• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIKLAT UJIAN DINAS TINGKAT I MODUL RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH TAHUN OLEH: TIM PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIKLAT UJIAN DINAS TINGKAT I MODUL RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH TAHUN OLEH: TIM PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DIKLAT UJIAN DINAS TINGKAT I

MODUL

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

TAHUN 2010—2014

OLEH:

TIM PUSDIKLAT PENGEMBANGAN

SUMBER DAYA MANUSIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

JAKARTA

(3)

KATA PENGANTAR

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Kementerian Keuangan Nomor: ST-059/PP.2/2010 tanggal 8 April 2010 tentang Penyusunan kembali Modul Ujian Dinas Tk. I, Sdr. Sampurna Budi Utama ditunjuk untuk menyusun kembali/memutakhirkan modul Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).

Penunjukan ini sangat beralasan karena penyusun memiliki pengalaman mengajar cukup lama yang memungkinkan penyusun memilih materi yang diharapkan memenuhi kebutuhan belajar bagi peserta Diklat Ujian Dinas Tk. I.

Hasil Penyusunan modul ini telah dipresentasikan di hadapan para Widyaiswara serta pejabat struktural terkait di lingkungan Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK), Kementerian Keuangan. Kami menyetujui modul ini digunakan sebagai bahan ajar bagi peserta Diklat Ujian Dinas Tk. I. Akan tetapi, mengingat modul Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sebagai bahan studi yang terus berkembang, penyempurnaan perlu selalu diupayakan agar tetap memenuhi kriteria kemutakhiran dan kualitas.

Pada kesempatan ini, kami mengharapkan saran atau kritik dari semua pihak (termasuk peserta diklat) untuk penyempurnaan modul ini. Setiap saran dan kritik yang membangun akan sangat dihargai.

Atas perhatian dan peran semua pihak, kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, Oktober 2014 Kepala Pusat,

Ttd

Safuadi

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR KEPALA PUSDIKLAT ... i

DAFTAR ISI ... ii

PETA KONSEP ... iv

PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT ... 1

B. PRASYARAT KOMPETENSI ... 3

C. STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR ... 3

D. RELEVANSI MODUL ... 4

KEGIATAN BELAJAR 1 PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL A. URAIAN DAN CONTOH ... 6

1. Program Pembangunan Nasional dari Masa ke Masa ... 8

2. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ... 13

a. Pengertian dan ruang lingkup sistem perencanaan pembangunan nasional ... 13

b. Asas dan tujuan perencanaan pembangunan nasional ... 15

c. Tahapan perencanaan pembangunan nasional ... 17

3. Perencanaan Pembangunan Nasional Jangka Panjang ... 19

B. LATIHAN ... 19

C. RANGKUMAN ... 20

D. TES FORMATIF ... 20

E. UMPAN BALIK ... 24

KEGIATAN BELAJAR 2 PERENCANAAN PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL A. INDIKATOR ... 25

(5)

1. Perumusan dan pelaksanaan RPJM ... 26

a. Proses penyusunan dan penetapan RPJM ... 26

b. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana ... 28

c. Kaidah pelaksanaan RPJM ... 29

2. Permasalahan dan Visi-Misi Pembangunan Jangka Menengah ... 30

a. Permasalahan bangsa indonesia dalam jangka menengah ... 30

b. Visi dan misi pembangunan jangka menengah periode tahun 2010-2014 ... 34 C. LATIHAN ... 38 D. RANGKUMAN ... 38 E. TES FORMATIF ... 39 F. UMPAN BALIK ... 42 KEGIATAN BELAJAR 3 AGENDA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KE-II PERIODE 2010-2014 A. INDIKATOR ... 43

B. URAIAN DAN CONTOH ... 43

1. Arah Kebijakan Umum Pembangunan Nasional Jangka Menengah ... 44

2. Agenda Utama Pembangunan Nasional Jangka Menengah ... 45

3. Sasaran Pembangunan dalam RPJM 2010-2014 ... 49

4. Prioritas Nasional dalam RPJM 2010-2014 ... 53

5. Arah Kebijakan Bidang-Bidang Pembangunan dalam RPJM 2010-2014 ... 56

C. LATIHAN ... 57 D. RANGKUMAN ... 57 E. TES FORMATIF ... 58 F. UMPAN BALIK ... 61 TES SUMATIF ... 62 UMPAN BALIK ... 67 KUNCI JAWABAN ... 68 DAFTAR PUSTAKA ... 69

(6)

Peta konsep

Kegiatan Belajar 3

Agenda Pembangunan Jangka Menengah II (2010-2014)

 Arah Kebijakan Umum

 Sasaran Pembangunan

 Prioritas Nasional

 Arah kebijakan

bidang-bidang pembangunan Kegiatan Belajar 2

Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah Nasional

 Perumusan dan

Pelaksanaan RPJM

 Permasalahan dan

visi-visi pembangunan jangka menengah Kegiatan Belajar 1 Perencanaan Pembangunan Nasional  Program Pembangunan

dari masa ke masa

 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional  Perencanaan Pembangunan Nasional Jangka Panjang RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL JANGKA MENENGAH PERIODE II TAHUN 2010-2014

(7)

PENDAHULUAN

A.

Deskripsi Singkat

Reformasi sistem politik di Indonesia baik yang bersifat kelembagaan maupun perundangan memunculkan model perencanaan dan kebijakan pembangunan nasional yang baru menggantikan model perencanaan dan kebijakan lama. Muara dari reformasi ini adalah keinginan untuk melakukan perbaikan-perbaikan atas kelemahan-kelemahan yang timbul dari praktik perencanaan pembangunan maupun kebijakan pembangunan yang sebelumnya pernah diterapkan demi pencapaian tujuan kesejahteraan rakyat sebagaimana di amanatkan oleh konstitusi.

Dalam konteks ini, Pemerintah dan DPR menyepakati pengundangan UU Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai landasan bagi proses perumusan program pembangunan baik dalam jangka panjang, menengah maupun tahunan. Berkaitan dengan program pembangunan jangka menengah, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004-2009 dan Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2010-2014 sebagai pedoman bagi penyusunan rencana kerja tahunan pemerintah.

Judul modul ini adalah Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah Tahun 2010-2014 yang terdiri dari tiga kegiatan belajar yang bertujuan mengantar para peserta Diklat Ujian Dinas I memahami perubahan yang terjadi dalam sistem perencanaan pembangunan nasional serta permasalahan dan agenda pembangunan yang direncanakan untuk kurun waktu tahun 2010-2014.

(8)

Secara singkat, model perencanaan pembangunan sebagaimana diatur dalam UU Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dapat digambarkan dalam diagram berikut ini.

Sedangkan alur perencanaan dan kaitan tiap-tiap dokumen perencanaan baik untuk level pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat digambarkan sebagai berikut:

UU

RPJP Nas

PERPRES PENJABARAN RPJP 20 TH 5 TH 1 TH

SISTEM PERENCANAAN

M U S R E N B A N G Arah Kebijakan Keuangan Strategi Pembangunan Kebijakan Umum Program Kerja Rencana Kerja (Kerangka Regulasi) Rencana Kerja (Kerangka Pendanaan) M U S R E N B A N G

VISI

MISI

ARAH

PEMBANGUNAN Rancangan Kerangka Ekonomi Prioritas Pembangunan

Rencana Kerja dan Pendanaan

RKP Nas

RPJM Nas

(9)

ALUR PERENCANAAN

RPJP NASIONAL RPJP DAERAH RPJM NASIONAL RENSTRA K/L RKP RENJA K/L PEDOMAN DIJABARKAN PEDOMAN RPJM DAERAH RKPD PEDOMAN DIJABARKAN

RENSTRA-SKPD PEDOMAN RENJA-SKPD

UU NO 24/2004 TTG SPPN PEM ERINTA H PUSA T PEM ERINTA H DA E R A H

Acuan Memperhatikan Diserasikan via Musrenbang

B.

Prasyarat Kompetensi

Peserta yang akan ditunjuk untuk mengikuti Diklat Ujian Dinas adalah PNS yang telah menduduki golongan II/d paling kurang selama dua tahun serta memenuhi persyaratan pengangkatan untuk menjadi PNS gol III/a. Titik berat materi pada pemahaman, aplikasi, analisis dan kesimpulan berkaitan dengan pelaksanaan tugas sehari-hari peserta diklat sebagai pegawai Kementerian Keuangan.

C.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

1. Standar Kompetensi

Standar Kompetensi merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar yang diperoleh melalui pengalaman belajar. Dengan pengertian tersebut, maka standar kompetensi untuk peserta diklat setelah mempelajari modul ini adalah meningkatnya pemahaman peserta diklat tentang sistem perencanaan pembangunan nasional dan dokumen rencana pembangunan.

(10)

Selain itu, peserta diklat diharapkan memahami dan dapat menjelaskan konsep rencana pembangunan jangka menengah berikut agenda dan prioritas pembangunannya.

2. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar adalah tujuan yang ingin dicapai setelah mempelajari modul yang merupakan penjabaran dari standar kompetensi. Kompetensi dasar yang diharapkan setelah mempelajari modul ini adalah para peserta diklat diharapkan dapat:

a. menjelaskan alasan penetapan sistem perencanaan pembangunan nasional sebagai landasan program pembangunan.

b. menguraikan paradigma-paradigma pembangunan yang pernah dan tengah diterapkan di Indonesia.

c. menyebutkan pengertian dan ruang lingkup sistem perencanaan pembangunan nasional.

d. menguraikan asas-asas yang dipakai dalam pembangunan nasional. e. menyebutkan tujuan penerapan sistem perencanaan pembangunan

nasional

f. menguraikan tahapan perencanaan pembangunan nasional. g. menyebutkan fungsi RPJM.

h. menguraikan proses penyusunan dan penetapan RPJM.

i. menguraikan proses pengendalian dan evaluasi atas pelaksanaan RPJM.

j. mengetahui permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia dalam jangka menengah.

k. menyebutkan visi dan misi pembangunan nasional dalam jangka menengah;

l. mengetahui agenda pembangunan nasional dalam jangka menengah berikut sasaran pembangunannya.

D.

Relevansi Modul

Dengan mempelajari materi modul ini, diharapkan peserta diklat dapat memperoleh manfaat berupa pengetahuan yang berkaitan dengan sistem

(11)

perencanaan pembangunan nasional, paradigma pembangunan, dan rencana pembangunan jangka menengah periode 2010-2014 beserta agenda dan sasaran pembangunannya.

Selaku unsur aparatur pemerintahan, Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kementerian Keuangan merupakan salah satu pelaku pembangunan yang terikat dengan kaidah pelaksanaan rencana pembangunan nasional sehingga peranannya dalam konteks pencapaian tujuan pembangunan nasional tidak bisa diabaikan. Oleh karenanya, pemahaman setiap PNS Kementerian Keuangan terhadap sistem perencanaan pembangunan nasional dan isu-isu rencana pembangunan yang terkait menjadi penting untuk ditingkatkan. Selain itu, sikap mental setiap PNS Kementerian Keuangan berkaitan dengan tanggung jawab untuk turut mensukseskan agenda pembangunan nasional harus ditumbuhkembangkan. Diharapkan, melalui pengetahuan dan sikap mental tersebut, PNS Kementerian Keuangan akan dapat memainkan perannya sebagai pelaku aktif pembangunan dan dapat berfungsi sebagai katalis atas permasalahan dan hambatan pembangunan yang muncul.

Agar pemahaman tersebut menjadi lebih maksimal, peserta diklat dianjurkan untuk mempelajari literatur dan ketentuan perundangan yang tersebut dalam daftar pustaka modul ini.

(12)

KEGIATAN BELAJAR 1

PERENCANAAN PEMBANGUNAN

NASIONAL

A.

Indikator

Indikator adalah kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan dasar untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Berdasarkan pengertian tersebut, setelah mempelajari kegiatan belajar satu ini, para peserta diklat diharapkan dapat:

1. menyebutkan alasan yang mendasari sistem perencanaan pembangunan nasional;

2. menjelaskan sejarah pembangunan nasional berikut dokumen pembangunan yang digunakan dalam perencanaan pembangunan nasional;

3. menerangkan paradigma pembangunan yang pernah digunakan di Indonesia;

4. menjelaskan tentang sistem perencanaan pembangunan nasional sebagaimana diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

5. menjelaskan asas-asas yang digunakan dalam perencanaan pembangunan nasional;

6. menyebutkan tujuan dari perencanaan pembangunan nasional;

7. menjelaskan tahapan yang digunakan dalam perencanaan pembangunan nasional; dan

8. menjelaskan hakekat dan fungsi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional.

B.

Uraian dan Contoh

Sejalan dengan amandemen UUD 1945 ketiga tahun 2001, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tidak lagi memegang kedaulatan negara

(13)

tertinggi. Selain itu, MPR juga tidak lagi memiliki kewajiban untuk menetapkan GBHN. Dengan berlakunya amandemen Undang-Undang Dasar 1945 hingga amandemen keempat, telah terjadi perubahan dalam pengelolaan pembangunan, yaitu:

1. penguatan kedudukan lembaga legislatif dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);

2. ditiadakannya Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional; dan

3. diperkuatnya otonomi daerah dan desentralisasi pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemilihan presiden secara langsung sebagai hasil perubahan UUD 1945 dan ditiadakannya GBHN sebagai pedoman presiden untuk menyusun rencana pembangunan serta pemberlakuan UU Nomor 32 tahun 2004 sebagai amandemen UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang memungkinkan penyelenggaraan otonomi daerah dengan kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah menjadi landasan perlunya sistem perencanaan pembangunan nasional.

Pemberian kewenangan yang luas kepada daerah juga membawa konsekuensi diperlukannya langkah koordinasi dan pengaturan untuk lebih mengharmoniskan dan menyelaraskan pembangunan, baik pembangunan nasional, pembangunan daerah, maupun pembangunan antardaerah.

Untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan di atas, pada tanggal 5 Oktober 2004 pemerintah dengan persetujuan DPR menerbitkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Melalui UU Nomor 25 tahun 2004, Bangsa Indonesia memasuki era baru dalam sejarah pembangunan nasional untuk menjamin kegiatan pembangunan yang berjalan secara efektif, efisien, dan bersasaran dalam rangka mewujudkan tujuan negara sebagaimana diamanahkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

(14)

1. Program Pembangunan Nasional dari Masa ke Masa

Sepanjang sejarahnya, Bangsa Indonesia mengalami pasang surut dalam upaya mewujudkan tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Berikut ini disajikan secara ringkas, upaya pemerintah mewujudkan tujuan nasional melalui serangkaian program pembangunan nasional.

Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai Landasan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Dalam konteks pemerintahan di masa lalu, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) merupakan lembaga tertinggi negara yang mempunyai tugas menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara.

Garis-Garis Besar Haluan Negara tersebut merupakan haluan negara tentang pembangunan nasional dalam garis-garis besar sebagai pernyataan dari kehendak rakyat yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat setiap lima tahun. Dengan demikian, GBHN pada masa lalu berfungsi sebagai landasan perencanaan pembangunan nasional. Sebagai ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, GBHN menjadi landasan hukum bagi presiden untuk dijabarkan dalam bentuk rencana pembangunan lima tahun (Repelita) dengan memperhatikan secara sungguh-sungguh saran Dewan Perwakilan Rakyat, yang selanjutnya pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat menyusun APBN sebagai rencana kerja para penyelenggara negara untuk kurun waktu satu tahun.

Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai landasan pembangunan nasional, dalam perjalanan sejarah selama berlakunya UUD 1945 dapat dirangkum sebagai berikut:

(15)

a. Periode tahun 1945-1959

Pada kurun waktu tersebut, situasi dan kondisi perjuangan revolusi untuk mempertahankan dan menegakkan kedaulatan bangsa sebagai wujud kemerdekaan yang telah diproklamasikan menyebabkan Garis-Garis Besar Haluan Negara belum dapat dibuat.

b. Periode tahun 1959-1966

Pada tanggal 17 Agustus 1959, Presiden Soekarno menyampaikan pidato manifesto politik. Pidato ini, kemudian oleh MPRS melalui Ketetapan MPRS Nomor I/MPRS/1960, dinyatakan sebagai GBHN yang pertama.

Melalui ketetapan Nomor II/MPRS/1960, MPRS menugaskan Dewan Perancang Nasional (Depernas), yang diketuai oleh Mr. Moh. Yamin, untuk menyusun garis besar haluan pembangunan. Hasil kerja Dewan Perancang Nasional berhasil merumuskan dokumen pembangunan nasional yang disebut Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahap I (1961-1969)

c. Periode tahun 1966-1968

Pada masa ini, Orde Baru lahir sebagai koreksi atas penyimpangan yang dilakukan Orde Lama. Sidang Umum MPRS yang dilaksanakan pada tahun 1966 tidak menghasilkan GBHN dan hanya menetapkan Tap MPRS Nomor XXII/MPRS/1966 tentang Landasan Pembaruan Kebijakan Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan serta Tap MPRS Nomor XII/MPRS/1966 tentang Pembaharuan Kebijakan Politik Luar Negeri.

Sidang Umum MPRS yang diselenggarakan pada tahun 1968 juga tidak menghasilkan GBHN, akan tetapi menetapkan Tap MPRS Nomor XLI/MPRS/1968 tentang Tugas Pokok Kabinet Pembangunan yang menjadi landasan penyusunan dan pelaksanaan Repelita I.

d. Periode tahun 1971-1998

Secara periodik, MPR pada periode ini berhasil merumuskan dan menetapkan GBHN melalui berbagai Tap MPR. GBHN sebagai landasan

(16)

program pembangunan dilaksanakan secara berkesinambungan. Pada Sidang Umum MPR tahun 1998, MPR hasil pemilu 1997 menghasilkan GBHN dengan ketetapan MPR Nomor II/MPR/1998.

e. Periode tahun 1998-2004

Krisis ekonomi yang berpuncak pada krisis politik pada tahun 1998 berdampak pada tumbangnya Orde Baru. Perubahan ini berdampak pada perubahan arah kebijakan politik yang dilakukan oleh Orde Reformasi. Keputusan rapat paripurna ke-4 tanggal 13 November 1998 pada Sidang Istimewa MPR menghasilkan Tap MPR Nomor IX/MPR/1998 tentang pencabutan Tap MPR Nomor II/MPR/1998 tentang GBHN.

Rapat tersebut juga menghasilkan Tap MPR Nomor X/MPR/1998 tentang Pokok-Pokok Reformasi Pembangunan dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai haluan negara. Tap tersebut mengatur tata urut, kondisi umum, tujuan, kebijakan, dan pelaksanaan reformasi yang berlaku sampai terselenggarakannya sidang umum hasil Pemilu tahun 1999.

Sidang Umum tahun 1999 menghasilkan Tap MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2004. GBHN ini dalam pelaksanaannya dituangkan dalam Program Pembangunan Nasional lima tahun (PROPENAS) yang memuat uraian kebijakan secara rinci dan terukur yang ditetapkan oleh presiden bersama DPR dalam bentuk undang-undang. PROPENAS dirinci dalam bentuk Rencana Pembangunan Tahunan (REPETA) yang memuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah telah menyusun strategi program pembangunan nasional yang didasarkan pada paradigma pembangunan yang terus dikembangkan. Paradigma pembangunan adalah cara pandang terhadap suatu persoalan pembangunan yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pembangunan dalam arti pembangunan, baik

(17)

sebagai proses maupun sebagai metode, untuk mencapai peningkatan kualitas hidup manusia dan kesejahteraan rakyat.

Dalam perkembangannya, Indonesia pernah menerapkan beberapa paradigma pembangunan berikut ini:

a. Paradigma Pertumbuhan (Growth paradigm)

Merupakan paradigma pembangunan yang menekankan pada upaya peningkatan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan pendapatan nasional.

Dalam paradigma ini, peran pemerintah sangat besar dalam menyusun perencanaan dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang diinginkan dengan unsur utama pertumbuhan Gross National Produk (GNP) serta pertumbuhan tingkat penanaman modal. Perencanaan pembangunannya bersifat top-down dan banyak ditentukan oleh perencana di tingkat pemerintah pusat. Akibatnya semua aspirasi masyarakat cenderung diabaikan serta memunculkan kecenderungan elitisme.

Dalam praktiknya, penerapan paradigma pertumbuhan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi mengabaikan masalah distribusi pendapatan nasional sehingga timbul masalah kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan pembagian pendapatan, urbanisasi dan kerusakan lingkungan.

Dalam paradigma pertumbuhan, pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada gilirannya diyakini akan menciptakan perembesan ke bawah yang disebut dengan trickle down effect. Efek perembesan inilah yang diharapkan mampu membawa kesejahteraan masyarakat. Namun fakta empiris di Brazil, Chili dan Indonesia menunjukkan tidak terjadinya efek tersebut. Justru yang timbul adalah ketimpangan antara pelaku ekonomi yang menguasai kue ekonomi di Indonesia dengan masyarakat sebagai pemangku kepentingan yang paling utama. Di satu sisi, sebagian kecil anggota masyarakat yang memiliki akses terhadap pertumbuhan perekonomian menikmati

(18)

pertumbuhan kesejahteraan yang memadai namun kemiskinan justru dirasakan oleh kelompok terbesar dari masyarakat.

Para ekonom mengkritik hal tersebut karena pertumbuhan saja bukan berarti pembangunan. Pembangunan harus juga berarti pemenuhan kebutuhan pokok seperti kesempatan kerja dan berusaha, pemberantasan kelaparan dan kekurangan gizi, pemeliharaan kesehatan, penyediaan air bersih dan perumahan dsb.

b. Paradigma Kesejahteraan (Welfare Paradigm)

Dalam paradigma ini, pembangunan diarahkan pada upaya peningkatan kesejahteraan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Selain berorientasi pada pemenuhan kebutuhan di bidang pelayanan publik, paradigma ini juga menekankan penciptaan kondisi tertentu untuk memberikan akses yang sama kepada setiap warga negara dalam memperoleh pelayanan publik. Terciptanya akses pelayanan yang terbuka dan sama kepada lapisan masyarakat diperlukan bagi pemerataan hasil-hasil pembangunan dan pelayanan publik. Dengan demikian, hasil-hasil-hasil-hasil pembangunan diupayakan untuk dapat dirasakan secara merata oleh masyarakat.

Namun yang terjadi adalah pelayanan publik, seperti sektor pendidikan, kesehatan, listrik dan air minum yang tersedia belum dapat dinikmati oleh masyarakat secara merata dan lebih banyak dinikmati oleh masyarakat kota dan golongan ekonomi kaya. Kondisi yang ada menunjukkan bahwa pemerintah telah mampu menyediakan pelayanan publik yang dibutuhkan, hanya pelayanan publik tersebut belum dapat menjangkau setiap warga negara yang membutuhkan.

c. Paradigma Pembangunan Berpusat pada Manusia (people centered development paradigm)

(19)

Merupakan model pembangunan yang berorientasi pada pembangunan kualitas manusia. Asumsi dasarnya adalah bahwa pembangunan itu harus sunguh-sunguh ditujukan pada upaya memberi manfaat bagi manusia, baik dalam upayanya maupun dalam menikmati hasil-hasil dari upaya pembangunan.

Paradigma ini memungkinkan masyarakat untuk memiliki kesempatan guna mengembangkan kepandaian kreatif bagi masa depannya sendiri dan masa depan masyarakat pada umumnya. Fokus pembangunannya adalah pembangunan manusia (human-growth), kesejahteraan (well-being), keadilan (equity), dan keberlanjutan (sustainability).

Sumber pembangunan dalam paradigma ini adalah informasi dan prakarsa yang kreatif dengan tujuan utama yaitu aktualisasi yang optimal dari potensi manusia. (Korten, 1984:300)

Dalam paradigma pembangunan manusia yang mendapat perhatian dalam proses pembangunan adalah pelayanan sosial, pembelajaran sosial, pemberdayaan, kemampuan dan kelembagaan (Suryono dalam Surjadi, 2000)

2. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

a. Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Sebelumnya telah diuraikan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Penyelenggaraan negara dilaksanakan melalui pembangunan nasional dalam segala aspek kehidupan bangsa.

(20)

Pembangunan itu sendiri merupakan pada hakekatnya adalah suatu proses perubahan yang terus menerus dan merupakan usaha untuk lebih maju dan terjadi perbaikan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam UU Nomor 25 tahun 2004, pembangunan nasional didefinisikan sebagai upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan negara.

Dengan demikian pembangunan nasional sesungguhnya merupakan rangkaian upaya pembangunan berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Agar tujuan nasional tersebut dapat tercapai, pembangunan nasional harus direncanakan melalui suatu sistem perencanaan pembangunan nasional. Bapak Manajemen Modern, Henry Fayol (1949), mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Sedangkan menurut Robin dan Coulter (2005), perencanaan merupakan sebuah proses yang mencakup mendefinisikan sasaran, menetapkan strategi menyeluruh untuk mencapai sasaran tersebut, dan menyusun serangkaian rencana yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan pekerjaan. Setidaknya, terdapat empat manfaat dari sebuah perencanaan yaitu:

1) perencanaan menghasilkan usaha yang terkoordinasi;

2) perencanaan mengurangi ketidakpastian dan mendorong para pimpinan untuk melihat ke depan, mengantisipasi perubahan, mempertimbangkan dampak perubahan, dan menyusun tanggapan yang tepat;

3) perencanaan meminimalkan pemborosan dan tindakan yang tumpang tindih; dan

4) perencanaan dapat digunakan sebagai standar atau sasaran dalam kegiatan pengendalian.

(21)

UU Nomor 25 tahun 2004 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah suatu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.

Pengertian ini menjelaskan bahwa ruang lingkup sistem perencanaan pembangunan nasional meliputi perencanaan pembangunan baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat melalui perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh kementerian/lembaga maupun perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Bidang cakupan perencanaan pembangunan nasional menyangkut masalah-masalah penyelenggaraan perencanaan makro semua fungsi pemerintahan, yang meliputi semua bidang kehidupan secara terpadu dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

Perencanaan pembangunan nasional yang disusun oleh kementerian/lembaga maupun perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah akan menghasilkan:

a. Rencana pembangunan jangka panjang; b. Rencana pembangunan jangka menengah; c. Rencana pembangunan tahunan.

b. Asas dan Tujuan Perencanaan Pembangunan Nasional

Pembangunan nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersaman, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional.

Sistem perencanaan pembangunan nasional diselenggarakan berdasarkan asas-asas umum penyelenggaraan negara sebagai

(22)

pencerminan penerapan kaidah-kaidah yang baik dalam penyelenggaraan negara. Asas-asas umum penyelenggaraan negara tersebut meliputi:

1) Kepastian Hukum, yakni asas dalam negara hukum yang

mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara;

2) Tertib Penyelenggaraan Negara, yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara;

3) Kepentingan Umum, yang bermakna mendahulukan kesejahteraan

umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif;

4) Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak-hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara;

5) Proporsionalitas, yakni asas yang mengutamakan keseimbangan antara

hak dan kewajiban penyelenggara negara;

6) Profesionalitas, yang berarti mengutamakan keahlian yang

berlandaskan kode etik dan ketentuan perundang-undangan, dan

7) Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sistem perencanaan pembangunan nasional bertujuan untuk: 1) mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan;

2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah;

3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan;

4) mengoptimalkan partisipasi masyarakat, dan

5) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.

(23)

c. Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional

Perumusan sistem perencanaan pembangunan nasional sebagai landasan perencanaan pembangunan nasional dilakukan dengan menggunakan lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan yang mencakup pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah ( top-down), dan bawah-atas (bottom-up).

Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan presiden adalah proses penyusunan rencana karena rakyat menentukan pilihannya dalam pilpres berdasarkan program-program pembangunan/platform yang ditawarkan masing-masing calon presiden. Oleh karenanya, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan presiden terpilih pada saat kampanye ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Penjabaran RPJM tersebut dilakukan oleh pemerintahan baru di bawah koordinasi Kementerian Perencanaan/Kepala Bappenas.

Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan semua pihak yang berkepentingan diharapkan mampu meningkatkan timbulnya partisipasi dan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap rencana pembangunan sehingga dapat turut serta menyukseskan program pembangunan yang telah dirancang tersebut.

Sedangkan pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas tersebut kemudian diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan dalam bentuk Musyawarah Perencanaan

(24)

Pembangunan (Musrenbang) baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa. Musrenbang merupakan forum antarpelaku dalam menyusun rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.

Perencanaan pembangunan terdiri dari empat tahap yang diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh, meliputi:

1) penyusunan rencana; 2) penetapan rencana;

3) pengendalian pelaksanaan rencana, dan 4) evaluasi pelaksanaan rencana.

Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang telah disiapkan untuk ditetapkan yang terdiri dari empat langkah berikut:

1) penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh dan terukur.

2) masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan.

3) melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang).

4) Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.

Tahapan penetapan rencana menjadi produk hukum dimaksudkan sebagai upaya mengikat semua pihak untuk melaksanakan rencana pembangunan yang telah disusun. Menurut UU Nomor 25 tahun 2004, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional/Daerah ditetapkan dengan Undang-Undang/Peraturan Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional/Daerah ditetapkan dengan Peraturan Presiden/Kepala Daerah, Rencana Pembangunan Nasional/Daerah ditetapkan dengan Peraturan Presiden/Kepala Daerah.

(25)

3. Perencanaan Pembangunan Nasional Jangka Panjang

Rencana pembangunan nasional memerlukan cetak biru/blue print tentang rencana pembangunan yang akan dilaksanakan dalam jangka panjang sehingga dapat dijadikan pedoman bagi penyusunan rencana pembangunan baik dalam jangka menengah maupun jangka pendek/tahunan. Dalam konteks ini, Indonesia memiliki Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional.

RPJP Nasional merupakan dokumen perencanaan pembangunan nasional yang merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan nasional untuk masa tahun 2005 hingga masa tahun 2025.

RPJP Nasional ditetapkan sebagai arah sekaligus acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional melalui visi, misi, dan arah pembangunan yang telah disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh masing-masing pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan melengkapi satu sama lain dalam satu pola sikap dan pola tindak.

C.

Latihan

Jawablah soal-soal latihan di bawah ini dan diskusikanlah dengan peserta diklat lainnya atau tutor Anda untuk memantapkan pemahaman Anda!

1. Apa saja landasan program pembangunan yang pernah diterapkan di Indonesia?

2. Menurut Saudara, mengapa pemerintah sekarang perlu menerbitkan UU Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai landasan program pembangunan?

3. Apa yang dimaksud dengan sistem perencanaan pembangunan nasional itu? 4. Apa saja tujuan dari penerapan sistem perencanaan pembangunan nasional? 5. Jelaskan tahapan-tahapan dalam perencanaan pembangunan nasional yang

(26)

D.

Rangkuman

Pemilihan presiden secara langsung sebagai hasil amandemen UUD 45 dan ditiadakannya GBHN sebagai pedoman presiden untuk menyusun rencana pembangunan serta pemberlakuan UU Nomor 32 tahun 2004 sebagai perubahan UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang memungkinkan penyelenggaraan otonomi daerah dengan kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah menjadi landasan perlunya sistem perencanaan pembangunan nasional. Pada tanggal 5 Oktober 2004, pemerintah dengan persetujuan DPR menerbitkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional untuk menjawab kebutuhan tersebut.

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah suatu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.

Dalam penyusunan rencana pembangunan, agar terjadi sinergi, keterpaduan dan koordinasi antara rencana pembangunan untuk tiap level pemerintahan, digunakan RPJP sebagai pedoman dan arah pembangunan yang bersifat jangka panjang sehingga dapat dijadikan pedoman bagi penyusunan rencana pembangunan baik dalam jangka menengah maupun jangka pendek/tahunan.

E.

Test Formatif Benar-Salah

Pilih B bila pernyataan di bawah ini benar dan S bila pernyataan tersebut salah.

1. Dengan adanya amandemen kedua UUD 1945, MPR tidak lagi memegang kekuasaan tertinggi.

(27)

3. Dalam UU Nomor 25 Tahun 2004, pembangunan nasional didefinisikan sebagai upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia yang dilaksanakan secara terus menerus oleh semua komponen bangsa.

4. Janji presiden yang diucapkan ketika kampanye merupakan salah satu bentuk penyusunan rencana pembangunan menurut pendekatan top-down. 5. Trickle down effect (efek perembesan ke bawah) adalah kondisi yang

diharapkan dengan penerapan paradigma kesejahteraan (welfare paradigm.)

Pilihan ganda

Pilihlah salah satu jawaban yang tepat dari pilihan jawaban di bawah ini! 1. Amandemen UUD 1945 mengubah sementara pola pengelolaan negara.

Berikut ini adalah perubahan-perubahan yang disebabkan oleh amandemen UUD 1945, kecuali ….

a. Dihapusnya GBHN sebagai pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional

b. Presiden berkedudukan setingkat dengan Majelis Permusyawaratan Rakyat

c. Asas desentralisasi tidak lagi digunakan

d. Kedudukan Legislatif dalam penyusunan APBN menjadi semakin kuat

2. Berikut ini adalah landasan pokok pikiran perlunya sistem perencanaan pembangunan, kecuali ….

a. Otonomi daerah dan kewenangan daerah yang lebih luas b. Ditiadakannya GBHN

c. Pemilihan presiden secara langsung d. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009

3. Pada periode tahun 1998-2004, pemerintah menetapkan PROPENAS yang berisi ….

a. tata urut, kondisi umum, tujuan, kebijakan, dan pelaksanaan reformasi yang berlaku sampai terselenggarakannya sidang umum hasil Pemilu b. uraian kebijakan secara terperinci dan terukur dan ditetapkan oleh

(28)

c. cara pandang terhadap suatu persoalan pembangunan yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pembangunan dalam arti pembangunan, baik sebagai proses maupun sebagai metode

d. pokok-pokok pikiran pembangunan yang telah ditetapkan pemerintah.

4. Terabaikannya masalah distribusi pendapatan nasional sehingga timbul masalah kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan pembagian pendapatan, urbanisasi dan kerusakan lingkungan, adalah kelemahan dari .... a. Paradigma pertumbuhan

b. Paradigma pendapatan c. Paradigma kesejahteraan

d. Paradima pembangunan berpusat pada manusia

5. Paradigma pembangunan berpusat pada manusia lebih memusatkan fokus pembangunannya pada, kecuali ….

a. pembangunan manusia (human-growth), b. kesejahteraan (well-being),

c. keberlanjutan (sustainability). d. kestabilan (stability),

6. Berikut ini adalah asas-asas umum penyelenggaraan negara, yaitu…. a. Asas transparansi

b. Asas kepentingan umum c. Asas kesejahteraan rakyat d. Asas kepedulian

7. Membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak-hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara, adalah definisi ….

a. asas kepentingan umum b. asas transparansi c. asas keterbukaan d. asas kepastian hukum

(29)

8. Perhatikan tahapan berikut:

1) masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan

2) melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang)

3) penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh dan terukur

4) Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan

Urutan tahap penyusunan rencana pembangunan yang benar adalah …. a. 1-2-3-4

b. 1-3-2-4 c. 3-2-1-4 d. 3-1-2-4

9. Pernyataan berikut ini salah terkait dengan RPJP, yaitu …. a. RPJP Indonesia ditetapkan untuk waktu 2004-2024 b. pedoman bagi penyusunan rencana pembangunan

c. merupakan acuan bagi program pembangunan jangka menengah maupun jangka pendek/tahunan

d. RPJP Indonesia disusun untuk jangka waktu 20 tahun

10. Pendekatan perencanaan pembangunan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu, adalah pendekatan ….

a. Pendekatan politik b. Pendekatan teknokratif c. Pendekatan partisipatif d. Pendekatan ilmiah

(30)

F.

Umpan Balik / Tindak Lanjut

Cocokkan hasil jawaban dengan kunci jawaban. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.

Apabila tingkat pemahaman Saudara dalam memahami materi yang sudah dipelajari mencapai :

91 % s.d. 100% : Amat Baik 81 % s.d. 90,99 % : Baik 71 % s.d. 80,99 % : Cukup 61 % s.d. 70,99 % : Kurang

Bila Tingkat Pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori Baik), maka disarankan mengulang materi.

TP = Jumlah jawaban yang benar x 100%

(31)

KEGIATAN BELAJAR 2

PERENCANAAN PEMBANGUNAN JANGKA

MENENGAH NASIONAL

A. Indikator

Indikator adalah kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan dasar untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Berdasarkan pengertian tersebut, setelah mempelajari kegiatan belajar satu ini para peserta diklat diharapkan dapat:

1. menjelaskan proses penyusunan dan penetapan RPJM; 2. menyebutkan kaidah pelaksanaan berkaitan dengan RPJM;

3. menerangkan permasalahan jangka menengah untuk periode 2010-2014 yang dihadapi Indonesia;

4. menyebutkan dan menjelaskan visi pembangunan jangka menengah untuk periode 2010-2014; dan

5. menyebutkan dan menjelaskan masing-masing misi pembangunan jangka menengah untuk periode 2010-2014.

B. Uraian dan Contoh

Pada kegiatan belajar sebelumnya telah dijelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional sesungguhnya merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Landasan hukum RPJM sebagaimana telah disinggung pada modul sebelumnya adalah peraturan presiden. Untuk RPJM periode II tahun 2010-2014, landasan hukum tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2010-2014.

RPJM berfungsi sebagai dokumen perencanaan untuk periode lima tahun yang merupakan penjabaran visi, misi, dan program presiden yang

(32)

penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian/lembaga dan lintas kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijkan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Proses manajemen atas RPJM melibatkan serangkaian kegiatan penyusunan, penetapan rencana, pengendalian dan evaluasi atas pelaksanaan RPJM serta kaidah pelaksanaan yang harus diikuti demi tercapainya program-program dalam RPJM.

1. Perumusan dan Pelaksanaan RPJM

a. Proses Penyusunan dan Penetapan RPJM.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah berisikan penjabaran visi, misi, dan program presiden selama lima tahun ditempuh melalui strategi pokok yang dijabarkan dalam agenda pembangunan nasional yang memuat sasaran-sasaran pokok yang harus dicapai, arah kebijakan dan program-program pembangunan.

Penyusunan RJPM dilakukan melalui serangkaian urutan kegiatan yang meliputi:

1) penyiapan rancangan awal rencana pembangunan; 2) penyiapan rancangan rencana kerja;

3) musyawarah perencanaan pembangunan; dan 4) penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.

Rancangan awal RPJM dipersiapkan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas. Materi rancangan awal RPJM berisi penjabaran dari visi, misi, dan program presiden ke dalam strategi pembangunan nasional serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal.

(33)

Berdasarkan rancangan awal RPJM tersebut, para menteri/pimpinan lembaga menyiapkan rancangan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (renstra-KL) sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Rancangan Renstra-KL, nantinya setelah disahkan, akan menjadi Renstra-KL yang berfungsi sebagai dokumen perencanaan pembangunan kementerian/lembaga tersebut untuk periode lima tahun.

Rancangan Renstra Kementerian/Lembaga disampaikan kepada Menteri Perencanaan/Kepala Bappenas sebagai bahan bagi menteri untuk menyusun rancangan RPJM dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). Rancangan RPJM yang sudah mengakomodasi rencana strategis masing-masing kementerian/lembaga dan RPJP ini merupakan bahan pembahasan dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrembang) Jangka Menengah yang akan diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara negara dan mengikutsertakan masyarakat.

Musrembang Jangka Menengah menurut aturan undang-undang dilaksanakan selambat-lambatnya dua bulan setelah presiden terpilih dilantik. Bertindak selaku penyelenggara Musrembang Jangka Menengah adalah Menteri Perencanaan/Kepala Bappenas.

Berdasar hasil pembahasan rancangan RPJM dalam Musrembang, Menteri Perencanaan/Kepala Bappenas menyusun Rancangan Akhir RPJM. Menurut pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dinyatakan bahwa RPJM ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lambat 3 (tiga) bulan setelah presiden dilantik.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Rancangan Awal RPJM yang disusun oleh Kementerian Perencanaan/Bappenas ini menggambarkan pola pendekatan teknokratik dan atas-bawah (top-down) dalam penyusunan RPJM. Sementara penggunaan Rancangan Renstra-KL dalam penyusunan Rancangan RPJM oleh Kementerian Perencanaan/Bappenas memperlihatkan pola pendekatan bawah-atas (bottom-up).

(34)

Pendekatan partisipatif digunakan dengan keterlibatan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dalam Musrembang sehingga diharapkan hasil akhir yang tertuang dalam dokumen RPJM sudah menyerap masukan-masukan dari masyarakat. Dengan demikian, kepentingan seluruh stakeholders dapat tertampung dalam RPJM.

b. Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pengendalian dan evaluasi merupakan fungsi-fungsi manajemen yang dipakai sebagai alat deteksi dan tindakan koreksi atas penyimpangan yang terjadi dari standar yang telah ditetapkan.

Menurut Robins dan Coulter (2005), pengendalian diartikan sebagai proses memantau kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan telah diselesaikan seperti yang telah direncanakan dan proses mengoreksi setiap penyimpangan yang berarti. Dengan demikian, tindakan pengendalian diarahkan untuk memastikan bahwa suatu kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, instruksi yang diberikan dan prinsip yang telah ditentukan. Tujuan pengendalian adalah untuk menemukan kelemahan dan kesalahan sehingga dapat diambil tindakan korektif dan mencegah terulangnya kelemahan dan kesalahan tersebut. Pengendalian menjadi penting karena menjadi satu-satunya cara bagi seorang pemimpin untuk mengetahui apakah sasaran organisasi telah tercapai atau tidak, berikut alasan-alasannya.

Pengendalian dalam pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan menteri/lembaga. Selanjutnya, Menteri Perencanaan/Kepala Bappenas menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan kementerian/lembaga sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

Evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan adalah bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan

(35)

dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan.

Evaluasi dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran kerja yang tercantum dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dan sasaran kerja mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil (result), manfaat (benefit), dan dampak (impact). Dalam rangka perencanaan pembangunan, setiap kementerian/lembaga berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang merupakan dan atau terkait dengan fungsi dan tanggung jawabnya. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja proyek pembangunan, menteri/pimpinan lembaga mengikuti pedoman dan petunjuk pelaksanaan evaluasi kerja untuk menjamin keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai untuk masing-masing jangka waktu rencana pembangunan.

c. Kaidah Pelaksanaan RPJM

RPJM yang telah diundang melalui peraturan presiden merupakan dokumen perencanaan pembangunan untuk jangka waktu lima tahun dan menjadi pedoman bagi penyelenggara negara dalam menyusun rencana strategis untuk masing-masing tingkatan penyelenggara negara.

Agar tujuan tersebut dapat dicapai, RPJM dilaksanakan dengan menggunakan kaidah-kaidah berikut:

1) Kementerian, departemen, lembaga pemerintah non departemen, pemerintah daerah, serta masyarakat termasuk dunia usaha berkewajiban untuk melaksanakan program-program dalam RPJM dengan sebaik-baiknya.

2) Kementerian, departemen, lembaga pemerintah non departemen berkewajiban untuk menyusun rencana strategis yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pokok pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi kementerian/lembaga yang disusun dengan berpedoman pada RPJM yang nantinya akan menjadi pedoman dalam menyusun Rencana Kerja Kementerian/Lembaga.

(36)

3) Pemerintah daerah berkewajiban menyusun RPJM Daerah yang menjabarkan visi, misi dan program kepala daerah yang nantinya akan menjadi pedoman dalam menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah dengan memperhatikan RPJM Nasional.

4) Kementerian, departemen, lembaga pemerintah non departemen, dan pemerintah daerah berkewajiban menjamin konsistensi antara RPJM dengan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga dan RPJM Daerah. 5) Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan RPJM, Kementerian

Perencanaan/Bappenas berkewajiban melakukan pemantauan terhadap penjabaran RPJM ke dalam Rencana Strategis Kementerian/Lembaga dan RPJM Daerah.

2. Permasalahan dan Visi-Misi Pembangunan Jangka Menengah a. Permasalahan Bangsa Indonesia dalam Jangka Menengah

Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi untuk mencapai perwujudan masyarakat Indonesia yang sejahtera di tengah persaingan global yang meningkat, yaitu:

Pertama, capaian laju pertumbuhan ekonomi sekitar 6% selama periode

2004-2008 belum cukup untuk mewujudkan tujuan masyarakat Indonesia yang sejahtera. Masih banyak masyarakat Indonesia yang tertinggal dan tidak dapat menikmati buah dari pertumbuhan ekonomi jika laju pertumbuhan hanya mencapai 6% per tahun. Teknologi yang makin maju telah mengurangi jumlah tenaga kerja dalam kegiatan produksi. Untuk menciptakan pembangunan yang inklusif, pembangunan memerlukan percepatan pertumbuhan ekonomi menuju di atas 6,5 persen per tahun dalam lima tahun mendatang.

Kedua, percepatan pertumbuhan ekonomi yang diinginkan adalah

pertumbuhan ekonomi yang mengikutsertakan sebanyak mungkin penduduk Indonesia (inclusive growth). Hal ini untuk mempercepat penurunan jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan serta memperkuat kapasitas keluarga Indonesia dalam menghadapi berbagai goncangan. Pengurangan kemiskinan tidak sepenuhnya dapat mengandalkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga

(37)

memerlukan berbagai intervensi yang efektif. Pola pertumbuhan yang inklusif memerlukan intervensi pemerintah yang tepat memihak (afirmatif) kepada kelompok yang terpinggirkan, untuk memastikan semua kelompok masyarakat memiliki kapasitas yang memadai dan akses yang sama terhadap kesempatan ekonomi yang muncul. Mengingat peningkatan kapasitas ini memerlukan waktu, maka program afirmatif perlu dilakukan dengan secara konsisten dan kontinyu dengan sasaran yang terarah, jelas, dan tepat.

Ketiga, untuk mengurangi kesenjangan antardaerah, pertumbuhan ekonomi

harus tersebar ke seluruh wilayah Indonesia, terutama daerah-daerah yang masih memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi. Pertumbuhan di seluruh wilayah perlu memperhatikan keterkaitan terhadap pelaku dan sumber daya lokal sehingga masyarakat lebih banyak berperan di dalamnya dan ikut menikmati hasil pertumbuhan sekaligus nilai tambah yang dinikmati di daerah-daerah.

Keempat, untuk mengurangi kesenjangan antarpelaku usaha, pertumbuhan

ekonomi yang tercipta harus dapat memberikan kesempatan kerja seluas-luasnya dan lebih merata ke sektor-sektor pembangunan yang banyak menyediakan lapangan kerja. Pertumbuhan ekonomi melalui investasi diharapkan dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) diharapkan juga dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat agar dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing yang lebih baik. Harapan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dapat dicapai jika para pekerja tersebut dilengkapi dengan keahlian, kompetensi, kemampuan untuk bekerja (employable) dan disiapkan untuk menghadapi persaingan global dalam pasar kerja. Pendidikan saja tidak cukup karena banyak para pekerja masih belum siap untuk memasuki pasar kerja.

Kelima, pertumbuhan ekonomi tidak boleh merusak lingkungan hidup.

Kerusakan lingkungan hidup akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi tidak berkelanjutan. Pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam yang tidak tepat akan mengakibatkan sumber daya menyusut lebih cepat dan dengan

(38)

mudah mengembalikan krisis pangan dan energi seperti yang terjadi tahun 2007-2008 yang lalu. Kerusakan lingkungan hidup mengakibatkan biaya hidup meningkat yang pada gilirannya menurunkan kualitas hidup. Dimensi lingkungan hidup pun makin luas berkaitan dengan perubahan iklim yang mempunyai keterkaitan kuat dengan kerusakan lingkungan hidup dan pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Ancaman perubahan iklim ini bukan hanya meningkatkan kemungkinan terjadinya goncangan yang tidak terduga seperti bencana alam, tetapi juga dapat mengancam produktivitas dari sumber daya alam. Jika hal ini terjadi, krisis pangan pun dapat kembali terjadi setiap saat.

Keenam, pembangunan infrastruktur makin penting jika dilihat dari berbagai

dimensi. Percepatan pertumbuhan ekonomi jelas membutuhkan tambahan kuantitas dan perbaikan kualitas infrastruktur. Revitalisasi pertanian tidak mungkin berhasil tanpa infrastruktur yang memadai, mengingat biaya pemasaran makin dominan dalam struktur biaya akhir suatu komoditas pertanian. Keluarga miskin tidak akan mampu ikut dalam gelombang pertumbuhan ekonomi jika terisolasi akibat ketiadaan infrastruktur. Masalah lingkungan hidup seperti polusi air, udara dan tanah, atau banjir di lingkungan perkotaan memiliki keterkaitan yang kuat dengan ketiadaan infrastruktur yang memadai. Walaupun pengeluaran dalam bidang infrastruktur telah ditingkatkan, kesenjangan infrastruktur masih terasa, baik di tingkat nasional maupun antardaerah. Karena itu, pembangunan infrastruktur dasar harus menjadi prioritas pembangunan.

Ketujuh, sumber pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan

harus berasal dari peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas sangat ditentukan oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia, utamanya dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sumber daya manusia bukan hanya sebagai faktor produksi melainkan ikut berfungsi mengoordinasi faktor produksi lain dalam kegiatan ekonomi. Karenanya, peningkatan kualitas manusia Indonesia, khususnya dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor penentu dalam mencapai pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Peningkatan sumber daya

(39)

manusia di Indonesia dalam lima tahun ke depan harus terfokus pada peningkatan kualitas manusia Indonesia secara keseluruhan dan memperbaiki kesenjangan kualitas manusia, baik dilihat dari status golongan pendapatan, gender maupun antardaerah.

Kedelapan, keberhasilan proses pembangunan ekonomi tergantung pada

kualitas birokrasi. Pada saat ini kualitas birokrasi Indonesia perlu ditingkatkan untuk menghadapi persaingan di era globalisasi. Ekonomi biaya tinggi yang terjadi hingga dewasa ini tidak terlepas dari rendahnya kualitas birokrasi. Oleh karena itu, keberhasilan reformasi birokrasi merupakan kunci utama yang membawa Indonesia dalam kancah persaingan di pasar global dan meningkatkan daya saing nasional.

Kesembilan, demokrasi telah diputuskan sebagai dasar hidup berbangsa.

Dewasa ini, pelaksanaan demokrasi telah mengalami kemajuan. Harus diakui, sebagian masih demokrasi prosedural. Masih banyak esensi demokrasi yang substansial yang belum mampu dijalankan sepenuhnya. Oleh karena itu, konsolidasi demokrasi harus terus diperkuat. Selanjutnya, terkait erat dengan demokrasi adalah desentralisasi. Desentralisasi sejak hampir 10 tahun lalu telah berhasil dijalankan. Proses transformasi sistem pemerintahan ini belum berjalan sempurna. Pemantapan proses desentralisasi melalui penguatan sinergi pusat-daerah dan antardaerah merupakan agenda penting dalam rangka memperoleh manfaat yang optimal dari integrasi dengan ekonomi global. Dalam kaitan itu, salah satu langkah strategis yang harus dilakukan adalah peningkatan kapasitas pemerintah daerah.

Kesepuluh, dalam sistem yang demokratis, hukum harus menjadi panglima.

Penegakan hukum secara konsisten, termasuk pemberantasan korupsi, dapat memberikan rasa aman, adil, dan kepastian berusaha. Banyak upaya perbaikan sistem hukum yang sudah dibenahi. Namun¸ saat ini fungsi hukum untuk menuntun perilaku berkehidupan Bangsa Indonesia sehari-hari masih harus banyak diperbaiki.

(40)

b. Visi dan Misi Pembangunan Jangka Menengah Periode Tahun 2010-2014

Permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan tersebut membutuhkan penanganan secara sistemik dan berkelanjutan agar tidak menimbulkan masalah baru. Terkadang proses mengatasi permasalahan tersebut membutuhkan jangka waktu yang panjang. Oleh karenanya, upaya pemecahan masalah yang bersifat mendesak harus dirancang dengan menggunakan perspektif dan konsistensi kebijakan dengan upaya jangka panjang.

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1 dan RPJM ke-2 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian.

Berdasarkan permasalahan serta mencermati tantangan ke depan untuk jangka menengah periode 2010-2014, pemerintah telah menetapkan visi pembangunan nasional, yaitu: “TERWUJUDNYA INDONESIA YANG

SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN”, dengan penjelasan

sebagai berikut:

Kesejahteraan Rakyat. Tolok ukur dari kesejahteraan rakyat adalah

terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Demokrasi. Tolok ukur dari kesejahteraan rakyat adalah terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia.

(41)

Keadilan. Tolok ukur dari kesejahteraan rakyat adalah terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh Bangsa Indonesia.

Atas dasar visi pembangunan jangka menengah tersebut, pemerintah menetapkan misi pembangunan indonesia 2010-2014 sebagai bagian awal dari proses menuju cita-cita tersebut. Misi pembangunan 2010-2014 adalah rumusan dari usaha-usaha yang diperlukan untuk mencapai visi Indonesia 2014, tetapi tidak dapat terlepas dari kondisi dan tantangan lingkungan global dan domestik pada kurun waktu 2010-2014 yang mempengaruhinya.

Misi pemerintah dalam periode 2010-2014 diarahkan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, aman dan damai, serta meletakkan fondasi yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil dan demokratis. Usaha-usaha Perwujudan visi Indonesia 2014 akan dijabarkan dalam misi pemerintah tahun 2010-2014 sebagai berikut.

Misi 1: Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera

Pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera mengandung pengertian yang dalam dan luas mencakup keadaan yang mencukupi dan memiliki kemampuan bertahan dalam mengatasi gejolak yang terjadi baik dari luar maupun dari dalam negeri. Ancaman krisis energi dan pangan yang terjadi pada periode 2005-2008 dengan harga komoditas pangan dan energi mengalami gejolak naik dan turun secara amat tajam dalam kurun waktu yang sangat cepat, telah mengakibatkan banyak rakyat merasa terancam kesejahteraanya meskipun pemerintah telah berupaya melindungi masyarakat melalui kebijakan subsidi pangan dan energi yang sangat besar. Dengan demikian, membangun dan mempertahankan ketahanan pangan (food security)dan ketahanan energi (energy security) secara berkelanjutan merupakan salah satu elemen penting dalam misi mencapai kesejahteraan rakyat Indonesia.

(42)

Tuntutan perbaikan kesejahteraan telah memasuki tahapan baru. Lapangan kerja yang tercipta harus mampu memberikan nilai tambah yang tinggi, baik secara ekonomis maupun harkat hidup manusia (decent jobs). Rakyat berhak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak. Hal ini hanya dapat diciptakan bila ekonomi tumbuh secara cukup tinggi, sehat, dan dibangun di atas prinsip tata kelola yang baik, efisisen, dan terus menjaga keadilan.

Kemajuan ekonomi juga telah mendorong perubahan struktural dalam banyak elemen Bangsa Indonesia. Pembangunan ekonomi, yang terkonsentrasi di perkotaan, dan mengakibatkan tingginya urbanisasi dari wilayah perdesaan ke wilayah perkotaan serta menyebabkan kesenjangan kesejahteraan antara pedesaan-perkotaan, memerlukan perhatian tidak saja diberikan kepada perkotaan, namun juga perlu diberikan kepada pedesaan dengan menciptakan daya tarik wilayah pedesaan serta keterkaitan pembangunan ekonomi antara desa-kota. Pembangunan perkotaan yang difokuskan kepada sarana prasarana pelayanan publik perkotaan, harus memperhatikan pembangunan potensi sosial budaya heterogen khususnya di kota-kota metropolitan dan kota besar. Dalam hal keterkaitan desa-kota yang dibutuhkan dalam mengurangi kesenjangan kesejahteraan, maka pembangunan perkotaan harus memperhatikan pembangunan kota-kota menengah dan kota-kota kecil di sekitarnya.

Misi 2: Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi

Indonesia telah tumbuh sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Proses demokrasi yang berjalan dalam lima tahun terakhir ini menunjukkan proses demokrasi yang makin matang dan makin dewasa. Meskipun demikian, masih diperlukan penyempurnaan struktur politik yang dititikberatkan pada proses pelembagaan demokrasi dengan menata hubungan antara kelembagaan politik dan kelembagaan pertahanan keamanan dalam kehidupan bernegara. Penyempurnaan struktur politik, juga harus dititik-beratkan pada peningkatan kinerja lembaga-lembaga.

(43)

Misi 3: Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang

Pembangunan yang adil dan merata serta dapat dinikmati oleh seluruh komponen bangsa di berbagai wilayah Indonesia akan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan, mengurangi gangguan keamanan, serta menghapuskan potensi konflik sosial untuk tercapainya Indonesia yang maju, mandiri dan adil.

Keadilan dalam pembangunan juga perlu ditunjukkan dengan pembangunan yang merata di semua bidang baik pembangunan antara kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil yang diseimbangkan pertumbuhannya baik dengan mengacu pada sistem pembangunan perkotaan nasional maupun pembangunan di berbagai bidang yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Keadilan dalam pemerataan pembangunan diperlukan untuk mencegah terjadinya pertumbuhan fisik kota yang tidak terkendali serta untuk mengendalikan arus migrasi langsung dari desa ke kota-kota besar dan metropolitan dengan cara menciptakan kesempatan kerja dan peluang usaha di kota-kota menengah dan kecil terutama di luar Pulau Jawa. Oleh karena itu, harus dilakukan peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi sejak tahap awal.

Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan kesejahteraan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana. Pembangunan kesejahteraan sosial dalam rangka memberikan perlindungan pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung disempurnakan melalui penguatan lembaga jaminan sosial yang didukung oleh peraturan-peraturan perundang-undangan, pendanaan, serta penerapan sistem Nomor Induk Kependudukan (NIK) tunggal. Pemberian jaminan sosial dilaksanakan dengan mempertimbangkan budaya dan kelembagaan yang sudah berakar di masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Tahun 2010-2014 yang selanjutnya disebut RPJMN 2010-2014 adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, sebagaimana dimaksud

Reward sangat berperan penting dalam hasil belajar siswa dengan adanya reward siswa merasa lebih dihargai dengan apa yang telah siswa capai sehingga untuk kedepannya

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten

Skor dari Skala 2oma 6lasgow yang rendah dapat  berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk dan mortalitas yang tinggi. danya darah dalam entrikel bisa

Hasil penelitian meyimpulkan bahwa kenyataan dilapangan, peroses dalam penangganan perlindungan terhadap pelaku tindak pidana anak di bawah umur yang di tangani

Angka koefisien regresi yang menunjukkan elastisitas bahan baku (b3) adalah sebesar 0,988, artinya jika bahan baku dinaikkan sebesar satu persen dan faktor lain

Wiyose salat kang pundi, kang tinakokaken ika, ing guru kang luwih kaot, pan dudu mahkluk punika, nenggih wiyosing salat, jatine kalek puniku, kang ngucap alahu