• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Simulasi Permainan Ular Tangga GenRe Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, Napza) di SMPN 1 Tanjung Morawa Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Simulasi Permainan Ular Tangga GenRe Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, Napza) di SMPN 1 Tanjung Morawa Tahun 2016"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh kedalam perilaku berisiko dan mungkin menanggung akibat jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial. Sifat dan perilaku berisiko pada remaja tersebut memerlukan ketersediaan pelayanan kesehatan peduli remaja yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan remaja termasuk pelayanan untuk kesehatan reproduksi (Depkes, 2014).

Remaja yang dalam bahasa Inggris “adolesence”, berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi

(2)

penduduk yang sangat menentukan kualitas penduduk pada masa depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat tergantung pada masa remajanya. Apabila umur remaja memperoleh pendidikan formal dan non formal yang cukup maka kualitas penduduk yang bersangkutan pada fase umur dewasa akan cenderung lebih baik; dan selanjutnya akan menghasil kan generasi yang berkualitas (BKKBN, 2011).

Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas bahkan keliru sama sekali. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktifitas seksual mereka sendiri. Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan, seringkali remaja sangat tidak matang untuk melakukan hubungan seksual terlebih lagi jika harus menanggung risiko dari hubungan seksual tersebut (Syafrudin, 2011).

(3)

calon generasi penerus bangsa dan akan menjadi orangtua bagi generasi berikutnya. Tentunya dapat dibayangkan, betapa besar pengaruh segala tindakan yang mereka lakukan saat ini kelak dikemudian hari tatkala menjadi dewasa dan lebih jauh lagi bagi bangsa dimasa depan. Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang mengalami perubahan fisik-psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru berupaya keras menyembunyikan segala hal tentang seks, meninggalkan remaja dengan berjuta tanda tanya yang lalu lalang di kepala mereka (Syafrudin, 2011).

Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa, 26,67 persen diantaranya adalah remaja. Besarnya penduduk remaja akan berpengaruh pada pembangunan dari aspek sosial, ekonomi maupun demografi baik saat ini maupun di masa yang akan datang. Penduduk remaja (10-24 tahun) perlu mendapat perhatian serius karena remaja termasuk dalam usia sekolah dan usia kerja, mereka sangat berisiko terhadap masalah-masalah kesehatan reproduksi yaitu perilaku seksual pranikah, Napza dan HIV/AIDS (BKKBN, 2011).

(4)

yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah dan 6,9% responden telah melakukan hubungan seks pranikah.

Sementara itu, penelitian Australian National University (ANU) dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia di Jakarta, Tangerang dan Bekasi (JATABEK) tahun 2010 dengan jumlah sampel 3.006 responden (usia <17 – 24 tahun) mengindikasikan sebanyak 20,9% remaja mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah sedangkan 38,7% remaja mengalami kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah menikah. Selain itu, terdapat proporsi yang relatif tinggi pada remaja yang menikah karena kehamilan yang tidak diinginkan.

(5)

Jumlah kasus AIDS diperkirakan terus meningkat. Data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa jumlah kasus baru AIDS periode Januari – September 2011 sebanyak 1.805 kasus. Namun, angka ini merupakan fenomena gunung es karena hanya mencakup jumlah kasus yang dilaporkan saja. Secara akumulatif, jumlah kasus AIDS sampai dengan Juni 2011 sebesar 26.483 kasus. Hampir separuh dari jumlah kasus tersebut, yaitu 45,9% diantaranya terjadi di kelompok usia 20 – 29 tahun. Mengingat masa inkubasi AIDS antara 3 – 10 tahun setelah terinfeksi HIV, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dari orang muda yang terkena AIDS telah terinfeksi HIV pada usia yang lebih muda lagi (BKKBN, 2012).

Hasil Penelitian yang dilakukan Sebayang (2013) tentang studi kualitatif perilaku seksual remaja di Kecamatan Medan Petisah menyimpulkan bahwa pacaran adalah pintu gerbang melakukan hubungan seksual. Kasih sayang yang menjadi salah satu faktor dalam berpacaran. Kasih sayang dan perlindungan yang didapatkan dari sang pacar dibayar dengan melakukan hubungan seksual. Pada kasus berpacaran ini, kebaikan dan perlindungan ditukar dengan hubungan seksual. Disamping itu penelitian yang lain dilakukan oleh Rahayu (2013) pada siswa/i di SMAN 1 Lubuk Dakam Kabupaten Siak Sri Indrapura Tahun 2013 menunjukkan hasil ada pengaruh kegiatan penyuluhan dalam Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah di SMAN 1 Lubuk Dalam.

(6)

daya manusia berkualitas sejak dini dalam rangka menciptakan keluarga berkualitas. Remaja merupakan anggota atau bagian dari suatu keluarga. Program KRR bertujuan untuk membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap, dan perilaku kehidupan yang sehat dan bertanggung jawab melalui promosi, advokasi, komunikasi informasi edukasi, konseling, pelayanan, dan dukungan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat positif (Priyanto, 2009).

Salah satu program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk mengatasi masalah-masalah remaja diantaranya melalui Pembentukan Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK Remaja/Mahasiswa) yang merupakan suatu wadah kegiatan program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR) yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang kependudukan dan KB. Remaja diharapkan dapat menjadi Generasi Berencana (Genre), yaitu generasi yang dapat menunda usia perkawinan, berprilaku sehat, terhindar dari resiko TRIAD KRR (seksualitas, HIV, AIDS dan Napza). Kemudian bercita-cita mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera dan menjadi contoh bagi teman sebayanya (BKKBN, 2012).

(7)

dan langsung berdasarkan analisis kasus, dan melibatkan objek secara menyeluruh dan aktif.

Joan Freeman dan Utami munandar mendefinisikan permainan sebagai suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional. Menurut pendapat beberapa ahli menyimpulkan definisi permainan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh beberapa anak untuk mencari kesenangan yang dapat membentuk proses kepribadian anak dan membantu anak mencapai perkembangan fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional (Hariyanto, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zulkifli (2012) kepada pengurus PIK R SMA di kota Makassar terdapat pengaruh metode simulasi permainan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Veronica (2009) di Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pencawan Medan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap guru setelah diberi perlakuan dengan simulasi permainan tentang kesehatan reproduksi remaja.

(8)

siswa/i. Siswa/i yang turut ikut serta menjadi pendidik sebaya di pilih berdasarkan kelas masing-masing. Pelaksanaan kegiatan PIK R di luar sekolah diantaranya pembekalan informasi dari BKKBN dan pelaksanaan kegiatan PIK R di sekolah berupa penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh pendidik sebaya. Namun, kegiatan penyuluhan yang dilakukan selama ini di sekolah belum sepenuhnya dapat menambah pengetahuan dan merubah sikap siswa/siswi khususnya mengenai TRIAD KRR.

(9)

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan bahwa dari 10 orang siswa/i 6 diantaranya tingkat pengetahuan kurang tentang TRIAD KRR (seksualitas, HIV dan AIDS, NAPZA), serta 10 orang siswa memiliki sikap tidak setuju mengenai perilaku seks pranikah dan merokok. Namun faktanya masih ditemukan kasus siswa/i yang pacaran dengan melakukan aktivitas seks pra nikah, siswi yang menikah pada usia muda, dan siswa yang merokok seusai jam pelajaran sekolah.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Pengaruh Simulasi Permainan Ular Tangga GenRe Terhadap Pengetahuan dan Sikap

Remaja Tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, NAPZA) di SMPN 1 Tanjung Morawa Tahun 2016”.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang dan pendapat diatas, rumusan masalah yang akan diteliti adalah apakah ada pengaruh simulasi permainan ular tangga GenRe terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, NAPZA) di SMPN 1 Tanjung Morawa Tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian

(10)

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh simulasi permainan ular tangga GenRe terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDA, NAPZA) di SMPN 1 Tanjung Morawa Tahun 2016.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai upaya dalam pemberian informasi dan konseling yang benar terhadap remaja mengenai TRIAD KRR (seksualitas, HIV dan AIDS, NAPZA) remaja agar remaja dapat berperilaku sehat sehingga menjadi contoh model dan sumber informasi bagi teman sebaya.

2. Bagi pihak sekolah dapat dijadikan informasi dan referensi sejauh mana pengetahuan dan sikap remaja tentang TRIAD KRR (seksualitas, HIV dan AIDS, NAPZA) dan menjadi acuan dalam pencegahan dan mengatasi masalah remaja. 3. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan kebijakan

Referensi

Dokumen terkait

Kewenangan yang dimiliki oleh Komnas HAM sebagai lembaga negara yang berhak dan diamanti oleh presiden untuk menangani kasus-kasus pelanggaran HAM di rasa kurang

Pantai Sembilangan masih kurang memadai untuk daerah tujuan wisata, yaitu kurangnya prasarana seperti lampu jalan yang masih minim bahkan dibeberapa jalan tidak ada penerangan

Jumlah persediaan masing-masing jenis bahan baku selama 1 tahun dari bulan.. Januari 2016 –

Bab 1 pendahuluan 1.1 Latar belakang 1.2 Masalah. 1.3 Rumusan Masalah Bab

Pada tindak direktif penutur melakukan tindak ujaran agar mitra tutur (disingkat Mt) melakukan sesuatu. Hal itu berlaku pula pada tindak direktif yang dilakukan

Rasio utang terhadap aset merupakan rasi yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara tota utang dengan total aset. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk

Hubungan Sumbangan Zat Gizi Makro Dari Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Biskuit Lapis Sandwich Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK) Dengan Berat Badan Bayi Lahir Di

Hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dapat dicerminkan dengan hasil ulangan atau ujian, seperti ulangan harian, Ulangan tengah