• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Teori Perkembangan Iman James Fowler terhadap Spiritualitas Pemuda GPIB Jemaat Immanuel Semarang T1 712012008 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Teori Perkembangan Iman James Fowler terhadap Spiritualitas Pemuda GPIB Jemaat Immanuel Semarang T1 712012008 BAB I"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Pemuda adalah sumber daya manusia yang sangat penting bagi

pembangunan jemaat dan masyarakat, bangsa dan negara secara bersamaan dan

terpadu.1 Pemuda sering dikatakan sebagai generasi penerus gereja di masa mendatang. Ciri khas dari pemuda adalah individu yang memiliki semangat dan

kreativitas tinggi yang disalurkan melalui berbagai bidang seperti hobi dan

pekerjaan.2 Lebih lanjut seorang ahli psikologi, Peacock menamakan periode usia 20an (pemuda) ini sebagai “periode dalam kehidupan yang paling tidak religius”.3 Pandangan iman mereka rentan untuk berubah karena pandangan mereka berbeda

dengan orang lainnya. Perubahan tersebut mengakibatkan pemuda lebih

cenderung melihat segala sesuatu dalam kehidupannya menggunakan logika

karena telah mampu berpikir secara formal dan kritis dibandingkan pada masa

anak-anak sampai dengan remaja.

James Fowler adalah seorang psikolog agama yang menciptakan Teori

Perkembangan Kepercayaan/Iman dan membaginya pada tujuh tahapan. Tahap

pertama ialah kepercayaan elementer/awal (0-2 tahun); tahap kedua ialah

kepercayaan intuitif-proyektif (2-6 tahun); tahap ketiga dinamakan kepercayaan

mistis-harafiah (6-11 tahun); tahap keempat adalah kepercayaan

sintesis-konvensional (12-masa dewasa); tahap kelima ialah individuatif-reflektif (masa

dewasa dimulai umur 18-35 tahun); tahap keenam adalah kepercayaan konjungtif

(minimum sekitar 35/40 tahun); tahap ketujuh adalah universalitas (tahap yang

paling sulit dicapai). Fokus utama terkait dengan kategori pemuda ialah pada

tahap kelima yakni kepercayaan individuatif-reflektif. Terdapat tiga akibat penting

pada tahap ini. Pertama, pada tahap ini muncul suatu kesadaran jelas tentang

identitas diri dan refleksi diri yang mendalam.4 Kedua, orang dewasa mulai mengajukan pertanyaan kritis mengenai keseluruhan nilai, pandangan hidup,

1Ferry C. Lewier, “Manajemen PAK bagi Pemuda/Mahasiswa Menyongsong dan

Memasuki Abad Ke-21”, dalam Ajarlah Mereka Melakukan, ed. Andar Ismail (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), 201.

2

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2013), 252.

3

Hurlock, Psikologi Perkembangan, 257.

4

(2)

keyakinan, kepercayaan, dan komitmen.5 Ketiga, orang dewasa muda harus memikul tugas untuk menentukan pilihan baik ide-ide, filsafat dan cara hidup.6 Hal ini juga dimungkinkan secara umum berlaku pada pemuda GPIB jemaat

Immanuel Semarang.

GPIB Immanuel Semarang merupakan salah satu bagian dari 322 jemaat

GPIB secara sinodal. Dewasa ini gerakan pemuda GPIB Immanuel Semarang

mengalami pertumbuhan secara kuantitas akan tetapi pertumbuhan tersebut tidak

disertai dengan perkembangan spiritualitas. Spiritualitas menggambarkan kualitas

hidup yang mencakup tanggung jawab, kesejahteraan dan kesehatan spiritual

dalam berbagai pengalaman agama.7 Dalam hubungan dengan spiritual, maka spiritualitas memampukan pribadi setiap individu maupun kelompok melakukan

transendensi diri dalam pengalaman religius dan budaya.8

Menurut pengamatan selama beberapa waktu terdapat beberapa

fenomena yang terjadi pada pemuda di jemaat ini. Pertama, kurangnya partisipasi

pemuda pada ibadah dan kegiatan gerejawi. Kedua, kurangnya pemahaman

tentang spiritualitas karena mereka tidak mendapatkan pembinaan tentang

bagaimana spiritualitas itu dibangun. Pemuda tampaknya kurang memperhatikan

aspek spiritualitas dalam diri mereka dibandingkan dengan sewaktu mereka masih

lebih muda dulu (remaja). Ketiga, program-program yang ada dalam gerakan

pemuda sendiri belum menyentuh ranah spiritual dan merupakan program

lanjutan dari tahun-tahun sebelumnya.

Ketiga permasalahan di atas merupakan hipotesis yang diungkapkan

penulis tentunya masih ada faktor-faktor lainnya yang menyebabkan hal tersebut

dapat terjadi dan dapat dibuktikan melalui penelitian yang akan dilakukan.

Spiritualitas erat hubungannya dengan iman. Spiritualitas berhubungan dengan

pengalaman religius sebagai pengalaman yang transenden. Iman menjadi dasar

setiap individu untuk melakukan tindakan religius. Tanpa adanya iman maka

spiritualitas tersebut tidak dapat tercapai. Oleh karena itu dirasa perlu untuk

l Dalam Analisis Sosiokultural dan Interpretasi Kekristenan, Psikologi dan Agama”, dalam Sosiologi Agama, Pilihan Berteologi Indonesia, diedit oleh Izak Lattu, (Salatiga: Fakultas Teologi UKSW, 2016), 344.

(3)

mengkaji spiritualitas pemuda menurut teori perkembangan iman James Fowler.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengangkat judul:

“Kajian Teori Perkembangan Iman James Fowler Terhadap Spiritualitas Pemuda GPIB Jemaat Immanuel Semarang”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba merumuskan pokok

permasalahan. Adapun pokok masalah sebagai berikut:

Bagaimana teori perkembangan iman James Fowler mengkritisi

spiritualitas pemuda GPIB Immanuel Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

Mengkritisi spiritualitas pemuda dari teori perkembangan iman James Fowler di

GPIB Immanuel Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan teori dan pemahaman baru

tentang spiritualitas pemuda guna melengkapi literatur penelitian terkait pemuda

dalam kehidupan bergereja.

Secara Praktis

Gereja memiliki pemahaman baru tentang tahapan perkembangan iman pemuda

sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan spiritual pemuda. Membantu peneliti

untuk mengembangkan pengetahuannya dalam kaitan sikap gereja terhadap

spiritualitas pemuda.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

analitis dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini mendeskripsikan kajian

terhadap spiritualitas pemuda. Hasil deskripsi tersebut kemudian dikaji dari teori

perkembangan iman James Fowler. Jenis penelitian deskriptif dapat diartikan

(4)

atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang.9 Pendekatan kualitatif dibangun atas dasar pemahaman intelektual dan argumentasi yang

didukung oleh data empirik. Objek penelitian adalah manusia (pemuda) berkaitan

dengan segala sesuatu yang dilakukannya.

Penelitian dilakukan di GPIB Immanuel Semarang yang berada di kota

Semarang, Jawa Tengah. Dalam teknik pengambilan data, cara yang akan

digunakan adalah melakukan wawancara yang mendalam (deep interview) kepada

pendeta jemaat, pengurus dan anggota PelKat (Pelayanan Kategorial) Gerakan

Pemuda (GP). Dalam wawancara yang dilakukan dengan pemuda, teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah snowball sampling, penentuan

sampel pertama-tama dipilih satu atau dua orang, apabila dua orang ini belum

dirasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain

yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua

orang sebelumnya.10 Purposive sampling pada penelitian ini adalah pendeta jemaat dan ketua III Pelaksana Harian Majelis Jemaat (PHMJ) yang membidangi

PelKat. Selain melakukan wawancara dan observasi pada pemuda, penulis juga

melakukan studi pustaka untuk memperoleh data tentang kajian kritis teori

perkembangan iman James Fowler terhadap spiritualitas pemuda. Sumber data

utama adalah informasi verbal yang diperoleh melalui wawancara mendalam

dengan pendeta jemaat, ketua III PHMJ, anggota PelKat GP dan pengurus PelKat

GP GPIB Immanuel Semarang. Sumber ini dilengkapi dengan data fisik berupa

data yang didokumentasikan. Data sekunder seperti dokumen-dokumen akan

diperoleh melalui dokumen-dokumen gereja serta tulisan-tulisan tentang topik

yang diteliti.

Pada penelitian ini penulis memilih lokasi GPIB Jemaat Immanuel

Semarang. Jemaat ini adalah jemaat tempat Praktik Pendidikan Lapangan (PPL)

VI dari penulis. Penulis secara langsung ikut merasakan fenomena tersebut selama

kurun waktu empat bulan serta memiliki relasi yang baik dan dekat dengan

pemuda maupun presbiter. Oleh karena itu penulis tergugah untuk memberikan

sumbangsih bagi gereja ini, secara khusus PelKat GP GPIB Immanuel Semarang.

9

Hadari Nanawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1994), 73.

10

(5)

Selain itu alasan pemilihan jemaat ini karena lokasi gereja berada di kota lama

Semarang yang merupakan jemaat perkotaan.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulis akan membagi tulisan ini ke dalam lima bagian, yakni sebagai berikut:

Bagian pertama membahas tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian.

Bagian kedua membahas teori perkembangan iman menurut James Fowler dan spiritualitas. Bagian ketiga membahas temuan hasil penelitian yang meliputi deskripsi analitis permasalahan spiritualitas pemuda GPIB Immanuel Semarang.

Bagian keempat berisi analisa spiritualitas pemuda GPIB Immmanuel Semarang dari perspektif teori perkembangan iman. Bagian kelima penutup yang meliputi kesimpulan berupa temuan-temuan yang diperoleh dari hasil penelitian,

pembahasan, analisis dan saran-saran yang berupa kontribusi dan rekomendasi

Referensi

Dokumen terkait

Di samping itu, GPIB Sidoarjo memiliki jumlah warga jemaat yang besar, Kurang lebih 900-KK dengan 13 Sektor membuat pendeta dan majelis jemaat kewalahan untuk dapat

4 Mengembangkan teori dari fakta dengan mengikuti proses pelayanan diakonia yang dilakukan jemaat GPIB Bukit harapan Surabaya secara. langsung dan mendalam, yang

yang dilaksanakan oleh GPIB Bukit Harapan Surabaya berupa bantuan langsung yang diberikan. kepada jemaat, khususnya ketika jemaat

Penghayatan Roh Kudus) Jemaat Kristen Indonesia Injil Kerajaan di Semarang.

Dari pertanyaan ini akan dapat dilihat peran yang telah dijalankan oleh gereja bagi para taruna- pemuda dalam kaitannya untuk pembangunan karakter Kristen

Untuk sampai pada taraf perkembangan iman anak yang baik maka Guru sekolah minggu saat menceritakan narasi alkitab perlu memasukkan aplikasi yang konkrit yang dapat