• Tidak ada hasil yang ditemukan

Post 6dc44e39377d0a7c

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Post 6dc44e39377d0a7c"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI PARTISIPASI SHALAT TAHAJUD

DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI

PUTERI DI PONDOK PESANTREN SALAFI

AL MUJAHIDIN AMBARAWA TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

NUR RAHMAWATI

NIM 12108011

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

-¨b Î) y ì tB ÎŽô£ ãèø9$# #ZŽô£ ç„

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

$ygyJ ol ù;r'sù $yd u‘ qègéú

$yg1uqø) s?ur ÇÑÈ

ô ‰s% y x n=øùr& ` tB $yg8©. y— ÇÒÈ ô ‰s%ur z

> %s{ ` tB $yg9¢™yŠ ÇÊÉÈ

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.

Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya

merugilah orang yang mengotorinya.

“Selalu percaya, bahwa Allah akan memberikan jalan kepada hamba yang

bersungguh-sungguh, “Man Jadda WaJada.”

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapakku (Kasiro) dan yang telah mencurahkan segala daya dan upayanya,

demi kesuksesan putrinya. Terima Kasih atas cinta dan kasih yang telah

diberikan selama ini, juga setiap do’a yang dengan tulus diberikan, semoga

Allah meridhoi.

2. Almarhumah Ibuku tercinta (Sri Suyati), yang telah meninggalkan penulis

sejak duduk di bangku SLTA kelas XI, semoga Allah memberikan tempat

terbaik untuk beliau, yaitu Surga. Aamiin

3. Kakakku tersayang semuanya (Ali Shodiqin, Daryani, Alfiati, Purwiyoto, dan

Amir) yang telah memberikan dukungan moral dan juga materi selama kuliah

di STAIN Salatiga. Tetaplah menjadi kakak yang selalu sayang kepada

adiknya.

4. Nenek serta kakekku yang tiada hentinya mendo’akan cucunya.

5. Kakanda Imam Taufiq yang tiada hentinya mendukung dan memberikan

motivasi. Teruslah menjadi pembimbingku.

6. Seluruh Mahasiswa STAIN Salatiga, khususnya PAI kelas A tahun 2008...

SEMANGAT!

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang Maha

Mengetahui segala apa yang tampak maupun yang tersembunyi, atas segala

rahmat, taufiq serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

lancar.

Shalawat beriring salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan

Nabi Agung Muhammad SAW, beliaulah teladan yang sempurna bagi umat

manusia terutama umat islam. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan

untuk memenuhi gelar kesarjanaan dalam ilmu Tarbiyah STAIN Salatiga. Dengan

terselesaikannya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku ketua STAIN Salatiga yang telah

banyak berjasa dan berkenan memberikan persetujuan/pengesahan terhadap

skripsi ini.

2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku ketua Program Studi PAI yang telah

memberikan banyak bimbingan serta motivasi dalam pengambilan judul skripsi

ini.

3. Bapak M. Gufron, M.Ag. sebagai dosen pembimbing yang telah dengan ikhlas

mencurahkan pikiran dan tenaganya serta telah berkenan meluangkan

(9)

4. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan perpustakaan dan bagian administrasi

yang telah banyak membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi.

5. Bapak K.H. Hasyim Hadi, selaku Pengasuh Pondok Pesantren Salafi Al

Mujahidin Kota Ambarawa beserta ustadzah-ustadzah, yang telah memberikan

pondasi ilmu agama islam serta dukungan moral, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan sabar.

6. Seluruh pengurus puteri Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin Kota

Ambarawa yang telah membantu penulis baik dalam bentuk materi maupun

non-materi.

7. Bapak, ibu, kakak, dan seluruh keluargaku di rumah yang telah mendo’akan

dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam

menyelesaikan studi di STAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan

kesabaran.

8. Seluruh santri puteri Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin Kota Ambarawa

yang dengan ikhlas menjadi responden dan memberikan jawaban dari angket

yang penulis ajukan.

9. Untuk Kakanda tercinta (Imam Taufiq) yang telah memberikan dukungan,

(10)

Harapan penulis, semoga amal baik yang telah diberikan mendapatkan

balasan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan

ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menambah khasanah

keilmuannya serta dapat mengambil hikmahnya dalam kehidupan sehari-hari.

Salatiga, 08 April 2013

Penulis

(11)

ABSTRAK

Rahmawati, Nur. 2013. Korelasi Partisipasi Shalat Tahajud Dengan Pendidikan Karakter Pada Santri Puteri di Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: M. Ghufron, M.Ag.

Kata kunci: Partisipasi shalat tahajud dan pendidikan karakter

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui korelasi partisipasi shalat tahajud dengan pendidikan karakter pada santri puteri Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin Ambarawa. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah partisipasi shalat tahajud pada santri puteri pondok pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa pada tahun 2013?, (2) Bagaimanakah pendidikan karakter pada santri puteri pondok pesantren salafi Al Mujahidin pada tahun 2013?, (3) Adakah korelasi partisipasi shalat tahajud dengan pendidikan karakter pada santri puteri pondok pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa pada tahun 2013?. Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui partisipasi shalat tahajud pada santri puteri pondok pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa pada tahun 2013, (2) Untuk mengetahui pendidikan karakter pada santri puteri pondok pesantren salafi Al Mujahidin pada tahun 2013, (3) Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi partisipasi shalat tahajud dengan pendidikan karakter pada santri puteri pondok pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa pada tahun 2013.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional sebab akibat dengan metode angket, observasi dan dokumentasi. Sedangkan instrumennya adalah angket. Angket bersifat tertutup.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Hipotesis Penelitian ... 6

E. Kegunaan Penelitian ... 6

F. Definisi Operasional ... 7

G. Metode Penelitian ... 11

H. Analisis Data ... 16

(13)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Shalat Tahajud ... 20

1. Pengertian Shalat Tahajud ... 20

2. Ruang Lingkup Shalat Tahajud ... 23

a. Landasan Hukum Shalat Tahajud... 23

b. Keutamaan Shalat Tahajud ... 24

c. Waktu Shalat Tahajud ... 27

d. Bilangan Rakaat Shalat Tahajud... 28

e. Variasi Bobot Bacaan Ayat ... 29

f. Etika Shalat Tahajud ... 29

B. Pendidikan Karakter ... 31

1. Definisi Pendidikan Karakter ... 31

a. Pengertian Pendidikan ... 31

b. Pengertian Karakter ... 32

c. Pengertian Pendidikan Karakter ... 36

d. Dasar Pendidikan Karakter ... 36

e. Dasar Pembentukan Karakter ... 42

f. Pentingnya Pendidikan Karakter ... 44

g. Pendekatan Pendidikan Karakter ... 45

(14)

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin

Ambarawa ... 51

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren ... 51

2. Letak Geografis Pondok Pesantren ... 52

3. Nilai Plus Pondok Pesantren ... 53

4. Asas dan Tujuan Pondok Pesantren ... 53

5. Susunan Organisasi Pondok Pesantren ... 54

6. Program Pendidikan dan Pengajaran ... 56

7. Tata Tertib Santri ... 60

8. Bangunan Pondok Pesantren ... 62

B. Persiapan Penelitian ... 62

1. Data responden ... 62

2. Penyajian Data Penelitian... 64

a. Data jawaban angket tentang partisipasi shalat tahajud ... 64

b. Data jawaban angket tentang pendidikan karakter ... 66

BAB IV ANALISIS DATA A. Partisipasi Shalat Tahajud ... 69

B. Pendidikan Karakter Pada Santri Puteri ... 74

(15)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 86

B. Saran ... 87

1. Santri ... 87

2. Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin ... 87

C. Penutup... 88

DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 DAFTER USTADZAH PERIODE 2013 PONDOK

PESANTREN SALAFI AL MUJAHIDIN ... 56

TABEL 3.2 DAFTAR SANTRI PUTERI PERIODE 2013 PONDOK

PESANTREN SALAFI AL MUJAHIDIN ... 57

TABEL 3.3 PROGRAM PENGAJARAN PONDOK PESANTREN

PUTERI AL MUJAHIDIN TAHUN PELAJARAN 2013 ... 59

TABEL 3.4 GAMBARAN BANGUNAN PONDOK PESANTREN

SALAFI AL MUJAHIDIN AMBARAWA ... 62

TABEL 3.5 DAFTER NAMA RESPONDEN ... 63

TABEL 3.6 JAWABAN ANGKET TENTANG PARTISIPASI SHALAT

TAHAJUD ... 64

TABEL 3.7 JAWABAN ANGKET PENDIDIKAN KARAKTER

PADA SANTRI PUTERI ... 66

TABEL 4.1 NILAI ANGKET TENTANG PARTISIPASI SHALAT

TAHAJUD ... 69

TABEL 4.2 INTERVAL PARTISIPASI SHALAT TAHAJUD ... 72

TABEL 4.3 TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEL X ... 74

TABEL 4.4 NILAI ANGKET TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER

PADA SANTRI PUTERI ... 75

TABEL 4.5 INTERVAL PENDIDIKAN KARAKTER PADA

(17)

TABEL 4.6 TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEK Y ... 80

TABEL 4.7 TABEL KERJA KOEFISIEN VARIABEL X DAN

VARIABEL Y ... 80

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam kehidupan kita banyak mengalami berbagai macam rintangan,

hambatan dan cobaan, sebagai manusia biasa terkadang tak sedikit dari kita

yang mencari jalan keluarnya mulai dari meminta bantuan dan nasehat orang

lain, berdoa, meminta sesuatu pada Allah dan lain sebagainya. Hakikatnya

bahwa manusia tidak lepas dari berbagai masalah yang mereka mencari jalan

keluarnya agar mereka percaya diri dan dapat mengendalikan diri ketika

menghadapi suatu masalah. Banyak cara yang dilakukan diantaranya adalah

shalat. Shalat Tahajud merupakan ibadah mahdah (sunnah) yang pertama

diperintahkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. sebelum

diperintahkan ibadah yang lain. Firman Allah dalam QS. Al-isra’: 79 yang

berbunyi:

z

` ÏBu

r

È

‹ ©

9$

#

ô

‰¤

f y

gtFs

ù

¾ÏmÎ/

\'s

#Ïù$tR

y

7 ©

9

#

Ó|¤ tã

b r&

y

7 s

W

y

èö

7tƒ

y

7 •/u

$Y

B$s

) tB

#Y

Šqß

J ø

C

ÇÐ

Ò

È

(19)

Dengan shalat tahajud yang dilakukan secara rutin, ikhlas dan khusyu’

akan mampu menciptakan karakter baru serta tangguh bagi pelaksananya,

sehingga kita akan memiliki persepsi dan motivasi yang positif yang nantinya

akan terhindar dari stres. Itulah maksud firman Allah pada surah Al-Isra’,

ayat 79 di atas tentang diangkatnya para pelaksana shalat tahajud ke tempat

yang terpuji.

Pondok Pesantren mempunyai peran sentral dalam pendidikan santri

untuk menjadi agen perubahan (agen of change) yang dapat berperan aktif di

lingkungannya. Karakter muslim yang ideal diharapkan dapat terbentuk dari

proses pendidikan tersebut. Mengingat bahwa pondok pesantren dapat

dikatakan kawah candradimuka bagi para santri, karena di sanalah santri

berproses untuk menjadi lebih baik dan berkarakter.

Maka kesadaran dari semua pihak untuk senantiasa memperbaiki diri

dan meningkatkan kepedulian sosial. Salah satunya adalah melalui dunia

pendidikan, terutama pendidikan yang berkualitas bagi perempuan. Karena

pada saatnya nanti, perempuan akan menjadi ibu. Sedangkan ibu adalah

madrasah pertama dan utama (al ummu madrasatul ula) yang mendidik

(20)

Hadirnya Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin Ambarawa,

diharapkan dapat berkontribusi dalam memperbaiki keadaan yang terjadi saat

ini. Terutama dari segi moral, tingkah laku dan karakter islami. Diperlukan

adanya pemahaman dan disiplin dalam pembentukan karakter. Karena jika

pemahamannya benar dan berdasarkan kepada dasar yang shahih akan

mempermudah dalam pencapaian tujuan dan diharapkan dapat sesuai dengan

keinginan serta kebutuhan, dan santri mempunyai karakter dan kepribadian

yang kuat. Pondok Pesantren ini menerapkan program qiyamul lail yang

dilaksanakan setiap hari pada sepertiga malam terakhir, yang bertujuan agar

para santri lebih mendekatkan diri kepada Allah dan selalu mengingat Allah

serta mendapat energi positif dari shalat tahajud. Dengan begitu, santri akan

selalu mengingat Allah dalam setiap tindakan yang akan dilakukan dan

berpotensi untuk melakukan hal-hal yang positif yang pada akhirnya akan

mempengaruhi karakter positif pada santri.

Pondok pesantren tersebut juga mengajarkan kesederhanaan dalam

hidup dan tidak bersifat hedonis, salah satu contohnya dalam berpakaian yang

mana santri diberikan batasan jumlah pakaian di pondok pesantren.

Pendidikan yang diselenggarakan diharapkan dapat menjadi bekal bagi santri

agar lebih siap dalam menjalani kehidupannya, mengetahui, dan

memaksimalkan bakat serta potensinya baik selama menjadi santri maupun

(21)

Bertitik tolak dari hal tersebut, perlu kiranya dikaji secara mendalam

untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan objektif tentang kegiatan

pengembangan diri santri yang ada di Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin

Ambarawa dengan menggunakan metode ilmiah. Untuk itu penulis mengkaji

persoalan tersebut di atas secara kritis dan analitis, melalui penelitian yang

berjudul: “KORELASI PARTISIPASI SHALAT TAHAJUD DENGAN

PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI PUTERI DI PONDOK

(22)

B. Rumusan Masalah

Pokok masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana partisipasi shalat tahajud pada santri puteri di pondok

pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa tahun 2013?

2. Bagaimana pendidikan karakter pada santri puteri di pondok pesantren

salafi Al Mujahidin Ambarawa tahun 2013?

3. Bagaimana korelasi partisipasi shalat tahajud dengan pendidikan karakter

pada santri puteri di pondok pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa

tahun 2013?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui partisipasi shalat tahajud pada santri puteri di pondok

pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa tahun 2013.

2. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter santri puteri di pondok

pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa tahun 2013.

3. Untuk mengetahui bagaimana korelasi partisipasi shalat tahajud dengan

pendidikan karakter pada santri puteri di pondok pesantren salafi Al

(23)

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Hadi (1981:63), “Hipotesis adalah dugaan sementara yang

mungkin benar atau mungkin salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu dan

akan diterima jika fakta membenarkan”. Dalam penelitian ini penulis

mengajukan hipotesis, “Korelasi partisipasi shalat tahajud dengan pendidikan

karakter pada santri puteri di pondok pesantren salafi Al Mujahidin

Ambarawa tahun 2013”.

E. Kegunaan penelitian

Penelitian ini bukan hanya sebagai informasi yang diberikan kepada

para pembacanya, akan tetapi diharapkan agar dapat memberikan manfaat

secara teoritis maupun praktis, yaitu;

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan

yang senantiasa mengalami kemajuan dan perubahan dari waktu ke

waktu, khususnya dalam konteks kepribadian santri.

2. Secara praktis

a. Bagi peneliti

Sebagai tambahan wawasan dan pengalaman dalam

(24)

b. Bagi santri

1. Sebagai bekal santri dalam proses pengembangan diri

2. Meningkatkan motivasi santri dalam aktivitas shalat tahajud.

3. Membantu santri dalam pembentukan karakter.

c. Bagi Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin Ambarawa

1. Sebagai acuan dalam pengembangan strategi dan pengelolaan

kegiatan

2. Sebagai acuan dalam peningkatan kreativitas pelaksanaan

kegiatan

3. Sebagai acuan dalam pola pengembangan program kerja

kegiatan

F. Definisi Operasional

Sebagai gambaran dan arahan dari judul yang dipilih, berikut akan

dipaparkan beberapa definisi istilah agar tidak terjadi salah persepsi saat

memahaminya, yaitu;

1. Partisipasi shalat tahajud

Partisipasi adalah keikutsertaan dalam melaksanakan shalat tahajud

(25)

Shalat tahajud adalah shalat yang dilaksanakan pada malam hari

setelah tidur. Shalat ini memiliki urutan tiga waktu, waktu awal, waktu

kedua, dan waktu akhir. Waktu awal dikerjakan mulai setelah isya’ sampai

pukul 22.00 WIB, waktu kedua dikerjakan mulai pukul 22.00 - 01.00 WIB,

waktu ketiga dikerjakan mulai pukul 01.00 WIB sampai menjelang subuh

dan waktu ini adalah waktu yang paling utama untuk melaksanakan shalat

tahajud.

Adapun indikator partisipasi santri dalam melaksanakan Shalat

Tahajud dalam penelitian ini meliputi beberapa aspek, yaitu:

a. Istiqomah sholat tahajjud

b. Melaksanakan sholat tanpa ada paksaan

c. Melaksanakan 1/3 malam

d. Tidak tergesa-gesa dalam ucapan dan amalan shalat

e. Menundukkan muka ke tempat sujud

f. Tempat sholat tidak bising

g. Ruku dan sujud dengan tenang

(26)

2. Pendidikan karakter

Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun

rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan

kebudayaan ( Ihsan, 1996 : 2-3).

Karakter adalah sebuah pola, baik itu pikiran, sikap, maupun

tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit

dihilangkan (Munir, 2010 : 3).

Adapun indikator pendidikan karakter dalam penelitian ini meliputi

beberapa aspek, yaitu:

1. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan

ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan

agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang

berbeda dari dirinya.

4. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

(27)

5. Kerja Keras: Perilaku yang menunjukkan upaya

sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri: Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang

dipelajari, dilihat, dan didengar.

9. Menghargai Prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong

dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi

masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang

lain.

10. Bersahabat (Komunikatif): Tindakan yang memperlihatkan rasa

senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

11. Cinta Damai: Sikap, perkataan, dan tindakan yang

menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas

kehadiran dirinya.

12. Gemar Membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk

membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi

(28)

13. Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan

alam yang sudah terjadi.

14. Peduli Sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

15. Tanggung Jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia

lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,

sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

(Maroebeni: 2012).

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 1998: 151). Adapun langkah

dan metode yang digunakan dalam penelitian meliputi;

1. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber

secara langsung. Adapun data primer dalam penelitian ini adalah

data dari responden yang berupa jawaban-jawaban terhadap

pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dengan menggunakan angket

(29)

yang telah tersedia, berupa data-data kepustakaan, dokumen

kelembagaan dan profil organisasi yang diteliti.

2. Pendekatan dan rancangan penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan

kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data

kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal

dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas

sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan

prosentase tanggapan mereka. Adapun rancangan penelitiannya

sebagai berikut:

a. Melakukan observasi awal terhadap kondisi riil obyek

penelitian

b. Menyiapkan fasilitas pendukung berupa angket

c. Melaksanakan penelitian

d. Melakukan analisa dan membuat laporan hasil penelitian

3. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Salafi Al

(30)

4. Populasi

a. Populasi

Menurut Mardalis (2004:53), “Populasi adalah sekumpulan

kasus yang perlu memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan

dengan masalah penelitian.” Adapun populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh anggota santri puteri Pondok Pesantren Salafi Al

Mujahidin yang sejumlah 46 orang.

5. Metode pengumpulan data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode

pengumpulan data sebagai berikut :

a. Metode observasi

Observasi atau yang disebut juga dengan

pengamatan dalam pengertian psikologik merupakan

kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 1998:146).

Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk

melaksanakan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap fenomena yang diteliti, baik untuk

mengumpulkan monografi, historis dan sebagainya.

Observasi yang penulis ambil adalah observasi partisipan

yaitu observasi yang dilakukan dengan cara keterlibatan

(31)

b. Metode angket

Angket adalah daftar pertanyaan yang dikirimkan oleh

seseorang peneliti kepada responden tentang data pribadi

sendiri atau orang lain (Hadi, 1981:158). Model angket

yang penulis gunakan adalah angket tertutup, sehingga

responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan

oleh peneliti.

Metode ini digunakan penulis untuk mengumpulkan

data tentang intensitas shalat tahajud dan korelasinnya

terhadap karakter.

c. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan

untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998:236).

Metode ini digunakan untuk mencari informasi

(32)

6. Instrumen penelitian

Arikunto (1998: 151) mendefinisikan instrumen penelitian

sebagai berikut:

“Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan mudah dan hasilnya lebih baik; dalam arti lebih cermat, lengkap sistematis sehingga lebih mudah diolah.”

Dua karakteristik instrumen yang menentukan

tinggi-rendahnya mutu adalah reliabilitas dan validitas instrumen

(Suryabrata, 2003:52). Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian

bahwa satu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Sedangkan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kesohihan suatu instrumen (Arikunto,1998:160-170). Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Adapun prosedur

yang ditempuh dalam pengadaannya adalah:

a. Perencanaan

b. Penulisan butir soal

(33)

d. Uji coba instrumen

e. Penganalisaan hasil

f. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang

baik, dengan mendasarkan diri pada data yang diperoleh

sewaktu uji coba.

H. Analisis data

Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya yang harus ditempuh

yaitu analisis data. Analisis data ini dimaksudkan untuk mengetahui

permasalahan-permasalahan dalam penelitian yang kemudian dapat

diinformasikan lebih lanjut sebagai hasil penelitian yang dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya atau kevaliditasinya.

Dalam menganalisis data yang diperoleh, penulis menggunakan teknik

sebagai berikut:

a. Analisis pendahuluan

Data yang terkumpul mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian

dianalisis pendahuluan. Dalam hal ini penulis menggunakan

berbagai macam metode untuk mendapatkan semua data yang

dibutuhkan, selanjutnya mengklasifikasikan dan menganalisis,

sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas situasi objek yang

penulis teliti. Setelah data terkumpul, maka diberi kriteria dan diberi

tabulasi dalam bentuk tabel prosentasi. Untuk menganalisis ini

(34)

P = X 100%

Keterangan :

P = Prosentase

F = Frekuensi

N = Jumlah total sampel

b. Analisis lanjutan

Dari hasil pengumpulan data yang telah terkumpul selama

penelitian, penulis menggunakan analisis dan statistik product

moment. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

variabel partisipasi shalat tahajud dengan variabel pendidikan

karakter pada santri puteri. Analisis dan statistik product moment ini

menggunakan rumus:

2 2Y

X XY rxy

å

å

=

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

XY : Perkalian antara X dan Y

X : Variabel skor pertama (partisipasi shalat tahajud)

Y : Variabel skor kedua (pendidikan karakter pada santri

puteri)

(35)

a. Analisis Akhir

Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah

analisis data secara keseluruhan, untuk mendapatkan

kesimpulan dalam penelitian.

I. Sistematika Penulisan skripsi

Sebagai landasan dalam penyusunan dan mempermudah dalam

pemahaman skripsi ini, maka akan dikemukakan sistematika penulisan skripsi

yang secara garis besar dapat dilihat sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode

penelitian, analisis data dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini mengemukakan mengenai shalat tahajud dan pendidikan

karakter.

BAB III HASIL PENELITIAN

Pada bab ini mengemukakan gambaran umum pondok pesantren

Mujahidin, sejarah pondok pesantren Mujahidin, letak geografis, nilai plus

pondok, asas dan tujuan, struktur organisasi, program pendidikan dan

pengajaran, bangunan pondok pesantren Al mujahidin Ambarawa, dan

(36)

BAB IV ANALISIS DATA

Bab ini mengemukakan tentang analisis data penelitian meliputi analisis

pendahuluan, analisis lanjutan, dan uji hipotesis.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan, saran, dan rekomendasi. Bagian akhir terdiri

(37)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Shalat Tahajud

1. Pengertian Shalat Tahajud

Shalat menurut bahasa adalah doa. Shalat dinamakan doa karena

dalam shalat terkandung doa. Secara terminology shalat merupakan

ibadah yang terdiri atas ucapan dan perbuatan yang di mulai dengan

takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang

sudah mukallaf dan harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam

perjalanan.

Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat.

Shalat didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali,

berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut merupakan kewajiban yang harus

dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik sedang sehat

maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat-shalat sunah.

Perintah tentang diwajibkannya mendirikan shalat tercantum dalam

QS. Al-Baqarah ayat 43:

(#qß

J ŠÏ%r&u

r

n

o4

qn

Á 9$

#

(#qè

?#u

äu

r

n

o4

qx

. ¨“ 9$

#

(#qã

èx

. ö

‘ $

#u

r

y

ì tB

tûüÏèÏ. º§



9$

#

ÇÍÌÈ

(38)

Tujuan shalat adalah pengakuan hati bahwa Allah SWT. sebagai

pencipta adalah Mahaagung, dan pernyataan patuh terhadap-Nya serta

tunduk atas kebesaran dan kemuliaan-Nya, Tuhan Yang Mahakekal dan

Mahaabadi. Bagi mereka yang melaksanakan shalat dengan khusyuk dan

ikhlas , hubungan dengan Allah Swt akan semakin kukuh, kuat, dan

mampu beristikamah dalam beribadah kepada Allah Swt. dan

menjalankan ketentuan yang digariskan-Nya (Sholeh, 2006: 108-109).

Shalat mempunyai fungsi yang penting dalam kehidupan, yakni

shalat dapat mencegah kita dalam melaksanakan perbuatan keji dan

munkar. Seperti dalam firman Allah Q.S. Al-‘ankabut : 45 yang

berbunyi:

ã

?$

#

!$tB

z

ÓÇ

r r é

&

y

7 ø

‹s

9Î)

š

Æ ÏB

É

= »tGÅ

3 ø

9$

#

É

OÏ%

r&u

r

n

o4

qn

Á 9$

#

(

ž

c

Î)

n

o4

qn

Á 9$

#

4

‘ s

Zs

?

Ç

Æ tã

Ïä!$t± ó

s x

ÿ ø

9$

#

Ì



s

3 Zß

J ø

9$

#u

r

3

ã



ø

. Ï%s

!u

r

«

! $

#

ç

Žt9ò

2

r&

3

ª! $

#u

r

Þ

On

ètƒ

$tB

tb qã

èo

Á s

?

ÇÍÎÈ

(39)

Shalat dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu shalat: (1) Shalat

fardhu ‘ain, yaitu shalat yang diwajibkan untuk setiap individu, seperti

shalat lima waktu; (2) Shalat fardhu kifayah, yaitu shalat yang wajib

untuk umum, dan kewajiban itu gugur ketika salah satu orang ada yang

mengerjakannya; (3) Shalat sunnah. Shalat sunnah ada dua macam, yaitu:

(a) Shalat sunnah rawatib, yaitu shalat sunnah sebelum dan sesudah

shalat fardhu, dan (b) Shalat sunnah bukan rawatib, yang tidak berhubun

gan dengan shalat fardhu. Dan shalat tahajud merupakan salah satu shalat

sunnah yang bukan rawatib.

Tahajud artinya bangun dari tidur. Shalat tahajud adalah shalat

sunnah pada malam hari setelah tidur. Bilangan reka’atnya paling sedikit

dua reka’at dan banyaknya tidak terbatas. Waktunya mulai setelah

melaksanakan shalat isya’ sampai terbit fajar. Mengerjakan shalat tahajud

di rumah lebih utama daripada di masjid. Bagi orang yang akan

mengerjakan shalat tahajud disunnahkan tidur qailulah (tidur pada waktu

siang hari sebelum zawal) (Masykuri, 2006: 206).

Shalat tahajud memang merupakan shalat sunnah (boleh memilih).

Akan tetapi ia dianggap sebagai shalat yang paling efektif untuk

meningkatkan ketaatan religius yang sesungguhnya dan kecintaan kepada

Allah. Ketika ia dilakukan secara pribadi di ujung malam, ketika

kebanyakan manusia terlelap dalam tidurnya, ia bisa mengangkat jiwa

seseorang dan mengantarkannya untuk dekat kepada Allah. Orang

(40)

kedalaman hatinya dan di dalam ceruk jiwanya yang paling dalam.

Selanjutnya hal itu akan menciptakan “kesadaran” yang agung dan

terpercaya dari kehadiran Allah yang hidup di dalam diriya (Imran: 2005:

43-44).

2. Ruang Lingkup Shalat Tahajud

a. Landasan Hukum Shalat Tahajud

Shalat tahajud berdasarkan pada dasar hukum dari Al-Qur’an

dan Al-hadis, sehingga perlu dikaji secara dalam supaya lebih jelas

dan tepat. Beberapa dasar hukum shalat tahajud berdasarkan

Al-Qur’an dan Sunnah, antara lain:

1. Perintah Allah SWT. untuk shalat tahajud di sebagian malam.

a). Q.S. Al – Israa’[17]: 79

z

` ÏBu

r

È

‹©

9$

#

ô

‰¤

f y

gtFs

ù

¾ÏmÎ/

\' s

#Ïù$tR

y

7 ©

9

#

Ó|¤ tã

b r&

y

7 s

W

y

èö

7tƒ

y

7 •/u

$Y

B$s

) tB

#Y

Šqß

J ø

C

ÇÐ

Ò

È

Artinya: Dan pada sebahagian malam hari

bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji. (Tarjamah Al Fazil Qur’an

(41)

b). Q.S. Al – Muzammil [73]: 2

É

%

Ÿ

‹©

9$

#

ž

w Î)

W

x ‹Î=s

%

ÇËÈ

Artinya: Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya). (Tarjamah Al Fazil Qur’an

Inayah, Jil. X : 262)

c). Q.S. Al – Muzammil [73]: 6-7

¨b Î)

s

py

¥Ï©$tR

È

‹©

9$

#

}‘ Ïd

‘‰x

©r&

$\«ô

Ûu

r

ã

Pu

%r&u

r

¸x ‹Ï%

ÇÏÈ

¨b Î)

y

7 s

9

’ Îû

Í‘ $p

k¨]9$

#

$[s ö

7y

W

x ƒÈ

qs

Û

ÇÐÈ

Artinya: Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). (Tarjamah Al Fazil Qur’an

Inayah, Jil. X : 263)

b. Keutamaan Shalat Tahajud

(Fikra, 2009: 94-98) menyatakan beberapa ayat dan hadits yang

menjelaskan keutamaan shalat tahajud.

1. Sebagai shalat yang paling utama setelah shalat fardhu

Shalat tahajud merupakan shalat yang paling utama

untuk diterapkan oleh umat islam. Penegasan hal itu

(42)

ُﻞَﻀْﻓَأَو ُمَّﺮَﺤُﻤْﻟا ِﮫَّﻠﻟا ُﺮْﮭَﺷ َنﺎَﻀَﻣَر َﺪْﻌَﺑ ِمﺎَﯿِّﺼﻟا ُﻞَﻀْﻓَأ

ِﺔَﻀﯾِﺮَﻔْﻟا َﺪْﻌَﺑ ِةَﻼَّﺼﻟا

ِﻞْﯿٌﻠَﻟَا ُةَﻼَﺻ

“Sebaik-baik puasa sesudah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, yaitu muharram, dan sebaik-baik shalat sesudah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR Abi Daud no. 2319 : 243)

2. Shalat tahajud dapat mengangkat ke tempat yang terpuji

Sebagaimana dinyatakan dalam QS. Al-Israa’:79 yang berbunyi:

z

` ÏBu

r

È

‹ ©

9$

#

ô

‰¤

f y

gtFs

ù

¾ÏmÎ/

\' s

#Ïù$tR

y

7 ©

9

#

Ó|¤ tã

b r&

y

7 s

W

y

èö

7tƒ

y

7 •/u

$Y

B$s

) tB

#Y

Šqß

J ø

C

ÇÐ

Ò

È

Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari

bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.” (Tarjamah Al Fazil Qur’an

Inayah, Jil. V : 372)

3. Akan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang berbakti

Orang yang melakukan shalat tahajud akan mendapatkan

pujian dari Allah SWT dan akan dimasukkan ke dalam golongan

orang-orang yang berbakti. Itulah keutamaan shalat tahajud.

Begitu besarnya perhatian Allah terhadap hamba-Nya yang taat

dan bersujud di tengah malam. Hal ini ditegaskan di dalam

(43)

ß

Š$t7Ïã u

r

Ç

` »u

q §



9$

#

š

ú

ïÏ%©

!$

#

tb qà

± ô

J tƒ

’ n

?tã

Ç

Ú ö

‘ F

{ $

#

$Z

qy

d

#s

ŒÎ)u

r

ã

gt6s

Û%

s

{

š

c

=Îg»y

f ø

9$

#

(#qä

9$s

%

$V

J »n

=y

ÇÏÌÈ

z

` ƒÏ%©

!$

#u

r

š

c

G‹Î6tƒ

ó

OÎgÎn

/t



Ï9

#Y

‰¤

f ß

$V

J »u

ŠÏ%u

r

ÇÏÍÈ

“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. VII : 29-30)

4. Sebagai bentuk ketakwaan dan akan diberikan jaminan surga

Shalat tahajud akan memantapkan identitas diri seorang

muslim dengan ketakwaannya. Dengan shalat tahajud pula,

muslim yang bertakwa ini akan mendapat rahmat, ampunan, dan

surga dari Allah SWT. Hal itu dinyatakan secara tegas di dalam

surat Adz-Dzariyat ayat 15-18 yang berbunyi:

¨b Î)

tûüÉ

)

­

J ø

9$

#

’ Îû

;M ȬZy

_

A

b qã

‹ã

ã u

r

ÇÊ

ÎÈ

tûïÉ

‹ Ï{ #u

ä

!$tB

ö

g9s

?#u

ä

ö

k›5u

4

ö

k¨XÎ)

(#qç

R%

x

.

Ÿ

6s

%

y

7 Ï9ºs

Œ

tûüÏYÅ

¡ ø

C

ÇÊ

ÏÈ

(#qç

R%

x

.

W

x ‹Î=s

%

z

` ÏiB

È

‹ ©

9$

#

$tB

tb qã

èy

f ö

ku

ÇÊ

ÐÈ

Í‘ $p

ž F

{ $

$Î/ u

r

ö

e

tb r ã



Ïÿø

ótGó

¡ o

ÇÊ

Ñ

È

(44)

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar.” (Tarjamah Al Fazil

Qur’an Inayah, Jil. IX : 308-309)

Sungguh, shalat tahajud merupakan aset yang amat besar.

Di samping membuat Allah senang, ia juga bisa memberikan

jaminan keselamatan dari segala malapetaka atau bencana

dalam kehidupan ini dan memberikan ketenangan dan

kedamaian pikiran pada kita (Imran: 2005: 61-62).

c. Waktu Shalat Tahajud

Malam hari terbagi dalam tiga bagian. Pembagian ini terkait

dengan Al-Qur’an surat Al-Muzammil [73] ayat 3 dan 4, yang berbunyi:

ÿ

¼ç

mx

ÿ ó

Á Ïo

R

Ír r&

ó

È à

) R$

#

ç

ZÏB

¸x ‹Î=s

%

ÇÌÈ

÷

r r&

÷

ŠÎ—

Ïmø

‹n

=tã

È

@Ïo

?u

‘ u

r

tb #u

äö



à

) ø

9$

#

¸x ‹Ï?ö



s

?

ÇÍÈ

Artinya: (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. (Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. X :

262)

Merujuk pada penjelasan Departemen Agama RI, apabila

diinterpretasikan menurut waktu indonesia, sepertiga malam pertama

(45)

kira-kira pukul 00.00-01.00 WIB. Sedangkan dua pertiga malam terakhir

adalah sekitar pukul 02.00 WIB, atau pukul 03.00 WIB, sampai

sebelum fajar atau masuk waktu shalat subuh. Di antara ketiga waktu

ini, sebaik-baiknya adalah sepertiga malam terakhir (Ramadhani,

2007:58).

d. Bilangan Rakaat Shalat Tahajud

Adapun jumlah maksimal reka’at shalat malam adalah seperti

yang diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa Nabi Muhammad saw.

mengerjakan shalat malam sebanyak tiga belas reka’at. Ada yang

meriwayatkan sembilan atau tujuh reka’at. Sementara banyak riwayat

menyebutkan bahwa jumlah reka’at shalat malam yang dikerjakan

oleh Nabi adalah sebelas reka’at (Rahman, 2007:7).

e. Variasi Bobot Bacaan Ayat dalam Shalat Tahajud

Rasulullah saw. ketika mengerjakan shalat tahajud tidak

menetapkan bacaan tertentu. Tetapi ada baiknya apabila kita

membacanya secara tertib dari awal surah. Sedikit demi sedikit setiap

kali bangun malam sampai dapat mengkhatamkam Al-Qur’an secara

keseluruhan dalam waktu tertentu. Kemudian setelah itu kita

memulainya lagi dari awal hingga ketiga puluh juz Al-Qur’an kita

(46)

f. Etika Shalat Tahajud

Terdapat beberapa etika yang perlu diperhatikan oleh orang

yang hendak menjalankan shalat tahajud. Etika itu adalah sebagai

berikut:

1. Berniat akan melakukan shalat tahajud ketika akan tidur. Ini sesuai dengan sabda Nabi saw sebagai berikut:

ْﻦَﻣ

ﻰَﺗَأ

،ُﮫَﺷاَﺮِﻓ

َﻮُھَو

يِﻮْﻨَﯾ

ْنَأ

َمْﻮُﻘَﯾ

ﻲﱢﻠَﺼُﯾ

َﻦِﻣ

،ِﻞْﯿﱠﻠﻟا

ُﮫَﺒَﻠَﻐَﻓ

ُمْﻮﱠﻨﻟا

ﻰﱠﺘَﺣ

،َﺢِﺒْﺼُﯾ

َﺐِﺘُﻛ

ُﮫَﻟ

ﺎَﻣ

،ىَﻮَﻧ

َنﺎَﻛَو

ُﮫُﻣْﻮَﻧ

ًﺔَﻗَﺪَﺻ

ْﻦِﻣ

ِﮫﱢﺑَر

ﱠﺰَﻋ

ﱠﻞَﺟَو

“Barang siapa yang mau tidur dan berniat akan bangun melakukan shalat malam, tapi tertidur sampai pagi, mereka dituliskan apa yang diniatkan itu merupakan sedekah untuk Tuhan”. (HR. An-Nasa’iy No. 1759: 346)

2. Membersihkan bekas tidur dari wajahnya, kemudian bersuci dan

memandang ke langit sambil berdo’a membaca akhir dari surat

Al-Imran, yang berbunyi:

$y

g•ƒr'¯»tƒ

š

ú

ïÏ%©

!$

#

(#qã

YtB#u

ä

(#r ç

ŽÉ

¹ $

#

(#r ã



Î/ $|¹ u

r

(#qä

ÜÎ/ #u

‘ u

r

(#qà

) ¨?$

#u

r

©

! $

#

ö

3 ª=y

ès

9

š

c

s Î=ø

ÿè

?

ÇË

É

É

È

(47)

3. Membuka shalat tahajud dengan shalat Iftitah.

4. Hendaknya membangunkan keluarganya untuk bersama-sama

shalat tahajud.

5. Jika mengantuk sebaiknya shalatnya dihentikan saja sampai

kantuknya hilang.

6. Jangan memaksakan diri dan hendaklah shalat tahajud dijalankan

sesuai dengan kesanggupannya. Karena itu mengkondisikan diri

adalah cara yang baik. Karena bila sudah terbiasa bangun di tengah

malam rasa dan kantuk akan tidak ada (Sholeh: 2006: 117-118).

I. Pendidikan Karakter

1. Definisi Pendidikan Karakter A.Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang

berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan

kehidupan. Pendidikan berlangsung di segala jenis, bentuk, dan

tingkat lingkungan hidup, yang kemudian mendorong pertumbuhan

segala potensi yang ada di dalam diri individu. Dan kegiatan

pembelajaran seperti itu, individu mampu mengubah dan

mengembangkan diri menjadi semakin dewasa, cerdas, dan matang.

Bisa disimpulkan bahwa pendidikan merupakan sistem proses

perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan, dan pematangan diri.

(48)

perkembangan jiwa, dan matang dalam hal perilaku. Dalam langkah

kegiatan pendidikan selanjutnya, ketiga sasaran ini menjadi kerangka

pembudayaan kehidupan manusia.

Dalam arti luas, pada dasarnya pendidikan adalah wajib bagi

siapa saja, kapan saja, dan di mana saja, karena menjadi dewasa,

cerdas, dan matang adalah hak asasi manusia pada umumnya. Berarti

pendidikan memang harus berlangsung di setiap jenis, bentuk, dan

tingkat lingkungan, mulai dari lingkungan individual, sosial keluarga,

lingkungan masyarakat luas, dan berlangsung di sepanjang waktu.

Jadi, kegiatan pendidikan berlangsung dengan memadati setiap

jengkal ruang lingkup kehidupan (Suhartono, 2008: 79-80) .

B. Pengertian Karakter

Dalam kamus Inggris-Indonesia, John M. Echols dan Hassan

Shadly menyebutkan bahwa karakter berasal dari bahsa Inggris yaitu

character yang berarti watak, karakter atau sifat (Echols dan Shadly,

2006: 107).

Karakter secara harfiah artinya kualitas mental atau moral,

kekuatan moral, nama atau reputasi. Menurut kamus lengkap bahasa

indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi

pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabi’at, watak.

Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian. Di

dalam kamus psikologi dinyatakan bahwa karakter adalah kepribadian

(49)

biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap

(Furqon, 2009: 9).

Doni Koesoema A. Mengungkapkan bahwa istilah karakter

sendiri sesungguhnya menimbulkan ambiguitas. Karakter secara

etimoogis berasal dari bahasa Yunani “karasso” berarti “cetak biru”,

“format dasar”, sidik seperti dalam sidik jari. Dalam tradisi Yunani

misalnya, para tetua melihat alam, katakanlah laut, sebagai sebuah

karakter yaitu sebagai sesuatu yang bebas, tidak dapat dikuasai

manusia, yang mrucut seperti menangkap asap. Karakter adalah

sesuatu yang tidak dapat dikuasai oleh intervensi manusiawi, seperti

ganasnya laut dengan gelombang pasang dan angin menyertainya.

Tentang ambiguitas terminologi ‘karakter’ ini, Mournier,

mengajukan dua cara interpretasi. Ia melihat karakter sebagai dua hal,

yaitu pertama, sebagai sekumpulan kondisi yang telah diberikan

begitu saja, atau telah ada begitu saja, yang lebih kurang dipaksakan

dalam diri kita. Karakter demikian dianggap sebagai sesuatu yang

telah ada dari sononya (given). Kedua, karakter juga bisa dipahami

sebagai tingkat kekuatan melalui mana seorang individu mampu

menguasai kondisi tersebut. Karakter yang demikian sebagai sebuah

proses yang dikehendaki (Koesoema, 2010: 90-91).

Menurut Simon Philips dalam Buku Refleksi Karakter Bangsa

(2008:235), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada

(50)

ditampilkan. Suyanto menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir

dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan

bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan

negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa

membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat

dari keputusan yang ia buat. Imam Ghazali menganggap bahwa

karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam

bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia

sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.

Winnie menyampaikan bahwa istilah karakter diambil dari

bahsa yunani yang berarti ‘to mark’ (menandai). Istilah ini lebih fokus

pada tindakan atau tingkah laku. Ada dua pengertian tentang karakter.

Pertama, ia menunjukkan bagaimana seorang bertingkah laku.

Apabila seseorang bertingkah laku tidak jujur, kejam, rakus, tentulah

orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila

seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut

memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat

kaitannya dengan ‘personality’. Seseorang baru bisa disebut orang

yang berkarakter (a person of character) apabila tingkah lakunya

(51)

Karakter juga diartikan sebagai sebuah pola, baik itu pikiran,

sikap, maupun tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan kuat

dan sulit dihilangkan (Munir, 2010: 3).

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi ‘positif’

bukan netral. Jadi, ‘orang berkarakter’ adalah orang yang mempunyai

kualitas moral (tertentu) positif. Dengan demikian, pendidikan adalah

membangun karakter, yang secara implisit mengandung arti

membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan

dengan dimensi moral yang positif atau yang baik, bukan yang negatif

atau yang buruk (Muslich, 2011: 71).

Aa Gym mengemukakan bahwa karakter itu terdiri dari empat

hal. Pertama, ada karakter lemah; misalnya penakut, tidak berani

mengambil resiko, pemalas, cepat kalah, belum apa-apa sudah

menyerah, dan sebagainya. Kedua, karakter kuat; contohnya tangguh,

ulet, mempunyai daya juang tinggi, atau pantang menyerah. Ketiga,

karakter jelek; misalnya licik, egois, serakah, sombong, pamer, dan

sebagainya. Keempat, karakter baik; seperti jujur, terpercaya, rendah

hati, dan sebagainya. Nilai-nilai utama yang menjadi pilar pendidik

dalam membangun karakter kuat adalah amanah dan keteladanan

(52)

Sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surat Asy-Syams ayat

8-10, manusia adalah manusia dengan berbagai karakter. Dalam

kerangka besar, manusia mempunyai dua karakter yang berlawanan,

yaitu karakter baik dan buruk.

$y

gy

J o

l ù

;r's

ù

$y

d u

‘ qè

ú

$y

g1u

) s

?u

r

ÇÑ

È

ô

‰s

%

y

x n

ùr&

` tB

$y

g8©

. y

ÇÒ

È

ô

‰s

%u

r

z

> %

s

{

` tB

$y

g9¢

™y

Š

ÇÊ

É

È

Artinya: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. [Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Juz XXX : 125]

(Azizah, 2010: 5-6)

C.Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan

semua pihak baik rumah tangga dan keluarga, sekolah dan lingkungan

sekolah, masyarakat luas. Pembentukan dan pendidikan karakter

tersebut, tidak akan berhasil selama antar lingkungan pendidikan tidak

ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan demikian, rumah

tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan

karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan (Muslich,

(53)

2. Dasar Pendidikan Karakter

Dalam Islam, tidak ada disiplin ilmu yang terpisah dari etika-etika

Islam. Sebagai usaha yang identik dengan ajaran agama, pendidikan

karakter dalam Islam memiliki keunikan dan perbedaan dengan

pendidikan karakter di dunia barat. Perbedaan-perbedaan tersebut

mencakup penekanan terhadap prinsip-prinsip agama yang abadi, aturan

dan hukum dalam memperkuat moralitas, perbedaan pemahaman tentang

kebenaran, penolakan terhadap otonomi moral sebagai tujuan pendidikan

moral, dan penekanan pahala di akhirat sebagai motivasi perilaku

bermoral.

Inti dari perbedaaan-perbedaan ini adalah keberadaan wahyu ilahi

sebagai sumber dan rambu-rambu pendidikan karakter dalam islam.

Akibatnya, pendidikan karakter dalam Islam lebih sering dilakukan

dengan cara doktriner dan dogmatis, tidak secara demokratis dan logis.

Implementasi pendidikan karakter dalam Islam, tersimpul dalam

karakter pribadi Rasulullah SAW. Dalam pribadi Rasul, tersemai

nilai-nilai akhlak yang mulia dan agung. Al-Qur’an dalam surat Al-ahzab ayat

21 mengatakan:

ô

‰s

) ©

9

tb %

x

.

ö

3 s

9

’ Îû

É

A qß

™u

«

! $

#

îou

™é

&

×

pu

Z|¡ y

m

` y

J Ïj9

tb %

x

.

(#qã

_ ö



©

! $

#

tPö

qu

‹ø

9$

#u

r

t



Å

z F

y $

#

t



x

. s

Œu

r

©

! $

#

#Z

Ž



ÏVx

.

(54)

Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. VII : 450)

Karakter atau Akhlak tidak diragukan lagi memiliki peran besar

dalam kehidupan manusia. Menghadapi fenomena krisis moral, tuduhan

seringkali diarahkan kepada dunia pendidikan sebagai penyebabnya. Hal

ini dikarenakan pendidikan berada pada barisan terdepan dalam

menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan secara moral

memang harus berbuat demikian. Pembinaan karakter dimualai dari

individu, karena pada hakikatnya karakter itu memang individual,

meskipun ia dapat berlaku dalam konteks yang tidak individual.

Karenanya pembinaan karakter dimulai dari gerakan individual, yang

kemudian diproyeksikan menyebar ke individu-idividu lainnya, lalu

setelah jumlah individu yang tercerahkan secara karakter atau akhlak

menjadi banyak, maka dengan sendirinya akan mewarnai masyarakat.

Pembinaan karakter selanjutnya dilakukan dalam lingkungan keluarga

dan harus dilakukan sedini mungkin sehingga mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak. Melalui pembinaan karakter pada

setiap individu dan keluarga akan tercipta peradaban masyarakat yang

tentram dan sejahtera.

Dalam Islam, karakter atau akhlak mempunyai kedudukan penting

(55)

masyarakat. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-qur’an surat

An-nahl ayat 90 sebagai berikut:

*

¨b Î)

©

! $

#

ã



ã

' tƒ

É

A ô

‰y

èø

9$

$Î/

Ç

` »|¡ ô

m M

} $

#u

r

Ç

› !$tGƒÎ)u

r

“ ÏŒ

4

n



à

) ø

9$

#

4

‘ s

Ztƒu

r

Ç

` tã

Ïä!$t± ó

s x

ÿ ø

9$

#

Ì



x

6

J ø

9$

#u

r

Ä

Óø

öt7ø

9$

#u

r

4

ö

3 Ý

à Ïètƒ

ö

6

¯=y

ès

9

š

c

r ã



©

. x

‹ s

?

ÇÒ

É

È

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. V : 271)

Pendidikan karakter dalam Islam diperuntukkan bagi manusia yang

merindukan kebahagiaan dalam arti yang hakiki, bukan kebahagiaan

semu. Karakter Islam adalah karakter yang benar-benar memelihara

eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat sesuai dengan fitrahnya.

Islam merupakan agama yang sempurna, sehingga tiap ajaran yang

ada dalam Islam memiliki dasar pemikiran, begitu pula dengan

pendidikan karakter. Adapun yang menjadi dasar pendidikan karakter

atau akhlak adalah Al-Qur’an dan Al-hadis, dengan kata lain dasar-dasar

yang lain senantiasa di kembalikan kepada Al-Qur’an dan Al-hadis. Di

antara ayat Al-Qur’an yang menjadi dasar pendidikan karakter adalah

(56)

¢

Óo

6»tƒ

É

OÏ%r&

n

o4

qn

Á 9$

#

ö



ã

&u

r

Å

$ r ã



÷

èy

J ø

9$

$Î/

tm÷

R$

#u

r

Ç

` tã

Ì



s

3 Zß

J ø

9$

#

÷

ŽÉ

¹ $

#u

r

4

’ n

?tã

!$tB

y

7 t/$|¹ r&

(

¨b Î)

y

7 Ï9ºs

Œ

ô

` ÏB

Ç

“tã

Í‘ qã

BW

{ $

#

ÇÊ

Ð

È

Ÿ

w u

r

ö



Ïiè|Á è

?

š

£

‰s

{

Ä

¨ $¨Z=Ï9

Ÿ

w u

r

Ä

·

ô

J s

?

’ Îû

Ç

Ú ö

‘ F

{ $

#

$·m t



tB

(

¨b Î)

©

! $

#

Ÿ

w



= Ïtä

¨@ä

.

5

A $tFø

ď

C

9

‘ qã

‚ s

ù

ÇÊ

Ñ

È

Artinya: “Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. VII : 392-393)

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta

pendidikan karakter mulia yang harus diteladani agar manusia yang

hidup sesuai dengan tuntunan syari’at, yang bertujuan untuk

kemaslahatan serta kebahagiaan umat manusia. sesungguhnya Rasulullah

adalah contoh serta teladan bagi umat manusia yang mengajarkan serta

menanamkan nilai-nilai karakter yang mulia kepada umatnya.

Sebaik-baik manusia adalah yang Sebaik-baik karakter atau akhlaknya dan manusia

yang sempurna adalah yang memiliki akhlak al-karimah, karena ia

merupakan cerminan iman yang sempurna. Dalam sebuah hadis

(57)

ﺎَﮭْﯿَﻠَﻋ ْﻢُھﻮُﺑِﺮْﺿاَ َﻦﯿِﻨِﺳ ِﻊْﺒَﺳ ُءﺎَﻨْﺑَأ ْﻢُھَو ِةﺎَﻠﱠﺼﻟﺎِﺑ ْﻢُﻛَدﺎَﻟْوَأ اوُﺮُﻣ

َﺑ اﻮُﻗﱢﺮَﻓَو ٍﺮْﺸَﻋ ُءﺎَﻨْﺑَأ ْﻢُھَو

ِﻊِﺟﺎَﻀَﻤْﻟا ﻲِﻓ ْﻢُﮭَﻨْﯿ

Artinya: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah mereka apabila tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya.” (HR. Abu Daud no. 464:325)

Dari hadis di atas, dapat di pahami bahwa, Memerintahkan anak

lelaki dan wanita untuk mengerjakan shalat, yang mana perintah ini

dimulai dari mereka berusia 7 tahun. Jika mereka tidak menaatinya maka

Islam belum mengizinkan untuk memukul mereka, akan tetapi cukup

dengan teguran yang bersifat menekan tapi bukan ancaman.

Jika mereka mentaatinya maka alhamdulillah. Akan tetapi jika

sampai usia 10 tahun mereka belum juga mau mengerjakan shalat, maka

Islam memerintahkan untuk memukul anak tersebut dengan pukulan

yang mendidik dan bukan pukulan yang mencederai. Karenanya,

sebelum pukulan tersebut dilakukan, harus didahului oleh peringatan atau

ancaman atau janji yang tentunya akan dipenuhi. Yang jelas pukulan

merupakan jalan terakhir. Di sini dapat dipahami bahwa, menurut teori

psikologi, pada rentangan usia 0-8 tahun merupakan usia emas atau yang

sering kita dengar dengan istilah golden age, yang mana pada usia ini

individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan

yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan

(58)

yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya, dan usia

tersebut merupakan fase kehidupan yang unik dalam diri individu.

Pada usia golden age, di sadari atau tidak, perilaku imitatif pada

anak sangat kuat sekali. Oleh karena itu, selaku orang tua seharusnya

memberikan teladan yang baik dan terbaik bagi anaknya, karena jika

orang tua salah mendidik pada usia tersebut, maka akan berakibat fatal

kelak setelah ia dewasa, ia akan menjadi sosok yang tidak mempunyai

karakter akibat dari pola asuh yang salah tadi. (Ritonga: 2012)

3. Dasar Pembentukan Karakter

Dalam berbagai literatur, kebiasaan yang dilakukan secara

berulang-ulang yang didahului oleh kesadaran dan pemahaman akan

menjadi karakter seseorang. Gen hanya merupakan salah satu faktor

penentu saja. Namun, jangan lupa meremehkan faktor genetis ini.

Meskipun ia bukan satu-satunya penentu, ia adalah penentu pertama yang

melekat pada diri anak. Jika tidak ada proses berikutnya yang memiliki

pengaruh kuat, boleh jadi faktor genetis inilah yang akan menjadi

karakter anak.

Dalam islam faktor genetis ini juga diakui keberadaannya. salah

satu contohnya adalah pengakuan Islam tentang alasan memilih calon

istri atas dasar faktor keturunan. Rasul pernah bersabda yang intinya

menyebutkan bahwa kebanyakan orang menikahi seorang wanita karena

faktor rupa, harta, keturunan, dan agama. Meskipun Islam mengatakan

(59)

agaman

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Gambaran Bangunan Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

terhadap Bimbingan Belajar di Pondok Pesantren Hubungannya dengan Motivasi Mereka dalam Mengikuti Pengajian Rutin”.. (Penelitian terhadap santri asrama puteri

Pengaruh Disiplin Shalat Fardlu Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren Salafiyah Darussholihin ... Pengaruh Disiplin Dzikir Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran ustadz dalam pelaksanaan ibadah shalat tahajud berjamaah di Pondok Pesantren Al Karamah Desa Keramat Kecamatan

Kajian ini dapat menjadi pedoman bagi penulis selanjutnya dalam mengkaji peran ustadz dalam meningkatkan kedisiplinan santri melalui shalat tahajud berjamaah di

Objek penelitian adalah peran ustadz dalam pelaksanaan ibadah shalat tahajud berjamaah di pondok pesantren Al Karamah Desa Keramat Kecamatan Amuntai Selatan Kabupaten

Jadi, yang dimaksud dengan pendisiplinan shalat tahajud yang diterapkan pada Pondok Pesantren Al Falah Putera dalam penelitian ini adalah suatu proses melatih

Hipotesis kedua yang mengatakan bahwa terdapat perbedaan tingkat stres individu yang melakukan shalat tahajud dan yang tidak melakukan shalat tahajud pada Santri

Gambaran Adversity Quotient Dan Shalat Tahajud Mempresentasikan Adversity Quotient Di Pondok Pesantren Kauman Desa Karangturi Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang .... Analisis Data