanamkan Pendidikan Akhlak pada Anak dalam Keluarga Beda Agama ... 56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 59

(15)
(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Usia ... 43

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Agama ... 44

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ... 45

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

(18)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543/ b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

Ba’ B Be ‘Ain ‘ Koma terbalik di atas

(19)

Nun N En

Wawu W We

Ha’ H Ha

Hamzah , Apostrof

Ya’ Y Ye

Konsonan angkap karena di tulis rangkap

Di tulis ‘iddah

A. Ta’ Marbutttah

1. Bila dimatikan di tulis h

Di tulis Hibah Di Tulis Jizyah

(ketentuan ini tidak di berlakukan terhdap kata-kata arab yang yang sudah teresap kedalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat dan sebagainya, kecuali di kendaki lafal aslinya).

Bila di ikuti dengan kata “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka di tulis dengan h.

Ditulis Karamah al-auliya’

B. Vokal Pendek

(20)

Fathah+Alif Ditulis U

Ditulis Jahiliyah

Fathah+Ya’ mati Ditulis A

Ditulis Yas’ a

Kasrah+Ya’ Mati Ditulis I

Ditulis Karim Dammah+wawumati Ditulis U

Ditulis Furud

D. Vokal Rangkap

Fathah+ya’ mati Ditulis Ai

Ditulis Bainakum Fathah+wawu mati Ditulis Au

(21)

ABSTRAK

Fitriyani, Laili Nur. 2018. Pola Penanaman Pendidikan Akhlak dalam Keluarga Beda Agama (Studi Kasus 3 Keluarga Agama Islam dan Budha di Desa Kenteng Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang). Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M. Ag.

Kata Kunci: Penanaman Pendidikan Akhlak, Keluarga Beda Agama

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola penanaman pendidikan akhlak dalam keluarga beda agama. Pertanyaan yang ingin dijawab adalah (1) Bagaimana pola penanaman pendidikan akhlak dalam keluarga beda agama?, (2)Bagaimana Problematika dalam menanamkan pendidikan akhlak dalam keluarga beda agama?.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian Lapangan yang dilakukan di Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Pelaksanaannya menggunakan metode pendekatan kualitatif diskripsif analisis yang umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara, pengamatan, serta penelaah dokumen. Pengolahan data dalam penelitianb ini dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola induktif, kemudian ditarik kesimpulan.

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang beranekaragam, dimana terdiri dari bermacam-macam suku bangsa,budaya dan perbedaan agama. Hal ini sangat berpengaruh dalam pergaulan sehari-hari serta kehidupan masyarakat. Masyarakat dapat bergaul bebas dengan pemeluk agama lain, tanpa membeda-bedakan agama yang satu dengan yang lain. Keanekaragaman yang ada tidak menjadikan bangsa Indonesia terpecah dan saling memunculkan sikap fanatik antara suku satu dengan lainnya. Kerukunan dapat terjalin dengan baik jika dalam diri masing-masing masyarakat tertanam sikap toleransi dan mau menerima pendapat orang lain sehingga tidak memunculkan sikap curiga terhadap pemeluk agama lain. Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku dan agama yang berbeda-beda, dalam kondisi kemajemukan seperti itu masyarakat satu dengan yang lain hampir dipastikan sulit untuk menghindari dari persentuhan dan pergaulan dengan orang yang berbeda agama.

(23)

Dengan kata lain, persoalan pernikahan antar agama hampir pasti terjadi pada setiap masyarakat yang majemuk seperti di Indonesia. Pernikahan beda agama merupakan salah satu akibat dari interaksi sosial yang terbina dalam masyarakat majemuk. Pernikahan beda agama pada dasarnya terbentuk dari ikatan pernikahan atau perkawinan yang dilangsungkan antar pasangan yang berbeda agama satu sama lain. Perkawinan adalah sebuah akad yang mengikat kedua pihak yang setara yaitu laki-laki dan perempuan yang masing-masing telah memenuhi persyaratan berdasarkan hukum yang berlaku atas dasar kerelaan dan kesukaan kedua belah pihak untuk membentuk keluarga (Kamal dan Mulia, 2003:1).

Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Pancasila, yang sila pertamanya ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka antara perkawinan dengan agama mempunyai hubungan yang erat, karena perkawinan bukan saja mempunyai unsur jasmani tetapi juga mempunyai unsur rohani yang memegang peranan penting. Sebuah keluarga akan terasa lengkap jika telah dikaruniai anak, memiliki keturunan merupakan salah satu tujuan dari pernikahan.

(24)

anak selanjutnya, karena anak tidak hanya butuh kasih sayang, perhatian dan fasilitas, tetapi ada yang lebih penting dari itu yaitu pendidikan, terutama pendidikan akhlak.

Manusia dilahirkan sebagai makhluk yang telah memiliki potensi-potensi bawaan atau fitrah. Dengan pengajaran, bimbingan dan latihan ke depannya seseorang akan mampu mengembangkan kemampuan atau potensi yang telah dimilikinya. Oleh sebab itu, orang tua mempunyai kewajiban untuk mendidik anaknya sesuai dengan ajaran agama Islam karena orang itulah yang mempunyai pengaruh besar terhadap kepribadian dan akhlak anaknya. Dengan kata lain, keluarga merupakan wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Di dalam keluarga itulah akan berkembang dan terbentuknya kepribadian anak serta tempat untuk belajar berinteraksi sosial.

(25)

tuanya. Oleh karena itu orang tua bertanggung jawab untuk menanamkan pendidikan akhlak yang baik (mahmudah). Penanaman pendidikan akhlak termasuk bidang-bidang yang harus mendapat perhatian penuh oleh keluarga dikarenakan penanaman pendidikan akhlak merupakan hal yang sangat penting untuk anak juga sangat penting untuk masa depan anak.

Pendidikan dalam keluarga adalah tanggung jawab orang tua, dengan peran ibu lebih banyak, karena ayah biasanya pergi bekerja dan tidak banyak waktu yang tersedia dirumah. Meskipun demikian peran ayah juga sangat penting, terutama sebagai tauladan dan pemberi pedoman bagi anak-anaknya. Jika anak sudah mendekati remaja, peran ayah sebagai penasehat juga penting, karena bisa memberikan pelajaran atau aspek yang berbeda dari yang diberikan oleh ibu, maka dari itu hubungan ayah dan anak terbatas karena sibuknya bekerja, maka ayah harus sering meluangkan waktunya dalam berbagai kesempatan.

(26)

mungkin memberikan yang terbaik untuk anak, agar akhlaknya menjadi baik dan bisa menjadi contoh.

Orang tua harus bisa memberikan pelajaran atau memberikan pelajaran atau memberi contoh yang baik untuk membangun akhlak anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua dapat mengambil contoh dari akhlak nabi Muhammad SAW atau mungkin orang tua yang secara tidak langsung mencontohkan perilaku baik di hadapan anak-anaknya, seperti menjalankan sholat 5 waktu dengan tepat, banyak shadaqoh. Dengan demikian secara tidak langsung, anak akan melakukan kebiasaan atau perilaku baik lainnya yang dilakukan oleh orang tuanya tersebut. Akan tetapi sebaliknya, bila dirumah orang tua berperilaku kurang baik atau tidak bisa menjadi contoh bagi anak-anaknya , mungkin dirumah bertengkar di depan anak,ibu terlalu cuek dengan anak, itu semua akan memberi pengaruh buruk untuk anak dengan secara tidak langsung orang tua telah memberi contoh akhlak yang tidak baik.

(27)

mendapatkan dampak positif maupun negative dari pernikahan tersebut.

Sebagaimana latar belakang tersebut, maka penting untuk dilakukan penelitian terhadap masyarakat terkait untuk mengetahui pola penanaman pendidikan akhlak dalam keluarga beda agama. Dan penulis menentukan judul yang sesuai dari penelitian ini adalah “Pola Penanaman Pendidikan Akhlak dalam

Keluarga Beda Agama (Studi Kasus pada Tiga Keluarga Islam dan Budha di Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang)”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan mengkaji dan meneliti lebih lanjut, maka rumusan masalah penelitiannya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara orang tua menanamkan pendidikan akhlak pada anak dalam keluarga beda agama di Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang ?

(28)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang ada, maka penulis mempunyai tujuan dalam penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui cara orang tua menanamkan pendidikan akhlak pada anak dalam keluarga beda agama di Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

2. Untuk mengetahui problematika dalam menanamkan pendidikan akhlak pada anak dalam keluarga beda agama di Desa Kenteng Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang penanaman pendidikan akhlak anak dalam keluarga beda agama. Dari informasi tersebut dapat memberikan manfaat secara teoretis maupun praktis yaitu :

1. Secara teoretis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan selanjutnya orang tua beda agama dapat memilih bagaimana cara menanamkan pendidikan akhlak anak dalam keluarga beda agama di Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

2. Secara praktis

(29)

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah fahaman dalam penafsiran judul di atas, maka perlu adanya pembatasan permasalahan yang akan penulis teliti, ada beberapa hal yang perlu diketahui maksud dari istilah dalam judul di atas.

1. Pola Penanaman Pendidikan Akhlak

Penanaman menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2007: 1198) adalah perihal, perbuatan, cara menanamkan. Pendidikan merupakan suatu yang sangat mutlak dalam hidup ini, dan manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pendidikan. John Dewey (dalam Zakiyah Darajat, 1982:1) menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia guna membentuk dan mempersiapkan pribadinya agar hidup dengan disiplin. Selanjutnya pengertian akhlak, ditinjau dari segi bahasa pengertian akhlak diambil dari bahasa arab khuluqun yang berarti perangai, tingkah laku,adat atau tabi’at (Muhammad

(30)

ini adalah Menanamkan dan membentuk watak seseorang agar mempunyai perilaku yang terpuji (mahmudah).

2. Pernikahan Beda Agama

Pernikahan (Perkawinan) dalam islam merupakan suatu akad atau transaksi. Perkawinan adalah sebuah akad atau kontrak yang mengikat dua pihak yang setara yaitu laki-laki dan perempuan yang masing-masing telah memenuhi persyaratan berdasarkan hukum yang berlaku atas dasar kerelaan dan kesukaan kedua belah pihak untuk membentuk keluarga (Kamal dan Mulia, 2003:1). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Adji, 1989:21). Jadi, Pernikahan beda agama yang dimaksud dalam skripsi ini adalah perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan yang beragama islam (Muslim) dan bukan islam (non- Muslim).

F. Sistematika Penulisan

(31)

Bab I, (Pendahuluan) meliputi : Latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan.

Bab II (Landasan Teori) meliputi : landasan teori (telaah teoretik terhadap pola penanaman pendidikan akhlak dan pengertian pernikahan beda agama), kajian pustaka dan hipotesis penelitian. Bab III (Metode Penelitian) meliputi : Pendekatan dan jenis penelitian, Kehadiran Peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data dan tahap-tahap penelitian.

Bab IV (Deskripsi dan Analisis data) meliputi : Deskripsi data dan Analisis sata.

Bab V Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pola Penanaman Pendidikan Akhlak

(32)

Pengertian pendidikan islam cenderung menggunakan al-tarbiyah. Menurut istilah tarbiyah diambil dari kata rabba dan yurabbi ( - ) yang kemudian diartikan oleh Asma’I dengan memberi makan, memelihara

dan mengasuh; yakni akar kata ghaza atau ghazau yang berarti mengasuh, menanggung, member makan, mengembangkan dan memelihara, membuat, menjadikan bertambah dalam pertumbuhan, membesarkan, memproduksi hasil-hasil yang sudah matang dan menjinakkan. Penerapannya dalam bahasa arab tidak hanya terbatas pada manusia saja, namun medan-medan semantiknya meluas kepada species-species lain seperti; untuk mineral, tanaman, dan hewan (Ali Mufron, 2013: 3). Untuk mencari definisi tarbiyah (pendidikan)

dalam al-qur’an terlebih dahulu kita mengkaji apa yang dimaksud dengan tarbiyah, baik dari sei bahasa maupun istilah. Kata tarbiyah asal katanya adalah robba – yurabbi, dalam makna aslinya adalah memberi makan, dan menjadikannya berkembang, men didik.

(33)

Sedangkan lafal rabba – yurabbi – tarbiyah hanya ditemukan di dua tempat dalam al-Qur’an, yaitu dalam QS. Al-Isra’: 24

“….Dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka

keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’”. (Q.S. Al-Isra’:24)

Dalam bentuk kata benda, kata robba ini digunakan juga untuk Tuhan yang mendidik, mengasuh, memelihara,dan mencipta. Dalam tafsir Al-Mishbah kata rabba yang digunakan untuk Tuhan seperti Rabbal‘alamin itu merupakan seakar dengan kata tarbiyah , yaitu mengarahkan sesuatu tahap demi tahap menuju kesempurnaan kejadian dan fungsinya (M Quraisy Shihab,2000: 30).

(34)

aspek; menjaga atau memperbaiki dan menumbuhkan atau membina.

Keterangan di atas menunjukkan bahwa pendidikan merupakan proses yang melalui tahapan-tahapan yang telah ditentukan menuju kesempurnaan kejadian dan fungsi yang telah ditetapkan pula. Tentunya kesempurnaan yang dimaksud yaitu mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri peserta didik untuk menjadi manusia dewasa yang bisa mengemban tanggung jawab bagi dirinya sendiri, tanggung jawab kepada orang lain, lingkungannya dan yang terpenting yaitu tanggung jawab kepada Tuhannya. Sedangkan fungsinya yaitu seiring dengan diciptakannya manusia sebagai khalifah dan ‘abid.

Definisi tarbiyah (pendidikan) menurut istilah adalah membina atau menciptakan insane muslim yang memiliki akhlak baik dan sempurna dari segala aspek kesehatan, akal, akidah, ruh keyakinan dan manajemen (Herlina, 2014: 29). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa:

(35)

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU RI No.20, 2003).

Makna yang sebenarnya dari pendidikan atau tarbiyah menyerupai cara kerja seorang petani yang berusaha menghilangkan duri dan mengeluarkan tumbuhan-tumbuhan liar yang terdapat diantara tanaman-tanamannya, agar tanaman yang ditanam tersebut dapat tumbuh dengan sempurna dan memberikan hasil yang baik.

Dari beberapa definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya dalam membimbing, mengajar, melatih dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda agar nantinya menjadi manusia yang bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia sesuai dengan sifat hakiki dan ciri-ciri kemanusiaannya.

Menurut pendapat para pakar sebagai berikut: Ibn Maskawih secara singkat mendefinisikan akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Rosihon Anwar, 2010: 13).

(36)

berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal syara’, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk (Al-Ghazali, 2010: 13)

Menurut Ahmad Mustofa (2007:14) mengemukakan definisi akhlak ialah suatu kesatuan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana kombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).

Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlikan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar (Yanuar,2007: 2).

(37)

dilakukan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan.

Jadi pola penanaman pendidikan akhlak dapat penulis simpulkan ialah usaha sadar yang dilakukan oleh orangtua untuk membentuk tabiat yang baik pada anak sehingga terbentuk manusia yang taat kepada Allah.

b) Tujuan Penanaman Akhlak

Menurut Ibn Maskawih dalam buku karangan Suwito yang berjudul filsafat pendidikan akhlak (2004: 16) tujuan penanaman akhlak adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong serta spontan untuk melahirkan semua perbuatan bernilai baik sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan yang sempurna.

Menurut Barmawie Umary (1995: 2) tujuan penanaman akhlak adalah menjadikan seseorang agar terbiasa melakukan perbuatan yang baik, indah, mulia, terpuji, serta menghindari perbuatan yang buruk, jelek, hina dan tercela.

c) Pendidikan Akhlak yang Harus ditanamkan Terhadap Anak Pandangan Imam Al-Ghazali dalam kitab ihya’

(38)

a) Kesopanan dan kesederhanaan

Al-Ghazali sangat mengajarkan kesopanan dan kesederhanaan dalam hal makan, berpakaian dan tidur. Salah satu hal yang biasa terjadi terhadap diri anak-anak ialah mempunyai sifat rakus makan, maka ini perlu dididik pula. Misalnya pada waktu makan itu senantiasa menggunakan tangan kanan dan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim (Al-Ghazaly, 1990:149). b) Kesopanan dan Kedisiplinan

Al-Ghazali sangat mengutamakan kedisiplinan anak untuk menghindarkan perbuatan yang tidak pantas dipandang umum dan membiasakan anak untuk berbuat hal-hal yang patut sesuai dengan norma-norma masyarakat yang berlaku. Dalam hal ini al-Ghazali melatih kesopanan dan kedisiplinan anak dalam tata cara duduk, berbicara dan meludah (Al-Ghazaly, 1990:149).

c) Pembiasaan dan latihan bagi anak untuk menjauhkan perbuatan yang tercela

(39)

2. Keluarga Beda Agama

1. Pengertian Pernikahan Beda Agama

Pernikahan (perkawinan) dalam bahasa arab berarti az-Zawaj yang menunjukkan pertemuan dua perkara. Dalilnya antara lain firman Allah SWT :

“Dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh),”(QS.At -Takwir: 7)

Maksudnya adalah roh itu dipertemukan dengan badan supaya ia bangkit dan hidup.

Karena kata az-Zawaj menunjukkan kepada pertemuan, maka dapat dikatakan akad nikah berarti pertemuan antara pria dan wanita. Dan pertemuan ini dinamakan dengan zawajan (perkawinan/pernikahan).

Adapun makna perkawinan menurut syara’ adalah suatu

ikatan yang berfaedah bagi halalnya seorang pria bersenang-senang (bersenggama) atas seorang wanita, dan tidak ada halangan syar’I bagi si wanita untuk

(40)

Definisi yang hampir sama dengan di atas juga dikemukakan oleh Rahmad Hakim, bahwa kata nikah berasal dari bahasa Arab “Nikahan” yang merupakan

masdar atau asal kata dari kata kerja (fi’il madhani)

“nakaha”, sinonimnya “tazawwaja” kemudian

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan. Kata nikah sering juga dipergunakan sebab telah masuk dalam bahasa Indonesia.

Nikah adalah akad atau ikatan, karena dalam suatu proses pernikahan terdapat ijab (pernyataan penyerahan dari pihak perempuan) dan Kabul (pernyataan penerimaan dari pihak lelaki). Selain itu, nikah bisa juga diartikan sebagai bersetubuh. Adapun menurut syara’, nikah adalah akad serah terima antara laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama lainnya dan untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah serta masyarakat yang sejahtera. Para ahli Fikih berkata, zawwaj atau nikah adalah akad yang secara keseluruhan di dalamnya mengandung kata inkah atau tazwij. Hal ini sesuai dengan ungkapan yang ditulis oleh

(41)

“Akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan

hubungan kelamin dengan lafaz nikah atau tazwij atau yang semakna keduanya”. (Tihami, 2009: 6-8)

Istilah perkawinan campuran yang sering dinyatakan anggota masyarakat sehari-hari ialah perkawinan campuran karena perbedaan tata suku bangsa atau karena perbedaan agama antara kedua insan yang akan melakukan perkawinan. Perkawinan campuran antara agama misalnya pria atau wanita beragama islam dengan pria atau wanita beragama budha/Kristen/hindu. (Hilman, 1990:13-14).

(42)

seperti itu kira-kira dapat dirumuskan seperti ini. Berdasarkan hukum munakahat yang diajarkan islam kepada penganutnya ialah pernikahan yang dibenarkan oleh Allah adalah suatu pernikahan yang didasarkan kepada satu akidah, di samping cinta dan ketulusan hati dari keduanya dengan landasan dan naungan keterpaduan itu, kehidupan suami dan isteri akan tentram, penuh rasa cinta dan kasih sayang. Keluarga mereka akan bahagia dan kelak akan memperoleh keturunan yang sejahtera lahir batin.

Jadi yang dimaksud pernikahan beda agama adalah pernikahan orang islam (pria atau wanita) dan orang bukan islam (pria ayau wanita) (Zuhdi,1996:4).

2. Pernikahan Orang Berlainan Agama Menurut Hukum Islam Mengenai masalah pernikahan beda agama ini, Islam membedakan hukumnya menjadi tiga macam, yaitu :

a. Perkawinan antara Perempuan Muslimah dengan Laki-laki Non Muslim.

(43)

Adapun dalil yang menjadi dasar hukum untuk larangan kawin antara wanita muslimah dengan laki-laki non muslim, yaitu Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 221:

(44)

Hikmah dilarangnya perkawinan antara seorang wanita islam dengan laki-laki non islam karena dikhawatirkan wanita islam itu kehilangan kebebasan beragama dalam menjalankan ajaran-ajaran agamanya, kemudian terseret kepada agama suaminya. Demikian pula anak-anak yang lahir dari hasil perkawinannya dikhawatirkan pula mereka akan mengikuti agama bapaknya, karena bapak sebagai kepala keluarga terhadap anak-anak melebihi ibunya.

b. Laki-laki Muslim dengan Perempuan Musyrik

Para Ulama sepakat mengharamkan laki-laki muslim kawin dengan perempuan penyembah berhala (musyrik). Perempuan musyrik di sini mencakup perempuan penyembah berhala (al-watsaniyyah), zindiniyyah (ateis), perempuan yang murtad, penyembah api, dan penganut aliran libertine (al-ibahah), seperti faham wujudiyah (Suhadi, 2006: 37).

c. Laki-Laki Muslim dengan Perempuan Ahli Kitab Pada dasarnya laki-laki muslim diperbolehkan (halal)

(45)

Ibnu Rusyd menulis bahwa para ulama sepakat akan kehalalan mengawini perempuan Ahli Kitab dengan syarat ia merdeka (bukan budak), sedangkan mengenai perempuan Ahli Kitab budak dan perempuan Ahli Kitab yang dalam status tawanan (bi al-milk) para ulama berbeda pendapat.

Allah Berfirman QS.Al-Maidah ayat 5:

(46)

maskawin mereka untuk menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan bukan untuk menjadikan perempuan piaraan. Barang siapa kafir setelah beriman maka sungguh, sia-sia amal mereka dan di akhirat dia masuk orang-orang yang rugi”.

3. Pernikahan Beda Agama Menurut Agama-agama di Indonesia a. Pandangan Agama Budha

Menurut Siaga Agung Indonesia, perkawinan beda agama yang melibatkan penganut agama Budha dan penganut non budha diperbolehkan, asal pengesahannya dilakukan menurut tata cara agama budha meski calon mempelai yang bukan budha tidak diharuskan untuk masuk agama budha tidak diharuskan untuk masuk agama budha dulu tapi dalam ritualnya kedua mempelai wajib mengucapkan atas nama Sang Budha, Dharma, dan Sangka (monib dan kholis,2008;117).

b. Pandangan Agama Hindu

(47)

pedande hanya mau melaksanakan upacara pernikahan kalau kedua calon pengantin beragama Hindu. Perkawinan orang hindu yang tidak memenuhi syarat dapat dibatalkan. Pedande tidak mungkin memberkati atau menyelenggarakan upacara perkawinan antara mereka yang berbeda agama. Asas perkawinan harus disahkan menurut agama, yaitu dengan cara melakukan wiwahasan skara atau wiwahahoma, dikedepankan di dalam sistem perkawinan Hindu yang menyatakan bahwa suatu perkawinan yang tidak disahkan menurut agama dengan melakukan upacara suci menyebabkan is jatuh hina, anaknya tidak diakui sah sebagai pewaris yang sederajat dengan orang tua atau dengan kata lain akibat dari perkawinan itu tidak diakui sah menurut hukum agama (Ichtiyanto, 2003: 135).

Apabila di antara calon pengantin dapat perbedaan agama, pendade tidak dapat memberkati kecuali pihak yang bukan hindu tersebut telah disudhukan sebagai pemeluk agama hindu dan menandatangani sudi vadani (surat pernyataan masuk agama hindu)

(Ichtiyanto, 2003: 135).

(48)

Dalam Al-Kitab dijelaskan bahwa pernikahan adalah suatu “peraturan Allah” yaitu bersifat

sacramental (suci), yakni ia diciptakan dalam rangka

seluruh maksud karya penciptaannya atas alam semesta (Monib dan kholis, 2008: 110).

Perkawinan adalah persekutuan hidup meliputi keseluruhan hidup, yang menghendaki laki-laki dan perempuan menjadi satu. Satu dalam kisah tuhan, satu dalam mengasihi, satu dalam kepatuhan, satu dalam menghayati manusia, dan satu dalam memikul beban pernikahan (Ichtiyanto, 2003: 132).

(49)

Akibat dalam gereja Kristen ada tiga macam perkawinan campuran yaitu : perkawinan campuran antara sesame agama Kristen yang lain gereja, perkawinan campuran antara orang Kristen dengan orang katolik, perkawinan campuran antara orang Kristen dengan penganut agama lain.

d. Pandangan Agama Kristen Katolik

Secara umum Gereja Katolik memandang bahwa pernikahan antara seorang penganut katolik dengan seorang non katolik bukanlah bentuk pernikahan yang ideal, sebab pernikahan dianggap sebuah sakraman (sesuatu yang kudus/suci).

Untuk menyelamatkan iman kristiani dan perkawinan, agama katolik menempuh sikap sebagai berikut:

1) Pada dasarnya perkawinan campuran antar agama adalah tidak menurut hukum dan tidak sah.

2) Perkawinan campuran antar orang katolik dan penganut agama lain adalah sah kalau mendapat dispensasi dari gereja (monib dan kholis,2008: 111).

(50)

kepentingan pemeriksaan guna memastikan tidak adanya halangan untuk menikah. Yang paling penting soal pernikahan dalam katolik adalah bahwa setiap pernikahan, baik sesama katolik ataupun dengan non katolik, hanya dianggap sah apabila dilakukan dihadapan uskup, pastor paroki atau imam. Jadi jika ada pernikahan antara penganut agama lain dengan penganut katolik dan tidak dilakukan menurut agama katolik, maka pernikahan tersebut dianggap belum sah (Monib dan Kholis,2008: 115-116).

3. Problematika Orangtua Beda Agama dalam menanamkan pendidikan akhlak pada anak.

a. Cara Menanamkan Pendidikan akhlak Kepada Anak 1) Memberikan contoh akhlak yang baik

Pembelajaran terbaik untuk anak adalah melihat dan mencontoh. Orang yang paling pertama akan dicontoh oleh anak tentu ayah, ibu dan kakak-kakaknya. Jadi salah satu cara terbaik menanamkan akhlak mulia dalam diri anak dengan memberikan contoh teladan baik kepada mereka.

(51)

Anak perlu kita kenalkan tentang perilaku sejak dini, berbagai akhlak mulia bisa diajarkan dengan mengenalkan kepadanya, seperti adab makan minum, adab tidur, adab ketika bertemu dengan yang lebih tua dan lain sebagainya. Selanjutnya kita juga perlu menyampaikan pada anak tentang dampak kebaikan yang akan di dapatnya dengan akhlak mulia, baik itu dampak di dunia maupun di akhirat.

3) Kenalkan Tentang Perilaku Buruk kepada Anak Selain perilaku baik, anak juga perlu kita beri tahu tentang perilaku buruk. Akhlak buruk yang seharusnya jangan dicontoh dan jangan dilakukan oleh anak. Lengkap juga dengan mudharat yang akan didapatkan jika tetap melakukan keburukan baik di dunia maupun di akhirat.

(52)

anak untuk perkembangan mentalnya. Dengan apresiasi anak tau kalau dianggap , dia tau kalau melakukan kebaikan akan berdampak baik juga sehingga hal ini menjadi motivasi tersendiri untuk anak.

5) Sabar dan Konsistenlah dalam Menanamkan Akhlak pada Anak

Menanamkan akhlak dalam diri anak tidak bisa dilakukan dalam waktu sehari atau dua hari saja. Butuh proses untuk mendapatkan hasil terbaik, bahkan mungkin prosesnya akan sangat panjang sekali sampai akhir hayat nanti untuk itulah butuh kesabaran dan konsisten dari para orangtua dalam mendidik anaknya.

6) Tegur dan ingatkan anak secara baik-baik jika melakukan keburukan

(53)

Ketika berbicara menanamkan pendidikan akhlak pada anak tentunya tidak akan bisa terlepas dari peran keluarga dalam mendidik anak khususnuya peran seorang ibu yang merupakan pendidik/madrasah bagi seorang anak. Dalam hal ini untuk menanamkan ajaran islam tentunya seorang ibu harus mempunyai sifat yang nantinya bisa dicontoh oleh anak-anaknya sehingga akan lebih mempermudah untuk dikenalkan kepada anak.

Menurut Fithrani Gade (2012: 34) sifat yang sangat perlu dicontohkan oleh seorang ibu pada anak adalah:

1. Ibu sebagai suri tauladan yang bergerak dalam rumah tangga

Dalam hal ini berarti bahwa seorang ibu berperan sebagai madrasah dalam keluarga harus memiliki teladan yang dijadikan contoh oleh anak-anaknya.

2. Pengaruh bahasa dalam mendidik anak

Dalam hal ini berarti seorang ibu dalam mendidik anak harus menggunakan bahasa yang baik sehingga anak akan meniru dari bahasa dan setiap perkataan ibunya.

(54)

Dalam hal ini seorang ibu hendaknya tidak melalaikan pengaruh cerita nyata bagi pendidikan anaknya sebab ia berkewajiban membiasakan untuk menjalankan segenap nilai etika apa saja yang termasuk akhlak yang baik.

4. Pentingnya hiburan bagi anak-anak

Hiburan adalah suatu kata yang dipakai untuk menyatakan jenis kegiatan yang konstruktif yang dijalankan oleh seseorang pada waktu senggangnya. 5. Membacakan kisah-kisah dan sya’ir (puisi dan sajak)

Salah satu yang dapat memberikan ketenangan jiwa adalah membaca syair syair. Kalau seorang ibu memanfaatkan sarana hiburan ini dalam mendidik anak-anaknya dengan cara menghidupkan kaset-kaset syair-syair keagamaan maka anak-anak akan terbiasa. Hal ini juga akan memperkuat jiwa keagamaan bagi anak-anak dan menanamkan perilaku-perilaku terpuji di dalam jiwa anak.

b. Problematika orangtua beda agama dalam menanamkan pendidikan akhlak kepada anak.

(55)

karena di desa saya orang budha dan orang islam hampir sama, jadi ketika orangtua beda agama dengan otomatis ketika ibu menyuruhnya dalam hal kebaikan sementara bapaknya tidak membolehkan ataupun kurang setuju dengan ibunya.

B. Kajian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Lilis Handayani dalam skripsinya yang berjudul Penanaman Nilai-nilai Moral dalam Keluarga Beda Agama Studi kasus dalam Tiga Keluarga Agama Islam san Kristen di Desa

Doplang, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Penelitian ini

(56)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Yasin dalam skripsinya yang berjudul Pola Pengasuhan Anak Terhadap Kepenganutan Agama Studi Kasus pada Lima Keluarga Beda Agama. Penelitian ini

menggunakan Metode kualitatif bertipe deskriptif, data penelitian ini diambil dengan teknik observasi dengan tujuan melihat secara nyata dan faktual menggunakan wawancara tak terstruktur namun terfokus. Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa pola asuh anak terhadap agamanya cenderung otoriter, berdampak pada konversi agama dan anak cenderung bingung dalam memilih agama yang diyakinya benar. 3. Penelitian yang dilakukan Azazi dalam skripsinya yang berjudul Hak

Memilih Agama Bagi anak dari Pasangan Beda Agama dalam

Perspektif Hak Asasi Manusia. Penelitian ini menggunakan jenis

penelitian kualitatif, untuk mendapatkan data penulis menggunakan dua cara yaitu pengumpulan data lapangan dan kepustakaan. Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa kebebasan memilih agama merupakan hak-hak asasi lainnya, karena hak ini bersifat individual dan langsung berkaitan dengan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan orangtua yang berbeda agama memberikan hak kebebasan kepada anak memilih agamanya dengan melalui bimbingan dan pendidikan agama sampai anak dapat menentukan pilihannya sepenuh hati tanpa ada paksaan-paksaan.

(57)

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan sebuah model studi kasus, informasi dari para informan pokok diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam dan dengan menggunakan life history method. Dalam penelitiannya peneliti menyimpulkan walaupun memiliki agama yang berbeda dalam satu keluarga, mereka selalu berusaha mengutamakan perdamaian tanpa menyinggung masalah perbedaan agama diantara mereka. mereka tidak pernah menganggu saudara yang berbeda agama dengannya. Dengan demikian, sehari-hari terlihat bahwa kehidupan beragama bukanlah satu masalah yang harus mereka besar-besarkan, karena sebagian besar dari mereka bukanlah penganut agama yang fanatic. Di daerah tersebut masyarakatnya lebih mengutamakan hubungan baik dalam sistem adat-istiadat mereka. Jika ada anggota keluarga yang dikucilkan karena keluar dari agama yang telah mereka anut dan telah berpindah ke agama yang lain, hubungan tali silaturrahmi mereka masih tetap bisa terjalin melalui acara adat-istiadat yang mengharuskan kehadiran mereka, jadi dalam hal ini kebudayaan atau adat-istiadat yang menjadi pengikat dan menyatukan mereka.

5. Penelitian yang dilakukan Oktafiani dalam skripsinya yang berjudul Problematika Pengamalan Ibadah Anak pada Keluarga Beda Agama

(58)
(59)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian lapangan yaitu dengan menyajikan gambaran tentang Pola Penanaman Pendidikan Akhlak dalam keluarga beda agama.

(60)

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian field research yang bermaksud untuk mengetahui data responden secara langsung dari lapangan, yakni suatu penelitian yang bertujuan mengetahui situasi atau keadaan sebenarnya tentang Pola Penanaman Pendidikan Akhlak dalam keluarga beda agama di Desa Kenteng.

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya pengumpulan data-data di lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data-data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen. Dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian namun berfungsi sebagai instrumen pendukung, oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini mulak diperlukan.

(61)

Penelitian dilaksanakan di Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kab. Semarang. Adapun peneliti memilih lokasi di Desa Kenteng, Kecamatan Susukan ini karena fenomena di tempat ini belum pernah diteliti sebelumnya oleh peneliti sehingga peneliti tertarik dan ingin meneliti lebih jauh lagi.

D. Sumber Data

Ada dua sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu: 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber pertama di lapangan. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama baik dari individu maupun kelompok seperti hasil wawancara. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber utama yaitu hasil wawancara orang tua dalam peneliti ini adalah orangtua beda agama dan anak.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data maupun pihak lain atau data pendukung yang sangat diperlukan dalam penelitian ini.

(62)

Data ini dapat berupa hasil -hasil studi, hasil survei. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan keluarga beda agama.

E. Prosedur Pengumpulan Data 1. Wawancara

Dalam metode ini penulis menggunakan teknik interview guide yaitu cara pengumpulan data dengan menyampaikan secara langsung daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya guna memperoleh jawaban yang langsung pula dari seorang responden (Koentjaraningrat, 1996: 138).

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu dengan para informan yang sudah dipilih untuk mendapatkan data yang diperlukan yaitu Keluarga beda agama di Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. 2. Observasi

(63)

Pengamatan disini termasuk juga didalamnya peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsial maupun langsung diperoleh dari data (Moleong,2007: 174).

Observasi ini dilakukan dengan melakukan serangkaian pengamatan dengan menggunakan alat indera penglihatan dan pendengaran secara langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan teknik observasi berperan pasif dimana observasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

3. Dokumentasi

Sejumlah besar fakta dan data yang tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi yang berkaitan dengan Pola Penanaman Pendidikan Akhlak dalam Keluarga Beda Agama.

F. Analisis Data

(64)

G. Tahap- Tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu: tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Tahap Sebelum ke Lapangan

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigm dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan izin kepada subjek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan pola penanaman pendidikan akhlak dalam keluarga beda agama di Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.

3. Tahap Analisis Data

(65)

sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.

4. Tahap Penulisan Laporan

Tahap ini meliputi: Kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.

(66)

BAB IV

DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA

A. Profil Desa Kenteng Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang 1. Letak dan Keadaan Geografi

Desa Kenteng adalah sebuah desa di Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, sebelah utara berbatasan dengan desa Kemetul, sebelah Timur berbatasan dengan desa Koripan, sebelah selatan berbatasan dengan desa Duren dan sebelah barat berbatasan dengan desa Cukil.

2. Visi Dan Misi Desa Kenteng

VISI

Kenteng membangun masyarakat agamis berwawasan mandiri dan tangguh

Berbasis pada usaha Pertanian, Perikanan dan Peternakan Menjadi desa yang Maju dan Sejahtera

(KENTENG MAWAS DARMA). MISI

a. Mendorong serta mendukung berbagai kegiatan keagamaan yang ada di masyarakat.

b. Membangun dan mendorong terciptanya pendidikan yang murah, berkualitas, dan mudah diakses oleh semua warga.

(67)

d. Membangun industry kecil dan menengahserta kerajinan rakyat yang bertumpu pada potensi ekonomi daerah.

e. Membangun serta mendorong kemitraan dalam upaya pengembangan terutama dalam bidang pertanian, perikanan, dan peternakan. f. Menjamin terciptanya pembangunan yang berkelanjutan dengan

memperhatikan aspek kebencanaan.

g. Meningkatkan dan mendorong sikap masyarakat yang bertanggungjawab, ramah dan mandiri.

h. Menumbuhkan semangat gotong royong masyarakat dalam membangun desa.

i. Mendorong keikutsertaan masyarakat dalam berbagai program desa baik dari aspek perencanaan maupun pelaksanaan.

(68)

k. Kadus Niten : Suwanto l. Kadus Talok : Komarudin m. Kadus Kragoan : Sarno n. Kadus Dalaman : Ari 4. Sarana dan Prasarana

a. Kantor Kepala desa b. Kantor sekretaris dan kaur c. Kantor rapat kadus

d. Kantor pelayanan e. Perpustakaan f. Dapur

g. Kantor pameran benda bersejarah 5. Keadaan Penduduk

Adapun keadaan penduduk desa Kenteng kecamatan Susukan kabupaten Semarangdapat dilihat dari data Monografi pada bulan Agustus 2018 di bawah ini yang sudah dapat dipajhami dengan table-tabel klasifikasi berikut:

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Menurut Usia

Usia ki-laki rempuan Jumlah

0-4 tahun 166 154 194

5-9 tahun 194 178 372

(69)

15-19 tahun 153 170 323 20-24 tahun 173 163 336 25-29 tahun 200 192 392 30-34 tahun 219 218 437 35-39 tahun 238 276 514 40-44 tahun 215 190 405

45-49 thun 191 214 405

50-54 tahun 167 172 339 55-59 tahun 136 145 281 60-64 tahun 105 102 207

65-69 84 80 164

70-74 53 75 128

75 keatas 128 164 164

Jumlah 2604 2671 5275

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk menurtu Agama

Agama Laki-laki rempuan Jumlah

Islam 2311 2355 4666

Kristen 6 6 12

Katholik 0 2 2

(70)

Budha 287 308 595

Konghucu 0 0 0

Kepercataan 0 0 0

Jumlah 2604 2671 5275

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

ingkat Pendidikan aki-laki erempuan umlah idak/Belum sekolah 559 565 1124

Belum tamat SD/sederajat

135 142 227

amat SD/sederajat 926 1072 1998 SMP/sederajat 505 489 994 SMA/ sederajat 405 325 730

Diploma I-II 2 3 5

Diploma III 12 14 26

S1 57 57 114

S2 3 4 7

S3 0 0 0

(71)

Tabel 4.4

Jumlah penduduk menurut mata pencaharian

Pekerjaan ki-laki rempuan umlah Belum.tidak bekerja 644 569 1213 Mengurus rumah tangga 291 291

Pelajar/mahasiswa 296 265 561

Pensiunan 17 5 22

Pegawai negeri sipil 27 12 39

TNI 5 5

Kepolisian RI 1 1

Pedagang 6 7 13

Petani 452 483 935

Peternak 1 1 2

Nelayan/perikanan 1 1

Karyawan swasta 702 609 1311

Karyawan BUMN 1 1 2

Karyawan BUMD 1 1 2

Karyawan Honorer 1 1

(72)

Buruh Tani 10 13 23

Pembantu rumah tangga 1 1

Tukang batu 3 3

Tukang kayu 1 1

Penata Rambut 2 2

Dosen 2 1 3

Guru 12 20 32

Konsultan 1 1

Bidan 2 2

Perawat 1 1 2

Pelaut 1 1

Sopir 2 2

Pedagang 11 12 23

Perangkat desa 14 14

Kepala desa 2 2

Wiraswasta 265 232 497

Lainnya 2 2

Jumlah 2604 2671 5275

2. Data Responden

Data Responden Keluara Pasangan Beda Agama

(73)

K (Budha) N (Islam) PH 42/32/9 tahun R (Budha) YT (Islam) AY 32/33/10 tahun HD (Budha) J (Islam) SH 60/55/25 tahun

B. Profil Subjek Penelitian 1. Profil Keluarga Bapak JK

Kenteng merupakan daerah asal bapak JK. Beliau lahir 42 tahun yang lalu, Istrinya bernama ibu MN yang berusia 32 tahun yang berasal dari Tingkir. Keduanya dikaruniai dua anak, yang pertama perempuan berusia 10 tahun yang bernama PH dan yang kedua laki-laki berusia 2 tahun yang bernama JF. Bapak JK dan ibu MN bisa sampai ke tahap pernikahan

dikarenakan dulu tempat kerjanya bapak JK berdekatan dengan rumah ibu MN. Setelah beberapa tahun pernikahan, akhirnta mereka memutyskan bertempat tinggal di desa Kenteng.

(74)

2. Profil Keluarga Bapak SR

Bapak SR berasal dari Krajan sedangkan ibu YT berasal dari Jawa Barat, mereka berdua saling kenal ketika bekerja di tempat yang sama yaitu bekerja di Jakarta, setelah lama saling mengenal dan menjalin suatu hubungan, akhirnya mereka memutuskan untuk menikah dan kembali ke tempat bapak SR yaitu di desa Kenteng.

Usia bapak SR kini sudah 32 sedangkan ibu YT berusia 33 tahun. Mereka dikaruniai 2 anak putra yang pertama bernama AY berumur 9 tahun dan yang kedua masih TK. Saat ini bapak SR bekerja bisnis bonsai dan ibu YT bisnis online dan membuka warung di rumah. Agama bapak SR adalah Budha dan Ibu YT beragama Islam.

3. Profil Keluarga Bapak HD

Bapak HD berasal dari desa Kenteng, ibu SJ berasal dari desa Kenteng. Mereka berdua tidak saling kenal, akan tetapi namanya prang dulu itu tidak kenal saja bisa di jodohkan. Usia bapak HD kini sudah 60 tahun, sedangkan ibu SJ berumur

55 tahun. Bapak HD lulusan SD dan Ibu SJ lulusan SD juga. Saat ini bapak HD kesehariannya pergi ke sawah dan ibu SJ si rumah saja sebagai ibu rumah tangga. Agama bapak HD Budha dan ibu SJ Islam.

(75)

Setelah dilakukan observasi dan wawancara terhadap keluarga beda agama di desa Kenteng Kecamatan Susukan Kabupaten Semarng ditenukan penanaman pendidikan akhlak dalam keluarga beda agama, sebagai berikut :

1. Cara orang tua menanamkan pendidikan akhlak dalam keluarga beda agama.

a) Keluarga Bapak JK

Bapak JK awalnya beragama Budha, akan tetapi untuk bisa menikah dengan ibu MN akhirnya bapak JK bersedia untuk pindah ke agama Islam. Setelah fua tahun [ernikahannya dengan ibu MN, akhirnya bapak JK kembali lagi menjalankan ajaran agama Budha akan tetapi tanpa mengubah agama yang tertera dalam kartu identitasnya. Ibu MN dan bapak JK membuat siatu kesepakatan mengenai agama anak-anak mereka kelak harus ikut agama ibu MN yaitu Islam.

Hal ini sebagaimana yang diutarakan oleh bapak JK di bawah ini:

“Untuk masalah anak-anak terutaa agamanya saya sudah bilang ke istri kalau anak-anak harus ikut dengan istri sebagaimana keadaannya karena telah menjadi kesepakatan”

(76)

harmonis dalam masala penanaman pendidikan akhlak, bapak JK dan ibu MN menerapkan seperti ini:

1) Keagamaan (Sholat, Ngaji, Puasa)

Bapak JK dan ibu MN dikaruniai dua anak dengan adanya kesepakatan yang dibuat pleh bapak JK dan ibu MN akhirnya kedua anaknya mengikuti agama ibu MN yaitu Islam, mengenai pendidikan akhlak, pertama, ibu MN sudah mengenalkan tatacara sholat, gerakan sholat dan bacaan saat sholat dari waktu kecil. Kedua, ibu MN mengenalkan ngaji dari makhorijul khuruf maupun bacaannya. Kebetulan rumah bapak JK ini dengan tempat ngajinya berhadap-hadapan jadi lebih mudah untuk mengantar anaknya setiap sore untuk ngaji di rumah depannya (rumah bapak SG). Ketiga, ibu MN setiap puasa romadhan ketika sahur membangunkan anak-anak dan suami, ibu MN mengajak mereka untuk berpuasa sampai 30 hari, akan tetapi ketika waktu siang hari karena bapak JK tidak di rumah kemungkinan hanya ikut sahur dan buka saja.

(77)

“Saya setiap hari disuruh ibu untuk mengaji di rumah bapak SG dan dulu di waktu TK sampai kelas 3 saya mengaji TPA dan dari sejak kecil saya sudah diajarkan pelajaran keagamaan seperti sholat, ngaji dan puasa”. 2) Disiplin dan toleransi

Ibu MN dan bapak JK selalu memberikan hadiah apabila anak berperilaku disiplin atau patuh terhadap orang tua. Keluarga bapak JK dan ibu MN berfikiran apabila anak diperlakukan dengan baik maka anak akan patuh dan disiplin dengan sendirinya.

Berikut ini penuturan dari ibu MN:

“Saya selalu memberi hadiah atau pujian kalau anak saya

disiplin dan patuh terhadap perintah saya, anak itu kalau kita bersikap baik atau tidak galak pasti anak akan patuh dan disiplin dengan sendirinya”

Ibu MN juga bertutur kata :

“Saya dari anak sudah bisa bicara sampai sekarang selalu mengingatkan ketika mau masuk rumah dan keluar rumah mengucapkan salam, ketika mau tidur dan makan selalu berdoa”

Ibu MN juga mengajarkan kepada anak sikap toleransi (saling menghormati) terhadap agama lain, karena dari keluarga beda agama ini terbentuk sikap toleransi yang tinggi, seperti halnya ketika waktu sholat seorang bapak mengajak anaknya untuk jalan-jalan dahulu agar istri dan anaknya sholat berjamaah.

(78)

dalam rumah selalu mengucapkan salam bahkan anaknya dalam berbicara kepada yang lebuh tua selalu menggunakan bahasa karma.

b) Keluarga bapak SR

Di keluarga bapak SR dan ibu YT agama merupakan suatu hal yang tidak dipermasalahkan dan diperebutkan. Mengenai penentuan agama bagi anak, bapak SR menyerahkan sepenuhnya dengan ibu YT. Bapak SR tidak terlalu mempermasalahkan agama apa yang akan di pilih anaknya, yang terpenting tetap konsekuen terhadap ajaran agama yang dipeliknya. Dengan begitu anak mereka ikut ke agama ibu YT yaitu Islam, sebagaimana yang diutarakan oleh ibu YT:

“Untuk agama anak, suami saya menyerahkan semuanya kepada saya. Jadi anak ikut agama saya, suami saya itu tidak mempermasalahkan agam apa yang kelak dipilih anak-anak yang terpenting itu tetap konsekuen dengan ajaran agama yang dipeluk”

Begitu juga dengan cara menanamkan pendidikan akhlak bapak SR menyerahkan sepenuhnya ke ibu YT. Cara menanamkan pendidikan akhlak kepada anak sebagai berikut: 1) Keagamaan (Sholat, Ngaji dan Puasa)

(79)

menyerahkan sepenuhnya dengan ibu YT mengenai keagamaan anak, maka ibu YT yang memberikan pendidikan tersebut, sehingga anak ikut keagama Islam. Menurut ibu YT pengenalan tentang sholat, ngaji dan puasa lebih baik diberikan sejak kecil. Berikut ungkapan Ibu YT:

“Yang terpenting itu pengenalan keagamaan pengenalan tentang Tuhan serta melaksanakan rukun Islam (Shola, puasa, zakat) dan lainnya”

2) Disiplin dan Toleransi

Keluarga bapak SR dalam menanamkan kedisiplinan dan toleransi kepada anaknya, hukuman selalu diberikan ketika anak melakukan kesalahan. Seperti penuturan ibu YT :

“Anak saya kalau tidak disiplin selalu saya berikan hukuman, soalnya kalau tidak digituin anak tidak mau disiplin”

Uniknya dalam keluarga ini, Bapak SR yang beragama Budha tidak lupa mengingatkan anaknya apabila tidak segera menjalankan sholat, bahkan bapak SR memarahi anaknya apabila tidak segera menjalankan sholat. Berikut ini penuturan AY (anak bapak SR dan ibu YT):

“Bapak itu walaupun beragama Budha selalu memarahi saya apabila saya tidak menjalankan sholat, bapak mengatakan kalau menjalankan ibadah mbok ya jangan di tunda-tunda”

(80)

Mengenai penentuan agama anak, dalam keluarha bapak DH dan ibu SJ memberikan kebebasan kepada anak mereka. Saat anak-anak mereka masih kecil, ibu SJ yang lebih intens dalam memberikan pendidikan akhlak kepada anaknya, sampai suatu saat bapak HD merasa cemburu dan berniat untuk memberikan pendidikan akhlak juga. Akhirnya bapak HD dan ibu SJ sepakat untuk memberikan pendidikan akhlak kepada anak-anaknya. Namun SH (anak bapak HD dan ibu SJ) hanya mau menerima pendidikan yang diberikan oleh ibu SJ saja. Hal ini berdasarkan penuturan ibu SJ:

“Saat anak saya masih kecil saya yang intens dalam memberikan pendidikan keagamaan dan akhlak kepada mereka agar mereka mempunyai pedoman dan pondasi yang kuat. Namun suami saya protes karena saya yang lebih dominan dalam memberikan pengajaran kepada anak-anak. Akhirnya saya dan suami sepakat untuk saling memberikan pengajaran tentang agama dan akhlak kepada mereka. Setelah anak-anak dewasa lita jug memberikan kebebasan untuk memilih agama, apakah akan memilih Islam atau Budha, akan tetapi anak saya memilih Islam”

(81)

1) Keagamaan (Sholat, Ngaji dan Puasa)

Menurut ibu SJ penanaman pendidikan akhlak kepada anak yaitu masalah tauhid, sholat wajib dan puasa. Seperti yang telah diungkapkan ibu SJ:

“Kalau menurut saya semua itu penting untuk diajarkan kepada anak, akan tetapi yang anak ketahui dan kuasai adalah mengenal tauhid yaitu tentang keimanan kepada Allah, kemudian sholat juga sangat penting karena kita sebagai umat Islam wajib untuk melaksanakan sholat lima waktu dan puasa”.

Ungkapan ibu SJ diatas juga diutarakan oleh SH (anak bapak HD dan ibu SJ) berikut ini:

“ibu setiap sore selalu menyuruh saya untuk mengaji ke TPA agar saya tahu tentang ilmu-ilmu agama, ibu juga selalu menyuruh saya membaca yasin ketika malam jum’at”.

2) Disiplin dan Toleransi

Keluarga bapak HD dalam menanamkan kedisiplinan kepada anak dengan cara terus menerus memberikan atau mengajarkan kedisiplinan sampai anak disiplin dengan sendirinya. Berikut ini penuturan ibu SJ:

“Anak saya selalu terus menerus saya tanamkan kedisiplinan, apabila anak ditanamkan terus menerus pasti dalam diri anak akan timbul rasa disiplin dengan sendirinya”.

Keluarga bapak HD dan ibu SJ selalu bersikap toleransi dengan orang lain, berikut ini penuturan ibu SJ:

“walaupun saya selalu bersikap demokratis kepada anak, akan tetapi anak saya harus bersikap toleransi dengan orang lain, rendah hati dan menolong orang lain”.

(82)

Dalam menanamkan pendidikan akhlak pada anak dalam keluarga beda agama akan muncul problematika dalam proses penanamannya. Berikut ini problematika dalam menanamkan pendidikan akhlak kepada anak:

a. Perbedaan agama di dalam keluarga

Perbedaan agama di dalam keluarga memunculkan problematika dalam menanamkan pendidikan akhlak pada anak. Sebagai contoh dalam keluarga bapak HD. Ibu SJ yang intens dalam memberikan pendidikan akhlak pada anak sampai suatu saat bapak HD merasa cemburu dan berniat untuk memberikan pendidikan agama juga ke anak-anak mereka. Akhirnya, bapak HD dan ibu SJ sepakat untuk saling memberikan pengajaran keagamaan sesuai dengan agama masing-masing kepada anaknya. Dengan munculnya problematika tersebut anak bingung dalam menentukan pendidikan mana yang akan dianut. Dari keluarga bapak HD dan ibu SJ ini menimbulkan problematika kecemburuan dalam mendidik anak.

b. Kurangnya pengetahuan orangtua dalam mengajarkan pendidikan akhlak kepada anak

(83)

menjadi salah satu kelemahan orangtua apalagi dalam keluarga beda agama. Sebagaimana penuturan ibu YT sebagai berikut:

“Saya itu sudah berusaha mengajarkan anak saya sholat, mengaji dan lainnya, akan tetapi saya juga menyadari kalau pengetahuan atau wawasan saya mengenai sholat, mengaji tidak begitu tahu karena saya hanya lulusan SMA dan saya tidak pernah mondok dan kalau mau tanya bapaknya malah tidak tahu sama sekali”.

Penuturan ibu YT selanjutnya:

“Saya dari kecil memang sekolahnya tidak di MI/MTS dan MAN, karena kata ibu saya sekolahnya terlalu banyak hafalan dana pelajarannya terlalu banyak, maka dari itu sekarang saya berfikir seperti ibu saya juga. Apalagi memondokkan anak ke pesantren, lebih baik anak di didik di rumah bersama ibunya saja walaupun agamanya kurang mendalam yang terpenting anak saya bisa mengaji dan sholat wajib terpenuhi”.

(84)

d. Rendahnya motivasi dan semangat anak dalam melakukan pendidikan akhlak yang ditanamkan orangtua

Dalam melakukan pendidikan akhlak yang ditanamkan oleh orangtua, anak memerlukan motivasi dan semangat yang tumbuh dari dirinya sendiri maupun yang diperngaruhi dari luar dirinya. Perhatian dan conto langsung dari orangtua menjadi salah satu faktor yang memepengaruhi semangat dan motivasi anak. Namun orangtua dalam keluarga beda agama terlihat kurang memberikan contoh yang baik terhadap anak. Seperti contoh dikeluarga bapak SR dan ibu YT ini banyak sekali yang beragama Budha jadi ibu YT juga kurang memberi contoh kepada anaknya, misalnya waktunya mengaji ke masjid, ibu YT hanya menyuruh anaknya saja, akan tetapi di rumah ibu YT tidak mengaji juga, terkadang anaknya mengaji ibunya di rumah melihat tv/mainan hp. Dari situ anal ibu YT ini terkadang jadi sulit untuk mengaji ke masjid karena anaknya mengaji ibunya menonton tv/mainan hp.

(85)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

1. Cara orangtua menanamkan pendidikan akhlak pada anak dalam keluarga beda agama, meliputi: keluarga beda agama menanamkan pendidikan akhlak (keagamaan) yaitu sholat, ngaji, dan puasa pada anak, (disiplin dan toleransi) dengan cara memberikan hukuman, penghargaan, mengajarkan kesopanan, kesederhanaan, dan pembiasaan untuk menjauhkan perbuatan tercela.

2. Problematika penanaman pendidikan akhlak pada anak dalam keluarga beda agama menyebabkan kurangnya pengetahuan orangtua dalam mengajarkan pendidikan akhlak pada anak, sosialisai yang kurang dengan masyarakat sekitar dan rendahnya motivasi dan semangat anak dalam melakukan pendidikan akhlak yang ditanamkan orangtua. B. Saran

(86)

DAFTAR PUSTAKA

Adji, Setiono Usman. 1989. Kawin Lari dan Kawin Antar Agama. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Al-Ghozali, Imam. 1990. Ihya Ulumuddin Jilid 1. Terjemahan Muhammad Zuhri. Semarang: Asy-Syifa.

Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Azazi. 2008. Hak Memilih Agama bagi Anak dari Pasangan Beda Agama dalam Perspektif Hak Asasi Manusia. Skripsi Tidak Diterbitkan: Fakultas Syari’ah UIN Syarif Hidayatullah.

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Usia
Tabel 4.2
Tabel 4.4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tolak ukur atau pertimbangan bagi pemilik usaha untuk mengembangkan manajemen pengawasan mutu dalam upaya keberlanjutan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan tukar menukar kawasan hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani dengan tanah negara bebas (GG) Pemerintah Kabupaten Pekalongan

yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami penjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karuninayah-Nya kepada

Perencanaan strategis sistem informasi merupakan proses identifikasi portfolio aplikasi berbasis komputer yang akan diimplementasikan, yang keduanya selarah dengan strategi

Dari ketiga definisi di atas sepakat menyatakan bahwa akhlaq atau khuluq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan muncul secara spontan bilamana

Sistem informasi ini membantu pada instansi untuk menyampaikan sistem informasi kepada seksi lain yang ada di di puskesmas Rantau Utara dan sistem informasi juga dapat

kesimpulan.. Sehingga pemahaman peserta didik kurang optimal akibat dari tingkat keaktifan mereka dalam pembelajaran yang masih sangat rendah. Sebelum dilakukan perlakuan,

Dalam penulisan laporan akhir ini, penulis ingin mengetahui bagaimana perencanaan yang baik dalam merencanakan desain geometrik dan tebal perkerasan pada Jalan