BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan cross
sectional dan pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai dengan bulan
November 2015 yang meliputi studi kepustakaan, pengumpulan data, pengolahan data dan penulisan laporan penelitian.
3.3. Subjek Penelitian 3.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah rekam medik penderita yang didiagnosa secara histopatologi sebagai tumor nasofaring di Laboratorium
3.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah semua data penderita yang didiagnosa secara histopatologi sebagai tumor nasofaring di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013,
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.4. Kriteria Penelitian 3.4.1. Kriteria Inklusi
Semua data dan slaid penderita tumor nasofaring yang didiagnosa secara histopatologi, yang berasal dari sediaan biopsi jaringan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan tahun
2011-2013, yang mencantumkan usia dan jenis kelamin.
3.4.2. Kriteria Eksklusi
1. Semua data penderita tumor nasofaring yang didiagnosa secara histopatologi, yang berasal dari sediaan biopsi jaringan di Laboratorium
Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013 yang tidak lengkap (tidak tercantum usia dan
jenis kelamin).
2. Semua slaid penderita tumor nasofaring yang didiagnosa secara histopatologi, yang berasal dari sediaan biopsi jaringan di Laboratorium
3.5. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu subjek ke subjek lain.30 Oleh karena penelitian ini bersifat deskriptif, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Tipe histopatologi 2. Usia
3. Jenis kelamin
3.6. Kerangka Operasional
Pengumpulan slaid dan blok parafin sediaan biopsi jaringan
Pembacaan ulang slaid secara mikroskopis oleh peneliti dan
2 orang Spesialis Patologi Anatomi
Usia Tumor nasofaring
Tipe histopatologi Jenis kelamin
Data rekam medik yang berasal dari biopsi jaringan nasofaring yang didiagnosa secara histopatologi sebagai tumor nasofaring di Laboratorium Patologi Anatomi FK USU dan RSUP Haji
3.7. Definisi Operasional
1. Tumor nasofaring adalah semua jenis tumor yang berasal dari epitel pelapis (parenkim) maupun mesenkim pada nasofaring.
2. Diagnosa secara histopatologi adalah diagnosa yang ditegakkan berdasarkan
gambaran morfologi sel-sel pada jaringan tertentu dengan menggunakan pewarnaan rutin (Hematoxilin & Eosin).
3. Sediaan biopsi adalah sediaan jaringan yang diperoleh dari pengambilan sebagian kecil jaringan dari keseluruhan massa tumor.
4. Tipe histopatologi adalah gambaran morfologi sel-sel yang terdapat pada jaringan nasofaring berdasarkan klasifikasi WHO tahun 2005.
3.8. Cara Kerja
1. Data penderita tumor nasofaring yang telah didiagnosa secara histopatologi,
yang berasal dari sediaan biopsi jaringan nasofaring tahun 2011-2013 diambil dari rekam medik Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan.
2. Data yang diperoleh diperiksa kelengkapannya, yakni tercantum usia dan jenis kelamin sehingga dimasukkan ke dalam kriteria inklusi, sedangkan
data yang tidak lengkap dimasukkan ke dalam kriteria eksklusi.
3. Dikumpulkan slaid dari data penderita tumor nasofaring yang memenuhi kriteria.
5. Dilakukan pembacaan ulang slaid oleh peneliti bersama dengan dua orang
spesialis Patologi Anatomi dan dilakukan pada waktu yang berbeda.
6. Kemudian hasil pembacaan ulang slaid tumor nasofaring diklasifikasikan sesuai dengan tipe histopatologinya (berdasarkan klasifikasi WHO tahun
2005) dan dikelompokkan berdasarkan usia dan jenis kelamin.
7. Data dan hasil pembacaan ulang slaid histopatologi kemudian diproses
dengan menggunakan program SPSS dan dilaporkan dalam bentuk tabel sehingga didapatkanlah “Profil Penderita Tumor Nasofaring di
Laboratorium Patologi Anatomi FK USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013”.
3.9. Analisa Data
Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan program komputer SPSS
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Pada penelitian ini, diperoleh 107 orang penderita tumor nasofaring yang
didiagnosa secara histopatologi, di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013. Berikut ini adalah gambaran umum data yang diperoleh:
Dari 107 orang penderita tumor nasofaring, 69 orang penderita
diantaranya diperoleh dari Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Haji Adam Malik Medan dan 38 orang penderita lainnya diperoleh dari Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU. Dari keseluruhan jumlah penderita, hanya 105 orang penderita yang
memiliki data yang lengkap (mencantumkan usia dan jenis kelamin), sedangkan 2 orang penderita lainnya memiliki data yang tidak lengkap.
Dari 105 orang penderita yang memiliki data yang lengkap, hanya 95
orang penderita yang slaidnya tersedia, sedangkan 10 orang penderita
lainnya dieksklusi oleh karena slaid hilang atau rusak, dan tidak dapat dipotong ulang oleh karena blok parafin hilang.
v
Gambar 4.1. Gambaran umum data kasus tumor nasofaring tahun 2011-2013. Dari 107
orang penderita yang diperoleh, hanya 95 orang yang dapat dijadikan sebagai sampel penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penderita tumor nasofaring di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan
RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013. Telah diperoleh 95 sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan akan disajikan dalam bentuk tabel
4.1.1. Distribusi penderita tumor nasofaring berdasarkan tahun diagnosis Tabel 4.1. Distribusi penderita tumor nasofaring berdasarkan tahun diagnosis
Tahun diagnosis Jumlah (n) Persentase (%)
2011
2012
2013
39
32
24
41,1
33,7
25,2
Jumlah 95 100
Distribusi penderita tumor nasofaring berdasarkan tahun diagnosis di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013 (Tabel 4.1), memperlihatkan bahwa tumor
nasofaring paling tinggi insidensinya pada tahun 2011 yaitu sebanyak 39 orang penderita (41,1%), diikuti dengan tahun 2012 yaitu sebanyak 32 orang penderita
(33,7%), sedangkan insidensi paling rendah pada tahun 2013 yaitu sebanyak 24 orang penderita (25,2%).
4.1.2. Distribusi penderita tumor nasofaring berdasarkan usia
Tabel distribusi frekuensi ditentukan dengan menghitung jumlah kelas
Tabel 4. 2. Distribusi penderita tumor nasofaring berdasarkan usia
Distribusi penderita tumor nasofaring berdasarkan usia di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013 (Tabel 4.2), memperlihatkan bahwa pada kelompok usia 48-57
tahun merupakan usia paling tinggi insidensi tumor nasofaring yaitu sebanyak 24 orang penderita (25,3%), diikuti kelompok usia 38-47 tahun sebanyak 23 orang
penderita (24,2%), kelompok usia 58-67 tahun sebanyak 20 orang penderita (21,0%), kelompok usia 28-37 tahun, 18-27 tahun serta 8-17 tahun masing-masing sebanyak 7 orang penderita (7,4%), dan kelompok usia 68-77 tahun sebanyak 6
orang penderita (6,3%), sedangkan kelompok usia 78-87 tahun merupakan usia paling rendah insidensi tumor nasofaring yaitu sebanyak 1 orang penderita
Usia rata-rata penderita tumor nasofaring yaitu 47,4 tahun, dengan
simpangan baku 15,8 tahun. Berdasarkan distribusi usia penderita diketahui penderita termuda dengan usia 8 tahun sedangkan penderita tertua berusia 86 tahun.
4.1.3. Distribusi penderita tumor nasofaring berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.3. Distribusi penderita tumor nasofaring berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Jumlah (n) Persentase (%)
Laki-laki
Perempuan
65
30
68,4
31,6
Jumlah 95 100
Distribusi penderita tumor nasofaring berdasarkan jenis kelamin di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013 (Tabel 4.3), memperlihatkan bahwa insidensi tumor
nasofaring lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan, yakni jumlah penderita nasofaring pada laki-laki sebanyak 65 orang penderita (68,4%) sedangkan jumlah
4.1.4. Distribusi penderita tumor nasofaring pada laki-laki berdasarkan kelompok usia
Tabel 4.4. Distribusi penderita tumor nasofaring pada laki-laki berdasarkan kelompok usia
Distribusi penderita tumor nasofaring pada laki-laki berdasarkan kelompok
usia di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji
68-77 tahun merupakan kelompok usia paling rendah insidensi tumor nasofaring pada laki-laki yaitu masing-masing sebanyak 4 orang penderita (6,2%)
4.1.5. Distribusi penderita tumor nasofaring pada perempuan berdasarkan kelompok usia
Distribusi penderita tumor nasofaring pada perempuan berdasarkan kelompok
usia di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji
(20,0%), kelompok usia 28-37 tahun sebanyak 4 orang penderita (13,4%), kelompok usia 18-27 tahun yaitu sebanyak 3 orang penderita (10,0%), dan kelompok usia 68-77 yaitu sebanyak 2 orang penderita (6,7%), sedangkan pada kelompok usia 78-87 tahun, merupakan usia paling rendah insidensi tumor nasofaring pada perempuan yaitu sebanyak 1 orang penderita (3,3%).
4.1.6. Distribusi penderita tumor nasofaring berdasarkan tipe histopatologi Tabel 4.6. Distribusi penderita tumor nasofaring berdasarkan tipe histopatologi
Distribusi penderita tumor nasofaring berdasarkan tipe histopatologi di
Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013 (Tabel 4.6), memperlihatkan bahwa NKSCC differentiated type merupakan tipe histopatologi yang paling banyak dijumpai
yaitu sebanyak 43 orang penderita (45,3%), diikuti dengan NKSCC undifferentiated type sebanyak 31 orang penderita (32,6%), dan KSCC sebanyak
histopatologi yang paling sedikit dijumpai yaitu sebanyak 9 orang penderita
(9,5%).
4.1.7. Distribusi tipe histopatologi tumor nasofaring berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.7. Distribusi tipe histopatologi tumor nasofaring berdasarkan jenis kelamin
Jenis Tumor Laki-Laki Perempuan
N % N %
NKSCC differentiated type 30 69,8 13 30,2
NKSCC undifferentiated type 20 64,5 11 65,5
KSCC 7 58,3 5 41,7
Angiofibroma 8 88,9 1 11,1
Jumlah 65 100 30 100
Distribusi tipe histopatologi tumor nasofaring berdasarkan jenis kelamin di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji Adam
Malik Medan tahun 2011-2013 (Tabel 4.7), memperlihatkan bahwa pada laki-laki
NKSCC differentiated type merupakan tipe histopatologi yang paling banyak
dijumpai yaitu sebanyak 30 orang penderita (69,8%), diikuti NKSCC undifferentiated type yaitu sebanyak 20 orang penderita (64,5%), dan
Angiofibroma yaitu sebanyak 8 orang penderita (88,9%), sedangkan KSCC
sebanyak 7 orang penderita (58,3%). Pada perempuan NKSCC differentiated type
merupakan tipe histopatologi yang paling banyak dijumpai yaitu sebanyak 13 orang penderita (30,2%), diikuti NKSCC undifferentiated type yaitu sebanyak 11 orang penderita (65,5%), dan KSCC yaitu sebanyak 5 orang penderita (41,7%),
sedangkan Angiofibroma merupakan tipe histopatologi yang paling sedikit dijumpai pada perempuan yaitu sebanyak 1 orang penderita (11,1%).
4.2. Pembahasan
Pada penelitian yang dilakukan dari tahun 2011-2013 di Laboratorium
Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan ini, diperoleh 107 orang penderita yang didiagnosis secara histopatologi sebagai
tumor nasofaring. Namun dari keseluruhan jumlah tersebut, hanya 95 orang penderita yang dapat digunakan sebagai sampel penelitian. Hal ini disebabkan karena adanya data penderita yang tidak lengkap (tidak mencantumkan usia).
Selain itu, kendala lain yang dijumpai adalah slaid pemeriksaan yang hilang atau rusak dan tidak dapat dipotong ulang oleh karena blok parafin hilang.
Pada penelitian ini diketahui bahwa insidensi tumor nasofaring paling tinggi pada tahun 2011 (Tabel 4.1), yakni sebanyak 39 orang penderita (41,1%) dan paling rendah pada tahun 2013, yakni sebanyak 24 orang penderita (25,2%).
Belum ditemukan literatur yang menyebutkan distribusi tumor nasofaring pada tahun 2011-2013, sehingga peneliti tidak dapat membandingkan hasil penelitian
ini dengan literatur.
Pada penelitian ini diketahui bahwa jumlah insidensi tumor nasofaring
sebanyak 24 orang penderita (25,3%) dan dijumpai usia penderita termuda 8 tahun
sedangkan usia tertua 86 tahun, dengan usia rata-rata 47,4 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutagalung dan Siahaan yang menyebutkan bahwa tumor nasofaring paling banyak dijumpai pada usia dibawah
50 tahun. Meskipun penelitian Piasiska menyebutkan bahwa tumor nasofaring paling banyak dijumpai pada kelompok usia 38-46 tahun. Penelitian Munir juga
menemukan usia rata-rata penderita karsinoma nasofaring adalah 48,8 tahun. Kecenderungan penderita tumor nasofaring terjadi pada usia yang lebih tua
mungkin berhubungan dengan sistem imunitas yang menurun pada usia tersebut, sehingga baik antigen EBV sebagai penyebab maupun antigen tumor sendiri tidak dapat dieliminasi secara baik oleh sistem imun tubuh. Namun hal ini tidak berlaku
untuk penderita Angiofibroma, yang biasa dijumpai pada anak laki-laki dan remaja sampai laki-laki dewasa muda dengan puncak usia pada dekade kedua. 1,2,5,6,8,10,19,20
Pada penelitian ini diperoleh insidensi tumor nasofaring lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan, yakni pada laki-laki sebanyak 65 orang penderita
(68,4%) (Tabel 4.3). Hal ini sesuai dengan pernyataan dari beberapa literatur yang menyebutkan bahwa angka kejadan tumor nasofaring pada laki-laki lebih sering
daripada perempuan, yakni penelitian yang dilakukan oleh Hutagalung yang menyebutkan sebanyak 69,5%, penelitian Siahaan yang menyebutkan 65,27%, dan penelitian Piasiska yang menyebutkan 65,36%. Pada penelitian ini didapatkan
penderita tumor nasofaring pada 30 orang penderita yang berjenis kelamin
perempuan insidensinya paling tinggi dijumpai pada kelompok usia 48-57 tahun serta 58-67 tahun, yaitu masing-masing sebanyak 7 orang penderita (23,3%) (Tabel 4.5.). Kecenderungan penderita tumor nasofaring laki-laki lebih banyak
daripada perempuan dimungkinkan akibat laki-laki lebih sering beraktifitas di luar rumah sehingga lebih banyak terpapar bahan karsinogenik. 1,2,5,6,8,10,19,20
Pada penelitian ini diperoleh tipe histopatologi paling banyak dijumpai adalah NKSCC differentiated type (Tabel 4.6), yakni sebanyak 43 orang penderita
(45,3%), NKSCC undifferentiated type sebanyak 31 orang penderita (32,6%), dan
KSCC sebanyak 12 orang penderita (12,6%) sedangkan Angiofibroma sebanyak 9 orang penderita (9,5%). Hal ini berbeda dengan yang disebutkan oleh literatur dan
penelitian Piasiska bahwa tipe histopatologi yang paling sering dijumpai adalah tipe NKSCC undiffentiated type yakni sebanyak 51,63% sedangkan tipe NKSCC differentiated type sebanyak 46,41%.1,2,8,10,19,20
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian terhadap penderita tumor nasofaring di
Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2011-2013, dapat diambil kesimpulan:
1. Berdasarkan usia, jumlah penderita tumor nasofaring paling tinggi
insidensinya pada kelompok usia 48-57 tahun, dengan usia temuda 8 tahun dan tertua 86 tahun, sedangkan usia rerata 47,4 tahun.
2. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penderita tumor nasofaring pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
3. Berdasarkan tipe histopatologi, tumor nasofaring yang paling banyak dijumpai adalah NKSCC differentiated type.
5.2. Saran
1. Memperbaiki sistem pencatatan pasien agar data pasien dapat digunakan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Memperbaiki sistem penyimpanan slaid dan blok parafin agar dapat digunakan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.