PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pentingnya sektor pertanian dalam pembangunan nasional di Indonesia selain
sebagai penyumbang devisa terbesar, juga menyediakan pangan bagi seluruh
penduduk. Sektor pertanian juga menyerap jumlah tenaga kerja yang cukup besar
dan banyak penduduk masih bergantung pada sektor ini, sehingga di masa
mendatang sektor ini masih perlu untuk terus dikembangkan (Mubyarto, 1989).
Buah adalah bahan makanan yang kaya akan vitamin, mineral, lemak, protein, dan
serat. Setiap jenis buah mempunyai keunikan dan daya tarik tersendiri, seperti rasa
yang lezat, aroma yang khas, serta warna atau bentuk yang mengandung nilai-nilai
estetis. Buah-buahan dewasa ini semakin mendapat perhatian dari masyarakat,
baik sebagai bagian menu makanan maupun sebagai komoditas ekonomi
(Widodo, 1996).
Para petani cenderung untuk menanam buah-buahan terutama yang berumur
pendek, pada waktu yang bersamaan. Petani kurang jeli dalam membaca situasi
pasar buah yang sebenarnya agak semu. Semu dalam arti, pasar komoditas
pertanian sangat tergantung pada selera atau situasi terakhir perekonomian
perkotaan. Jadi, pada saat tertentu terjadi kelebihan pasokan yang sangat
berlimpah, dan pada saat lain terjadi kekurangan buah yang cukup serius, yang
menjadi kebiasan pada komoditas pertanian umumnya, buah-buahan Indonesia
dipoduksi oleh petani buah yang banyak sekali jumlahnya. Luas lahan atau areal
tanam dan panen buah-buahan Indonesia secara rata-rata relatif kecil. Sifat
musiman yang terlalu besar, penanganan pasca panen yang sangat minim dan
tidak memadai, dan lain-lain. Akibatnya produksi dan produktivitas sangat kecil
dan sangat beragam dari satu tempat ke tempat lainnya (Daniel, 2000).
Jika petani sebagai pemasar dapat mengetahui kebutuhan dan keinginan
konsumen akan permintaan komoditi yang mereka usahakan maka masalah
kegagalan pasar atau anjloknya harga dapat diminimalisasi. Oleh sebab itu, petani
(pemasar) perlu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen
untuk membeli suatu produk (Kotler, 1997).
Komoditi buah-buahan mempunyai potensi dan peluang pasar yang cerah, baik
untuk keperluan pasar dalam maupun luar negeri. Indonesia sendiri melakukan
impor setiap tahunnya. Pada umumnya jenis buah yang diimpor adalah varietas
yang masih sulit tumbuh di Indonesia. Salah satu jenis buahnya yaitu jeruk
Tabel 1. Komoditi Buah-Buahan Impor di Sumatera Utara Tahun 2004-2006 Komoditi 2004 2005 2006 Vol (Kg) Nilai (US $) Vol (Kg) Nilai (US $) Vol (Kg) Nilai (US $) 1. Mangga 49.578 26.572 72.048 30.633 80.336 41.159 2. Jeruk 892.567 504.016 1.181.602 787.611 794.672 503.386 3. Jeruk Lemon 1.736 1.356 45.967 29.031 6.657 5.510 4. Jeruk Mandarin 379.259 216.660 1.228.262 728.100 2.315.030 1.174.04 0 5. Semangka 383 261 - - 16.416 8.444 6. Apel 6.167.113 3.560.167 8.582.337 5.562.979 10.958.95 7 6.621.51 0 7. Pear 2.959.640 1.584.853 5.525.397 2.749.406 6.311.869 3.231.89 3 8. Anggur 1.255.311 1.093.096 1.569.978 2.004.906 1.778.590 2.377.26 4 9. Durian 16.218 11.839 18.590 7.648 330 219 Sumber : Diolah dari data BPS
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa jumlah volume dan nilai permintaan komoditi
buah-buahan impor di Sumatera Utara berubah setiap tahunnya. Dan jeruk
termasuk buah yang diimpor di Sumatera Utara setiap tahunnya.
Buah-buahan pada umumnya dipasarkan pada pasar konsumen, pasar swalayan,
dan pasar internasional. Buah dipasarkan di pasar secara langsung dalam keadaan
segar, sedangkan buah yang akan diolah dijual ke industri. Produk yang dijual ke
pasar swalayan atau pasar internasional mempunyai peluang memperoleh
keuntungan lebih banyak. Bagi konsumen, pasar menyediakan berbagai pilihan
Konsumen dalam membeli barang sering sekali akan membeli lebih banyak pada
harga rendah dan akan mengurangi pembeliannya pada harga yang tinggi. Dalam
memasarkan suatu produk, selain harga juga perlu diperhatikan bagaimanakah
sikap seorang konsumen dalam menentukan jumlah dan komposisi dari barang
yang akan dibeli dari pendapatan yang diperoleh penjelasan mengenai perilaku
konsumen yang paling sederhana di dapati dalam hukum permintaan (Sukirno,
1997).
Dalam ilmu ekonomi, istilah permintaan menunjukkan jumlah barang dan jasa
yang akan dibeli konsumen pada periode waktu dan keadaan tertentu. Periode
waktu tersebut bisa satu tahun dan keadaan-keadaan yang harus diperhatikan
antara lain harga barang yangt akan dibeli, harga barang lain, pendapatan
konsumen, dan lain-lain (Arsyad, 2000).
Salah satu buah yang sekarang ini digemari masyarakat baik dalam bentuk segar
maupun hasil olahan adalah jeruk manis. Dalam hal ini permintaan jeruk terus
meningkat di Sumatera Utara.
Tabel 2. Jumlah Permintaan Jeruk Manis di Sumatera Utara Tahun 2003-2006
Tahun Jumlah Volume
Permintaan (ton)
Perkembangan Volume Permintan (%)
2003 431.364,950 -
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa jumlah permintaan jeruk manis meningkat
tiap tahun mulai tahun 2003-2006 dan juga mengalami perkembangan volume tiap
tahunnya terutama perkembangan volume permintaan pada tahun 2006 sebesar
73,8 %.
Berikut dapat pula dilihat pada Gambar 1 yakni grafik yang menunjukkan jumlah
permintaan jeruk manis tersebut selama Tahun 2003-2006:
0,00 200.000,00 400.000,00 600.000,00 800.000,00 1.000.000,00 1.200.000,00 2003 2004 2005 2006 Vo lu m e ( Kg ) Tahun
Grafik Permintaan Jeruk Manis
Tahun 2003-2006
JERUK MANIS
Gambar 1. Grafik Permintaan Jeruk Manis Tahun 2003-2006
Dari Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa permintaan (volume) jeruk manis
meningkat setiap tahunnya dari tahun 2003-2006. Hal ini dapat saja terjadi akibat
beberapa faktor yakni harga buah jeruk manis, pendapatan konsumen, dan jumlah
Penjual/pedagang dapat memilih antara menjual barang itu untuk mendapatkan
uang atau menahan barangnya untuk dipakai sendiri. Keinginan atau keseganan
penjual menahan barangnya menentukan permintaan akan barangnya sendiri. Dan
fungsi penawaran merupakan penawaran yang dinyatakan dalam hubugan
matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu harga barang
bersangkutan, biaya produksi,harga faktor produksi, teknologi, harga produksi
komoditas lain dan jumlah produsen/pedagang.
Dalam hukum penawaran, pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu
barang, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan oleh pedagang. Sebaliknya
makin rendah harga barang, makin sedikit jumlah barang tersebut yang
ditawarkan oleh pedagang/produsen, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak
berubah (Daniel, 2002).
Kenaikan jumlah penawaran yang dilakukan produsen berhubungan dengan
meningkatnya permintaan konsumen terhadap barang tersebut. Dan hal ini
mendorong para produsen/pedagang untuk meningkatkan hasil produksinya
sehingga penawaran terus meningkat. Tabel 3 berikut memperlihatkan
perkembangan luas panen, produktivitas dan produksi jeruk manis di
Tabel 3. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jeruk di Sumatera Utara Tahun 2005-2007
Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2008
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa walaupun luas panen tetap tetapi produksi
jeruk di Pematangsiantar bertambah dari tahun 2006-2007. Hal ini menunjukkan
bahwa petani menambah produksinya sebagai penawaran karena permintaan akan
jeruk terus meningkat.
Kabupaten 2005 2006 2007 Luas Panen (Ha) Produk tivitas (Kw/Ha) Produksi (ton) Luas Panen (Ha)) Produk tivitas (Kw/Ha) Produksi (ton) Luas Panen (Ha) Produk tivitas (Kw/Ha)) Produksi (ton) Medan 3 40 12 40 30 12 10 36,26 36 Langkat 182 284,07 5.170 135 421,85 5.695 24 476,66 1.147 D. Serdang 175 155,71 2.725 175 155,71 2.725 65 352,63 2.305 Simalungun 661 80,23 5.303 288 80,24 2.311 151 618,08 9.338 Tanah Karo 9.988 542,89 542.237 17.892 542,89 971.336 13.997 662,89 927.862 Asahan 80 131,63 1.053 40 141,50 566 42 190,39 793 Lab. Batu 4 112,50 45 3 113,33 34 5 105,51 53 Tap. Utara 644 242,05 15.588 888 242,05 21.494 100 475,99 4.771 Tap. Tengah 527 83,09 4.379 457 83,09 3.797 422 106,39 4.492 Tap. Selatan 126 226,51 2.854 150 226,53 3.398 95 340,87 3.255 Nias 107 125,42 1.342 4 125 50 5 107,12 58 Dairi 101 86,93 878 262 86,95 2.278 188 155,09 2.922 Teb. Tinggi - - - - Tanj. Balai - - - - Binjai 6 195 117 6 195 117 3 447,89 140 P. Siantar 1 80 8 1 80 8 1 192,08 15 Tobasa 8 168,75 135 15 268,67 253 19 266,23 498 Madina 296 102,40 3.031 285 102,25 2.914 86 389,66 3.334 P.Sidempu an 17 127,06 216 17 110,59 188 11 176,26 200 Humbahas 35 229,14 802 55 229,09 1.260 21 483 1.024 Pakpak Barat 50 87 435 50 87 435 47 92,48 438 Samosir - - - - S. Bedagai 11 226,38 249 15 232,67 349 45 89,74 405
Peningkatan jumlah permintaan dan produksi sebagai penawaran produsen inilah
yang mendasari perlu dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran jeruk terutama jeruk manis di Kota
Pematangsiantar, Sumatera Utara.
Konsumen akan membuat keputusan dalam hal pemilihan membeli suatu barang.
Keputusan meliputi pilihan produk, merek, waktu pembelian, jumlah pembelian,
dan tempat pembelian seperti pasar tradisional atau pasar swalayan. Konsumen
akan mencari informasi mengenai pilihan akan keputusannya tersebut
(Sumarwan 2003).
Pasar tradisional dan pasar swalayan merupakan tempat-tempat yang dapat dipilih
oleh konsumen dalam membeli buah, konsumen dapat memilih sesuai dengan
keinginannya yaitu tempat membeli buah dengan harga murah, tempat membeli
buah dengan kenyamanan dan keamanan yang terjamin, tempat yang lengkap
menjual beraneka ragam jenis buah atau tempat yang menjual buah yang kualitas
1.1 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana pengaruh faktor harga, pendapatan, dan jumlah tanggungan
terhadap permintaan jeruk manis.
2. Bagaimana pengaruh faktor harga, biaya produksi penjualan, dan
profit/keuntungan terhadap penawaran jeruk manis.
1.2 Tujuan Penelitian
1. Menentukan pengaruh faktor harga, pendapatan, dan jumlah tanggungan
terhadap permintaan jeruk manis.
2. Menentukan pengaruh faktor harga, biaya produksi penjualan, dan
profit/keuntungan terhadap penawaran jeruk manis.
1.3 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi para pembaca dan khalayak ramai yang
memiliki ketertarikan dalam mengembangkan pemasaran jeruk manis.
2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi petani jeruk manis dalam