• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN TUTORIAL TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN NDALANG ANAK LAKON NARANTAKA DI SANGGAR SENI OMAH WAYANG KLATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN TUTORIAL TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN NDALANG ANAK LAKON NARANTAKA DI SANGGAR SENI OMAH WAYANG KLATEN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN TUTORIAL TEMAN SEBAYA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN NDALANG ANAK

LAKON NARANTAKA

DI SANGGAR SENI OMAH WAYANG

KLATEN

A. Latar Belakang Masalah

Tampilnya dalang anak menjadi penyaji pakeliran wayang kulit purwa gaya Surakarta, merupakan fenomena budaya yang menarik dan penting untuk dikaji, karena dianggap sesuatu yang istimewa degan kata lain nggumunaké, bahkan mendapat predikat

menjila, untuk ukuran anak yang biasanya hanya melakukan kegiatan belajar di tingkat

yang rendah dan bermain. Namun demikian anak-anak berusaha melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh orang dewasa atau kasepuhan. Hal ini sangat penting untuk dilakukan pengkajian secara ilmiah, agar pembelajaran dan pelestarian wayang dapat berlangsung secara baik sesuai dengan tingkat kemampuan anak.

(2)

dalam sejarah pewarisan pedalangan. Sebelumnya, tradisi pewarisan keahlian mendalang dilakukan secara-turun menurun dari ayah kepada anaknya dan dengan melalui system nyantrik (berguru pada dalang tertentu dengan cara mengabdikan diri seperti pembantu rumah tangga). Sistem pembelajaran disanggar dapat dilakukan dengan menerapka model dan strategi yang inovatif, sehingga memberikan nuansa baru bagi anak agar kualitas kompetensi ketrampilan teknik pakeliran dapat tercapai secara maksimal,efisien dan efektif.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di sanggar seni Omah wayang tersebut terdapat sembilan siswa dalang anak tingkat dasar, tiga anak masuk lebih awal, kemudian yang lain masuk baru pertengahan tutorial. dari segi umur juga berbeda, secara penguasaan materi tentunya berbeda, hal inilah yang mengakibatkan perbedaan kemampuan antara anak yang baru masuk dengan anak yang terdahulu.

Dari hasil penilaian terdapat tiga anak yang sudah menguasai materi yang di ajarkan sesuai dengan standart kompetensi dan kompetensi dasarnya, sedangkan ada enam anak yang belum menguasai materi tersebut.

Dunia pendidikan mengalami lompatan kemajuan yang luar biasa pesatnya, hal itu dibuktikan dengan banyaknya paradigma baru dalam pendidikan, mulai dari konstruktivisme, quantum teaching, quantum learning, kooperativ learning, konstekstual teaching and learning, pembelajaran autentik, tutorial, tutorial sebaya, pakem dan masih banyak lagi deretan revolusi pembelajaran yang memberikan warna dan semangat baru terhadap dunia pendidikan.

(3)

relevan,untuk diterapkan di sanggar seni. Kebanyakan sanggar-sanggar seni masih menerapkan metode pembelajaran yang berfokus kepada Tutor sebagai sumber utama, ceramah, demonstrasi kemudian anak praktek menirukan, menjadi pilihan utama metode pembelajaran. Untuk itu diperlukan strategi dan metode belajar baru yang lebih memberdayakan anak, yakni sebuah metode belajar yang mendorong anak untuk lebih dinamis, aktif, dan kreatif dalam menemukan, menyusun dan mengkomunikasikan hasil belajarnya.

Dari paparan tersebut dapat diambil 3 anak tersebut yang sudah menguasai materi untuk di jadikan tutor sebaya. Secara psikologis, anak akan lebih dekat, lebih terbuka tehadap teman sebayanya di bandingkan dengan guru yang berperan sebagai tutor, sehingga anak akan lebih tebuka dan lebih dekat dengan sesama anak. Hal ini akan membawa dampak positif dalam pembelajaran. Yaitu semakin cepat menyerapnya ilmu dan pengetahuan, dan keterampilan, serta kemampuan lainnya yang diterapkan dengan metode tutor sebaya ini.

Berangkat dari paparan tersebut, maka dipandang perlu dilakukan pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas tentang “Pembelajaran turorial teman sebaya untuk meningkatkan kemampuan ndalang anak lakon Narantaka di sanggar

(4)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apakah dengan pembelajaran tutorial teman sebaya dapat meningkatkan kemampuan ndalang anak di sanggar seni Omah wayang.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran tutorial teman sebaya untuk meningkatkan kemampuan belajar ndalang anak di sanggar seni Omah Wayang Klaten.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Hasil Penelitian ini dapat dipakai untuk :

1. Dapat digunakan sebagai sumbangan inovasi metode pembelajaran di sanggar seni pedalangan.

(5)

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Sanggar

1.1. Memberikan informasi tentang kemampuan Tutorial dalam memvariasikan bentuk pelayanan pembelajaran kepada peserta didik. 1.2. Memberikan informasi tentang profil Tutor dan profil anak dalam belajar. 1.3. Memperoleh metode pembelajaran yang memiliki keberpihakan kepada

anak secara lebih dibanding metode belajar yang lain. 2. Bagi Tutor

2.1. Memberikan informasi kepada Tutor mengenai situasi pembelajaran dalam upaya peningkatan mendalang anak.

2.2. Sebagai bahan evaluasi bagi tutor dalam usahanya untuk meningkatkan keberhasilan usahanya dalam mengajar Bimbingan Konseling.

2.3. Memberikan informasi kepada Tutor mengenai kesiapan dan daya kritis serta keberhasilan belajar mendalang anak.

3. Bagi Anak

3.1. Sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar anak dalam peningkatan Kemampuan mendalang anak.

3.2. Sebagai upaya untuk meningkatkan kecerdasan dan kemampuan berfikir yang kompleks.

(6)

E. Kajian Pustaka

1. Metode Tutor Sebaya

Ada beberapa pendapat yang mendefinisikan pengertian tutor sebaya, diantaranya

adalah:“Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang anak yang ditunjuk dan ditugaskanuntuk membantu anak yang mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil

dari kelompok yang prestasinya lebih tinggi”( Kusdiono, 2010:36). Senada dengan pendapat di atas, bahwa:

“Anak yang pandai dapat memberikan bantuan belajar kepada anak yang kurang pandai. Bentuan tersebut dapat dilakukan kepada teman-teman sekelasnya di luar sekolah”(

Conny Semiawan, dkk. Arikunto 2006:70). Pendapat lain mengatakan:

“Tutor sebaya adalah sekelompok anak yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran dan memberikan bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan

pelajaran yang dipelajarinya”( Kusdiono,2010:44).

Program tutorial pada dasarnya sama dengan program bimbingan, yang bertujuan memberikan bantuan kepada anak atau peserta didik agar dapat mencapai hasil belajar optimal. Hamalik (1994:73) menyatakan tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar para anak belajar secara efisien dan efektif.Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor.

(7)

yang lebih tinggi prestasinya atau lebih mengusai suatu kemampuan tertentu, untuk membantu teman lainnya yang masih rendah kemampuan di bidang tertentu di suatu kelas.

Pada kasus anak mendalang anak ini, dipandang tepat, sebab di antara mereka ada beberapa anak yang memiliki kemampuan dalam pakeliran lebih tinggi dibanding teman lainnya, sehingga mereka ditugaskan untuk menjadi tutor sebaya.

Secara psikologis, anak akan lebih dekat, lebih terbuka tehadap teman sebayanya di bandingkan dengan guru atau dosen yang berperan sebagai tutor, sehingga anak akan lebih tebuka dan lebih dekat dengan sesama anak. Hal ini akan membawa dampak positif dalam pembelajaran. Yaitu semakin cepat menyerapnya ilmu dan pengetahuan, dan keterampilan, serta kemampuan lainnya yang diterapkan dengan metode tutor sebaya ini.

Menurut Miller (1989) dalam Arikunto ( 2006:34) berpendapat bahwa “Setiap saat

peserta didik memerlukan bantuan dari peserta didik lainnya, dan mereka dapat belajar dari

yang lainnya.” Jan Collingwood (1991:19) dalam Arikunto ( 2006:.34) juga berpendapat

bahwa “anak memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari teman lainnya”.

Miler (dalam Arikunto 2006:248) menuliskan saran penggunaan tutor sebaya sebagai berikut.

a) Mulailah dengan tujuan yang jelas dan mudah dicapai.

b) Jelaskan tujuan itu kepada seluruh anak (kelas). Misalnya : agar pelajaran suatu pelajaran dapat mudah dipahami.

(8)

h) Lakukanlah pemantauan terhadap proses belajar yang terjadi melalui tutor sebaya. i) Jagalah agar anak yang menjadi tutor tidak sombong.

Metode tutor sebaya ini untuk mengatasi kelemahan pengajaran klasikal dengan kelas yang terlampau besar dan padat sehingga guru atau tenaga pengajar tidak dapat memberikan bantuan secara maksimal terhadap individual, bahkan sering tidak mengenal para pelajar seorang demi seorang. Selain itu para pendidik mengetahui bahwa para anak menunjukkan perbedaan dalam cara-cara belajar. Pengajaran klasikal yang menggunakan proses belajar-mengajar yang sama bagi semua anak tidak begitu tepat memperhatikan kebutuhan dan kepribadian setiap anak. Tutor sebaya solusi untuk mengatasi kendala dalam pelajaran klasikal.

Kelebihan metode tutor sebaya, anak-anak diajar untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, anak yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau ketinggalan. Di sini peran guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing saja. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami. Dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu dan sebagainya untuk bertanya( http://kusdiono.com./2010/11/25.)

(9)

2. Motivasi Belajar

Mengenai pengertian motivasi ini beraneka ragam. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk meninjau dan memahami motivasi ini, yaitu (1) motivasi dipandang sebagai suatu proses. Sehingga motivasi dapat dijadikan alat untuk menjelaskan tingkah laku dan tingkah laku berikutnya akan akan terjadi pada individu. (2) Motivasi dilihat sebagai petunjuk-petunjuk tingkah laku seseorang. Petunjuk tersebut dapat dipercaya apabila tampak kegunaannya untuk meramalkan dan menjelaskan tingkah laku lainnya.

Mc Donald (1959) merumuskan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam rumusan tersebut ada tiga unsure yang saling berkaitan, ialah sebagai berikut:

1. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan pribadi tersebut disebabkan oleh perubahan tertentu pada system neurofisiologis dalam organisme manusia.

2. Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan, mula-mula berupa ketegangan

psikologis lalu berupa suasana emosi. Susana emosi ini menimbulkan tingkah laku yang bermotif yang dapat diamati dari perbuatannya.

(10)

Motivasi belajar pada prinsipnya ada dua macam, yaitu motivasi intstrinsik, dan motivasi ekstrinsik (Hamalik, 2003: 112-119). Motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan anak sendiri. Motivasi ini sering disebut motivasi murni atau motivasi yang sebenarnya karena timbul dari dalam diri peserta didik (individu). Motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar, motivasi ini berpengaruh secara fungsional dalam diri peserta didik yang tidak memerlukan hadiah atau pujian, karena peserta didik belajar bukan untuk memperoleh hadiah atau pujian tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik atau motivasi dari luar adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti akredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan, hukuman, sarkasme dan beraneka ragam dorongan lain baik yang positif atau negatif dari luar diri peserta didik. Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan oleh anak dan sekolah, sebab pembelajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan anak sebagai peserta didik. Sangat dimungkinkan pada suatu kondisi atau obyek tertentu peserta belum menyadari betapa pentingnya obyek atau kondisi tersebut bagi kehidupan dan kebutuhan peserta didik. Dalam kondisi seperti inilah arti pentingnya motivasi ekstrinsik, dimana Tutor berupaya membangkitkan motivasi belajar peserta didik sesuai dengan keadaan peserta didik itu sendiri.

(11)

minat, perhatian dan pencurahan segala potensi peserta didik dalam kegiatan belajar di kelas maupun di luar kelas, secara individu maupun kelompok.

Kemunculan sifat motivasi, baik motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Tingkat kesadaran diri anak atas kebutuhan yang mendorong tingkah laku/perbuatan dan kesadaran atas tujuan belajar yang hendak dicapai.

2. Sikap Tutor terhadap kelas, Tutor hendaknya bersikap bijak dan selalu mendorong partisipasi kelas dalam berbuat untuk mencapai tujuan belajar yang jelas dan bermakna bagi kelas.

3. Pengaruh kelompok anak, bila pengaruh kelompok anak ini lebih kuat maka akan lebih memungkinkan terjadinya motivasi ekstrinsik.

4. Suasana kelas juga berpengaruh terhadap munculnya sifat tertentu pada motivasi belajar anak. Suasana kebebasan yang bertanggung jawab tentunya lebih

merangsang munculnya motivasi instrinsik dibandingkan dengan suasana penuh tekanan dan paksaan.

F. Metode Penelitian

Metodologi penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah metode action reseach, tehadap model yang sudah ada, yaitu model Tutor Sebaya.

(12)

5) Menyusun laporan

G. Jadwal Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari 2013 sampai dengan bulan april 2013.

NO KEGIATAN

BULAN

Januari Februari Maret April

1 Survey √ √

2 Perijinan Penelitian

3 Pengumpulan Data √ √ √ √ √

4

Penyusunan

Proposal √ √ √ √ √

5 Seminar

H. Rencana Biaya Penelitian

No Rincian Kegiatan Penelitian Biaya ( Rp )

1 Transport 450.000,00

2 ATK 1.500.000,00

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto.S, 2006, Penerapan Motode Teman Sebaya dan Penilaian, tersedia di ( http://smk.swadaya.com./2007/09/27.).

______, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI, Rineka Cipta, Jakarta.

Burton, W.H. 1952. The Gidence of Lerning Activities. New York: Appleton Century Crofts, Inc.

Ekowati, Endang. 2004. Model-Model Pembelajaran Inovatif Sebagai Solusi Mengakhiri

Dominasi Pembelajaran Tutor. Makalah Workshop Rencana Program dan

Implementasi Life Skill SMA Jawa Timur tahun 2004.

Hamalik, Umar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Kusdiono, 2010, Pembelajaran dengan Tutor Teman Sebaya, tersedia di(http://kusdiono. com./2010/11/25.)

Mc. Donald. 1959. Educational Psychology. San Francisco: Wardsworth Publishing, Inc. Muhammad Jazuli, Slamet Suparno, dan Bambang Murtiyoso 2009. Model Pewarisan

Kompetensi Dalang

Muslimin, Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Mussen, P.H. Conger. J.J. , Kagan, J. dan Huston, A.C. 1984. Perkembangan dan

Kepribadian Anak. Terjemahan oleh Meitasari Tjandrasa. 1988. Jakarta:

Erlangga.

Mustanin, Nur. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Anak dan Pendekatan Konstruktivis

dalam Pengajaran. Surabaya: University Press.

Suryabrata, S. 1985. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.

Suryabrata, S. 1989. Proses Belajar Mengajar di PerTutoran Tinggi. Yogyakarta: Andi Offset.

(14)

Oleh

Oleh = KRISTIAJI

mail =kristiaji82@yahoo.com HP = 0852 57351257

Referensi

Dokumen terkait

Pada aspek perencanaan program Adiwiyata kesenjangan yang dihadapi diantaranya: seluruh warga sekolah belumlah mengetahui program Adiwiyata yang direncanakan oleh

Dalam menjalankan aktivitas jurnalistiknya sebagai media berbasis nasional Tribun Jogja menjalankan etika jurnalistik yang berlaku baik untuk media konvensional

Sehingga gerombolan geng motor makin menjadi-jadi melakukan tindakan aksi-aksi yang sering terjadi di kota-kota besar lainnya seperti balapan liar, taruhan dan lain

ISI: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh derajat desentralisasi fiskal terhadap belanja kesehatan, persentase persalinan oleh tenaga kesehatan, persentase

Hasil analisis dan pembahasan adalah komitmen perusahaan dan pendidikan dan pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap implementasi corporate social

Untuk menjawab perumusan masalah yaitu apakah komitmen perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap implementasi corporate social responsibility (CSR) pada bank

Hasil penelitian ini adalah penambahan putih telur pada mineral blok dengan level mulai tanpa perlakuan (P0), 2% (P1), 4% (P2) dan 6%(P3) memberikan dampak yang berpengaruh pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas brain based learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika anak usia 5-6 tahun.. Sampel yang digunakan peneliti