Kepmenkes RI No.778/Menkes/SK/VIII/2008
tentang : Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan
Bab.I bagian C
(1) Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk
mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan, dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutik dan mekanis),
Bab.II A.Falsafah Fisioterapi
(1) Kapasitas gerak adalah elemen esensial dari sehat
dan sejahtera. Gerak tergantung dari integritas dan fungsi koordinasi dari berbagai jenjang pada tubuh dan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun eksternal. Fisioterapi diarahkan langsung pada
kebutuhan dan potensi gerak fungsional baik individu dan populasi.
(8) Sebagai suatu profesi, fisioterapi memiliki
perangkat profesional yaitu standar kompetensi, sumpah profesi, etika profesi, standar asuhan
(standar praktik), standar pendidikan, dan legislasi fisioterapi.
Bab.III. Penatalaksanaan Pelayanan B. Proses Fisioterapi
1. Rujukan Fisioterapi 2. Assesment Ft
3. Diagnosa dan prognosa Ft
4. Perencanaan dan persetujuan tindakan 5. Intervensi Ft
6. Evaluasi Ft
7. Rekam Ft
8. Terminasi Yan Ft
9. Koordinasi, komunikasi,pendidikan, dan instruksi Ft 10. Administrasi biaya Yan Ft
Bag.C. Pengertian
1. Batasan Profesi
Sebagai profesi, maka Fts memiliki otonomi mandiri yaitu kebebasan dalam melakukan keputusan-keputusan
profesional (Profesional Judgement) dalam melakukan upaya-upaya promotif, preventif, dan penyembuhan serta pemulihan dalam batas pengetahuan yang didapat sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya.
Secara umum bahwa tindakan fisioterapi yang dilakukan oleh seorang fisioterapis, adalah tanggungjawab fisioterapis secara individu yang disertai oleh keputusan-keputusan profesi yang mereka lakukan dan tidak dapat dikontrol dan atau
Standar 3 : Pimpinan dan pelaksana
Pelayanan fisioterapi dilaksanakan dan
dipimpin oleh fisioterapis yang ditetapkan
oleh pimpinan rumah sakit.
Kriteria :
1. Adanya
kepala pelayanan fisioterapi
yang
bertanggungjawab kepada atasan langsung
atau pimpinan rumah sakit.
2. Adanya
tenaga pelaksana
pelayanan
fisioterapi
Bab.II Perizinan
Bag.ketiga : SIPF dan SIKF
Pasal 6
(1) Fisioterapis dapat menjalankan praktik
pelayanan fisioterapi secara mandiri atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
(2) Fts yang menjalankan praktik yan Ft secara
mandiri sbgmana pd ayat (1) hrs mrpkan Fts Profesi atau Fts Spesialis
(3) Fts Ahli Madya atau Fts Sains Terapan hanya
Pasal 7
(1) Fts profesi atau Fts spesialis yang melakukan
praktik Yan Ft secara mandiri dan bekerja di Fasyankes (RS) wajib memiliki SIPF
(2) Fts Ahli Madya atau Fts Sains Terapan yg
melakukan pekerjaan yan ft di Fasyankes (RS)
wajib memiliki SIKF
Pasal 8
(1) SIPF dan SIKF diberikan kepada Fts yang telah memiliki STRF
Pasal 16
(1) Dalam menjalankan praktik, Fisioterapis memiliki kewenangan untuk melakukan pelayanan fisioterapi meliputi :
a. Assesmen fisioterapi yang meliputi pemeriksaan dan evaluasi b. Menetapkan diagnosis fisioterapi
c. Perencanaan intervensi fisioterapi d. Intervensi fisioterapi
e. Evaluasi / re-evaluasi / re-assesmen / revisi
(2) Dalam melakukan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), fisioterapis dapat menerima pasien langsung atau
Menengok kebijakan
Dapat diartikan bahwa,
Kata “paduan intervensi” mengartikan kemitraan kerja antara 2 (dua) profesi atau lebih, yang
berbeda keilmuan, tetapi saling bekerjasama dalam tujuan yang sama, yaitu kesembuhan pasien/klien, dan bukan untuk saling
mengintervensi.
Kemitraan kerja antar profesi, yaitu :
Medis
Keterapian fisik (fisioterapis) Rehabilitasi Medik
Bab III. Fasilitas dan Peralatan
Bagian B. Pelayanan dan Peralatan Rumah Sakit (halaman 110-113)
Pelayanan Rehabilitasi Medik :
Semua rumah sakit perlu menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi
medik yang terorganisir dalam suatu unit dan dilayani oleh dokter
spesialis rehabilitasi medik (bila ada) serta tim rehabilitasi medik lainnya. Kriteria tenaga :
RS kelas D : dokter terlatih
RS kelas C : dokter spesialis RM, atau dokter spesialis lain atau dokter
terlatih bersama tim yang dibutuhkan
Pelayanan Keterapian Fisik
Semua rumah sakit perlu menyelenggarakan
pelayanan keterapian fisik yang terorganisir dalam suatu unit dan dilayani oleh tenaga
keterapian fisik (Fisioterapis, Terapis Wicara, Okupasi Terapis).
Pelayanan Fisioterapi Kriteria tenaga :
RS kelas D : Fisioterapis minimal 1 orang RS kelas C : Fisioterapis minimal 3 orang RS kelas B : Fisioterapis minimal 5 orang
Regulasi Pemerintah
yang mendukung adanya
Pelayanan Fisioterapi di
Bab III, Jenis tenaga kesehatan Pasal 2
(1) Tenaga kesehatan terdiri dari :
Tenaga medis
Tenaga keperawatan Tenaga kefarmasian
Tenaga kesehatan masyarakat Tenaga gizi
Tenaga Keterapian Fisik Tenaga keteknisan medik
(7) Tenaga Keterapian Fisik meliputi
fisioterapis, okupasi terapis, dan terapis
wicara
KETERAPIAN FISIK berada dibawah naungan
Direktorat Bina Pelayanan Keteknisan Medik
dan Keterapian Fisik Kementerian Kesehatan
RI.
Pembentukan instalasi ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai kebutuhan rumah sakit
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit :
Semua rumah sakit perlu menyelenggarakan
pelayanan keterapian fisik yang terorganisir dalam suatu unit dan dilayani oleh tenaga
keterapian fisik (Fisioterapis, Terapis Wicara, Okupasi Terapis).
Ke-GALAU-an Fts
dalam Era BPJS . . .?
1. Perjanjian Kerjasama BPJS (MOU) dengan fasilitas
pelayanan kesehatan tentang yankes tkt lanjutan bagi peserta JKN (hal.17) :
Fisioterapi : harus ada assessment dan rencana terapi dari
dokter spesialis Rehab Medik
2. Surat Edaran Direktur Pelayanan BPJS,
No. 0010 thn 2014, berdasar rekomendasi PB Perdosri :
Dokter membuat rencana terapi meliputi jenis tindakan
terapi, frekuensi dan lama terapi sesuai dgn indikasi medis yg ditulis dlm lembar rencana/ protokol terapi
3. SK PB Perdosri ttg : Pelimpahan wewenang klinis dr.RM kpd dokter di RS yg belum memiliki dr. RM
Kenali rumah kita,
Rumah Fts bukan rumah RM,
Rumah RM bukan rumah Fts
definisi FT dan definisi RM
Dibutuhkan :
Sikap
Persatuan
Permenkes 001 thn 2012, ttg:
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perorangan
pasal 7 ayat (1) :
Rujukan dpt dilakukan secara vertikal dan horisontal
Pasal 10 : Rujukan vertikal dari tingkatan yan yg
lbh tinggi ke tkt-an yan lbh rendah sbgmana dimaksud dlm ps 7 ayat (4) dilakukan apabila :
a. Permasalahan kes. Pasien dpt ditangani oleh
tingkatan yankes yg lbh rendah sesuai dgn
kompetensi dan kewenangannya;
b. Kompetensi dan kewenangan yan tkt pertama atau
c. Pasien
membutuhkan yan lanjutan
yg dpt
ditangani oleh tkt yankes yg lebih rendah
dan utk alasan kemudahan, efisiensi, dan
yan jangka panjang;
d. Perujuk tdk dpt memberikan yankes sesuai
dgn kebutuhan pasien karena keterbatasan
sarana, prasarana, peralatan dan atau
Pasal 11 ayat (1)
setiap pemberi yankes berkewajiban merujuk
pasien bila keadaan penyakit atau permasalahan kes memerlukannya, kecuali dgn alasan yang sah dan mendpt persetujuan pasien atau keluarganya
Pasal 13 : Perujuk sebelum melakukan rujukan
harus :
c. Membuat Surat Pengantar Rujukan utk disampaikan kpd penerima rujukan
Pasal 17 ayat (3)
penerima rujukan wajib memberikan informasi kpd perujuk mengenai perkembangan keadaan pasien setelah slsai memberikan pelayanan
Pasal 1, definisi dan pengertian
13. Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan adalah adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggungjawab
pelayanan kesehatan secara timbal
balik baik vertikal maupun horizontal; 17. Formulir Pengajuan Klaim (FPK) adalah
formulir baku yg dikeluarkan o/ pihak BPJS yg wajib di isi o/ petugas RS dan disertakan sbg salah 1 syarat dlm pengajuan klaim/tagihan atas biaya yankes
Apakah tarif INA CBGs
paket (meliputi
diagnosa medis dan tindakan/prosedur….?
Lampiran II : Tata cara Pembayaran Klaim yankes tkt lanjutan
3. Penagihan Klaim pelayanan Kesehatan
1. Faskes Lanjutan membuat tagihan klaim atas
biaya pelayanan kesehatan dengan
menggunakan Software INA-CBG’s.
(di adopsi dari ICD 10 dan ICD 9-CM)
2. Petugas penagihan harus mengisi data variable
pasien yang diperlukan dalam software INA CBG’s yaitu :
………..
………..
Diagnosis utama
Diagnosis sekunder (komplikasi & ko-morbiditi)
3. Pengajuan klaim PIHAK KEDUA kepada
PIHAK PERTAMA dilakukan setiap bulan
secara rutin paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya, dalam bentuk
softcopy
berupa
file txt dan
hardcopy meliputi :
- SEP
- Surat rujukan (jika SEP diterbitkan RS)
- Untuk rawat jalan melampirkan bukti
pelayanan yang mencantumkan diagnose dan
1. Membuat assesment / Rekam Ft
2. Pada lembar SEP dan SJP hrs terlampir surat
rujukan/konsul medis.
3. Setiap RS hrs ada salah seorg fts yg
bertanggungjawab melakukan assesment ft
4. Penanggungjawab assesment ft menjawab
konsul/surat rujukan medis (DPJP), dgn menuliskan problem serta tindakan ft pd lembar konsul
5. Fts yg melakukan tindakan ft wajib menulis tindakan
ft sesuai yg jawaban konsul ft dan menulis kode tindakan berdasarkan ICD-9 CM
6. IFI membuat daftar tindakan/pelayanan ft sesuai