• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah

PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU

Oleh:

FHASRA AKHMAD AKBAR

PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan hingga seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak, melainkan melalui proses bertahap, dan evolutif. Karenanya, untuk memahami sejarah perkembangan ilmu pengetahuan harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik.

Setiap periode sejarah pekembangan ilmu pengetahuan menampilkan ciri khas tertentu.Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani.Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat,sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.

Dewasa ini filsafat ilmu sudah menjadi bahan ajar bagi tiap-tiapuniversitas, berbagai kajian mengenai hakikat kehidupan. Bagaimanakah kehidupan ini? Dan untuk apa kehidupan ini?, manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah,baik dan buruk. Orang lain yang mampu memberikan penilaian secara objektif dan tuntas serta pihak lain yang melakukan penilaian sekaligusmemberikan arti adalah pengetahuan yang disebut filsafat.

Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok.Pada permulaan sejarah filsafat di

(3)

Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan di kemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain.

Filsafat ilmu sangat penting peranannya terhadap penalaran manusia untuk membangun ilmu. Sebab, filsafat ilmu akan menyelidiki, menggali, dan menelusuri sedalam, sejauh, dan seluas mungkin semua tentang hakikat ilmu. Dalam hal ini, kita bisa mendapatkan gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan akar dari semua ilmu dan pengetahuan.

B. Tujuan

Tujuan manusia mempelajari filsafat antara lai:

1. Menelusuri kebenaran segala hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca indra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah.

2. Memberikan pengertian tentang cara hidup dan pandangan hidup.

3. Panduan tentang ajaran moral dan etika.

4. Sumber ilham dan panduan untuk menjalani berbagai aspek kehidupan.

5. Sarana untuk mempertahankan, mendukung, menyerang atau juga tidak

(4)
(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

Menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia kagum atas apa yang dilihatnya, manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak manusia yang berpaling dari apa yang diyakininya. Tetapi sudah sejak awal sejarah ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu.

Proses itu mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut

pengetahuan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggungjawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.

Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia(hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran.

(6)

Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia.Mereka membagi filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat teoretis dan filsafat praktis.

Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti pronsip-prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima atau ditolak. Dengan demikian filsafat akan terus berubah hingga satu titik tertentu.

Plato (427–348 SM) menyatakan filsafat ialah pengetahuan yang bersifat untuk mencapai kebenaran yang asli.Sedangkan Aristoteles (382–322 SM) mendefenisikan filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.Sedangkan filosof lainnya Cicero (106–043 SM) menyatakan filsafat ialah ibu dari semua ilmu pengetahuan lainnya.Filsafat ialah ilmu pengetahuan terluhur dan keinginan untuk mendapatkannya.

Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga disebut epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang berarti knowledge, pengetahuan dan logos yang berarti teori. Istilah ini pertama kali

(7)

dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat yakni epistemology dan ontology (on = being, wujud, apa + logos = teori ), ontology ( teori tentang apa).

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak ilmiah.

Filsafat ilmu merupakan paparan dugaan dan kecenderungan yang tidak terlepas dari pemikiran para ilmuwan yang menelitinya.Filsafat ilmu dapat dimaknai sebagai suatu disiplin, konsep, dan teori tentang ilmu yang sudah dianalisis serta diklasifikasikan.Filsafat ilmu adalah perumusan pandangan tentang ilmu berdasarkan penelitian secara ilmiah.Dapat diseimpulkan bahwa filsafat ilmu berkaitan dengan Kebenaran, Fakta, Logika, Konfirmasi.

Adapun Ciri-ciri dan cara kerja filsafat ilmu, antara lain:

1. Mengkaji dan menganalisis konsep-konsep, asumsi, dan metode ilmiah. 2. Mengkaji keterkaitan ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya.

3. Mengkaji persamaan ilmu yang satu dengan yang lainnya, tanpa mengabaikan

persamaan kedudukan masing-masing ilmu.

4. Mengkaji cara perbedaan suatu ilmu dengan ilmu yang lainnya. 5. Mengkaji analisis konseptual dan bahasa yang digunakannya. 6. Menyelidiki berbagai dampak pengetahun ilmiah terhadap:

(8)

o Cara pandang manusia

o Hakikat manusia

o Nilai-nilai yang dianut manusia

o Tempat tinggal manusia

o Sumber-sumber pengetahuan dan hakikatnya

o Logika dengan matematika

o Logika dan matematika dengan realitas yang ada

B. Metode Filsafat Ilmu

Sebenarnya jumlah metode filsafat hampir sama banyaknya dengan defenisi dari para ahli dan filsuf sendiri karena metode ini adalah suatu alat pendekatan untuk mencapai hakikat sesuai dengan corak pandangan filsuf itu sendiri. Penjelasan secara singkat metode-metode filsafat yang khas adlah sebagai berikut:

1. Metode Kritis : Socrates dan plato

Metode ini bersifat analisis istilah dan pendapat atau aturan-aturan yang di kemukakan orang. Merupakan hermeneutika, yangmenjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan. Dengan jalan bertanya (berdialog), membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak yang akhirnya di temukan hakikat.

2. Metode Intuitif : Plotinus dan bergson

Dengan jalan metode intropeksi intuitif dan dengan pemakaian simbol-simbol di usahakan membersihkan intelektual (bersama dengan pencucian moral),

(9)

sehingga tercapai suatu penerangan pemikiran. Sedangkan bergson dengan jalan pembauran antara kesadaran dan proses perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.

3. Metode Skolastik : aristoteles, thomas aquinas, filsafat abad pertengahan. Metode ini bersifat sintetis-deduktif dengan bertitik tolak dari defenisi-defenisi atau prindip-prinsip yang jelas dengan sendirinya di tarik kesimpulan-kesimpulan.

4. Metode Geometris : rene descartes dan pengikutnya

Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks di capai intiuisi akan hakikat-hakikat sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain), dari hakikat-hakikat-hakikat-hakikat itu di dedukasikan secara matematis segala pengertian lainnya.

5. Metode Empiris :Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume

Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian (ide-ide ) dalam intropeksi di bandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian di susun bersama secara geometris.

6. Metode Transendental : Immanuel Kant dan Neo skolastik

Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis di selidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian demikian.

(10)

Yakni dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction), refleksi atau fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni. Fenomelogi adalah suatu aliran yang membicarakan tentang segala sesuatu yang menampakkan diri, atau yang membicarakan gejala. Hakikat segala sesuatu adalah reduksi atau penyaringan dan menurut Husserl ada tiga macam reduksi yaitu: a. Reduksi fenomologis, kita harus menyaring pengalaman-pengalaman kita agar

mendapat fenomena semurni-murninya. b. Reduksi eidetis.

c. Reduksi transendental

8. Metode Dialektis : Hegel dan Mark

Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran atau alam sendiri menurut triade tesis, antitetis, sistesis di capai hakikat kenyataan. Dialektis itu di ungkapkan sebagai tiga langkah, yaitu dua pengertian yang bertentangan kemudian di damaikan (tesis-antitesis-sintesis).

9. Metode Non-positivistis

Kenyataan yang di pahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta).

(11)

Dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosofis. Metode ini di nilai cukup netral sebab tidak sama sekali mengendalikan salah satu filsafat. Keistimewaannya adalah semua kesimpulan dan hasilnya senantiasa di dasarkan kepada penelitian bahasa yang logis.

C. Perkembangan Filsafat Ilmu

Pemikiran filsafat banyak dipengaruhi oleh lingkungan namun pada dasarnya filsafat baik di Barat, India dan Cina muncul dari yang sifatnya religius.Pembagian secara periodesasi filsafat barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern dan masa kini.Periodesasi filsafat cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman neokonfusionisme dan zaman modern.Untuk cina adalah periode weda, biracarita, sutra-sutra dan sekolastik. Dalam filsafat india yang penting adalah bagaimana manusia bisa berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia.

1. Zaman Pra Yunani Kuno(zaman batu)

Pada abad VI SM yunani muncul lahirnya filsafat dan mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Mulai saat itu orang mencari jawaban rasional tentang problem alam semesta.dengan demikian filsafat dilahirkan.

2. Zaman yunani kuno

(12)

Zaman yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk menguingkapkan ide atau pendapatnya.Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu, karena yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi.

b. Masa Helinistis Romawi

Pada masa ini muncul beberapa aliran yaitu sebagai aliran sebagai berikut: Stoisisme, menurut paham ini jagad raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut logos. Oleh karena itu segala kejadian menurut ketetpan yang tidak dapat dihindari.

Epikurisme, segala-galanya terdiri dari atom-atom.

Skepisisme, mereka berfikir bahwa bidang teoritis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran

Eklektisisme, suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur filsafat dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh.

Neoplatoisme, yakni paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat plato.

3. Zaman Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan mengalami 2 periode, yaitu: a. Periode patriktis; mengalami 2 tahap:

(13)

Permulaan agama kristen

Filsafat agustinus; yang terkenal pada masa patristik b. Periode skolastik; menjadi 3 tahap yakni:

Periode awal, ditandai dengan pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat

Periode puncak, ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat arab dan yahudi

Periode akhir, ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang kearah nominalisme.

4. Zaman Renaissance

Ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi kebudayaan modern.Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas.Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan Illahi.

5. Zaman Modern

Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan

ilmiah.Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance.

(14)

Fisi kawan termashur adalah Albert Einstein yang percaya akan kekekalan materi. Dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Zaman kontemporer ini ditandai dengan penemuan teknologi canggih.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan m em anfaakan perkem bangan teknologi khususnya sm artphone maka diharapkan dapat menjadi solusi dalam keterbatasan jumlah kom puter yang ada di STTA, sehingga

Usaha dan upaya untuk senantiasa melakukan yang terbaik atas setiap kerja menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian yang berwujud dalam bentuk penulisan skripsi

Dari kebiasaan inilah yang akhirnya bermunculan forum-forum yang selalu membahas suatu topik-topik tertentu dengan tujuan mendapatkan komunitas serta customer base terhadap

Hasil pengujian variabel keamanan dan kerahasiaan, kesiapan teknologi informasi, persepsi kegunaan dan persepsi kemudahaan secara bersama-sama mempengaruhi minat

Seorang laki-laki berusia 23 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan batuk berdarah disertai dahak kehijauan sejak 2 hari yang lalu, batuk tanpa darah dikeluhkan sejak 1 bulan ,

Bentuk kerjasama tersebut antara lain: (1) program atau kontrak kerjasama dalam mengembangkan teknologi baru, (2) kerjasama patungan untuk membuat perusahaan terpisah untuk

Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,301 dengan p sebesar 0,000. Nilai p < 0,01 membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

Hasil secara keseluruhan perhitungan response bias pada kedua teknik pengukuran menunjukkan bahwa responden cenderung memberikan respon konservatif dibandingkan respon