• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penurunan Kadar (Irmanto dan Suyata)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penurunan Kadar (Irmanto dan Suyata)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENURUNAN KADAR AMONIA, NITRIT DAN NITRAT LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DI DESA KALISARI, CILONGOK MENGGUNAKAN SISTEM

ZEOLIT TERAKTIVASI DAN TERIMPREGNASI TiO2

Irmanto dan Suyata

Program Studi Kimia, Jurusan MIPA, Fakultas Sains dan Teknik, UNSOED, Purwokerto

ABSTRACT

Treatment of the tofu industry wastewater by activated zeolite system and TiO2

impregnated zeolite system was conducted. The systems are one of the alternatif method in decreasing ammonia, nitrite and nitrate contents in tofu industry wastewater. The research was aimed to decide the optimum loading rate of the wastewater into zeolite system. The loading rate variety are: 160, 240, 320, 400 and 480 L m-2 day-1. Then also determined the efficiency of zeolite system to decrease ammonia, nitrite and nitrate contents in tofu industry wastewater by using the optimum loading rate. The result of the research showed that these three zeolite systems were able to decrease ammonia, nitrite and nitrate contents in tofu industry wastewater by optimum loading rate 320 L m-2 day-1. The efficiency of these three zeolite systems in decreasing the ammonia, nitrite and nitrate contents in tofu industry wastewater respectively were 74.96%, 70.36%, 65.57% for acid activated zeolite system, 84.26%, 72.36%, 76.36% for base activated zeolite system, and 75.50%, 70.35%, 71.71% for TiO2 impregnated zeolite system. From three of those zeolite systems, base

activated zeolite system was the highest efficiency in decreasing the ammonia, nitrite and nitrate contents in tofu industry wastewater.

Keywords : Zeolite, tofu industry, ammonia, nitrite, nitrate

PENDAHULUAN

Sektor industri merupakan salah satu pilar perekonomian yang mampu meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi sebagian masyarakat dengan memberikan lapangan pekerjaan, kesempatan berusaha serta produknya sendiri memberi manfaat bagi masyarakat luas dan juga meningkatkan pendapatan daerah yang bersangkutan. Di lain pihak kegiatan industri juga memberikan dampak negatif bagi kelestarian lingkungan dari limbah yang dihasilkan.

Salah satu limbah yang dapat menimbulkan masalah terhadap lingkungan adalah limbah yang berasal dari industri tahu. Limbah cair industri tahu mengandung zat-zat organik yaitu protein, karbohidrat, lemak dan padatan

tersuspensi lainnya yang di alam dapat mengalami perubahan fisika, kimia dan hayati yang akan menghasilkan zat toksik atau menciptakan media tumbuh bagi mikroorganisme patogen. Limbah cair industri tahu tersebut bila mengalami pembusukan dapat menyebarkan bau tidak sedap dan mencemari perairan. Menurut Nurhasan dan Pramudyanto (1997) bahwa limbah cair dari industri tahu skala menengah adalah 20-25 m3 per ton kedelai yang diolah. Limbah cair industri tahu apabila tidak diolah dengan baik maka akan menimbulkan dampak yang sangat membahayakan. Pencemaran yang diakibatkan oleh limbah cair industri tahu sangatlah beragam baik bagi manusia maupun lingkungan. Pada manusia limbah cair

(2)

45 industri tahu dapat mengakibatkan

berbagai penyakit, karena menurut Nurhasan dan Pramudyanto (1997), limbah cair industri tahu mempunyai kadar nitrat, nitrit dan amonia yang tinggi. Bagi lingkungan limbah cair industri tahu yang dibuang langsung ke badan perairan dapat menyebabkan rusaknya badan perairan tersebut dan terganggunya ekosistem biota perairan.

Metode penanganan limbah berkembang sangat pesat. Salah satunya adalah dengan mengurangi kadar zat-zat yang berbahaya dalam limbah menggunakan proses kimia, maupun biologi. Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk mengurangi zat-zat berbahaya dalam limbah industri adalah zeolit. Penelitian tentang penggunaan zeolit sebagai adsorben limbah telah banyak dilaporkan mengingat keberadaan zeolit alam yang tersedia melimpah dan harganya murah. Komponen utama pembangun struktur zeolit adalah struktur pembangun primer (SiO4)4- yang mampu

membentuk struktur tiga dimensi. Sifat muatan listrik yang dimiliki oleh kerangka zeolit baik muatan pada permukaan maupun muatan di dalam rongga menyebabkan zeolit dapat digunakan sebagai zat pengadsorpsi, penukar ion dan katalis (Utomo, 2004).

Berdasarkan kemampuan zeolit yang dapat digunakan sebagai pengolah limbah, maka perlu dilakukan penelitian penggunaan zeolit untuk mengolah limbah industri tahu. Dalam penelitian ini telah dilakukan pengolahan limbah cair industri tahu untuk mengurangi kadar amonia, nitrit dan nitrat dalam limbah tersebut menggunakan sistem zeolit yang telah diaktivasi dengan asam, diaktivasi dengan basa dan zeolit terimpregnasi TiO2. Sistem zeolit juga diberi aerasi

sehingga diharapkan tidak hanya terjadi proses adsorpsi tetapi juga terjadi proses dekomposisi dalam penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu.

Penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui kemampuan sistem zeolit teraktivasi asam, sistem zeolit teraktivasi basa dan sistem zeolit terimpregnasi TiO2 dalam mengolah

limbah cair industri tahu melalui pemeriksaan pH, kadar amonia, nitrit dan nitrat.

2. Menentukan kecepatan pengisian optimum limbah cair industri tahu ke dalam sistem zeolit teraktivasi asam, sistem zeolit teraktivasi basa dan sistem zeolit terimpregnasi TiO2.

3. Menentukan efisiensi sistem zeolit teraktivasi asam, sistem zeolit teraktivasi basa dan sistem zeolit terimpregnasi TiO2 dalam penurunan

kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu.

4. Menentukan sistem zeolit yang paling baik dalam penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu.

METODE PENELITIAN Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Instrumen pengolah limbah cair industri tahu terdiri dari: kotak kaca dengan ukuran (panjang x lebar x tinggi) = 30 cm x 15 cm x 30 cm, zeolit yang berasal dari Daerah Yogyakarta deposit Gunung Kidul (dengan ukuran 1-2 mm), pipa, pipa aerasi, pompa air, pompa udara (aerator), penampung limbah, kran air, alat-alat gelas laboratorium, termometer, pH meter, desikator, neraca analitik, oven, kertas saring, dan 1 unit Spektrofotometer Visible (Spectronic 20 Genesys).

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: limbah cair industri tahu, ammonium klorida, seng sulfida, natrium hidroksida, larutan EDTA, reagen Nessler, natrium nitrit, asam sulfanilat, NED dihidroklorida, kalium nitrat, brucin, kloroform, asam sulfat pekat dan akuades.

(3)

Prosedur Penelitian

Aktivasi zeolit dan impregnasi zeolit a. Aktivasi zeolit melalui pengasaman

(Sugiyanto, 2006)

Butiran zeolit direndam dengan akuades selama 24 jam pada suhu kamar, setelah itu disaring dan keringkan menggunakan oven pada suhu 1100C. Zeolit yang telah kering direndam dan diaduk dengan HCl 0,1M, disaring dan dicuci dengan akuades secara berulang-ulang dan dikeringkan dengan oven pada suhu 1300C selama 4 jam.

b. Aktivasi zeolit melalui pembasaan Butiran zeolit direndam dengan akuades selama 24 jam pada suhu kamar, setelah itu disaring dan keringkan menggunakan oven pada suhu 1100C. Zeolit yang telah kering direndam dan diaduk dengan NaOH 0,1M, disaring dan dicuci dengan akuades secara berulang-ulang dan dikeringkan dengan oven pada suhu 1300C selama 4 jam.

c. Impregnasi zeolit dengan TiO2

(Sugiyanto, 2006)

Butiran zeolit dicampur dengan TiO2 dengan perbandingan jumlah zeolit

dan TiO2 2,5:1. Campuran diaduk

selama 3 jam. Setelah itu, campuran ditambah dengan akuades kemudian diaduk dan dikalsinasi pada suhu 4000C Pembuatan sistem zeolit

Instrumen sistem zeolit dibuat dengan konstruksi sebagai berikut. Bak kaca berukuran dimensi dalam (30 cm x 15 cm x 30 cm) dengan kran alir pada bagian bawah disiapkan. Sistem zeolit terdiri dari tiga bak setiap bak masing-masing dari dasar sampai ke atas seluruhnya diisi dengan zeolit berdiameter 1-2 mm yang berbeda cara aktivasi dan modifikasinya yaitu melalui pengasaman, pembasaan dan impregnasi TiO2. Pada bagian tengah bak dipasang

pipa aerasi (diameter 1,5 cm) dengan jarak antar lubang aerasi 5 cm dan ukuran diameter lubang 0,5 mm. Pipa aliran masuk berupa pipa berlubang yang dibuat dengan ukuran lubang diameter 1,5 mm

dan jarak antar lubang 5 cm, bagian pipa yang berlubang menghadap ke atas dan diletakkan di atas sistem zeolit.

Penentuan kecepatan pengisian optimum air limbah ke dalam sistem zeolit

Limbah cair industri tahu sebelum diolah (treatment) dengan metode sistem zeolit ditentukan kadar amonia, nitrit dan nitrat. Masing-masing parameter dianalisis sesuai dengan metode analisis dan pengukuran dilakukan secara duplo. Limbah cair industri tahu dialirkan selama 24 jam per hari pada berbagai variasi kecepatan pengisian yaitu 160, 240, 320, 400, 480 L m-2 hari-1. Kemudian kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu pada berbagai variasi kecepatan pengisian setelah diolah

(treatment) dengan metode sistem zeolit

ditentukan sesuai dengan metode analisis untuk masing-masing parameter dan pengukuran dilakukan secara duplo.

Perhitungan persentase penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu pada berbagai variasi kecepatan pengisian ditentukan dengan menggunakan rumus : % 100 . . . ) % (    awal kons akhir kons awal kons Kadar

Penentuan efisiensi sistem zeolit untuk menurunkan kadar amonia, nitrit, dan nitrat limbah cair tahu

Pada kecepatan pengisian optimum, dengan cara yang sama pada penentuan kecepatan pengisian optimum ditentukan persentase penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu, pengukuran dilakukan secara duplo setiap lima hari sekali selama satu bulan.

(4)

47 Prosedur Analisis

Penentuan Amonia

Amonia ditentukan menurut APHA (1995), dipipet 100 mL sampel ke dalam labu erlenmeyer 250 mL. Ditambahkan 1 mL ZnSO4 0,56 M dan

diaduk, lalu ditambahkan NaOH 6 N sampai pH menjadi 10,5. Dibiarkan selama 20-40 menit sampai flok-flok yang terbentuk mengendap, lalu disaring. Ditambahkan 1 tetes EDTA dan dikocok. Dipipet 25 mL sampel yang telah diolah ke dalam labu ukur 50 mL dan ditambahkan 2 mL reagen Nessler, diencerkan hingga tanda batas, kocok dengan membolak-balik labu dan dibiarkan selama 10 menit sampai homogen. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 430 nm. Dilakukan hal yang sama untuk larutan blanko. Penentuan Kadar Nitrit

Nitrit ditentukan menurut APHA (1995), dibuat larutan standar nitrit dengan konsentrasi 0,02 ; 0,04 ; 0,08 ; 0,16 ; 0,20 ppm. Ditambahkan 0,4 mL asam sulfanilat dan 0,4 mL NED dihidroklorida ke dalam 10 mL masing-masing larutan standar. Dibiarkan sampai terbentuk warna merah muda kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer visible pada panjang gelombang sekitar 550 nm. Dengan cara yang sama dilakukan untuk blanko dan sampel yang telah disaring.

Penentuan Kadar Nitrat

Nitrat ditentukan menurut APHA (1995), dibuat larutan standar nitrat dengan konsentrasi 2, 4, 8, 16 dan 32 ppm. Dimasukkan ke dalam 5 buah labu ukur 50 mL sebanyak 2,5 mL. Ditambahkan 0,3 mL brucin dan 5 mL asam sulfat pekat, dibiarkan membentuk warna kuning lalu diencerkan hingga tanda batas dan dikocok sampai homogen. Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer visible pada panjang gelombang sekitar 425 nm. Dengan cara yang sama dilakukan untuk blanko dan sampel yang telah disaring.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut Koswara (1992 ), limbah cair industri tahu adalah air rendeman kedelai dan whey yang merupakan sisa hasil penggumpalan dengan bahan penggumpal asam asetat atau batu tahu. Limbah cair industri tahu mengandung senyawa organik tinggi yang dapat berubah menjadi senyawa beracun atau menciptakan media tumbuhnya mikroorganisme sehingga perlu adanya pengolahan sebelum dibuang ke perairan.

Pada penelitian ini digunakan sistem zeolit teraktivasi yaitu aktivasi asam dan basa, serta sistem zeolit terimpregnasi TiO2 sebagai salah satu

metode alternatif untuk mengolah limbah cair industri tahu guna menurunkan kadar amonia, nitrit dan nitratnya. Penelitian ini menentukan kecepatan pengisian optimum limbah cair industri tahu ke dalam masing – masing sistem. Kecepatan pengisian optimum tersebut digunakan untuk menentukan efisiensi dari masing – masing sistem zeolit sehingga dapat diketahui sistem zeolit yang paling efektif untuk menurunkan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu.

Penentuan Kecepatan Pengisian Optimum Limbah Cair ke dalam Sistem Zeolit.

Kecepatan pengisian limbah cair yang digunakan dalam penelitian ini adalah 160, 240, 320, 400, 480, L m-2 hari-1, dari berbagai variasi kecepatan tersebut ditentukan kecepatan pengisian limbah cair yang mampu memberikan penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat yang paling tinggi dan disebut sebagai kecepatan pengisian optimum. Kecepatan pengisian limbah cair ke sistem zeolit merupakan faktor yang penting dalam menurunkan kadar amonia, nitrit dan nitrat dari limbah cair industri tahu karena dengan pengisian yang tepat maka penurunan kadar

(5)

48 amonia, nitrit dan nitrat dapat

berlangsung secara optimum.

Berdasarkan hasil pengukuran kadar amonia, nitrit dan nitrat sebelum dan sesudah diolah dengan sistem zeolit pada berbagai variasi kecepatan pengisian, diperoleh persentase penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat dari masing-masing sistem zeolit yang dapat dilihat pada Gambar 1, 2 dan 3

Berdasarkan Gambar 1, 2 dan 3 dapat diketahui bahwa persentase penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu setelah mengalami pengolahan menggunakan ketiga sistem zeolit yang berbeda paling tinggi terjadi pada kecepatan pengisian 320 L.m-2.hari-1. Pada kecepatan pengisian limbah cair industri tahu sebesar 320 L.m-2.hari-1, sistem zeolit teraktivasi asam mampu menurunkan kadar amonia, nitrit dan nitrat berturut-turut sebesar 73,33; 71,56; dan 66,97%. Sistem zeolit teraktivasi basa sebesar 82,90; 72,18; dan 75,31% dan sistem zeolit terimpregnasi TiO2 sebesar

74,11%; 69,97%; 70,80%. Kecepatan pengisian 240 L.m-2.hari-1 pada ketiga sistem zeolit mengalami persentase penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat yang lebih kecil dibandingkan pada kecepatan pengisian 320 L.m-2.hari-1 dan semakin menurun pada kecepatan pengisian 160 L.m-2.hari-1. Demikian pula pada kecepatan pengisian 400 L.m-2.hari-1 pada ketiga sistem zeolit juga persentase penurunan kadar amonia, nitrit dan nitratnya lebih kecil dari kecepatan pengisian sebesar 320 L.m-2.hari-1dan juga semakin menurun pada laju 480 L.m-2.hari-1. Dengan demikian kecepatan pengisian optimum ketiga sistem zeolit tersebut ditetapkan pada kecepatan

53,10 68,46 72,33 63,02 20,81 40,09 51,76 71,56 58,81 51,40 30,08 53,95 66,97 49,88 18,81 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Kecepatan Pengisian (L m-2 hari-1)

P e n u ru n a n K a d a r (% ) Amonia Nitrit Nitrat 29,48 65,48 82,90 73,25 60,69 38,70 61,36 72,18 58,63 38,28 28,22 61,88 75,31 69,34 60,15 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Kecepatan Pengisian Limbah (L m-2 hari-1)

Pe n u ru n a n K a d a r (% ) Amonia Nitrit Nitrat 27,11 63,36 74,11 69,18 45,75 50,57 55,99 69,97 46,41 30,50 18,81 51,90 70,80 61,59 47,21 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Kecepatan Pengisian Limbah (L m-2 hari-1)

P e n u r u n a n K a d a r ( % ) Amonia Nitrit Nitrat 160 240 320 480

Gambar 1. Penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat pada berbagai variasi kecepatan

Gambar 2. Penurunan kadar amonia, nitrit, dan nitrat pada berbagai variasi kecepatan

160

400

Gambar 3. Penurunan kadar amonia, nitrit, dan nitrat sistem zeolit terimpregnasi TiO2

240 320 400 480

(6)

49 pengisian limbah cair sebesar 320 L.m-2.

hari-1 karena pada kecepatan ini mampu memberikan persentase penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat yang paling tinggi pada ketiga sistem zeolit.

Penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat yang tinggi pada kecepatan pengisian limbah cair sebesar 320 L m-2 hari-1 menunjukkan bahwa dalam kecepatan ini waktu kontak antara limbah dengan sistem zeolit mencapai kondisi yang optimal sehingga proses adsorpsi oleh zeolit dan proses dekomposisi oleh mikroorganisme yang telah berkembang dalam sistem zeolit bisa terjadi secara maksimal.

Penentuan efisiensi sistem zeolit dalam menurunkan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu

Menurut Pike, (1975, dalam Suwarso, 2004) menyatakan bahwa, proses perombakan secara bakterial

diawali dengan memecah limbah organik menjadi ukuran yang lebih kecil sampai memungkinkan bagi organisme untuk melakukan metabolisme dan proses ini diperlukan waktu adaptasi. Pengukuran penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat dilakukan sebanyak enam kali selama 30 hari, pengukuran dilakukan setiap lima hari mulai hari ke-5 setelah dilakukan pengkondisian terhadap sistem. Efisiensi dari masing-masing sistem zeolit merupakan rataan dari persentase penurunan kadar tiap parameter pada kecepatan pengisian optimum. Data efisiensi dari masing-masing sistem zeolit dalam menurunkan kadar amonia, nitrit dan nitrat pada limbah cair industri tahu dapat dilihat pada Tabel 1, 2 dan 3

Tabel 1. Efisiensi masing-masing sistem zeolit dalam menurunkan kadar amonia limbah cair industri tahu

Sistem Zeolit

Penurunan Kadar Amonia (%) Efisiensi

Sistem (%) 5 hari pertama 5 hari ke-2 5 hari ke-3 5 hari ke-4 5 hari ke-5 5 hari ke-6 Asam 71,78 70,45 74,52 78,56 78,34 76,12 74,96 Basa 83,15 81,53 82,41 87,81 86,41 84,23 84,26 Impregnasi 75,10 72,45 74,89 77,04 78,03 75,51 75,50

(7)

Tabel 3. Efisiensi masing-masing sistem zeolit dalam menurunkan kadar nitrat limbah cair industri tahu

Berdasarkan Tabel 1, 2 dan 3 diketahui bahwa ketiga sistem zeolit mampu menurunkan kadar amonia, nitrit dan nitrat dengan efisiensi yang berbeda dari masing-masing sistem zeolit. Sistem zeolit teraktivasi asam mempunyai efisiensi sebesar 70,36% untuk amonia, 70,36% untuk nitrit dan 65,57% untuk nitrat. Sistem zeolit teraktivasi basa mempunyai efisiensi sebesar 84,26% untuk amonia, 72,22% untuk nitrit dan 76,22% untuk nitrat. Zeolit terimpregnasi TiO2 mempunyai efisiensi secara

berturut-turut sebesar 75,50%, 70,35% dan 71,71% untuk amonia, nitrit dan nitrat. Penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat dari limbah cair industri tahu setelah mengalami pengolahan menggunakan ketiga sistem zeolit tersebut terjadi karena adanya proses adsorpsi oleh zeolit dan juga proses dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme yang telah berkembang dalam sistem zeolit tersebut.

Proses dekomposisi limbah cair industri tahu juga terjadi di dalam sistem zeolit, hal ini dapat dibuktikan bahwa berdasarkan pengukuran penurunan persentase kadar amonia, nitrit dan nitrat pada ketiga sistem zeolit yang tidak diberi aerasi sebagai pembanding menunjukkan hasil penurunan persentase kadar amonia, nitrit dan nitrat yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan hasil pengukuran persentase penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat pada penentuan efisiensi dari sistem zeolit dengan aerasi. Pengukuran penurunan persentase kadar amonia, nitrit dan nitrat pada ketiga sistem zeolit tanpa pemberian aerasi dilakukan setelah mengalami pengkondisian selama 14 hari dengan mengalirkan limbah cair industri tahu yang telah mengalami pengenceran sepuluh kali pada kecepatan pengisian limbah cair 320 L m-2 hari-1 sebagai kecepatan pengisian limbah optimum. Berdasarkan pengukuran diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Sistem Zeolit

Penurunan Kadar Nitrat (%) Efisiensi

Sistem (%) 5 hari pertama 5 hari ke-2 5 hari ke-3 5 hari ke-4 5 hari ke-5 5 hari ke-6 Asam 67,68 64,12 62,84 64,58 68,31 65,91 65,57 Basa 75,50 72,77 76,17 77,42 77,79 77,68 76,22 Impregnasi 70,29 71,08 74,26 71,00 70,66 73,01 71,71

Sistem Zeolit Penurunan Kadar (%)

Amonia Nitrit Nitrat

Asam 54,28 51,66 38,15

Basa 60,13 55,78 45,10

Impregnasi 41,17 41,68 47,40

Tabel 4. Penurununan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu sistem zeolit tanpa pemberian aerasi

(8)

51 Kecilnya presentasi penurunan

kadar amonia, nitrit dan nitrat pada sistem zeolit tanpa aerasi dibandingkan dengan sistem zeolit yang dilengkapi dengan aerasi mengindikasikan bahwa dengan pemberian aerasi sebagai suplai oksigen mampu meningkatkan proses degradasi senyawa organik dari limbah cair industri tahu oleh mikroorganisme pada ketiga sistem zeolit tersebut. Choliq (1992) menyatakan bahwa dalam pengolahan limbah organik oleh mikroorganisme terdapat dua kejadian penting yaitu : (1) pemakaian oksigen oleh mikroorganisme untuk respirasi dan (2) pembentukan sel mikroorganisme dengan memanfaatkan bahan organik sebagai sumber makanan dan energi. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Sistem zeolit teraktivasi asam, teraktivasi basa dan terimpregnasi

TiO2 dapat digunakan untuk

menurunkan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu. 2. Kecepatan pengisian optimum limbah

cair ke dalam sistem zeolit teraktivasi asam, teraktivasi basa dan terimpregnasi TiO2 adalah 320 L m-2

hari-1.

3. Efisiensi sistem zeolit teraktivasi asam, teraktivasi basa dan terimpregnasi TiO2 dalam penurunan

kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu berturut-turut sebesar 74,96; 70,36; 65,57; 84,26; 72,22; 76,22, 75,50; 70,35; dan 71,71%.

4. Sistem zeolit teraktivasi basa mempunyai efisiensi yang paling tinggi dalam penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. dan S.S. Santika. 1984.

Metode Penelitian Air. Usaha

Nasional. Surabaya.

APHA. 1995. Standard Method for the

Examination of Water and

Wastewater. 18th Ed. American

Public Health Association. Washington D.C.

Choliq, A.U. 1992. Pengolahan Limbah

Organik Dengan Sistem RBC.

Proceeding Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan

Tantangan Masa Depan. Jurusan Teknik Lingkungan ITB. Bandung.

Departemen Lingkungan Hidup. 2003.

Limbah Usaha Kecil,

http://www.menlh.go.id./usaha-kecil.htm diakses tanggal 5 Mei 2006.

Koswara, S. 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan

Bermutu. Pustaka Sinar Harapan.

Jakarta.

Nurhasan, A. Dan B. B. Pramudyanto. 1997. Pengolahan Air Buangan Tahu. Yayasan Bina Karta Lestari dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia. Semarang.

Sugiyanto. 1994. Pengolahan Air

Limbah Secara Biologis.

Makalah Workshop Pengolahan dan Analisis Limbah Cair. Kerjasama BAPEDAL dengan UNS Surakarta. Surakarta.

Sugiyanto, R. 2006. Pengaruh Campuran

Zeolit-TiO2 terhadap Amonia.

Krom Total dan Warna Limbah

(9)

Universitas Jenderal Soedirman.

Purwokerto (Tidak

dipublikasikan).

Suwarso. 2004. Efektivitas Proses

Biodegradasi Limbah Cair

Industri Tapioka Menggunakan

Rekayasa Mikrobiologi. Majalah

Gambar

Gambar  2.  Penurunan  kadar  amonia,  nitrit,  dan  nitrat    pada  berbagai  variasi  kecepatan
Tabel  1. Efisiensi masing-masing  sistem zeolit dalam menurunkan kadar amonia limbah  cair industri tahu
Tabel 4. Penurununan kadar amonia, nitrit dan nitrat limbah cair industri tahu sistem zeolit  tanpa pemberian aerasi

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian remisi terhadap narapidana korupsi harus bisa diajalankan, mengingat hal tersebut merupaan hak seorang narapidana yang sudah menjalani dan mempertanggung

Berdasarkan analisis terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Kewarganegaraan sub Menampilkan sikap positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbukadengan

Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan setiap orang tua untuk memberikan pendidikan kepada anaknya untuk mendapatka ajaran tentang ibadah shalat, pada usia

Penulis akan mencoba meneliti pemahaman tentang seksualitas dan pemahaman tentang gereja sebagai persekutuan yang berkembang dalam jemaat, kemudian penulis juga

Sejak akhir tahun 90 hingga sekarang (2006) bisnis sayuran menjadi semakin banyak diminati oleh masyarakat. Namun dari banyak perusahaan agribisnis di Jawa Barat

Menentukan nilai dari nKolom adalah sama dengan nilai panjang kolom dari Array A Deklarasi perulangan for yang mana dimulai dari i = 0 dan akan terus berulang selama nilai i

Isometri adalah suatu transformasi atas Refleksi (pencerminan), Translasi (pergeseran), dan Rotasi (perputaran) pada sebuah garis yang mempertahankan jarak (panjang

(3) Pengelolaan kekayaan milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibahas oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa berdasarkan tata cara pengelolaan