• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN LITERATUR. Sebuah plat beton bertulang merupakan bidang datar yang lebar dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN LITERATUR. Sebuah plat beton bertulang merupakan bidang datar yang lebar dan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

II-1 BAB II

KAJIAN LITERATUR 2.1 Dasar Teori Plat

Sebuah plat beton bertulang merupakan bidang datar yang lebar dan biasanya mempunyai arah horizontal dengan permukaan atas dan bawah yang sejajar. Plat biasanya ditumpu oleh balok beton bertulang atau batang - batang struktur baja secara langsung oleh kolom - kolom atau tertumpu secara menerus oleh tanah.

Plat adalah struktur planar kaku yang secara khas terbuat dari material monolit yang tingginya lebih kecil dibandingkan dengan dimensi - dimensi lainnya. Plat dapat dianalisis sebagai grid - grid menerus. Akan tetapi,kita akan mendapat manfaat lebih banyak apabila kita meninjau plat dengan memperhatikan momen dan gaya geser internal yang mengimbangi momen dan gaya geser eksternal. Beban yang umum bekerja pada plat mempunyai sifat banyak arah dan tersebar. Plat dapat ditempuh diseluruh tepinya atau hanya pada titik - titik tertentu (misalnya oleh kolom - kolom), atau campuran antara tumpuan menerus dan titik. Kondisi tumpuan dapat sederhana atau jepit. Adanya kemungkinan variasi kondisi tumpuan menyebabkan plat dapat digunakan untuk berbagai keadaan. Untuk merencanakan plat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya pembebanan, tetapi juga ukuran dan syarat-syarat tumpuan pada tepi. Syarat yang harus dipenuhi tidak hanya kekuatan tapi juga kekakuannya.

(2)

II-2

Plat selain sebagai penahan beban berlaku juga sebagai bagian pengaku lateral struktur. Gaya dalam dominan adalah momen lentur sehingga perancangan tulangannya relatif sederhana, karena :

a. Tegangan - tegangan geser di dalam plat biasanya rendah kecuali kalau terdapat beban - beban terpusat yang berat.

b. Jarang diperlukan tulangan tekan.

Syarat - syarat untuk menentukan tebal minimum plat (SK SNI T-15-1991-03) :

Rumus 1 h ≥ Ln [0,8 + fy/1500] (36 + 9 β) Rumus 2 h ≥ Ln [0,8 + fy/1500] 36 Rumus 3 h ≥ Ln [0,8 + fy/1500] 36 + 5 β {αm – 0,12 [ 1 + 1/ β]} Dimana :

Ln : panjang bentang bersih plat setelah dikurangi tebal balok (cm) fy : tegangan leleh baja untuk plat.

h : tebal plat

αm : koefisien jepit plat

n : jumlah tepi plat

β : Ln memanjang (cm)

(3)

II-3

Selain itu pada SK SNI T-15-1991-03 Pasal 3.6.6 mengizinkan untuk menentukan distribusi gaya dengan menggunakan koefisien momen yang dapat dilakukan dengan mudah.

Dalam menentukan momen lentur maksimumnya dapat mempergunakan tabel 14 pada SK SNI T-15-1991-03. Dalam penggunaan tabel ini menggunakan metode penyaluran beban berdasarkan metode amplop. Syarat - syarat pemakaian tabel ini :

1. Beban terbagi rata.

2. Membatasi perbedaan antara beban maksimum dan minimum pada

bentang plat atau lekukan. ( Wu.min ≥ 0,4 Wu.max )

3. Membatasi perbedaan antara beban - beban maksimum pada bentang yang

berbeda. ( Wu.min terbesar ≥ 0,8 Wu.max terbesar )

4. Membatasi perbedaan dari panjang bentang, yaitu panjang bentang

terpendek ≥ 0,8 kali panjang bentang terpanjang.

Setelah menentukan syarat - syarat batas, bentang dan tebal plat kemudian beban - beban dapat dihitung. Menurut peraturan SK SNI T-15-1991-03 tabel 3.2.2 untuk plat yang sederhana berlaku rumus :

Wu = 1,2 Wd + 1,6 Wl

Menurut peraturan SK SNI T-15-1991-03 tabel 3.2.5 (b) batas lendutan maksimum adalah 1/480 bentang. Lendutan yang terjadi akibat beban merata adalah (Timoshenko dkk, 1998) :

δ = α.Wu.b4 D

(4)

II-4

D = Ec.H3

12 ( 1 - µ2)

Dimana :

δ : lendutan yang terjadi

α : koefisien lendutan

Wu : beban ultimate (kg/cm2)

µ : nilai poison rasio

D : momen akibat lentur untuk plat (kg.cm)

Ec : modulus elastisitas beton

H : tebal plat

b : lebar plat

2.2 Dasar Teori Balok

Balok dapat terdiri dari balok anak dan balok induk, atau hanya balok induk saja. Balok berfungsi sebagai pemikul plat dan beban yang berada di atasnya. Perencanaan balok beton bertulang bertujuan untuk menghitung tulangan dan membuat detail-detail konstruksi untuk menahan momen - momen lentur ultimate,

gaya-gaya lintang, dan momen puntir. Kekuatan suatu balok lebih banyak dipengaruhi oleh tinggi daripada lebarnya. Lebar yang sesuai biasanya setengah sampai dua pertiga dari tingginya. Dimensi balok jangan terlalu kecil karena akan menimbulkan kesulitan dalam menentukan selimut beton dan jarak tulangan yang memadai.

(5)

II-5

Secara umum dimensi balok bisa diperkirakan dengan cara :

1. H = 1/10 L sampai dengan 1/12 L. Dimana L = bentang plat terpanjang. 2. B = ½ H sampai dengan 2/3 H. Dimana H = tinggi balok.

Untuk memeriksa kekakuan balok terhadap lendutan (δ), lendutan maksimum yang terjadi pada tengah bentang bila balok dianggap sendi dan rol pada ujung – ujungnya adalah (Timoshenko dkk, 1998) :

δ = 5.Wu.L4 384. EI Dimana :

L : panjang bentang balok E : modulus elastisitas balok I : momen inersia balok

Dalam merencanakan penulangan balok harus dapat memenuhi persyaratan di bawah ini :

1. B/H > 0,3 2. B min > 25 cm 3. ρ min ≤ ρ ≤ ρ max Menentukan tulangan tekan

As < 1 As’

Koefisien balok dengan plat, αm merupakan nilai rata-rata α untuk semua balok. Untuk mencari lebar efektif balok T dengan menggunakan rumus :

b eff = bw + ½ L1 + ½ L2

b eff = bw + 8 h f + 8 h f

(6)

II-6

Dan untuk mencari lebar efektif balok L dengan menggunakan rumus :

b eff = bw + L/12

b eff = bw + 6 h f

b eff = L/2

2.3 Dasar Teori Kolom

Kolom merupakan elemen struktur yang menumpu balok dan memikul beban - beban pada lantai serta beban yang ada di atasnya. Sehingga jika kolom runtuh maka runtuh pulalah bangunan secara keseluruhan.

Syarat - syarat dalam mendesain kolom antara lain :

1. Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada semua lantai atau atap dan momen maksimum yang berasal dari beban terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau. Kombinasi pembebanan yang menghasilkan rasio maksimum dari momen terhadap beban aksial juga harus diperhitungkan.

2. Pada konstruksi rangka atau struktur menerus, pengaruh dari adanya beban

yang tak seimbang pada lantai atau atap terhadap kolom luar ataupun dalam harus diperhitungkan. Demikian pula pengaruh dari beban eksentrisitas karena sebab lainnya juga harus diperhitungkan.

3. Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang bekerja pada

kolom, ujung terjauh kolom dapat dianggap terjepit, selama ujung-ujung tersebut menyatu (monolit) dengan komponen struktur lainnya.

(7)

II-7

4. Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus didistribusikan pada kolom di atas dan di bawah lantai tersebut berdasarkan kekakuan relatif kolom dengan juga memperhatikan kondisi kekangan pada ujung kolom.

Perencanaan kolom memperhatikan keadaan batas tegangan (kekuatan) dan kekakuan untuk menghindari deformasi berlebihan dan tekuk. Perbandingan b/h dari kolom tidak boleh kurang dari 0,4. Syarat untuk menentukan dimensi kolom yaitu (Kusuma dan Adriono, 1996) :

Ag ≥ Pu 0,2 (fc’ + fy.ρ)

Dimana : Pu = beban ultimate yang dipikul kolom (N) Ag = luas kolom yang dibutuhkan (mm2)

f c’ = mutu beton (Mpa)

fy = mutu baja (Mpa)

2.4 Dasar Teori Baja Tulangan

Baja dalam beton bertulang memikul tegangan tarik, sedangkan beton sendiri berfungsi untuk memikul tegangan tekan. Dengan demikian pada suatu gelagar beton bertulang, beton berfungsi memikul gaya tekan, dan batang-batang baja yang dipasang longitudinal diletakkan di dekat permukaan tarik, dan sering kali batang- batang baja tambahan diletakkan sedemikian rupa sehingga dapat memikul timbulnya tegangan tarik yang disebabkan oleh gaya geser pada bagian gelagar. Supaya pemakaian tulangan bisa berjalan dengan efektif, harus diusahakan agar tulangan dan beton dapat mengalami deformasi bersama - sama, yaitu agar terdapat ikatan yang cukup kuat diantara kedua material tersebut untuk

(8)

II-8

memastikan tidak terjadinya gerakan relatif (slip) dari tulangan dengan beton yang ada di sekelilingnya.

Dalam perencanaan dikenal tulangan yang bersifat Balance reinforced

(tulangan berimbang) artinya tulangan leleh pada saat yang bersamaan dengan hancur beton. Berikut ini akan diuraikan perbedaan dua kondisi Over Reinforced

dan Under Reinforced :

1. Over Reinforced

a. Tulangan banyak

b. Momen nominal (Mn) besar

c. Garis netral besar

d. Tulangan belum leleh saat beton hancur

e. Keruntuhan tekan

f. Keruntuhan tiba - tiba

g. Brittle failure

2. Under Reinforced

a. Tulangan sedikit

b. Momen nominal (Mn) kecil

c. Garis netral kecil

d. Tulangan lebih dulu leleh saat beton hancur

e. Keruntuhan tarik

f. Keruntuhan perlahan (didahului oleh lendutan yang besar dan retak) g. Dactile failure

(9)

II-9

Dari dua kondisi di atas, dalam perancangan beton bertulang tidak disarankan dalam kondisi over reinforced, perancangan harus selalu dalam kondisi under reinforced.

Banyaknya tulangan ditunjukkan oleh luas penampang tulangan (As)

ρ = As b x d

Dimana :

ρ = angka tulangan (tanpa dimensi)

As = luas tulangan

ρb = angka tulangan pada keadaan berimbang ( balance )

ρ > ρb : over reinforced

ρ < ρb : under reinforced

dalam perancangan : ρ < 0,75 ρb

ρb = (0,85.fc’.β1 / fy) . (600 /(600+fy)

Kapasitas momen akan meningkat dengan semakin banyaknya tulangan, tetapi tulangan yang makin banyak menyebabkan penampang tersebut menjadi

over reinforced. Dalam perancangan, penampang direncanakan dengan kapasitas besar tapi tetap under reinforced. Solusinya adalah penampang dengan tulangan rangkap dimana ada lapisan tulangan tekan dan lapisan tulangan tarik. Pada pelaksanaannya tulangan beton harus selalu terlindungi dari cuaca di luar beton yang diistilahkan dengan selimut beton, menurut SNI 03-2847-2002 disebutkan bahwa tebal selimut beton minimum yang harus disediakan untuk tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

(10)

II-10

No. Kondisi Beton

Tebal selimut minimum

(mm) 1 Beton yang dicor langsung di atas tanah dan selalu

berhubungan dengan tanah

75

2 Beton yang berhubungan dengan tanah atau

berhubungan dengan cuaca

 Batang D-19 hingga D-56...

 Batang D-16,jaring kawat polos P16 atau kawat

ulir D16 dan yang lebih kecil... 3 Beton yang tidak langsung berhubungan dengan cuaca

atau beton tidak langsung berhubungan dengan tanah:

 Plat,dinding,plat berusuk;

Batang D-44 dan D-56... Batang D-36 dan yang lebih kecil...

 Balok,kolom:

Tulangutama, pengikat, sengkang, lilitan

spiral...

 Komponen struktur cangkang, plat lipat:

Batang D-19 dan yang lebih besar... Batang D-16 jaring kawat polos P16 atau ulir D16 dan yang lebih kecil...

Tabel 2.1 Tebal selimut beton

50 40 40 20 40 20 15

(11)

II-11

2.5 Perencanaan Struktur Gedung Berlantai Banyak

Kriteria - kriteria yang perlu diperhatikan dalam analisis dan desain struktur diantaranya, yaitu :

1. Kemampuan layan (serviceability)

Struktur harus mampu memikul beban rancang serta aman tanpa kelebihan tegangan pada material dan mempunyai deformasi yang masih dalam daerah yang diizinkan. Dengan memilih ukuran serta bentuk elemen struktur dan bahan yang digunankan, tegangan pada struktur dapat ditentukan pada taraf yang dipandang masih dapat diterima dan aman.

2. Efisiensi

Mencakup tujuan desain struktur yang relatif lebih ekonomis. Ukuran yang digunakan adalah material yang diperlukan untuk memikul beban yang diberikan dalam ruang pada kondisi dan kendala yang ditentukan.

3. Konstruksi

Tinjauan konstruksi sering mempengaruhi pilihan struktural dimana perakitan elemen-elemen struktural akan efisien apabila materialnya mudah dibuat dan dirakit.

(12)

II-12

Beberapa syarat dalam mendesain struktur suatu bangunan, yaitu:

1. Keamanan

Untuk memenuhi tujuannya, suatu struktur harus aman terhadap keruntuhan dan bermanfaat dalam penggunaannya. Keamanan mensyaratkan bahwa suatu struktur harus mempunyai kekuatan yang cukup untuk memikul semua beban yang bekerja padanya. Keamanan struktur dapat ditentukan dengan jalan menyediakan daya dukung struktur lebih besar dari beban-beban yang telah diketahui akan bekerja pada struktur tersebut.

2. Kekakuan

Dalam perencanaan suatu gedung perlu diperhitungkan kekakuannya agar didapat struktur yang kaku dan tidak mudah retak saat terjadi gempa serta aman dari faktor tekuk.

Beberapa jenis sistem kekakuan dari suatu gedung, yaitu:

A. Dinding pendukung sejajar (parallel bearing walls)

Sistem ini terdiri dari unsur-unsur bidang vertikal yang dipratekan oleh berat sendiri, sehingga menyerap gaya aksi lateral secara efisien. Dinding sejajar ini terutama digunakan untuk bangunan apartemen yang tidak memerlukan ruang bebas yang luas dan sistem mekanisnya tidak memerlukan struktur inti.

(13)

II-13

B. Inti dan dinding pendukung kulit luar (core and facade bearing walls)

Unsur bidang vertikal membentuk dinding luar yang mengelilingi sebuah struktur inti, hal ini memungkinkan ruang interior yang terbuka, yang bergantung pada kemampuan bentangan dari struktur lantai. Inti ini memuat sistem transportasi mekanis vertikal serta menambah kekakuan bangunan.

C. Plat rata (flat slab)

Sistem bidang horizontal pada umumnya terdiri dari plat lantai dengan tebal yang rata dan ditumpu pada kolom

D. Rangka kaku (rigid frame)

Sambungan kaku yang digunakan antara susunan unsur linear atau membentuk bidang vertikal dan horizontal. Pengaturan bidang vertikal terdiri dari balok dan kolom, pada grid horizontal terdiri dari balok dan gelagar. Dengan keterpaduan dari kesemuanya menjadi penentu pertimbangan rancangan.

E. Sistem Kekakuan Ganda / Dual System (rigid frame and shearwall)

Rangka kaku bereaksi terhadap bidang lateral, terutama melalui lentur balok dan kolom. Perilaku demikian berakibat ayunan lateral yang besar pada bangunan dengan ketinggian tertentu. Akan tetapi, apabila dilengkapi struktur inti, ketahanan lateral bangunan akan sangat meningkat karena interaksi inti dan rangka mengalami fungsi

(14)

II-14

menambah kekakuan dan menyerap bidang geser pada bangunan tersebut. Sistem inti memuat sistem mekanis dan transportasi vertikal. Pada kondisi struktur dengan lantai banyak, efektifitas struktur inti (shearwall) hanya dapat terjadi 80% hingga 90% dari jumlah lantai yang ada, sehingga pada lantai atas atau 20% dari lantai keseluruhan akan tidak berfungsi secara nilai kekakuan terhadap struktur bangunan, bahkan ada kemungkinan akan menambah bidang geser pada lantai tersebut. Hal ini bisa dilihat pada gambar berikut :

Akibat pengaruh gaya lateral, frame akan melentur terutama dalam mode geser, sedangkan dinding akan berperilaku seperti kantilever vertikal dengan deformasi lentur primer (Gbr. 6.1.b dan 6.1.c). Kompatibilitas deformasi memperlihatkan bahwa perilaku kombinasi frame dan dinding dalam menyerap gaya lateral ternyata sangat mirip pada setiap lantai (Gbr. 6.1.d).

(15)

II-15

Modus berbagi ketahanan terhadap gaya lateral antara dinding dan frame dari sistem ganda juga sangat dipengaruhi oleh karakteristik respon dinamis dan perilaku sendi plastis selama peristiwa gempa terjadi, dan mungkin sangat berbeda dari yang diperkirakan oleh analisis elastis.

Akibatnya dalam kasus sistem ganda, analisis elastis yang disederhanakan cenderung menyesatkan. Karena dalam analisis tersebut membagi sebagian dari kekuatan lateral ditahan oleh frame dan sisanya ke dinding, kemudian masing-masing dianalisis secara terpisah, sepenuhnya tidak relevan. Sehingga interaksi berdasarkan kompatibilitas deformasi dari dua elemen harus dipertimbangkan.

(16)

II-16 2.6 Perencanaan Gempa

Gempa adalah suatu rentetan gerakan tiba-tiba dari tanah dan bersifat transient (sementara), yang berasal dari suatu daerah terbatas dan menyebar dari titik tersebut ke segala daerah. (M. T. Zein).

2.6.1Gempa Statik

Struktur gedung ditetapkan sebagai struktur beraturan apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10 tingkat atau 40 m.

2. Denah struktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut tidak lebih dari 25 % dari ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah tonjolan tersebut.

3. Denah struktur gedung tidak menunjukkan coakan sudut dan kalaupun

mempunyai coakan sudut, panjang sisi coakan tersebut tidak lebih dari 15 % dari ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah sisi coakan tersebut.

4. Sistem struktur gedung terbentuk oleh subsistem-subsistem penahan beban lateral yang arahnya saling tegak lurus dan sejajar dengan

(17)

II-17

sumbu-sumbu utama ortogonal denah struktur gedung secara keseluruhan.

5. Sistem struktur gedung tidak menunjukkan loncatan bidang muka dan

kalaupun mempunyai loncatan bidang muka, ukuran dari denah struktur bagian gedung yang menjulang dalam masing-masing arah, tidak kurang dari 75 % dari ukuran terbesar denah struktur bagian gedung sebelah bawahnya.

6. Dalam hal ini, struktur rumah atap yang tingginya tidak lebih dari 2 tingkat tidak perlu dianggap menyebabkan adanya loncatan bidang muka.

7. Sistem struktur gedung memiliki kekakuan lateral yang beraturan, tanpa adanya tingkat lunak. Yang dimaksud dengan tingkat lunak adalah suatu tingkat, di mana kekakuan lateralnya adalah kurang dari 70 % kekakuan lateral tingkat di atasnya atau kurang dari 80% kekakuan lateral rata-rata 3 tingkat di atasnya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kekakuan lateral suatu tingkat adalah gaya geser yang bila bekerja di tingkat itu menyebabkan satu satuan simpangan antar tingkat.

(18)

II-18

8. Sistem struktur gedung memiliki berat lantai tingkat yang beraturan, artinya setiap lantai tingkat memiliki berat yang tidak lebih dari 150 % dari berat lantai tingkat di atasnya atau di bawahnya. Berat atap atau rumah atap tidak perlu memenuhi ketentuan ini.

9. Sistem struktur gedung memiliki unsur-unsur vertikal dari sistem penahan beban lateral yang menerus, tanpa perpindahan titik beratnya, kecuali bila perpindahan tersebut tidak lebih dari setengah ukuran unsur dalam arah perpindahan tersebut.

10.Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa lubang atau bukaan yang luasnya lebih dari 50% luas seluruh lantai tingkat. Kalaupun ada lantai tingkat dengan bukaan seperti itu, jumlahnya tidak boleh lebih dari 20 % dari jumlah lantai tingkat seluruhnya.

2.6.2 Gaya Gempa Ekivalen

SNI 03-1726-2002, pasal 6.1.1 dan 6.1.2 Struktur bangunan beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan. Gempa Nominal dalam arah masing-masing sumbu utama denah struktur tersebut, berupa beban Gempa Nominal statik ekivalen sebagai berikut :

(19)

II-19 dimana

V : gaya geser horizontal toal akibat gempa

R : faktor reduksi gempa

C1 : faktor respon gempa

I : faktor keutamaan

Wt : jumlah dari beban – beban berikut ;

1. Beban mati total dari struktur bangunan gedung.

2. Bila digunakan dinding partisi pada perencanaan lantai maka harus diperhitungkan tambahan beban sebesar 0.5 kPa.

3. Pada gudang dan tempat penyimpanan barang maka sekurang-kurangnya 25 % dari beban hidup rencana harus diperhitungkan. 4. Beban tetap total dari seluruh peralatan dalam gedung harus

diperhitungkan.

5. Beban hidup yang bekerja pada lantai.

(20)

II-20 Faktor Reduksi Gempa ( R )

R : Faktor reduksi gempa, rasio antara beban gempa maksimum akibat pengaruh gempa rencana pada struktur gedung elastik dan beban gempa nominal pada struktur gedung daktail.

1.6 ≤R = μf1≤Rm

R = 1.6 adalah faktor reduksi gempa untuk struktur berperilaku elastik. μ = faktor daktilitas struktur ≤ μmax .

1, 0 ≤ μ = ≤ δm/δy ≤ μm f1 = faktor tahanan lebih beban dan bahan = 1,6.

Apabila dalam arah yang ditinjau, sistem struktur terdiri dari beberapa jenis subsistem struktur yang berbeda, maka faktor reduksi gempa struktur dapat dihitung menurut :

(21)

II-21 dimana :

Rs : nilai faktor reduksi gedung masing-masing jenis subsistem

Vs : gaya geser dasar yang dipikul oleh masing-amsing jenis subsistem. Cara ini boleh dipakai, apabila rasio antar nilai-nilai faktor reduksi gempa dari jenis-jenis subsistem ≤1, 5.

(22)
(23)

II-23 Nilai Respon Gempa CI

CI : Nilai respon gempa untuk waktu getar alami fundamental (TI ) struktur, sesuai wilayah gempa dimana struktur berada.

(24)
(25)

II-25

(26)

II-26 Waktu Getar Fundamental

Untuk gedung beraturan, perkiraan awal waktu getar alami fundamental (T1) dapat dihitung dengan rumus empiris berikut :

TI = 0.085H3/4 untuk portal baja TI = 0.06H3/4 untuk portal beton TI = 0.09H/√B untuk portal lainnya dimana :

H = tinggi total struktur (m)

(27)

II-27

Beban geser nominal V menurut rumus pada pasal 6.1.2 di atas, harus dibagikan sepanjang tinggi struktur menjadi gaya Gempa Nominal statik ekivalen Fi yang bekerja pada pusat massa lantai tingkat ke i menurut persamaan :

Apabila tinggi gedung ukuran denah dalam arah pembebanan gempa ≥ 3, maka :

 0,1 V dianggap sebagai beban horizontal yang bekerja di pusat tingkat paling atas.

 0,9 V sisanya dibagikan ke tingkat lainnya menurut rumus Fi

Setelah diperoleh perpindahan masing-masing lantai, waktu getar alami fundamental (TI ) pada struktur gedung yang beraturan dapat ditentukan dengan rumus Rayleigh sebagai berikut :

Pembatasan Waktu Getar Fundamental

Untuk mencegah penggunaan struktur yang terlalu fleksibel, maka nilai waktu getar fundamental TI dibatasi menurut persamaan

TI < ζn dimana :

(28)

II-28

Gempa

(29)

II-29 Kekakuan Struktur

Karena akibat pengaruh gempa, diperkirakan akan terjadi retak pada unsur-unsur struktur, maka momen inersia penampang yang digunakan dengan pengaruh gempa adalah momen inersia utuh penampang dikalikan suatu persentase efektifitas penampang sebagai berikut :

 Balok dan kolom beton bertulang terbuka : 75 %.

 Diding geser beton bertulang kantilever : 65 %.

 Komponen dinding yang mengalami tarikan aksial : 50 %.

 Komponen dinding yang mengalami tekanan aksial : 80 %.

 Komponen balok perangkai dengan tulangan diagonal : 40 %.

Gambar

Tabel 2.1 Tebal selimut beton

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan Rasio Lancar Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk, PT GoodYear Indonesia Tbk, PT Indo Kordsa Tbk, PT Indomobil Sukses Internasional Tbk dan PT Multistrada Arah

Metacog nition Learning skill sain Com mon sense pengetahu an perasaan Konstruksi sikap baru Action tendency Need, cost, benefit Cara tafsir dikonstru ksi secara sosial

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap besaran manajemen laba (earnings management) adalah kepemilikan

Berdasarkan data yang diperoleh, hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengembangan Sumber Daya Manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas kerja

[r]

Skripsi yang berjudul “ AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN BIOAUTOGRAFI FRAKSI SEMIPOLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK ( Annona muricata L. ) TERHADAP Klebsiella pneumoniae DAN

Hasil pengujian alat dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran nilai kelembaban tanah dari alat yang dibuat dengan hasil nilai kelembaban tanah yang didapat

Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa D3 Teknik Sipil angkatan 2010 JPTS FPTK UPI, serta semua pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan Tugas Akhir ini