• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum bagi Tenaga Kerja Indonesia di Indonesia dengan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum bagi Tenaga Kerja Indonesia di Indonesia dengan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) T1 BAB II"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.KAJIAN TEORI

2.1.1. Pengertian Tenaga Kerja

Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pengertian

tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun untuk masyarakat. Menurut Dr.A.Hamzah SH, tenaga kerja meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat

produksi utamanya dalam proser produksi tenaga kerja itu sendiri, baik tenaga

fisik maupun pikiran.1 Menurut Dr. Payaman Simanjuntak tenaga kerja adalah

(man power) yaitu produk yang sudah atau sedang bekerja atau sedang mencari

pekerjaan , serta yang sedang melaksanakan pekerjaan lain seperti bersekolah, ibu

rumah tangga. Secara praktis, tenaga kerja terdiri atas dua hal, yaitu angkatan

kerja dan bukan angkatan kerja:

a) Angkatan kerja (labour force) terdiri atas golongan yang bekerja dan golongan

penganggur atau sedang mencari kerja;

b) Kelompok yang bukan angkatan kerja terdiri atas golongan yang bersekolah,

golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain atau menerima

penghasilan dari pihak lain, seperti pensiunan dll.2

1

https://bundaliainsidi.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-tenaga-kerja-menurut-para.html (diakses pada 11 Desember 2016, pukul 22.17)

2

(2)

Menurut Eeng Ahman & Epi Indriani tenaga kerja adalah seluruh jumlah

penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika ada permintaan

kerja. Sedangkan menurut Alam. S tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15

tahun keatas untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sedangkan di

negara-negara maju, tenaga kerja adalah penduduk yang berumur antara 15 hingga

64 tahun. Berbeda dengan pendapat Suparmoko dan Icuk Ranggabawono tenaga

kerja adalah penduduk yang telah memasuki usia kerja dan memiliki pekerjaan,

yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti

sekolah, kuliah dan mengurus rumah tangga. Pendapat yang selanjutnya yaitu dari

Sjamsul Arifin, Dian Ediana Rae, Charles, Joseph yang menyatakan bahwa tenaga

kerja merupakan faktor produksi yang bersifat homogen dalam suatu negara,

namun bersifat heterogen (tidak identik) antar negara.3

Tenaga kerja, dengan keikutsertaan Indonesia dalam MEA tentu saja akan

melibatkan tenaga kerja asing secara besar-besaran karena dengan lahirnya MEA,

salah satu kekhawatiran yang muncul yaitu tidak adanya batas untuk tenaga kerja

asing yang masuk kedalam suatu negara di ASEAN. Undang-Undang No. 13

Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan sendiri pun telah memberikan peraturan dan

definisi yang singkat mengenai tenaga kerja asing, dimana tenaga kerja asing itu

sendiri ialah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di

wilayah Indonesia. Ketentuan mengenai tenaga kerja asing terdapat dalam Pasal

42 – 49 UU Ketenagakerjaan.

Tenaga kerja asing pada dasarnya dapat dipekerjakan oleh pemberi kerja yang

telah memperoleh izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk, dan

(3)

perseorangan dilarang untuk mempekerjakan tenaga kerja asing ini. Tenaga kerja

asing yang dipekerjakan di Indonesia hanya dalam jabatan tertentu dan waktu

tertentu. Jabatan tertentu yang dimaksud tertuang dalam Lampiran Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 40 Tahun

2012 tentang Jabatan-Jabatan Tertentu yang Dilarang Diduduki Tenaga Kerja

Asing lebih spesifik lagi menyebutkan jabatan-jabatan apa saja yang dilarang

untuk diduduki oleh TKA di Indonesia, antara lain:

NO. NAMA JABATAN NAMA JABATAN

INDONESIA KODE

ISCO

INGGRIS

1. Direktur Personalia 1210 Personnel Director

2. Manajer Hubungan Industrial 1232 Industrial Relation Manager

3. Manajer Personalia 1232 Human Resource Manager

4. Supervisor Pengembangan

Personalia

1232 Personnel Development

Supervisor

5. Supervisor Perekrutan Personalia 1232 Personnel Recruitment

Supervisor

6. Supervisor Penempatan Personalia 1232 Personnel Placement

Supervisor

7. Supervisor Pembinaan Karir

Pegawai

1232 Employee Career Development

Supervisor

8. Penata Usaha Personalia 4190 Personnel Declare

(4)

Keterangan:

ISCO = International Standard Classification of Occupations.

Arus tenaga kerja asing yang datang ke Indonesia tidak dapat dibatasi karena

hal tersebut merupakan konsekuensi dari penyelenggaraan MEA itu sendiri. Perlu

diketahui, bahwa tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia memiliki

kemampuan dan keterampilan yang tidak dapat diragukan lagi. Hal tersebut

merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia terkait dengan adanya

MEA.

Tenaga kerja Indonesia harus mampu bersaing dengan tenaga asing yang

masuk ke Indonesia terkait penyelenggaraan MEA. Tenaga kerja Indonesia harus

dibekali dengan kemampuan dan keterampilan yang cukup memadai agar dapat

bersaing dengan tenaga asing yang datang ke Indonesia. Hal tersebut harus

menjadi catatan penting bagi pemerintah, swasta dan masyarakat Indonesia,

9. Kepala Eksekutif Kantor 1210 Chief Executive Officer

10. Ahli Pengembangan Personalia dan

Karir

2412 Personnel and Careers

Specialist

11. Spesialis Personalia 2412 Personnel Specialist

12. Penasehat Karir 2412 Career Advisor

13. Penasehat tenaga Kerja 2412 Job Advisor

14. Pembimbing dan Konseling Jabatan 2412 Job Advisor and Counseling

15. Perantara Tenaga Kerja 2412 Employee Mediator

16. Pengadministrasi Pelatihan Pegawai 4190 Job Training Administrator

17. Pewawancara Pegawai 2412 Job Interviewer

(5)

karena dengan bekal yang cukup, maka tidak akan menghambat Indonesia sendiri

dalam rangka penyelenggaraan MEA.

Selanjutnya, menurut Pasal 56 ayat (2) UU Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Keimigrasian mengenai perolehan KITAP, harus mendapatkan visa izin tinggal

terbatas terlebih dahulu untuk kemudian ditingkatkan menjadi visa izin tinggal

tetap. Berdasarkan Pasal 60 ayat (1) UU Keimigrasian, Izin Tinggal Tetap akan

diberikan kepada Tenaga Kerja Asing setelah tinggal menetap 3 tahun

berturut-turut dan menandatangani Pernyataan Integrasi kepada Pemerintah Republik

Indonesia. Untuk permohonan pengajuan alih status dari Izin Tinggal Sementara

(ITAS) menjadi Izin Tinggal Tetap (ITAP) diatur lebih jauh dalam Petunjuk

Pelaksanaan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor F-310,IZ.01.01.10 tahun 1995

tentang Tata Cara Alih Status Izin Keimigrasian.

Dengan adanya hal tersebut maka sesuai dengan ketentuan undang-undang

bahwa pemberi kerja tenaga kerja asing wajib:

a) Menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai tenaga pendamping

tenaga kerja asing yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian

dari tenaga kerja asing, namun didalam penjelasan dari undang-undang ini

dijelaskan bahwa tenaga kerja pendamping tenaga kerja asing tidak secara

otomatis menggantikan atau menduduki jabatan tenaga kerja asing yang

didampinginya. Pendampingan tersebut lebih dititikberatkan pada alih

teknologi dan alih keahlian agar tenaga kerja pendamping tersebut dapat

memiliki kemampuan sehingga pada waktunya diharapkan dapat mengganti

(6)

b) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia

sebagaimana dimaksud pada huruf a yang sesuai dengan kualifikasi jabatan

yang diduduki oleh tenaga kerja asing, dimana dalam penjelasan

undang-undang tersebut dijelaskan bahwa pendidikan dan pelatihan kerja oleh pemberi

kerja tersebut dapat dilaksanakan baik di dalam negeri maupun dengan

mengirimkan tenaga kerja Indonesia untuk berlatih di luar negeri.

Dengan beberapa ketentuan terkait dengan tenaga kerja asing di atas, penulis

berargumen bahwa dengan adanya ketentuan tersebut, terdapat celah bagi tenaga

kerja dalam negeri untuk bersaing dengan tenaga kerja asing yang tentunya akan

besar-besaran memasuki Indonesia ini. Dengan menjadi tenaga pendamping

tenaga kerja asing, memungkinkan untuk tenaga kerja dalam negeri yang memiliki

keahlian sesuai kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing tentunya

dengan melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja, dimana jika tenaga kerja

Indonesia ini telah memiliki kemampuan ataupun keahlian tersebut pada

waktunya nanti dapat menggantikan tenaga kerja asing yang didampinginya.

Indonesia memiliki hukum yang menopang peraturan mengenai

ketenagakerjaan secara baik. Didalam Bab V Undang-Undang Ketenagakerjaan

misalnya, dimana diatur mengenai pelatihan kerja. Hal tersebut merupakan

jembatan bagi alih tenaga kerja Indonesia untuk mampu bersaing dengan tenaga

kerja asing dengan keikutsertaan Indonesia dalam MEA (Masyarakat Ekonomi

ASEAN) ini. Dalam Pasal 1 Angka 9 UU No. 13 Tahun 2003 disebutkan bahwa

pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,

meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin,

(7)

dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Pelatihan kerja

diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan

mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,

produktivitas, dan kesejahteraan (UU No.13 Tahun 2003 Pasal 9). Hal tersebut

merupakan hak dari tenaga kerja dalam memperoleh pelatihan kerja untuk

meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat,

minat, dan kemampuannya.

Pelatihan kerja diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau lembaga pelatihan

kerja swasta (Pelatihan kerja perusahaan terkait) yang diselenggarakan di tempat

pelatiha kerja atau tempat kerja. Dengan pelatihan kerja tersebut, tenaga kerja

yang telah mengikuti segala pelatihan kerja yang ada dengan baik dan mampu

akan memperoleh sertifikat kompetensi kerja, hal tersebut merupakan keuntungan

juga untuk tenaga kerja karena memperoleh pengalaman belajar dan berlatih

untuk mengembangkan serta mengasah kemampuan didalam dunia kerja. Bahkan

menurut UU No. 13 Tahun 2003 sendiri mengungkapkan bahwa pelatihan kerja

merupakan peningkatan kesejahteraan bagi tenaga kerja karena terpenuhinya

kompetensi kerja melalui pelatihan kerja. Dengan adanya pelatihan kerja tersebut

maka Indonesia tidak perlu meragukan kualitas tenaga kerjanya sendiri, karena

dengan pelatihan kerja tersebut, kompetensi kerja dari masing-masing tenaga

kerja akan diarahkan, dibina, dan dilatih.

Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup

aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar

yang ditetapkan. (UU No.13 Tahun 2013). Undang-undang ketenagakerjaan telah

(8)

tenaga kerja asing di Indonesia salah satunya dengan pelatihan kerja untuk

mengasah kompetensi kerja masing-masing tenaga kerja.

Namun permasalahan yang timbul ialah ketika proses pelatihan kerja guna

memperoleh kompetensi dari tenaga kerja tersebut dirasa tidak mampu untuk

mengakomodir bahkan belum mampu untuk melatih tenaga kerja Indonesia

menuju MEA ataupun untuk bersaing dengan tenaga kerja asing. Pelatihan kerja

yang diatur didalam Undang-Undang Ketenagakerjaan tersebut haruslah

menjadikan pelatihan kerja sebagai hal yang utama untuk menjamin kesejahteraan

tenaga kerja Indonesia dengan kompetensi atas pelatihan kerja tersebut. Pelatihan

kerja yang baik serta beretos tinggi dalam bidang IPTEK diharapkan dapat

menjadikan tenaga kerja Indonesia mampu untuk menjadi tenaga kerja yang

mumpuni dan mampu bersaing dengan tenaga kerja asing yang ahli.

Dengan dimulainya MEA maka setiap negara anggota ASEAN harus

meleburkan batas teritori dalam sebuah pasar bebas. MEA akan menyatukan pasar

setiap negara dalam kawasan menjadi pasar tunggal. Masyarakat Indonesia

sebagai bagian dari MEA tidak bisa menghindari proses globalisasi, khususnya

yang berkaitan dengan bidang ekonomi. Arus sumber daya ekonomi yang

meliputi barang dan jasa, tenaga kerja, serta teknologi dan informasi semakin

cepat dan bebas masuk ke wilayah Indonesia. Hadirnya MEA menjadi tantangan

global yang telah dihadapi oleh para pelaku industri dalam negeri. Peningkatan

daya saing perusahaan dalam negeri menjadi sebuah keharusan agar bisa bersaing

dengan perusahaan-perusahaan multi nasional. MEA sendiri sebagai jawaban dari

tekanan globalisasi yang semakin menguat di tengah era keterbukaan informasi

(9)

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam

persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan

memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan. Indonesia

dalam kancah persaingan global berdasarkan World Competitiveness Report

menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah

Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40).

Rendahnya SDM Indonesia diakibatkan kurangnya penguasaan Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi (IPTEK) karena sikap mental dan penguasaan (IPTEK) yang dapat

menjadi subyek atau pelaku pembangunan yang handal. Dalam kerangka

globalisasi, penyiapan pendidikan perlu juga disinergikan dengan tuntutan

kompetisi.

Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting

dalam kemajuan suatu negara. Hal ini terbukti di negara – negara maju bahwa

sumber daya manusia sangat berperan aktif dalam memajukan negaranya untuk

menjadi penguasa dunia. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu

faktor kunci dalam reformasi ekonomi, dimana suatu negara menciptakan Sumber

Daya Manusia yang berkualitas, memiliki keterampilan, kemampuan, kemauan,

pengetahuan serta jiwa daya saing yang tinggi dalam menghadapi persaingan

global.

Indonesia masih menghadapi masalah yang cukup serius berkenaan dengan

kualitas Sumber Daya Manusia.Terkait dengan kondisi sumber daya manusia

Indonesia awalnya terdapat ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan

angkatan kerja yaitu pada masa krisis ekonomi (1998) jumlah angkatan kerja

(10)

hanya sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka

(open unemployment). Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini

berjumlah sekitar 8 juta. Selain itu, tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada

masih relatif rendah. Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih

didominasi pendidikan dasar yaitu sekitar 63,2 % dari seluruh warga Indonesia itu

sendiri. Kedua masalah tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan

kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di berbagai sektor

ekonomi.

Pertumbuhan jumlah penduduk di indonesia dari tahun ke tahun terus

meningkat yang berarti jumlah angkatan kerja juga meningkat. Hal ini

menimbulkan masalah ketenagakerjaan karena tidak seimbangannya antara

permintaan dengan penawaran tenaga kerja dalam negeri. Liberalisme pasar bebas

barang dan jasa akan memicu investasi dalam negeri dan menarik tenaga kerja

asing ke Indonesia. Masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia dimungkinkan

dapat menjadi ancaman apabila tenaga kerja Indonesia tidak mempunyai daya

saing yang sebanding. Hal tersebut dapat di antisipasi dengan mengkorelasikan

input penunjang tenaga kerja sehingga tenaga kerja Indonesia memiliki kesiapan

mental dan kemampuan.

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia harus diarahkan pada

penguasaan IPTEK untuk menopang kegiatan ekonomi agar lebih kompetitif.

Pemenuhan sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul, karena menguasai

IPTEK, akan berpengaruh terhadap struktur industri di masa depan. Dan apabila

(11)

dibangun dan dikembangkan di Indonesia, yang pada gilirannya akan mendorong

transformasi struktur ekonomi secara lebih cepat.

2.1.2. Pengertian MEA ( Masyarakat Ekonomi ASEAN

Strong economic performance has enabled all ten ASEAN Member States

to achieve significantly higher living standards for its 600 million women and

men. Nevertheless, pervasive vulnerability, gender disparities and high youth

unemployment persist in the region’s labour markets. This contrasts with the

overall purpose of the ASEAN Community to build a region with “sustained

economic growth” accompanied by “lasting peace, security and stability as well

as shared prosperity and social progress”.4 Pada intinya bahwa tujuan

keseluruhan dari Komunitas ASEAN untuk membangun suatu daerah dengan

pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan disertai dengan perdamaian abadi,

keamanan dan stabilitas serta kemakmuran bersama dan kemajuan sosial.

Di era tahun 1990-an, lima negara ASEAN yakni Indonesia, Singapura,

Malaysia, Thailand, dan Filipina sempat menyandang predikat “Macan Asia”

berkat melesatnya laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut. Ketika

pertumbuhan ekonomi sedang melesat, terjadi krisis keuangan yang bermula dari

krisis mata uang Bath Thailand dan merembet sampai negara lain termasuk

Indonesia. Seiring perubahan jaman dan peta ekonomi-politik-global, kesadaran

memperkuat kerja sama ekonomi semakin digencarkan. ASEAN dinilai sebagai

kawasan dengan potensi ekonomi besar, baik sebagai pemasok sumber daya

produksi maupun sebagai pasar yang posisinya begitu strategis dalam peta

kekuatan ekonomi dunia.

4

(12)

Pada tahun 1994 Indonesia telah mengikatkan diri sebagai anggota World

Trade Organization, dengan meratifikasi The Agreement of World Trade

Organization Establishment, dan secara resmi menyatakan keterikatan tersebut di

dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement

Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan

Organisasi Perdagangan Dunia). Dan hal yang penting dalam komitmen

internasional tersebut adalah kewajiban dari anggota World Trade Organization

(WTO) untuk membuka akses pasar negara anggotanya, baik terhadap

perdagangan barang maupun jasa. Dan dalam pelaksanaan pembukaan akses pasar

tersebut diberlakukan General Agreement of Tariffs and Trade (GATT) sebagai

aturan mainnya. Dan sebagai konsekuensi Indonesia selaku anggota WTO adalah

bahwa Indonesia haus membuka pasarnya terhadap barang dan jasa dari negara

anggota WTO lainnya.

Di tengah permasalahan dan hiruk pikuk kepentingan politik-ekonomi

antarkawasan terhadap keberadaan ASEAN, para pemimpin ASEAN mencoba

melihat kelebihan ASEAN dengan sebuah sikap proaktif, yakni membangun

Masyarakat ASEAN (ASEAN Community). Tiga pilar yang menopang

Masyarakat ASEAN ini yakni, Masyarakat Ekonomi ASEAN, Masyarakat Politik

Keamanan ASEAN, dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN. Masyakat ASEAN

membidik menjadi sebuah kawasan yang mampu berkontribusi dalam

pertumbuhan ekonomi dunia, dan dapat mengambil manfaat optimal dari

pertumbuhan tersebut.

Pada KTT di Kuala Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN

(13)

dan sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi

kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi (ASEAN Vision 2020). Pada KTT

Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin ASEAN menyatakan bahwa

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi

regional pada tahun 2020, ASEAN Security Community dan Komunitas

Sosial-Budaya ASEAN dua pilar yang tidak terpisahkan dari Komunitas ASEAN. Semua

pihak diharapkan untuk bekerja secara yang kuat dalam membangun Komunitas

ASEAN pada tahun 2020.

MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya sistem

perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara

anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). Salah satu pilar

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menyangkut arah dan tujuan kehidupan

ekonomi dalam mencapai visi bersama yang dikenal sebagai ASEAN Economic

Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kehadiran MEA

merupakan buah dari kesepakatan para pemimpin ASEAN di Bali pada 2003

melalui Bali Concord II, dimana kesepakatan tersebut menggariskan MEA 2015

adalah tujuan akhir integrasi ekonomi kawasan dalam mendukung pencapaian

Visi ASEAN (ASEAN Vision 2020) yang menginginkan agar ASEAN menjadi

sebuah kawasan yang stabil, makmur, berdaya saing tinggi dengan pembangunan

ekonomi yang berimbang serta pengurangan kemiskinan dan kesenjangan

sosial-ekonomi.

Adapun salah satu pilar Komunitas ASEAN yaitu, pembentukan Komunitas

(14)

tujuan kerjasama dan integrasi kawasan tersebut dalam bidang ekonomi diatur

dalam Bab I, Pasal 1 Angka 5 dan 6 Piagam ASEAN, sebagai berikut:

“To create a single market and production base wich is stable, prosperous, highly

competitive and economically integrated with effective facilitation for trade and

investment in wich there is free flow of goods, services and investment; facilitated

movement of business persons, professionals, talents and labor; and freer of

capital, and to alleviate poverty and narrow the development gap within ASEAN

trough mutual assistance and cooperation.”

(Untuk menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang adalah stabil, makmur,

sangat kompetitif dan terintegrasi secara ekonomis melalui fasilitasi yang efektif

untuk perdagangan dan investasi di yang ada aliran bebas barang, jasa dan

investasi; gerakan difasilitasi orang bisnis, profesional, bakat dan tenaga kerja dan

modal yang lebih bebas, dan untuk mengurangi kemiskinan dan mempersempit

kesenjangan pembangunan di ASEAN melalui bantuan timbal balik dan

kerjasama). AEC (ASEAN Economic Community) mempunyai lima pilar utama,

yang menjadi tujuan dari AEC itu sendiri yakni:

1. Aliran bebas barang (free flow of goods)

Arus bebas barang merupakan salah satu elemen utama AEC blueprint dalam

mewujudkan AEC dengan kekuatan pasar tunggal dan berbasis produksi. Dengan

mekanisme arus barang yang bebas di kawasan ASEAN diharapkan jaringan

produksi regional ASEAN akan terbentuk dengan sendirinya. AEC

mengamanatkan liberalisasi perdagangan barang yang lebih meaningful dari

CEPT-AFTA. Dan dalam kesepakatan ASEAN pada KTT ke-14 tanggal 27

(15)

ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA). ATIGA merupakan kodifikasi atas

keseluruhan kesepakatan ASEAN dalam liberalisasi dan fasilitasi perdagangan

barang (trade in goods). ATIGA merupakan pengganti CEPT Agreement serta

penyempurnaan perjanjian ASEAN dalam perdagangan barang secara

komprehensif dan integratif yang disesuaikan dengan AEC Blueprint terkait

dengan (free flow of goods) sebagai salah satu elemen pembentuk pasar tunggal

dan basis produksi regional.5

Komitmen utama dalam ATIGA tersebut yaitu:

a) Penurunan dan Penghapusan Tarif

b) Rules of Origin

c) Penghapusan Non-Tariff Barriers (NTBs)

d) Trade Facilitation

Dalam rangka mewujudkan daya saing ekspor dan mendorong integrasi

ekonomi ASEAN menuju pasar tunggal untuk barang, jasa, dan investasi serta

berbasis produksi tunggal ASEAN, diperlukan mekanisme perdagangan dan

kepabeanan, proses, prosedur dan arus informasi terkait yang simpel, harmonis

dan terstandar. Dengan adanya fasilitasi perdagangan ini diharapkan akan tercipta

suatu lingkungan yang konsiten, transparan dan dapat diprediksi bagi transaksi

perdagangan dan kegiatan usaha termasuk usaha kecil dan menengah (UKM),

serta menghemat waktu dan mengurangi biaya transaksi.

e) Customs Integration (Integrasi Kepabeanan)

Rencana Strategis Pengembangan Kepabeanan untuk periode 2005-2010

difokuskan pada:

5 Departemen Perdagangan Republik Indonesia,

(16)

 Pengintegrasian struktur kepabeanan,

 Modernisasi klasifikasi tarif, penilaian kepabeanan dan penentuan asla

barang serta mengembangkan ASEAN e-Customs,

 Kelancaran proses kepabeanan

 Penguatan kemampuan sumber daya manusia

 Peningkatan kerjasama dengan organisasi internasional terkait,

 Pengurangan perbedaan sistem dalam kepabeanan diantara

negara-negara ASEAN, dan

 Penerapan teknik pengelolaan resiko dan kontrol berbasis audit (PCA)

untuk trade facilitation.

f) ASEAN Single Window (ASW)

ASEAN Single Window dalam AEC Blueprint, merupakan suatu lingkungan

dimana dari 10 Negara anggota beroperasi dan berintegrasi, dimana harapannya

adalah proses ekspor-impor Negara ASEAN dapat berlangsung cepat dan mudah.

Oleh karenanya untuk membuat dan mengoperasikan ASW diperlukan National

Single Window dari tiap Negara Anggota ASEAN.

Di Indonesia terdapat Indonesia National Single Window (INSW) atau

National Single Window (NSW) merupakan suatu sistem elektronik yng akan

mengintegrasikan informasi berkaitan dengan proses penanganan dokumen

kepabeanan dan pengeluaran barang, yang menjamin keamanan data dan

informasi serta memadukan alur dan proses infromasi antar sistem internal secara

otomatis yang meliputi sistem kepabeanan, perijinan,

kepelabuhan/kebandarudaraan dan sistem lain yang terkait dengan proses

(17)

g) Standard, Technical Regulation and Conformity Assessment Procedures

Setiap negara anggota ASEAN diharapkan dapat menetapkan dan menerapkan

ketentuan-ketentuan mengenai standar, peraturan teknis dan prosedur penilaian

kesesuaian sebagaimana diatur dalam ASEAN Framework Agreement on Mutual

Recognition Arrangements dan ASEAN Sectoral Mutual Recognition

Arrangements. Upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi hambatan

perdagangan yang tidak diperlukan (unnecessary obstacles) dalam membangun

pasar tunggal dan basis produksi regional ASEAN. Dan diharapkan standar,

peraturan teknis dan prosedur penilaian kesesuaian juga dapat diharmonisasikan

dengan standar internasional dan kerjasama kepabeanan.

h) Sanitary and Phytosanitary Measures

Kebijakan SPS dimaksudkan untuk memfasilitasi perdagangan dengan

melindungi kehidupan dan kesehatan manusia, hewan atau tumbuhan sesuai

dengan prinsip yang ada dalam persetujuan SPS dalam WTO untukmencapai

komitmen-komitmen sebagaimana tercantum dalam ASEAN Economic

Community Blueprint.

i) Trade Remedies6

Setiap negara anggota diberikan hak dan kewajiban untuk menerapkan

kebijakan pemulihan perdagangan antara lain berupa anti dumping, bea imbalan

(terkait dengan subsidi) dan safeguard, mekanisme penyelesaian sengketa yaitu

dengan Protocol on Enhanced Dispute Sttlement Mechanism.

6

(18)

Dari berbagai sudut pandang manapun, Indonesia, sangat mungkin akan

menjadi negara yang kuat. Sumber Daya Alam melimpah, SDA memadai, wilayah

yang luas, jumlah penduduk yang besar, dan banyak faktor lain yang

menggambarkan Indonesia menjadi negara yang kuat di kawasan Asia jika

pemerintahan dan rakyat bekerjasama dengan baik. Pengelolaan sumber daya

alam yang seimbang serta bagaimana kebijakan pemerintah dalam

memperlakukan sumber daya manusia yang ada.

Indonesia sebagai salah satu negara yang juga memiliki tingkat integrasi yang

tinggi di sektor elektronik dan keunggulan komparatif pada sektor berbasis

sumber daya alam berpeluang besar mengembangkan industri di sektor sektor

tersebut. Untuk itu berbagai upaya untuk lebih meningkatkan daya saing produk

agar tidak tertinggal dari negara negara ASEAN lainnya perlu terus dilakukan.

Dilihat dari tingkat integrasi delapan sektor prioritas barang, Indonesia

memilki empat sektor yang terintegrasi dengan negara ASEAN lainnya. Namun

indonesia memilki keunggulan komparatif pada lima sektor prioritas. Di antara

negara-negra ASEAN Indoneisa merupakan negara yang paling banyak memilki

hambatan non-tarif, dimana enam diantaranya tidak terdapat pada negara ASEAN

lainnya. Saat ini Indonesia terdapat lebih dari 22 instansi pemerintah yang terlibat

dalam kegiatan ekspor/impor, terutama yang terkait dengan perizinan, dengan

lebih dari 40 dokumen yang dikeluarkan dan waktu pemrosesan sekitar lima hari.

Agar Indonesia dapat memanfaatkan peluang seoptimal mungkin dari integrasi

ekonomi ASEAN, segala jenis hambatan yang menyebabkan inefisiensi dan

ekonomi biaya tinggi yang melemahkan daya saing harus segara dibenahi.

(19)

persepsi antara pemerintah dan pelaku usaha, dan harmonisasi kebijakan di tingkat

pusat dan daerah harus terus dilakukan.

Koordinasi yang baik perlu dididukung oleh sistem yang terintegrasi secara

nasional. Untuk itu target pembentukan NSW dan integrasi NSW ke ASW pada

tahun 2008 harus didukung oleh semua pihak. Karena dengan demikian integrasi

ekonomi Indonesia dengan negara negara ASEAN lainnya dapat diperdalam dan

diperluas,terutama pada sektor unggulan, sehingga indonesia dapat memperoleh

manfaat sebesar-besarnya.

2. Aliran bebas jasa (free flow of sevice)

Liberalisasi jasa bertujuan untuk menghilangkan hambatan penyediaan jasa di

antara negara-negara ASEAN yang dilakukan melalui mekanisme yang diatur

dalam ASEAN Framewrok Agreement on Services (AFAS).7 AFAS bertujuan

untuk:

a. Meningkatkan kerjasama diantara negara-negara anggota di bidang jasa

dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing, diversifikasi

kapasitas produksi dan pasokan serta distribusi jasa dari para pemasok

jasa masing-masing Negara Anggota baik didalam ASEAN maupun

diluar ASEAN,

b. Menghapuskan secara signifikan hambatan-hambatan perdagangan jasa

diantara NegaraAnggota, dan

7

(20)

c. Meliberalisasikan perdagangan jasa dengan memperdalam tingkat dan

cakupan liberalisasi jasa dalam GATS dalam mewujudkan perdagangan

bebas di bidang jasa.

Perdagangan jasa liberalisasi sektor jasa akan dilakukan dalam kerangka

ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) yang sebenarnya telah

dideklarasikan sejak tahun 1995. Langkah-langkah tersebut diantaranya adalah

mengkompilasi berbagai hambatan dalam pergerakan jasa antar negara,

penyusunan MRA (Mutual Recognition Agreement) untuk jasa arsitektur,

akuntansi, kualifikasi surveyor, tenaga kerja medis termasuk diantaranya dokter

gigi (selesai 2008), dilanjutkan MRA untuk jasa-jasa professional lainnya (selesai

2015), serta peningkatan partisipasi asing dalam 4 sektor jasa (hingga 51%) serta

jasa logistik (hingga 49%) pada tahun 2008.8 Di Indonesia sendiri hal ini akan nampak dengan sendirinya, banyaknya tenaga terampil yang berasal dari luar

maupun dalam negeri akan bersaing dengan standar internasional yang mereka

miliki.

Standarisasi kualitas profesional tenaga kerja akan menjadi langkah strategis

dalam mempersiakan tenaga ahli lokal Indonesia untuk menghadapi persaingan

luar negeri yang tidak dapat kita pungkiri bahwa kualitas maupun kuantitas tenaga

kerja mereka berada di atas negara kita. Indonesia hanya akan menjadi penonton

di negeri sendiri ketika standarisasi ini tidak dilakukan.

Perusahaan-perusahaan tertentu pastinya menginginkan para tenaga kerja

nya memiliki kualitas dan keahlian yang prima sehingga kegiatan usaha mereka

dapat berumur panjang. Hal itulah yang menjadi dasar mengapa standardisasi ini

8

(21)

diperlukan mengingat persaingan tenaga kerja di era AEC nanti akan semakin

ketat. Tenaga ahli dari luar negeri akan masuk ke Indonesia dan ketika kualitas

tenaga kerja lokal Indonesia belum mampu melampaui atau paling tidak setara

dengan kualitas tenaga asing tersebut, maka tenaga lokal Indonesia tentu saja akan

semakin tersingkir.

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Armida Alisjahmana mengatakan dalam

pelaksanaan AEC tahun depan, ASEAN sudah sepakat meliberalisasi pasar tenaga

kerja di 12 sektor usaha, yaitu tujuh sektor perdagangan dan industri serta lima

sektor jasa. Armida mengakui, tenaga kerja atau sumber daya manusia (SDM)

Indonesia di 12 sektor tersebut masih memiliki kelemahan karena kurangnya

keterampilan. Apalagi, ada delapan bidang yang sudah masuk Mutual Recognition

Arrangements (MRA), yakni jabatan Insinyur, perawat, surveyor, arsitek, tenaga

pariwisata, praktisi medis, dokter gigi dan akuntan. Artinya sektor-sektor tersebut

akan disertifikasi kompetensi tenaga kerjanya untuk bisa masuk ke Negara-negara

ASEAN. Meskipun demikian, Indonesia yang saat ini menguasai 38 persen dari

penduduk usia produktif ASEAN berpeluang mengirim tenaga kerja terampil ke

Negara-negara lain yang kekurangan penduduk usia produktif. Sebagai gambaran,

data Organisasi Buruh Internasional (ILO) pada tahun 2013 menyebutkan ada 300

juta kesempatan kerja yang terbuka di kawasan ASEAN dan Pasifik.

Harmonisasi dan standarisasi menjadi kunci penting atas hubungan

kerjasama ini. AEC blueprint pun telah menyebutkan bahwa akan dilakukan

pengembangan atas kompetensi inti serta kualifikasi untuk para calon tenaga ahli

yang nantinya akan dibutuhkan terutama pada sektor-sektor prioritas.

(22)

berbagai macam penelitian untuk pengembangan antara negara anggota ASEAN

sehingga nantinya akan mempermudah informasi labour market dan menciptakan

persaingan yang lebih merata dan adil diantara negara ASEAN.9

3. Aliran bebas investasi (free flow of investment)

Investasi langsung akan sangat membantu negara bersangkutan mengurangi

pengangguran karena adanya penyerapan tenaga kerja yang lumayan besar jika

modal asing tersebut digunakan untuk membangun pabrik-pabrik dan perusahaan

besar. Sedangkan investasi tidak langsung tidak memberikan dampak sebesar

investasi langsung karena dana asing dapat ditarik kapan saja pemodal ingin

menariknya.

Sebagaimana diatur dalam GATT-WTO, prinsip-prinsip perdagangan

internasional yang telah menjadi prinsip penanaman modal asing dan wajib

dijabarkan dalam pengaturan penaman modal di host country adalah Non

Discriminatory Principle. Non Discriminatory Principle (prinsip kesetaraan)

didasarkan pada alasan bahwa negara penerima investasi modal asing dengan

menggunakan argumen-argumen tertentu, sering memberikan perlakuan yang

berbeda (diskriminatif) kepada investor asing dengan berbagai cara. Prinsip Non

Discriminatory Principle tersebut kemudian dipecah menjadi dua prinsip utama,

yaitu:

1. The Most Favoured Nation (MFN) Principle: Prinsip kesetaraan yang berlaku

terhadap semua PMA yang masuk ke wilayah suatu negara.

(23)

2. National Treatment Principle (NTP): Hal tersebut tentang prinsip kesetaraan

terhadap host country terhadap PMA dan PMDN, dalam hal tersebut tunduk

pada hukum yang berlaku di host country.

Berdasarkan ASEAN Invensment Area (AIA) tahun 1998, seluruh industri

(bidang manufaktur, pertanian, perikanan, kehutanan, dan pertambangan serta jasa

yang terkait dengan kelima sektor) wajib dibuka dan national treatment diberikan

kepada investor, baik pada tahap pra-pendirian (pre-establishment), maupun pasca

pendirian (post-establishment), dengan beberapa pengecualian bagi industri yang

tercantum dalam Tempory Exclition List (TEL) dan Sensitif List (SL) setiap

negara anggota.Untuk mendorong intergrasi kawasan, Framework Agreement on

The AIA dan ASEAN IGA akan ditinjau kembali. Tujuannya adalah membentuk

perjanjian investasi yang lebih komprehensif dan berwawasan kedepan dengan

menyempurnakan fitur-fitur, ketentuan-ketentuan, dan kewajiban-kewajiban

dengan mempertimbangkan praktikpraktik international yang terbaik yang akan

meningkatkan kepercayaan investor terhadap ASEAN. ASEAN comprehensive

investment agreement (ACIA) yang akan disusun berdasarkan AIA dan ASEAN

IGA, akan mencakupi pilar-pilar ; Perlindungan investasi, fasilitas dan kerjasama,

promosi dan kepedulian.

Manfaat dan tantangan liberalisasi investasi dengan ditandatanganinya ACIA,

diharapkan masing-masing negaraanggota ASEAN termasuk Indonesia akan

memperoleh manfaat antara lain:

1. Prosedur pengajuan dan persetujuan penanaman modal akan lebih

(24)

2. Aturan, peraturan dan prosedur penanaman modal yang jelas dan kondusif

akan meningkatkan penanaman modal serta memberikan perlindungan

yang lebih baik kepada penanaman modalnya ,

3. Penanam modal akan mendapatkan perlakuan yang sama khususnya

berkenaan dengan perijinan, pendirian, pengambilalihan, perluasan,

pengelolaan, pelaksanaan, penjualan, atau pelepasan penanaman modal

lainnya,

4. Liberalisasi investasi dapat mendorong pertumbuhan dan pengembangan

usaha kecil, menengah maupun enterprise multinasional yang berdampak

pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi,

5. Terbukanya lapangan kerja baru, dan

6. Mempererat hubungan antara negara-negara anggota sehingga tercipta

sebuah kawasan penanaman modal terpadu.

4. Aliran bebas tenaga kerja terampil (free flow of skilled labour)

Kemungkinan bagi tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia akan

terbuka luas. Hal ini karena MEA adalah jembatan bagi aliran bebas tenaga

kerja terampil. Pembahasan dalam AEC tersebut dibatasi pada pengaturan

khusus tenaga kerja terampil (skilled labour) dan tidak terdapat pembahasan

mengenai tenaga kerja tidak terampil (unskilled labour). Dalam

perkembangannya, arus bebas tenaga kerja sebenarnya juga bisa masuk dalam

kerangka kerjasama AFAS dalam mode 4 seperti yang dijelaskan di atas.

Kerjasama dalam mode 4 tersebut diarahkan untuk memfasilitasi pergerakan

tenaga kerja yang didasarkan pada suatu kontrak/perjanjian untuk mendukung

(25)

mendukung hal tersebut adalah dengan disusunnya Mutual Recognition

Arrangement (MRA).

5. Aliran bebas modal ( free flow of capital)

Arus modal memiliki karakteristik dimana keterbukaan yang sangat bebas

atas arus modal, kan berpotensi menimbulkan resiko yang mengancam kestabilan

perekonomian suatu negara. Namun pembatasan atas aliran modal, akan membuat

suatu negara mengalami keterbatasan ketersediaan kapital yang diperlukan untuk

mendorong peningkatan arus perdagangan dan pengembangan pasar uang. Arus

modal antar Negara merupakan salah satu indikator adanya transaksi perdagangan

aset yang dilakukan penduduk antar negara. Liberalisasi arus modal yang

dimaksud dalam konteks ASEAN adalah suatu proses menghilangkan peraturan

yang bersifat menghambat arus modal dalam berbagai bentuk.

AEC Blueprint mengelompokan dua inisiatif utama bagi negara ASEAN,

yaitu:

1. Memperkuat pengembangan dan integrasi pasar modal ASEAN. Dan 5

program utamanya yaitu:

 Harmonisasi berbagai standar di pasar modal ASEAN khususnya

dlam hal ketentuan penawaran harga (initial public offering),

 Memfasilitasi adanya Mutual Recognition Agreement (MRA)

untuk pekerja profesional di pasar modal,

 Adanya Fleksibilitas dalam ktentuan hukum untuk penerbitan

(26)

 Memfasilitasi berbagai usaha yang bersifat market driven untuk

membentukk hubungan antar pasar saham dan pasar obligasi,

 Memperkuat struktur mekanisme pemungutan pajak penghasilan

(PPH), untuk memperkuat basis investasi bagi penerbitan surat

utang di ASEAN.

2. Meningkatkan arus modal dikawasan melalui proses liberalisasi. Dan

upaya liberalisasi tersebut mengacu pada prinsip berikut:

 Memastikan suatu liberalisasi capital count yang konsisten dengan

agenda nasional kesiapan ekonomi negara anggota,

 Memperbolehkan penggunaan instrumen pengamanan terhadap

potensi resiko instabilitas dan sistemik makroekonomi yang

mungkin muncul dari proses liberalisasi, termasuk hak

memberlakukan kebijakan yang dirasa perlu untuk stabilitas

makroekonomi,

 Memastikan manfaat liberalisasi yang akan diperoleh oleh seluruh

negara ASEAN.

Pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 11 Tahun

2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru MEA dalam upaya persiapan

menghadapi pasar bebas ASEAN. Dalam cetak biru MEA, terdapat 12 sektor

prioritas yang akan diintegrasikan oleh pemerintah. Sektor tersebut terdiri dari

tujuh sektor barang, yaitu industri agro, otomotif, elektronik, perikanan, industri

berbasis karet, industri berbasis kayu, dan tekstil. Kemudian, sisanya berasal dari

(27)

teknologi informasi. Sektor-sektor tersebut pada era MEA akan terimplementasi

dalam bentuk pembebasan arus barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja.

Implementasi MEA ditopang oleh beberapa instrumen hukum internasional

berupa perjanjian-perjanjian internasional regional seperti ASEAN Trade in Goods

Agreement (ATIGA), ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) dan

ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA). Sebagai anggota ASEAN,

Indonesia telah menjadi pihak dari perjanjian-perjanjian internasional tersebut.

Hal ini sekaligus juga berarti bahwa Indonesia terikat untuk memberlakukan

ketentuan-ketentuan perjanjian-perjanjian internasonal terkait dengan MEA

tersebut dalam lingkup domestik Indonesia.10

Adanya MEA diharapkan dapat membuat perekonomian Indonesia menjadi

lebih baik. Salah satunya pemasaran barang dan jasa dari Indonesia dapat

memperluas jangkauan ke negara ASEAN lainnya. Kualitas sumber daya manusia

merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu

bangsa. Para tenaga kerja dari negara MEA yang memiliki kompetensi kerja yang

lebih tinggi, tentunya akan memiliki kesempatan lebih luas untuk mendapatkan

keuntungan ekonomi di dalam MEA. Dengan demikian, Indonesia harus berusaha

dengan sunguh-sunguh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan

mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain, khususnya di kawasan ASEAN.

2.1.3. Perlindungan Hukum

Menurut R. La Porta dalam Journal of Financial Economics, bentuk

perlindungan hukum yang diberikan oleh suatu negara memiliki dua sifat, yaitu

10 Arie Siswanto dkk, Dalam sebuah penelitian: Kesiapan UMKM Dalam Menghadapi MEA 2015,

(28)

besifat pencegahan (prohibited) dan bersifat hukuman (sanction). Bentuk

perlindungan hukum yang paling nyata adalah adanya institusi-institusi penegak

hukum seperti pengadilan, kepolisian dan lembaga penyelesaian sengketa di luar

pengadilan (non-litigasi) lainnya. Hal ini sejalan dengan pengertian hukum

menurut Soedjono Dirdjosisworo yang menyatakan bahwa hukum memiliki

pengertian beragam dalam masyarakat dan salah satu yang paling nyata dari

pengertian tentang hukum adalah adanya institusi-institusi penegak hukum.

Teori perjanjian masyarakat yang disampaikan oleh Immanuel Kant misalnya,

menurut Kant, tujuan negara adalah melindungi dan menjamin ketertiban hukum

agar hak dan kemerdekaan warga negara terbina dan terpelihara. Untuk itu

diperlukan undang-undang yang merupakan penjelmaan kehendak umum (volonte

general), dan karenanya harus ditaati oleh siapa pun, rakyat maupun pemerintah.

Agar tujuan negara tersebut dapat terpelihara, Kant menyetujui asas pemisahan

kekuasaan menjadi tiga potestas, legislatoria, rectoria, iudiciaria (Penguasa,

pembuat, pelaksana, dan pengawas hukum). Teori Kant tentang negara hukum

disebut teori negara hukum murni atau negara hukum dalam arti sempit karena

peranan negara hanya sebagai penjaga ketertiban hukum dan pelindung hak dan

kebebasan warga negara, tak lebih dari nightwatcher, (penjaga malam). Negara

tidak turut campur dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Namun

teori Kant mulai ditinggalkan karena persaingan bebas ternyata makin melebarkan

jurang pemisah antara golongan kaya dan golongan miskin. Para ahli berusaha

menyempurnakan teorinya dengan teori negara hukum dalam arti luas atau negara

(29)

dan kebebasan warganya, negara juga berupaya mewujudkan kesejahteraan bagi

seluruh warga negara.

Kranenburg adalah salah satu di antara ilmuwan yang menganut teori negara

kesejahteraan. Menurut dia, tujuan negara bukan sekadar memelihara ketertiban

hukum, melainkan juga aktif mengupayakan kesejahteraan warganya. Hal ini

tentunya sejalan dengan pemikiran Aristoteles yang mengatakan bahwa negara

yang didasarkan kepada hukum bukan merupakan alternatif yang paling baik dari

negara yang dipimpin oleh orang-orang cerdik cendikiawan, melainkan

satu-satunya cara yang paling praktis untuk mencapai kehidupan yang baik dan

sejahtera dalam masyarakat.11 Penulis cenderung setuju dengan teori dari

Kranenburg daripada teori yang dikemukakan oleh Immanuel Kant, karena pada

dasarnya sebuah perlindungan akan dirasa cukup apabila mampu melindungi

segenap bangsanya sehingga mewujudkan salah satu tujuan bernegara itu sendiri

yaitu kesejahteraan. Penulis sepakat dengan teori Kranenburg ini karena

mendasarkan teori tersebut sesuai dengan amanah dari UUD 1945 dimana tujuan

negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia serta memajukan kesejahteraan Oleh karena itu negara,

sesungguhnya berkewajiban untuk memberikan perlindungan terhadap seluruh

warga negara.

Keadilan dibentuk oleh pemikiran yang benar, dilakukan secara adil dan jujur

serta bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Rasa keadilan dan hukum

harus ditegakkan berdasarkan Hukum Positif untuk menegakkan keadilan dalam

hukum sesuai dengan realitas masyarakat yang menghendaki tercapainya

11

(30)

masyarakat yang aman dan damai. Keadilan harus dibangun sesuai dengan cita

hukum (Rechtidee) dalam negara hukum (Rechtsstaat), bukan negara kekuasaan

(Machtsstaat). Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia,

penegakkan hukum harus memperhatikan 4 unsur:

a) Kepastian hukum (Rechtssicherkeit)

b) Kemanfaatan hukum (Zeweckmassigkeit)

c) Keadilan hukum (Gerechtigkeit)

d) Jaminan hukum (Doelmatigkeit).12

Hukum berfungsi sebagai pelindungan kepentingan manusia, agar kepentingan

manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan secara profesional. Perlindungan

hukum sangat erat kaitannya dengan aspek keadilan. Menurut pendapat Soediman

Kartohadiprodjo, pada hakikatnya tujuan adanya hukum adalah mencapai

keadilan. Maka dari itu, adanya perlindungan hukum merupakan salah satu

medium untuk menegakkan keadilan. Tenaga kerja yang mendapatkan perlakuan

yang baik dan benar akan mewujudkan keadaan yang tata tentram raharja.

Haruslah ada hak-hak pekerja yang diatur dalam peraturan perundang-undangan

yang sekaligus mengatur tentang perlindungan mengenai hak-hak dari pekerja itu

sendiri.13 Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin

hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan

tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/

buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan

dunia usaha.Hukum dapat melindungi hak dan kewajiban setiap individu dalam

kenyataan yang senyatanya, dengan perlindungan hukum yang kokoh akan

12

Ishaq. Dasar-dasar Ilmu Hukum. Jakarta. Sinar Grafika. 2009. hlm. 43 13

(31)

terwujud tujuan hukum secara umum: ketertiban, keamanan, ketentraman,

kesejahteraan, kedamaian, kebenaran, dan keadilan.

Perlindungan hukum secara etimologi terdiri dari dua kata yaitu

"perlindungan" dan "hukum". Kata Perlindungan dalam bahasa inggris disebut

"protection". istilah perlindungan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa

Indonesia) disamakan dengan istilah proteksi, yang memiliki arti proses atau

perbuatan memperlindungi, sedangkan dalam Black's Law Dictionary, Protection

adalah the act of protecting. Perlindungan hukum bertujuan untuk memberikan

pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan

perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati

semua hak-hak yang diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan

hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak

hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari

gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.

Menurut Satjipto Rahardjo, hukum melindungi kepentingan seseorang dengan

cara mengalokasikan kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka

kepentingannya secara terukur. Kepentingan merupakan sasaran dari hak karena

hak mengandung unsur perlindungan dan pengakuan. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa perlindungan hukum atau legal protection merupakan kegiatan untuk

menjaga atau memelihara masyarakat demi mencapai keadilan. Kemudian

perlindungan hukum dikonstruksikan sebagai:

1. Bentuk pelayanan, pelayanan ini diberikan oleh aparat penegak hukum dan

(32)

2. Subjek yang dilindungi. 14

Perlindungan hukum menurutnya adalah adanya upaya melindungi kepentingan

seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk

bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut.15

Menurut Philipus, bahwa perlindungan itu terkait dengan hak asasi manusia.

Hak asasi manusia di Indonesia, sering disejajarkan dengan istilah hak-hak kodrat,

hak-hak dasar manusia, natural rights, human rights fundamental rights,

gronrechten, mensenrechten, rechten van den mens, dan fundamental rechten.

Menurutnya di dalam hak (rights), terkandung adanya suatu tuntutan (claim). 16

Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta

pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum

berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan atau sebagai kumpulan

peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya.

Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap

hak-hak pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak

tersebut.17

Perlindungan hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini

hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang diberikan oleh hukum,

terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh

manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia serta

lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban

untuk melakukan suatu tindakan hukum. Menurut Setiono, perlindungan hukum

14 Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Kompas, Jakarta, 2003, hlm. 74 15 Ibid, hlm. 121

16

Philipus M Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati. Argumentasi Hukum,(Yogyakarta:UGM Press,2005),hlm. 33-34

17

(33)

adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan

sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk

mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk

menikmati martabatnya sebagai manusia.18 Menurut Muchsin, perlindungan

hukum merupakan kegiatan untuk melindungi individu dengan menyerasikan

hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan

dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama

manusia.19 Dari beberapa penjelasan perlindungan hukum di atas, penulis

menyimpulkan bahwa perlindungan hukum di sini adalah suatu bentuk

perlindungan kepada individu-individu untuk memberikan hak-haknya secara adil

dari orang-orang yang lebih berkuasa atau berkedudukan di atasnya.

Pengertian perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan

terhadap subyek hukun dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat

preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.20

Muchsin juga berpendapat hal yang sama bahwa perlindungan hukum dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah

sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan

perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta

memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan sutu

kewajiban.

18 Setiono. Rule of Law (Supremasi Hukum). Surakarta. Magister Ilmu Hukum Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2004. hlm. 3

19 Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia , Surakarta, Magister

Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003, hlm. 14

20

(34)

2. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi

seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah

terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.21

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa perlindungan

hukum adalah segala bentuk upaya pengayoman terhadap harkat dan martabat

manusia serta pengakuan terhadahap hak asasi manusia di bidang hukum. Prinsip

perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia bersumber pada Pancasila dan konsep

Negara Hukum, kedua sumber tersebut mengutamakan pengakuan serta

penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia.

Menurut Philipus M. Hadjon, bahwa sarana perlindungan Hukum ada dua

macam, yaitu :

1. Sarana Perlindungan Hukum Preventif

Pada perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum diberikan kesempatan

untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan

pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah

terjadinya sengketa. Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi

tindak pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan

adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk

bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi.

Di indonesia belum ada pengaturan khusus mengenai perlindungan hukum

preventif.

21

(35)

2. Sarana Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.

Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Pengadilan

Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip

perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber

dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi

manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang

pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada

pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.

Prinsip kedua yang mendasari perlindungan hukum terhadap tindak

pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan

perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, pengakuan dan perlindungan

terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan

dengan tujuan dari negara hukum.22

2.2. PERLINDUNGAN HUKUM YANG DITIMBULKAN DENGAN

ADANYA MEA BAGI TENAGA KERJA INDONESIA YANG

BEKERJA DI INDONESIA

MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN ialah suatu realisasi dari tujuan

akhir terhadap integrasi ekonomi yang telah dianut didalam ASEAN Visi 2020

yang berdasarkan atas konvergensi kepentingan para negara-negara anggota

ASEAN untuk dapat memperluas dan memperdalam integrasi ekonomi lewat

inisiatif yang ada dan baru dengan memiliki batas waktu yang jelas. Didalam

22

(36)

mendirikan masyarakat ekonomi ASEAN atau MEA, ASEAN mesti melakukan

tidakan sesuai dengan pada prinsip-prinsip terbuka, berorientasi untuk mengarah

ke luar, terbuka, dan mengarah pada pasar ekonomi yang teguh pendirian dengan

peraturan multilateral serta patuh terhadap sistem untuk pelaksanaan dan

kepatuhan komitmen ekonomi yang efektif berdasarkan aturan.

MEA akan mulai membentuk ASEAN menjadi pasar dan basis dari produksi

tunggal yang dapat membuat ASEAN terlihat dinamis dan dapat bersaing dengan

adanya mekanisme dan langkah-langkah dalam memperkuat pelaksanaan baru

yang berinisiatif ekonomi; mempercepat perpaduan regional yang ada di

sektor-sektor prioritas; memberikan fasilitas terhadap gerakan bisnis, tenaga kerja

memiliki bakat dan terampil, dapat memperkuat kelembagaan mekanisme di

ASEAN. Menjadi langkah awal dalam mewujudkan MEA atau Masyarakat

Ekonomi ASEAN. Dengan adanya 8 (delapan) profesi yang terkena kebijakan

pasar bebas yang tertuang dalam ASEAN Mutual Recognition Arrangement

(MRA), maka ke 8 (delapan) profesi tersebut menjadi fokus dalam tenaga kerja

yang dilirik dalam MEA ini. Masing-masing profesi telah menetapkan standar dan

kompetensi yang diperlukan di kancah ASEAN, yaitu insinyur, arsitek, perawat,

tenaga survei, tenaga pariwisata, praktisi medis, dokter gigi, dan akuntan. Skilled

labour dapat diartikan sebagai pekerja yang mempunyai ketrampilan atau keahlian

khusus, pengetahuan, atau kemampuan di bidangnya, yang bisa berasal dari

lulusan perguruan tinggi, akademisi atau sekolah teknik ataupun dari pengalaman

kerja. Tenaga kerja terlatih (skilled labor) penyusunan MRA untuk tenaga kerja

(37)

selesai pada tahun 2008. Dalam Blueprint MEA 2015 skilled labor didefinisikan

sebagai berikut:23

1. Pekerja yang mempunyai keterampilan khusus, pengetahuan, atau

kemampuan dibidang pekerjaannya,

2. Lulusan universitas, akademi, sekolah teknik, atau keahlian yang diperoleh

melalui pekerjaan sehari-hari.

Mutual Recognition Arrangements (MRA) adalah suatu mekanisme yang

disepakati negara anggota ASEAN dalam mengatur harmonisasi standar

perdagangan jasa. MRA ini dibentuk melalui ASEAN Framework Agreement on

Mutual Recognition Arrangements yang bertujuan mengurangi hambatan teknis

perdagangan jasa dan menentukanpersyaratan umum liberalisasi sektor jasa. Jasa

insinyur adalah salah satusektor jasa yang diakui dalam MRA,selain 7 sektor jasa

lainnya, yaitu jasa perawat, arsitektur, surveyor, tenaga kerja pariwisata

profesional, akuntan, tenaga kesehatan, dan tenaga kesehatan gigi. Praktik

liberalisasi jasa insinyur sendiri diatur dalam MRA on Engineering Services.

Kesepakatan ini dibentuk pada tanggal 9 Desember 2005 di Kuala Lumpur,

Malaysia. Ada dua hal utama yang disampaikan dalam kesepakatan tersebut.

Pertama, kriteria insinyur profesional yang diakui dalam skema MRA, dan yang

kedua prosedur bagaimana seorang insinyur bisa melakukan praktik di negara

ASEAN lainnya.

Berikut beberapa penjelasan mengenai delapan profesi yang sangat

dibutuhkan saat MEA :

23

(38)

1. Insinyur

Didalam MEA ini, peraturan mengenai Insinyur di atur dalam Mutual

Recognition Arrangement (MRA on Engineering Services) yang disepakati di

Kuala Lumpur, pada tanggal 9 Desember 2005. Tujuan didalamnya ialah

a) facilitate mobility of Engineering;

b) exchange information in order to promote adoption of best practices on

standards of engineering education, professional practice and

qualifications;

c) conform to the spirit of ASEAN co-operation based on fair distribution of

resources and benefits through collaborative researches; and

d) encourage, facilitate and establish mutual recognition of Engineers and set

up standards and commitment of technological transfer among ASEAN

Member Countries.

Dimana inti dari tujuan MRA on Engineering Services ialah menjadi wadah

untuk memfasilitasi dari para insinyur ini, juga memobilitas pertukaran informasi

di bidang teknik dengan standar yang berkualifikasi maupun prefesional. Sesuai

dengan arah dan cita-cita ASEAN, dan memfasilitasi penetapan standar dan

komitmen transfer tenologi antara negara-negara anggotaASEAN.

Indonesia kini ikut serta dalam pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) yang dilaksanakan pada 31 Desember 2015. Konsekuensinya, persaingan

tenaga insinyur profesional nantinya tidak hanya datang dari dalam negeri, tetapi

juga dari negara-negara lain di ASEAN. Artinya, para insinyur Indonesia harus

meningkatkan kualitas agar bisa menang bersaing dengan insinyur dari

(39)

berperingkat ke-5 di ASEAN. Sumber daya manusia Indonesia hanya

berperingkat ke-6 di ASEAN. Profesi insinyur pun tak jauh berbeda. Secara

kuantitatif jumlah insinyur Indonesia masih kurang untuk memenuhi kebutuhan

dalam negeri.

Menurut Project Management Institute, 2015 Indonesia memerlukan

penambahan insinyur sebanyak 65.000 orang, sedangkan penambahan tenaga

insinyur Indonesia hanya sebesar 36.000 orang. Lalu, menurut ASEAN Federation

of Engineering Organisations (AFEO), jumlah insinyur profesional Indonesia

hanya sekitar 9.000 orang. Jumlah itu masih lebih sedikit jika dibandingkan

dengan negara-negaraASEAN lainnya, seperti Malaysia(11.170 orang), Thailand

(23.000 orang), dan Filipina (14.250 orang). Tak hanya itu. Secara kualitatif,

tenaga insinyur profesional Indonesia masih sedikit yang memenuhi standar

Mutual Recognition Arrangements (MRA) – standar yang bertujuan mengurangi

hambatan teknis perdagangan jasa dan menentukan persyaratan umum liberalisasi

sektor jasa di kawasan ASEAN.

Dalam kerangka MRA ini, jumlah insinyur Indonesia yang sudah diakui

sebagai insinyur profesional dan bisa berpraktik di negara ASEAN lainnya,

diperkirakan hanya sekitar 0,03 persen dari total insinyur asal Indonesia. Memang

tak gampang bagi seorang insinyur agar dapat dikatakan sebagai insinyur

professional menurut MRA. Pasalnya, insinyur tadi harus memenuhi persyaratan

dari ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE) yang terbilang tinggi.

Persyaratan itu, antara lain; telah lulus sarjana teknik dari universitas/lembaga

pendidikan yang terakreditasi di salah satu negara ASEAN, memiliki sertifikat/

(40)

Authority (PRA) dari negara anggota ASEAN, memiliki pengalaman kerja di

bidang teknik minimal tujuh tahun dan pengalaman kerja yang menangani proyek

teknik yang signifikan minimal dua tahun; mematuhi ketentuan Continuing

Professional Development (CPD) sesuai dengan kebijakan negara asal; tidak

memiliki catatan pelanggaran terhadap standar teknis, profesional ataupun etika,

baik di tingkat lokal maupun internasional. Kriteria tersebut sekaligus menjadi

pembeda antara sarjana teknik (graduate engineer) dan profesi insinyur

(professional engineer). Perbedaan utama terletak pada pengalaman kerja dan

sertikasi dari PRA.

Di Indonesia, badan yang berfungsi sebagai PRA adalah Lembaga

Pengembangan Jasa Konstruksi. Setelah mendapat sertifikasi dari PRA, insinyur

profesional dapat mengajukan diri ke ASEAN Chartered Professional Engineer

Coordinating Committee (ACPECC) untuk mendapat pengakuan sah sebagai

ACPE. Pengakuan sebagai ACPE pun tidak serta merta mengizinkan insinyur

profesional untuk bekerja di negara lain di ASEAN. Soalnya, seorang insinyur

ACPE harus memenuhi lagi kriteria sebagai Insinyur Profesional Asing

Teregistrasi atau Registered Foreign Professional Engineer (RFPE), di Negara

lain tempat ia akan bekerja. Persyaratannya adalah sebagai berikut; mematuhi

kode etik profesionalitas sebagai insinyur sesuai dengan kebijakan (UU No. 11

Tahun 2014 tentang Jasa Konstruksi); mematuhi hukum dan peraturan di negara

tujuan; berafiliasi dengan insinyur profesional lokal di negara tujuan. Meski punya

keterbatasan, insinyur Indonesia ternyata memiliki keunggulan. Pasalnya, jumlah

insinyur Indonesia yang tercatat sebagai ACPE merupakan yang terbesar di

(41)

290 dari Indonesia, 218 dari Singapura, 203 dari Malaysia, 134 dari Vietnam, 85

dari Myanmar, 55 dari Filipina, dan 2 dari Brunei Darussalam.

Terlepas dari itu, Indonesia tetap harus meningkatkan kualitas dan kuantitas

insinyurnya, karena kebutuhan Indonesia akan insinyur yang begitu tinggi tadi.

Seperti dikatakan Bobby Gafur Umar, “Peningkatan daya saing, kompetensi, dan

keahlian insinyur Indonesia agar sesuai dengan dengan standar Mutual

Recognition Arrangements (MRA) dan bersertifikasi ASEAN Chartered

Professional Engineer (ACPE), adalah sebuah tantangan dan pekerjaan rumah

yang harus segera kita atasi”.24

Untuk menjawab tantangan penyediaan SDM

insinyur yang berkualitas, PII memberikan beberapa rekomendasi. Antara lain,

peningkatan sertifikasi insinyur profesional, pembangunan industri litbang

keinsinyuran dan insentif bagi kontraktor yang mengembangkan riset dan

teknologi serta inovasi, peningkatan sosialisasi mengenai profesi keinsinyuran

bagi pelajar SMA, dan pembangunan industri manufaktur untuk dapat mendukung

peningkatan konstruksi nasional. PII juga menyadari, bahwa peran peningkatan

daya saing insinyur tidak serta merta hanya datang dari pemerintah atau lembaga

tertentu.

Insinyur Indonesia sendiri harus memiliki komitmen untuk menciptakan

pembangunan bernilai tambah. Oleh karena itu, PII mengemukakan empat

tuntutan insinyur Indonesia yaitu, pertama, memiliki kemauan untuk berinovasi

dengan memperkuat penguasaan dan pengembangan teknologi. Kedua,

mendorong pemakaian produk dalam negeri, ketiga bekerjasama mengembangan

kompetensi SDM insinyur. Lalu yang keempat, mendorong upaya strategis

24

Gambar

gambar rencana.

Referensi

Dokumen terkait

kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak bertentangan dengan Undang – Undang dan peraturan – peraturan lain yang lebih

tentunya berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan yang lain. Dengan demikian strategi fokus dapat mencapai keunggulan bersaing dengan melayani sasaran tertentu

Indonesia adalah negara yang plural, negara dengan suku dan adat budaya yang paling banyak di dunia. Sebagai negara yang plural, tentu mengenai nilai kesusilaan juga

Perlindungan terhadap bentuk mesyaratkan secondary meaning adalah ketika tidak memiliki kekuatan pembeda yang kuat. Pengadilan mempertimbangkan bahwa bentuk sebagai tanda

karena kedaulatan adalah wewenang tertinggi yang tidak dibatasi oleh hukum dari pada penguasa atas warga negara dia dan orang-orang lain dalam

Melibatkan anggota jemaat dari pihak gereja lain untuk terlibat secara aktif sebagai pelayan mimbar dalam sebuah ibadah harus mempertimbangkan komitmen dan tanggung jawab

M eskipun pada lingkup regional mayoritas negara ASEAN belum banyak yang secara resmi menjadi anggota dan berko- mit men untuk menerap kan sistem one applicat ion, one num ber

Narasi tersebut memiliki arti bahwa tenaga kerja profesional pariwisata Indonesia yang akan mengembangkan karir diluar negeri dan meningkatkan kompetisi dengan negara anggota ASEAN lain