• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN PROTEIN KASAR DENGAN TINGKAT YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMAN AYAM KAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN PROTEIN KASAR DENGAN TINGKAT YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMAN AYAM KAMPUNG"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN PROTEIN KASAR DENGAN TINGKAT YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMAN AYAM KAMPUNG

(Effect of Crude Protein with Different Levels of Performan Village Chicken) Hera Dwi Triani

Program Studi Peternakan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Sawahlunto/Sijunjung

ABSTRACT: The development of local livestock is one attempt to meet the animal protein needs of society. Chicken is local livestock potential to be developed for easy adaptation, more resistant to disease, the meat taste better and feed consumption is not much, however in its development, yet many farmers find feed formulations easy, accurate and inexpensive. This study aims to determine the performance of chicken by levels of different proteins. The study used 20 chickens reared for 4 weeks. Concentrated feed used is 511 and corn flour. The research method using t test to compare the level of dietary protein that concentrates 511 (PK 22%) and concentrate 511 + grits (PK 19%). The parameters measured were performan which include weight gain, consumption and conversion of chicken. Results showed that the protein levels of crude protein ration of 22% and 19% resulted in body weight gain and feed conversion were not significantly different in the chicken and feed consumption is not much different. This study concluded that the levels of crude protein ration of 19% on a chicken is more efficient because it produces the same performan.

Keywords: consumption, conversion, crude protein, feed, local livestock PENDAHULUAN

Pengembangan ternak lokal untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat merupakan salah satu langkah yang potensial, hal ini karena ternak lokal tersebut tidak memerlukan penanganan yang sulit dan sudah cocok dengan lingkungan indonenesia sehingga penanganan dalam pengembangannya tidak sulit. Salah satu ternak lokal dari jenis unggas adalah ayam kampong.

Ayam kampung mempunyai keunggulan dalam pemeliharaannya, diantaranya daya tahan terhadap penyakit lebih baik dibandingkan dengan ayam broiler, konsumsi pakan tidak terlalu banyak shingga lebih efisien. Dari segi kualitas pakan ayam kampung membutuhkan protein dan energy metabolism yang lebih rendah dibandingkan dengan ayam broiler sehingga harga pakan ayam kampung lebih murah.

Daging ayam kampung lebih diminati oleh masyarakat karena rasanya yang lebih

enak, akan tetapi dipasaran harga ayam kampung ini lebih mahal dibandingkan broiler karena jumlah ayam kampung dipasaran lebih sedikit. Hal ini karena pemeliharaan ayam kampung pada umumnya masih bersifat sambilan yang dipelihara secara ektensif sehingga secara nasional populasi ayam kampung jauh lebih rendah dibandingkan dengan ayam broiler.

Pemeliharaan ayam kampung secara intensif akan lebih baik untuk meningkatkan populasi ayam kampung dan menambah penghasilan peternak. Dalam pemeliharaan secara intensif peternak dihadapkan pada masalah harga pakan yang mahal di pasaran. Untuk menurunkan harga pakan peternak bisa mencampur pakan konsentrat yang sudah jadi dengan jagung giling dengan tingkat protein 19%.

Kelebihan protein dan energi pada ayam kampung tidak efisien karena tidak semuanya dikonversi untuk menghasilkan bobot badan. Pencampuran pakan konsentrat dan jagung perbandingan tertentu dapat

(2)

menurunkan harga pakan dan akhirnya juga akan meningkatkan pendapatan peternak ayam kampung sehingga diharapkan lebih banyak peternak yang berminat mengembangkan ayam kampung secara intensif sebagai mata pencarian masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performan ayam kampung yang diberi tingkat protein yang berbeda yaitu pada PK 22% dan PK 19%

MATERI DAN METODE Materi Penelitian

Penelitian menggunakan ayam kampung yang berumur 3 minggu sebanyak 20 ekor yang ditempatkan pada 2 kandang dan masing-masing kandang ditempati 10 ekor ayam. Ayam kampung tersebut dipelihara selama 4 minggu dengan pakan dan air minum diberikan secara adlibitum. Kandang yang digunakan adalah kandang liter berukuran 1m x 1 m, masing-masing kandang dilengkapi tempat pakan, tempat minum dan lampu penerangan.

Pakan yang digunakan adalah pakan konsentrat 511 yang dibeli di poultry shop dan jagung giling.

Pakan yang digunakan terdiri 2 jenis : A : 100 % konsentrat 511 (PK 22%)

B : 77,8 % konsentrat + 22,2% jagung giling (PK 19%)

Peubah yang diamati adalah pertambahan bobot badan, konsumsi ransum dan konversi ransum

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan uji t dengan membandingkan pertambahan bobot badan, konversi ransum antara ayam kampung yang diberi protein pada tingkat 22% dan 19%. Sedangkan konsumsi ransum hanya dilihar rataannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pertambahan Bobot Badan Ayam Kampung

Pertambahan bobot badan merupakan salah satu indikator keberhasilan pada usaha peternakan karena akan berkorelasi dengan pendapatan. Pertambahan bobot badan yang tinggi akan menghasilkan mendapatan yang tinggi juga. Petambahan bobot badan ayam kampung selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pertambahan Bobot Badan Ayam Kampung Selama Penelitian

Ulangan Pertambahan Bobot Badan (g)

PK 22% PK 19% 1 250 390 2 240 250 3 310 315 4 315 330 5 300 305 6 340 280 7 380 285 8 305 360 9 240 310 10 265 330 Jumlah 2945 3155 Rataan 294,5a 315,5a

Keterangan : superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05)

(3)

Pada Tabel 1. Terlihat bahwa secara statistik pertambahan bobot badan ayam kampung pada perlakuan A (PK 22%) dan B (PK 19%) tidak berbeda nyata, hal ini berarti pertambahan bobot badan ayam kampung pada masing-masing perlakuan dianggap sama. Pemberian pakan dengan tingkat protein kasar 19% pada ayam kampung lebih efisien karena meghasilkan pertambahan bobot badan yang tidak berbeda nyata dengan pertambahan bobot badan ayam kampung pada tingkat protein kasar 22%.

Kelebihan protein pada unggas akan dikonversikan menjadi sumber energy akan tetapi tidak efisien karena sumber protein merupakan bahan pakan yang mahal sehingga mengurangi keuntungan bagi peternak, hal ini sesuai dengan pendapat wahyu (1997) bahwa kelebihan konsumsi protein dalam ransum akan disimpan dalam bentuk energi sedangkan kekurangannnya dapat menyebabkan gangguan pemeliharaan jaringan tubuh, pertumbuhan terganggu dan penimbunan daging menurun.

Pada hasil penelitian ini terlihat bahwa tingkat protein ransum ayam kampung sebesar 19% tidak menyebabkan penurunan penimbunan daging pada ayam kampung sehingga mengahasilkan pertambahan bobot badan yang sama dengan ransumyang mengandung protein kasar sebesar 22%. Hasil penelitian ini sealan dengan penelitian sudrajad (2015) bahwa pertambahan bobot badan ayam kampung antan strain lohman brown tidak berbeda nyata pada tingkat protein ransum 18% dan 21% sehingga

ransum dengan tingkat protein 18% dapat menggantikan ransum dengan tingkat protein 21%.

Konsumsi Ransum Ayam Kampung

Konsumsi ransum atau dikenal juga dengan feed intake adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ayam selama periode pemeliharaan. Konsumsi ransum berkaitan erat dengan pertambahan bobot badan ayam, semakin banyak ransum yang dikonsumsi akan semakin meningkat pula pertambahan bobot badan yang dihasilkan oleh ayam jika kualitas ransumnya bagus, akan tetapi pada ransum yang tidak baik kualitasnya walaupun konsumsi ransum meningkat tetapi pertambahan bobot badan ayam yang dihasilkan tidak banyak.

Banyak hal yang mempengaruhi konsumsi ransum pada ayam,diantaranya bangsa, jenis kelamin, umur, tingkat palatabilitas atau daya suka ayam terhadap ransum, imbangan protein dan energy, sifat ransum bulky atau tidaknya ransum tersebut serta kandungan serat serat kasar ransum. Rataan konsumsi ransum per minggu selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini. Dari Tabel 2 terlihat bahwa rataan konsumsi ransum pada ayam kampung dengan tingkat protein kasar ransum 19% cendrung lebih tinggi dari pada konsumsi ayam kampung dengan tingkat protein kasar 22% akan tetapi konsumsinya tidak jauh berbeda. Pada ayam kampung dengan tingkat PK ransum 22% rataan konsumsi ransum per minggu adalah 371,75 gram/ekor sedangkan ayam kampung dengan tingkat PK ransum 19% konsumsi ransumnya 403,00 gram/ekor. Tabel 2. Rataan Konsumsi Ransum Per Minggu Selama Penelitian

Minggu Konsumsi Ransum (g/e)

PK 22% PK 19% 1 247,50 237,00 2 325,00 320,00 3 425,00 525,00 4 490,00 550,00 Jumlah 1487,50 1632,00 Rataan 371,75 403.00

(4)

Konversi Ransum Ayam Kampung

Konversi ransum merupakan perbandingan jumlah ransum yang dikonsumsi dibagi dengan pertambahan bobot badan ayam, konversi ransum menunjukkan tingkat efisiensi pakan untuk menghasilkan produksi baikdaging ataupun telur pada ayam. Semakin kecil angka konversi ransum maka semakin efisien dalam menghasilkan bobot badan dan sebaliknya semakin tinggi angka konversi ransum maka semakin tidak efisien dalam menghasilkan pertambahan bobot badan. Nilai angka konversi ransum selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan bahwa secara statistik nilai konversi ransum antara ayam kampung dengan tingkat protein kasar ransum 22% tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan nilai konversi ransum dengan tingkat protein kasar ransum 19%. Hal ini berarti Ransum dengan dengan tingkat protein kasar 19% pada ayam

kampung dapat menggantikan ransum dengan tingkat protein kasar 22%.

Tidak berbeda nyatanya nilai konversi ransum ayam kampung dengan tingkat protein kasar 22% dan 19% disebabkan karena pertambahan bobot badan pada ayam kampung yang juga tidak berbeda nyata dan konsumsi ransumnya juga tidak terlalu jauh berbeda nilai rataannya. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pemberian pakan dengan tingkat protein kasar 19% lebih efisien pada pemeliharaan ayam kampung dibandingkan dengan pakan dengan tingkat protein 22%.

Dengan tidak berbeda nyatanya nilai konversi ransum pada ayam kampung dengan tingkat protein kasar 22% dan 19% maka pada pemeliharaan ayam kampung dengan pemberian pakan dengan tingkat protein kasar 19% akan lebih menguntungkan peternak karena pakan dengan tingkat protein kasar lebih rendah maka biaya pakannya akan lebih murah dibandingkan dengan pakan yang protein kasarnya lebih tinggi. Tabel 3. Konversi Ransum Penelitian Selama Penelitian

Ulangan Konversi Ransum (g)

PK 22% PK 19% 1 5,90 4,18 2 6,20 6,53 3 4,80 5,18 4 4,72 4,95 5 4,96 5,35 6 4,37 5,83 7 3,91 5,73 8 4,88 4,53 9 6,20 5,26 10 5,61 4,95 Jumlah 51,55 52,49 Rataan 5,16a 5,25a

Keterangan : superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05)

KESIMPULAN

Pemberian ransum dengan tingkat protein kasar 19% dapat menggantikan

tingkat protein kasar 22% pada pemeliharaan ayam kampung karena menghasilkan performan yang sama sehingga sehingga lebih efisien.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Gordon, S.H and D.R. Charles. 2002. Niche and Organic Chicken Products. Nottingham. UK : University Press. Kartasujana, R. dan E. Suprijatna. 2006.

Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kusnadi, H, Jafendi HPS, Zuprizal dan Heru PW. 2014. Buletin Peternakan 38(3) : 163-173

Mclaughlin., 2008, Paw-paw and Cancer

Annonaceous Acetogenin from

Discovery to Comercial Products,

Department of Medicinal Chemistry and Molecular Pharmacology, School of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Purdue University, 71(7):1311–1321.

Rasyaf, M. 1996. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Setyono, E, D.Sudrajad dan Anggraeni. 2015. Penggunaan kadar protein ransum yang berbeda terhadap performa ayam jantan petelur. Jurnal Pertanian 6 (2) : 68-74.

Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia Utama. Jakarta

Wahyu, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta. Yusriani, Y. 2015. Kebutuhan nutrisi ayam

kampung. Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Aceh.

nad.litbang.pertanian.go.id. diakses 8 Agustus 2016.

Gambar

Tabel 1. Pertambahan Bobot Badan Ayam Kampung Selama Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modus yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana pencucian uang dalam melakukan pencucian uang di bank adalah melalui kerja sama modal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis diterima terdapat hubungan yang VLJQL¿NDQ DQWDUD PLQGIXOQHVV GHQJDQ NXDOL - WDV KLGXS ODQMXW XVLD GL .HOXUDKDQ 7XDK .DU\D

sebaliknya jika semakin rendah indeksnya, maka dominansi akan semakin menyebar pada lebih banyak jenis. Sumber:

Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari kata guidance dan counseling dalam bahasa Inggris. Kalau istilah bimbingan dalam bahasa Indonesia akan muncul dua

Kinerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dikemukakan oleh Kuswandi (2004: 27) antara lain kepuasan karyawan, kemampuan karyawan, pengawasan, motivasi,

Dari teori-teori diatas ada beberapa hasil penelitian yang ditemukan, ada pun kesehatan mental tersangaka yang menjalani proses hukum pidana ditingkat penyidikan

3.1 Pencemaran minyak mentah di perairan laut dan dampak negatif yang ditimbulkannya bagi biota akuatik serta pengaruhnya terhadap hasil tangkapan para nelayan