BAB II
PEMBAHASAN
2.1.KAJIAN TEORI
2.1.1. Pengertian Tenaga Kerja
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pengertian
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Menurut Dr.A.Hamzah SH, tenaga kerja meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat
produksi utamanya dalam proser produksi tenaga kerja itu sendiri, baik tenaga
fisik maupun pikiran.1 Menurut Dr. Payaman Simanjuntak tenaga kerja adalah
(man power) yaitu produk yang sudah atau sedang bekerja atau sedang mencari
pekerjaan , serta yang sedang melaksanakan pekerjaan lain seperti bersekolah, ibu
rumah tangga. Secara praktis, tenaga kerja terdiri atas dua hal, yaitu angkatan
kerja dan bukan angkatan kerja:
a) Angkatan kerja (labour force) terdiri atas golongan yang bekerja dan golongan
penganggur atau sedang mencari kerja;
b) Kelompok yang bukan angkatan kerja terdiri atas golongan yang bersekolah,
golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain atau menerima
penghasilan dari pihak lain, seperti pensiunan dll.2
1
https://bundaliainsidi.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-tenaga-kerja-menurut-para.html (diakses pada 11 Desember 2016, pukul 22.17)
2
Menurut Eeng Ahman & Epi Indriani tenaga kerja adalah seluruh jumlah
penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika ada permintaan
kerja. Sedangkan menurut Alam. S tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15
tahun keatas untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sedangkan di
negara-negara maju, tenaga kerja adalah penduduk yang berumur antara 15 hingga
64 tahun. Berbeda dengan pendapat Suparmoko dan Icuk Ranggabawono tenaga
kerja adalah penduduk yang telah memasuki usia kerja dan memiliki pekerjaan,
yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti
sekolah, kuliah dan mengurus rumah tangga. Pendapat yang selanjutnya yaitu dari
Sjamsul Arifin, Dian Ediana Rae, Charles, Joseph yang menyatakan bahwa tenaga
kerja merupakan faktor produksi yang bersifat homogen dalam suatu negara,
namun bersifat heterogen (tidak identik) antar negara.3
Tenaga kerja, dengan keikutsertaan Indonesia dalam MEA tentu saja akan
melibatkan tenaga kerja asing secara besar-besaran karena dengan lahirnya MEA,
salah satu kekhawatiran yang muncul yaitu tidak adanya batas untuk tenaga kerja
asing yang masuk kedalam suatu negara di ASEAN. Undang-Undang No. 13
Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan sendiri pun telah memberikan peraturan dan
definisi yang singkat mengenai tenaga kerja asing, dimana tenaga kerja asing itu
sendiri ialah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di
wilayah Indonesia. Ketentuan mengenai tenaga kerja asing terdapat dalam Pasal
42 – 49 UU Ketenagakerjaan.
Tenaga kerja asing pada dasarnya dapat dipekerjakan oleh pemberi kerja yang
telah memperoleh izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk, dan
perseorangan dilarang untuk mempekerjakan tenaga kerja asing ini. Tenaga kerja
asing yang dipekerjakan di Indonesia hanya dalam jabatan tertentu dan waktu
tertentu. Jabatan tertentu yang dimaksud tertuang dalam Lampiran Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
2012 tentang Jabatan-Jabatan Tertentu yang Dilarang Diduduki Tenaga Kerja
Asing lebih spesifik lagi menyebutkan jabatan-jabatan apa saja yang dilarang
untuk diduduki oleh TKA di Indonesia, antara lain:
NO. NAMA JABATAN NAMA JABATAN
INDONESIA KODE
ISCO
INGGRIS
1. Direktur Personalia 1210 Personnel Director
2. Manajer Hubungan Industrial 1232 Industrial Relation Manager
3. Manajer Personalia 1232 Human Resource Manager
4. Supervisor Pengembangan
Personalia
1232 Personnel Development
Supervisor
5. Supervisor Perekrutan Personalia 1232 Personnel Recruitment
Supervisor
6. Supervisor Penempatan Personalia 1232 Personnel Placement
Supervisor
7. Supervisor Pembinaan Karir
Pegawai
1232 Employee Career Development
Supervisor
8. Penata Usaha Personalia 4190 Personnel Declare
Keterangan:
ISCO = International Standard Classification of Occupations.
Arus tenaga kerja asing yang datang ke Indonesia tidak dapat dibatasi karena
hal tersebut merupakan konsekuensi dari penyelenggaraan MEA itu sendiri. Perlu
diketahui, bahwa tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia memiliki
kemampuan dan keterampilan yang tidak dapat diragukan lagi. Hal tersebut
merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia terkait dengan adanya
MEA.
Tenaga kerja Indonesia harus mampu bersaing dengan tenaga asing yang
masuk ke Indonesia terkait penyelenggaraan MEA. Tenaga kerja Indonesia harus
dibekali dengan kemampuan dan keterampilan yang cukup memadai agar dapat
bersaing dengan tenaga asing yang datang ke Indonesia. Hal tersebut harus
menjadi catatan penting bagi pemerintah, swasta dan masyarakat Indonesia,
9. Kepala Eksekutif Kantor 1210 Chief Executive Officer
10. Ahli Pengembangan Personalia dan
Karir
2412 Personnel and Careers
Specialist
11. Spesialis Personalia 2412 Personnel Specialist
12. Penasehat Karir 2412 Career Advisor
13. Penasehat tenaga Kerja 2412 Job Advisor
14. Pembimbing dan Konseling Jabatan 2412 Job Advisor and Counseling
15. Perantara Tenaga Kerja 2412 Employee Mediator
16. Pengadministrasi Pelatihan Pegawai 4190 Job Training Administrator
17. Pewawancara Pegawai 2412 Job Interviewer
karena dengan bekal yang cukup, maka tidak akan menghambat Indonesia sendiri
dalam rangka penyelenggaraan MEA.
Selanjutnya, menurut Pasal 56 ayat (2) UU Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian mengenai perolehan KITAP, harus mendapatkan visa izin tinggal
terbatas terlebih dahulu untuk kemudian ditingkatkan menjadi visa izin tinggal
tetap. Berdasarkan Pasal 60 ayat (1) UU Keimigrasian, Izin Tinggal Tetap akan
diberikan kepada Tenaga Kerja Asing setelah tinggal menetap 3 tahun
berturut-turut dan menandatangani Pernyataan Integrasi kepada Pemerintah Republik
Indonesia. Untuk permohonan pengajuan alih status dari Izin Tinggal Sementara
(ITAS) menjadi Izin Tinggal Tetap (ITAP) diatur lebih jauh dalam Petunjuk
Pelaksanaan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor F-310,IZ.01.01.10 tahun 1995
tentang Tata Cara Alih Status Izin Keimigrasian.
Dengan adanya hal tersebut maka sesuai dengan ketentuan undang-undang
bahwa pemberi kerja tenaga kerja asing wajib:
a) Menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai tenaga pendamping
tenaga kerja asing yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian
dari tenaga kerja asing, namun didalam penjelasan dari undang-undang ini
dijelaskan bahwa tenaga kerja pendamping tenaga kerja asing tidak secara
otomatis menggantikan atau menduduki jabatan tenaga kerja asing yang
didampinginya. Pendampingan tersebut lebih dititikberatkan pada alih
teknologi dan alih keahlian agar tenaga kerja pendamping tersebut dapat
memiliki kemampuan sehingga pada waktunya diharapkan dapat mengganti
b) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang sesuai dengan kualifikasi jabatan
yang diduduki oleh tenaga kerja asing, dimana dalam penjelasan
undang-undang tersebut dijelaskan bahwa pendidikan dan pelatihan kerja oleh pemberi
kerja tersebut dapat dilaksanakan baik di dalam negeri maupun dengan
mengirimkan tenaga kerja Indonesia untuk berlatih di luar negeri.
Dengan beberapa ketentuan terkait dengan tenaga kerja asing di atas, penulis
berargumen bahwa dengan adanya ketentuan tersebut, terdapat celah bagi tenaga
kerja dalam negeri untuk bersaing dengan tenaga kerja asing yang tentunya akan
besar-besaran memasuki Indonesia ini. Dengan menjadi tenaga pendamping
tenaga kerja asing, memungkinkan untuk tenaga kerja dalam negeri yang memiliki
keahlian sesuai kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing tentunya
dengan melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja, dimana jika tenaga kerja
Indonesia ini telah memiliki kemampuan ataupun keahlian tersebut pada
waktunya nanti dapat menggantikan tenaga kerja asing yang didampinginya.
Indonesia memiliki hukum yang menopang peraturan mengenai
ketenagakerjaan secara baik. Didalam Bab V Undang-Undang Ketenagakerjaan
misalnya, dimana diatur mengenai pelatihan kerja. Hal tersebut merupakan
jembatan bagi alih tenaga kerja Indonesia untuk mampu bersaing dengan tenaga
kerja asing dengan keikutsertaan Indonesia dalam MEA (Masyarakat Ekonomi
ASEAN) ini. Dalam Pasal 1 Angka 9 UU No. 13 Tahun 2003 disebutkan bahwa
pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,
meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin,
dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Pelatihan kerja
diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan
mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,
produktivitas, dan kesejahteraan (UU No.13 Tahun 2003 Pasal 9). Hal tersebut
merupakan hak dari tenaga kerja dalam memperoleh pelatihan kerja untuk
meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuannya.
Pelatihan kerja diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau lembaga pelatihan
kerja swasta (Pelatihan kerja perusahaan terkait) yang diselenggarakan di tempat
pelatiha kerja atau tempat kerja. Dengan pelatihan kerja tersebut, tenaga kerja
yang telah mengikuti segala pelatihan kerja yang ada dengan baik dan mampu
akan memperoleh sertifikat kompetensi kerja, hal tersebut merupakan keuntungan
juga untuk tenaga kerja karena memperoleh pengalaman belajar dan berlatih
untuk mengembangkan serta mengasah kemampuan didalam dunia kerja. Bahkan
menurut UU No. 13 Tahun 2003 sendiri mengungkapkan bahwa pelatihan kerja
merupakan peningkatan kesejahteraan bagi tenaga kerja karena terpenuhinya
kompetensi kerja melalui pelatihan kerja. Dengan adanya pelatihan kerja tersebut
maka Indonesia tidak perlu meragukan kualitas tenaga kerjanya sendiri, karena
dengan pelatihan kerja tersebut, kompetensi kerja dari masing-masing tenaga
kerja akan diarahkan, dibina, dan dilatih.
Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar
yang ditetapkan. (UU No.13 Tahun 2013). Undang-undang ketenagakerjaan telah
tenaga kerja asing di Indonesia salah satunya dengan pelatihan kerja untuk
mengasah kompetensi kerja masing-masing tenaga kerja.
Namun permasalahan yang timbul ialah ketika proses pelatihan kerja guna
memperoleh kompetensi dari tenaga kerja tersebut dirasa tidak mampu untuk
mengakomodir bahkan belum mampu untuk melatih tenaga kerja Indonesia
menuju MEA ataupun untuk bersaing dengan tenaga kerja asing. Pelatihan kerja
yang diatur didalam Undang-Undang Ketenagakerjaan tersebut haruslah
menjadikan pelatihan kerja sebagai hal yang utama untuk menjamin kesejahteraan
tenaga kerja Indonesia dengan kompetensi atas pelatihan kerja tersebut. Pelatihan
kerja yang baik serta beretos tinggi dalam bidang IPTEK diharapkan dapat
menjadikan tenaga kerja Indonesia mampu untuk menjadi tenaga kerja yang
mumpuni dan mampu bersaing dengan tenaga kerja asing yang ahli.
Dengan dimulainya MEA maka setiap negara anggota ASEAN harus
meleburkan batas teritori dalam sebuah pasar bebas. MEA akan menyatukan pasar
setiap negara dalam kawasan menjadi pasar tunggal. Masyarakat Indonesia
sebagai bagian dari MEA tidak bisa menghindari proses globalisasi, khususnya
yang berkaitan dengan bidang ekonomi. Arus sumber daya ekonomi yang
meliputi barang dan jasa, tenaga kerja, serta teknologi dan informasi semakin
cepat dan bebas masuk ke wilayah Indonesia. Hadirnya MEA menjadi tantangan
global yang telah dihadapi oleh para pelaku industri dalam negeri. Peningkatan
daya saing perusahaan dalam negeri menjadi sebuah keharusan agar bisa bersaing
dengan perusahaan-perusahaan multi nasional. MEA sendiri sebagai jawaban dari
tekanan globalisasi yang semakin menguat di tengah era keterbukaan informasi
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam
persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan
memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan. Indonesia
dalam kancah persaingan global berdasarkan World Competitiveness Report
menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah
Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40).
Rendahnya SDM Indonesia diakibatkan kurangnya penguasaan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK) karena sikap mental dan penguasaan (IPTEK) yang dapat
menjadi subyek atau pelaku pembangunan yang handal. Dalam kerangka
globalisasi, penyiapan pendidikan perlu juga disinergikan dengan tuntutan
kompetisi.
Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam kemajuan suatu negara. Hal ini terbukti di negara – negara maju bahwa
sumber daya manusia sangat berperan aktif dalam memajukan negaranya untuk
menjadi penguasa dunia. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu
faktor kunci dalam reformasi ekonomi, dimana suatu negara menciptakan Sumber
Daya Manusia yang berkualitas, memiliki keterampilan, kemampuan, kemauan,
pengetahuan serta jiwa daya saing yang tinggi dalam menghadapi persaingan
global.
Indonesia masih menghadapi masalah yang cukup serius berkenaan dengan
kualitas Sumber Daya Manusia.Terkait dengan kondisi sumber daya manusia
Indonesia awalnya terdapat ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan
angkatan kerja yaitu pada masa krisis ekonomi (1998) jumlah angkatan kerja
hanya sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka
(open unemployment). Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini
berjumlah sekitar 8 juta. Selain itu, tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada
masih relatif rendah. Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih
didominasi pendidikan dasar yaitu sekitar 63,2 % dari seluruh warga Indonesia itu
sendiri. Kedua masalah tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan
kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di berbagai sektor
ekonomi.
Pertumbuhan jumlah penduduk di indonesia dari tahun ke tahun terus
meningkat yang berarti jumlah angkatan kerja juga meningkat. Hal ini
menimbulkan masalah ketenagakerjaan karena tidak seimbangannya antara
permintaan dengan penawaran tenaga kerja dalam negeri. Liberalisme pasar bebas
barang dan jasa akan memicu investasi dalam negeri dan menarik tenaga kerja
asing ke Indonesia. Masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia dimungkinkan
dapat menjadi ancaman apabila tenaga kerja Indonesia tidak mempunyai daya
saing yang sebanding. Hal tersebut dapat di antisipasi dengan mengkorelasikan
input penunjang tenaga kerja sehingga tenaga kerja Indonesia memiliki kesiapan
mental dan kemampuan.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia harus diarahkan pada
penguasaan IPTEK untuk menopang kegiatan ekonomi agar lebih kompetitif.
Pemenuhan sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul, karena menguasai
IPTEK, akan berpengaruh terhadap struktur industri di masa depan. Dan apabila
dibangun dan dikembangkan di Indonesia, yang pada gilirannya akan mendorong
transformasi struktur ekonomi secara lebih cepat.
2.1.2. Pengertian MEA ( Masyarakat Ekonomi ASEAN
Strong economic performance has enabled all ten ASEAN Member States
to achieve significantly higher living standards for its 600 million women and
men. Nevertheless, pervasive vulnerability, gender disparities and high youth
unemployment persist in the region’s labour markets. This contrasts with the
overall purpose of the ASEAN Community to build a region with “sustained
economic growth” accompanied by “lasting peace, security and stability as well
as shared prosperity and social progress”.4 Pada intinya bahwa tujuan
keseluruhan dari Komunitas ASEAN untuk membangun suatu daerah dengan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan disertai dengan perdamaian abadi,
keamanan dan stabilitas serta kemakmuran bersama dan kemajuan sosial.
Di era tahun 1990-an, lima negara ASEAN yakni Indonesia, Singapura,
Malaysia, Thailand, dan Filipina sempat menyandang predikat “Macan Asia”
berkat melesatnya laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut. Ketika
pertumbuhan ekonomi sedang melesat, terjadi krisis keuangan yang bermula dari
krisis mata uang Bath Thailand dan merembet sampai negara lain termasuk
Indonesia. Seiring perubahan jaman dan peta ekonomi-politik-global, kesadaran
memperkuat kerja sama ekonomi semakin digencarkan. ASEAN dinilai sebagai
kawasan dengan potensi ekonomi besar, baik sebagai pemasok sumber daya
produksi maupun sebagai pasar yang posisinya begitu strategis dalam peta
kekuatan ekonomi dunia.
4
Pada tahun 1994 Indonesia telah mengikatkan diri sebagai anggota World
Trade Organization, dengan meratifikasi The Agreement of World Trade
Organization Establishment, dan secara resmi menyatakan keterikatan tersebut di
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia). Dan hal yang penting dalam komitmen
internasional tersebut adalah kewajiban dari anggota World Trade Organization
(WTO) untuk membuka akses pasar negara anggotanya, baik terhadap
perdagangan barang maupun jasa. Dan dalam pelaksanaan pembukaan akses pasar
tersebut diberlakukan General Agreement of Tariffs and Trade (GATT) sebagai
aturan mainnya. Dan sebagai konsekuensi Indonesia selaku anggota WTO adalah
bahwa Indonesia haus membuka pasarnya terhadap barang dan jasa dari negara
anggota WTO lainnya.
Di tengah permasalahan dan hiruk pikuk kepentingan politik-ekonomi
antarkawasan terhadap keberadaan ASEAN, para pemimpin ASEAN mencoba
melihat kelebihan ASEAN dengan sebuah sikap proaktif, yakni membangun
Masyarakat ASEAN (ASEAN Community). Tiga pilar yang menopang
Masyarakat ASEAN ini yakni, Masyarakat Ekonomi ASEAN, Masyarakat Politik
Keamanan ASEAN, dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN. Masyakat ASEAN
membidik menjadi sebuah kawasan yang mampu berkontribusi dalam
pertumbuhan ekonomi dunia, dan dapat mengambil manfaat optimal dari
pertumbuhan tersebut.
Pada KTT di Kuala Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN
dan sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi
kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi (ASEAN Vision 2020). Pada KTT
Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin ASEAN menyatakan bahwa
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi
regional pada tahun 2020, ASEAN Security Community dan Komunitas
Sosial-Budaya ASEAN dua pilar yang tidak terpisahkan dari Komunitas ASEAN. Semua
pihak diharapkan untuk bekerja secara yang kuat dalam membangun Komunitas
ASEAN pada tahun 2020.
MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya sistem
perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara
anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). Salah satu pilar
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menyangkut arah dan tujuan kehidupan
ekonomi dalam mencapai visi bersama yang dikenal sebagai ASEAN Economic
Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kehadiran MEA
merupakan buah dari kesepakatan para pemimpin ASEAN di Bali pada 2003
melalui Bali Concord II, dimana kesepakatan tersebut menggariskan MEA 2015
adalah tujuan akhir integrasi ekonomi kawasan dalam mendukung pencapaian
Visi ASEAN (ASEAN Vision 2020) yang menginginkan agar ASEAN menjadi
sebuah kawasan yang stabil, makmur, berdaya saing tinggi dengan pembangunan
ekonomi yang berimbang serta pengurangan kemiskinan dan kesenjangan
sosial-ekonomi.
Adapun salah satu pilar Komunitas ASEAN yaitu, pembentukan Komunitas
tujuan kerjasama dan integrasi kawasan tersebut dalam bidang ekonomi diatur
dalam Bab I, Pasal 1 Angka 5 dan 6 Piagam ASEAN, sebagai berikut:
“To create a single market and production base wich is stable, prosperous, highly
competitive and economically integrated with effective facilitation for trade and
investment in wich there is free flow of goods, services and investment; facilitated
movement of business persons, professionals, talents and labor; and freer of
capital, and to alleviate poverty and narrow the development gap within ASEAN
trough mutual assistance and cooperation.”
(Untuk menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang adalah stabil, makmur,
sangat kompetitif dan terintegrasi secara ekonomis melalui fasilitasi yang efektif
untuk perdagangan dan investasi di yang ada aliran bebas barang, jasa dan
investasi; gerakan difasilitasi orang bisnis, profesional, bakat dan tenaga kerja dan
modal yang lebih bebas, dan untuk mengurangi kemiskinan dan mempersempit
kesenjangan pembangunan di ASEAN melalui bantuan timbal balik dan
kerjasama). AEC (ASEAN Economic Community) mempunyai lima pilar utama,
yang menjadi tujuan dari AEC itu sendiri yakni:
1. Aliran bebas barang (free flow of goods)
Arus bebas barang merupakan salah satu elemen utama AEC blueprint dalam
mewujudkan AEC dengan kekuatan pasar tunggal dan berbasis produksi. Dengan
mekanisme arus barang yang bebas di kawasan ASEAN diharapkan jaringan
produksi regional ASEAN akan terbentuk dengan sendirinya. AEC
mengamanatkan liberalisasi perdagangan barang yang lebih meaningful dari
CEPT-AFTA. Dan dalam kesepakatan ASEAN pada KTT ke-14 tanggal 27
ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA). ATIGA merupakan kodifikasi atas
keseluruhan kesepakatan ASEAN dalam liberalisasi dan fasilitasi perdagangan
barang (trade in goods). ATIGA merupakan pengganti CEPT Agreement serta
penyempurnaan perjanjian ASEAN dalam perdagangan barang secara
komprehensif dan integratif yang disesuaikan dengan AEC Blueprint terkait
dengan (free flow of goods) sebagai salah satu elemen pembentuk pasar tunggal
dan basis produksi regional.5
Komitmen utama dalam ATIGA tersebut yaitu:
a) Penurunan dan Penghapusan Tarif
b) Rules of Origin
c) Penghapusan Non-Tariff Barriers (NTBs)
d) Trade Facilitation
Dalam rangka mewujudkan daya saing ekspor dan mendorong integrasi
ekonomi ASEAN menuju pasar tunggal untuk barang, jasa, dan investasi serta
berbasis produksi tunggal ASEAN, diperlukan mekanisme perdagangan dan
kepabeanan, proses, prosedur dan arus informasi terkait yang simpel, harmonis
dan terstandar. Dengan adanya fasilitasi perdagangan ini diharapkan akan tercipta
suatu lingkungan yang konsiten, transparan dan dapat diprediksi bagi transaksi
perdagangan dan kegiatan usaha termasuk usaha kecil dan menengah (UKM),
serta menghemat waktu dan mengurangi biaya transaksi.
e) Customs Integration (Integrasi Kepabeanan)
Rencana Strategis Pengembangan Kepabeanan untuk periode 2005-2010
difokuskan pada:
5 Departemen Perdagangan Republik Indonesia,
Pengintegrasian struktur kepabeanan,
Modernisasi klasifikasi tarif, penilaian kepabeanan dan penentuan asla
barang serta mengembangkan ASEAN e-Customs,
Kelancaran proses kepabeanan
Penguatan kemampuan sumber daya manusia
Peningkatan kerjasama dengan organisasi internasional terkait,
Pengurangan perbedaan sistem dalam kepabeanan diantara
negara-negara ASEAN, dan
Penerapan teknik pengelolaan resiko dan kontrol berbasis audit (PCA)
untuk trade facilitation.
f) ASEAN Single Window (ASW)
ASEAN Single Window dalam AEC Blueprint, merupakan suatu lingkungan
dimana dari 10 Negara anggota beroperasi dan berintegrasi, dimana harapannya
adalah proses ekspor-impor Negara ASEAN dapat berlangsung cepat dan mudah.
Oleh karenanya untuk membuat dan mengoperasikan ASW diperlukan National
Single Window dari tiap Negara Anggota ASEAN.
Di Indonesia terdapat Indonesia National Single Window (INSW) atau
National Single Window (NSW) merupakan suatu sistem elektronik yng akan
mengintegrasikan informasi berkaitan dengan proses penanganan dokumen
kepabeanan dan pengeluaran barang, yang menjamin keamanan data dan
informasi serta memadukan alur dan proses infromasi antar sistem internal secara
otomatis yang meliputi sistem kepabeanan, perijinan,
kepelabuhan/kebandarudaraan dan sistem lain yang terkait dengan proses
g) Standard, Technical Regulation and Conformity Assessment Procedures
Setiap negara anggota ASEAN diharapkan dapat menetapkan dan menerapkan
ketentuan-ketentuan mengenai standar, peraturan teknis dan prosedur penilaian
kesesuaian sebagaimana diatur dalam ASEAN Framework Agreement on Mutual
Recognition Arrangements dan ASEAN Sectoral Mutual Recognition
Arrangements. Upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi hambatan
perdagangan yang tidak diperlukan (unnecessary obstacles) dalam membangun
pasar tunggal dan basis produksi regional ASEAN. Dan diharapkan standar,
peraturan teknis dan prosedur penilaian kesesuaian juga dapat diharmonisasikan
dengan standar internasional dan kerjasama kepabeanan.
h) Sanitary and Phytosanitary Measures
Kebijakan SPS dimaksudkan untuk memfasilitasi perdagangan dengan
melindungi kehidupan dan kesehatan manusia, hewan atau tumbuhan sesuai
dengan prinsip yang ada dalam persetujuan SPS dalam WTO untukmencapai
komitmen-komitmen sebagaimana tercantum dalam ASEAN Economic
Community Blueprint.
i) Trade Remedies6
Setiap negara anggota diberikan hak dan kewajiban untuk menerapkan
kebijakan pemulihan perdagangan antara lain berupa anti dumping, bea imbalan
(terkait dengan subsidi) dan safeguard, mekanisme penyelesaian sengketa yaitu
dengan Protocol on Enhanced Dispute Sttlement Mechanism.
6
Dari berbagai sudut pandang manapun, Indonesia, sangat mungkin akan
menjadi negara yang kuat. Sumber Daya Alam melimpah, SDA memadai, wilayah
yang luas, jumlah penduduk yang besar, dan banyak faktor lain yang
menggambarkan Indonesia menjadi negara yang kuat di kawasan Asia jika
pemerintahan dan rakyat bekerjasama dengan baik. Pengelolaan sumber daya
alam yang seimbang serta bagaimana kebijakan pemerintah dalam
memperlakukan sumber daya manusia yang ada.
Indonesia sebagai salah satu negara yang juga memiliki tingkat integrasi yang
tinggi di sektor elektronik dan keunggulan komparatif pada sektor berbasis
sumber daya alam berpeluang besar mengembangkan industri di sektor sektor
tersebut. Untuk itu berbagai upaya untuk lebih meningkatkan daya saing produk
agar tidak tertinggal dari negara negara ASEAN lainnya perlu terus dilakukan.
Dilihat dari tingkat integrasi delapan sektor prioritas barang, Indonesia
memilki empat sektor yang terintegrasi dengan negara ASEAN lainnya. Namun
indonesia memilki keunggulan komparatif pada lima sektor prioritas. Di antara
negara-negra ASEAN Indoneisa merupakan negara yang paling banyak memilki
hambatan non-tarif, dimana enam diantaranya tidak terdapat pada negara ASEAN
lainnya. Saat ini Indonesia terdapat lebih dari 22 instansi pemerintah yang terlibat
dalam kegiatan ekspor/impor, terutama yang terkait dengan perizinan, dengan
lebih dari 40 dokumen yang dikeluarkan dan waktu pemrosesan sekitar lima hari.
Agar Indonesia dapat memanfaatkan peluang seoptimal mungkin dari integrasi
ekonomi ASEAN, segala jenis hambatan yang menyebabkan inefisiensi dan
ekonomi biaya tinggi yang melemahkan daya saing harus segara dibenahi.
persepsi antara pemerintah dan pelaku usaha, dan harmonisasi kebijakan di tingkat
pusat dan daerah harus terus dilakukan.
Koordinasi yang baik perlu dididukung oleh sistem yang terintegrasi secara
nasional. Untuk itu target pembentukan NSW dan integrasi NSW ke ASW pada
tahun 2008 harus didukung oleh semua pihak. Karena dengan demikian integrasi
ekonomi Indonesia dengan negara negara ASEAN lainnya dapat diperdalam dan
diperluas,terutama pada sektor unggulan, sehingga indonesia dapat memperoleh
manfaat sebesar-besarnya.
2. Aliran bebas jasa (free flow of sevice)
Liberalisasi jasa bertujuan untuk menghilangkan hambatan penyediaan jasa di
antara negara-negara ASEAN yang dilakukan melalui mekanisme yang diatur
dalam ASEAN Framewrok Agreement on Services (AFAS).7 AFAS bertujuan
untuk:
a. Meningkatkan kerjasama diantara negara-negara anggota di bidang jasa
dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing, diversifikasi
kapasitas produksi dan pasokan serta distribusi jasa dari para pemasok
jasa masing-masing Negara Anggota baik didalam ASEAN maupun
diluar ASEAN,
b. Menghapuskan secara signifikan hambatan-hambatan perdagangan jasa
diantara NegaraAnggota, dan
7
c. Meliberalisasikan perdagangan jasa dengan memperdalam tingkat dan
cakupan liberalisasi jasa dalam GATS dalam mewujudkan perdagangan
bebas di bidang jasa.
Perdagangan jasa liberalisasi sektor jasa akan dilakukan dalam kerangka
ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) yang sebenarnya telah
dideklarasikan sejak tahun 1995. Langkah-langkah tersebut diantaranya adalah
mengkompilasi berbagai hambatan dalam pergerakan jasa antar negara,
penyusunan MRA (Mutual Recognition Agreement) untuk jasa arsitektur,
akuntansi, kualifikasi surveyor, tenaga kerja medis termasuk diantaranya dokter
gigi (selesai 2008), dilanjutkan MRA untuk jasa-jasa professional lainnya (selesai
2015), serta peningkatan partisipasi asing dalam 4 sektor jasa (hingga 51%) serta
jasa logistik (hingga 49%) pada tahun 2008.8 Di Indonesia sendiri hal ini akan nampak dengan sendirinya, banyaknya tenaga terampil yang berasal dari luar
maupun dalam negeri akan bersaing dengan standar internasional yang mereka
miliki.
Standarisasi kualitas profesional tenaga kerja akan menjadi langkah strategis
dalam mempersiakan tenaga ahli lokal Indonesia untuk menghadapi persaingan
luar negeri yang tidak dapat kita pungkiri bahwa kualitas maupun kuantitas tenaga
kerja mereka berada di atas negara kita. Indonesia hanya akan menjadi penonton
di negeri sendiri ketika standarisasi ini tidak dilakukan.
Perusahaan-perusahaan tertentu pastinya menginginkan para tenaga kerja
nya memiliki kualitas dan keahlian yang prima sehingga kegiatan usaha mereka
dapat berumur panjang. Hal itulah yang menjadi dasar mengapa standardisasi ini
8
diperlukan mengingat persaingan tenaga kerja di era AEC nanti akan semakin
ketat. Tenaga ahli dari luar negeri akan masuk ke Indonesia dan ketika kualitas
tenaga kerja lokal Indonesia belum mampu melampaui atau paling tidak setara
dengan kualitas tenaga asing tersebut, maka tenaga lokal Indonesia tentu saja akan
semakin tersingkir.
Menteri PPN/Kepala Bappenas, Armida Alisjahmana mengatakan dalam
pelaksanaan AEC tahun depan, ASEAN sudah sepakat meliberalisasi pasar tenaga
kerja di 12 sektor usaha, yaitu tujuh sektor perdagangan dan industri serta lima
sektor jasa. Armida mengakui, tenaga kerja atau sumber daya manusia (SDM)
Indonesia di 12 sektor tersebut masih memiliki kelemahan karena kurangnya
keterampilan. Apalagi, ada delapan bidang yang sudah masuk Mutual Recognition
Arrangements (MRA), yakni jabatan Insinyur, perawat, surveyor, arsitek, tenaga
pariwisata, praktisi medis, dokter gigi dan akuntan. Artinya sektor-sektor tersebut
akan disertifikasi kompetensi tenaga kerjanya untuk bisa masuk ke Negara-negara
ASEAN. Meskipun demikian, Indonesia yang saat ini menguasai 38 persen dari
penduduk usia produktif ASEAN berpeluang mengirim tenaga kerja terampil ke
Negara-negara lain yang kekurangan penduduk usia produktif. Sebagai gambaran,
data Organisasi Buruh Internasional (ILO) pada tahun 2013 menyebutkan ada 300
juta kesempatan kerja yang terbuka di kawasan ASEAN dan Pasifik.
Harmonisasi dan standarisasi menjadi kunci penting atas hubungan
kerjasama ini. AEC blueprint pun telah menyebutkan bahwa akan dilakukan
pengembangan atas kompetensi inti serta kualifikasi untuk para calon tenaga ahli
yang nantinya akan dibutuhkan terutama pada sektor-sektor prioritas.
berbagai macam penelitian untuk pengembangan antara negara anggota ASEAN
sehingga nantinya akan mempermudah informasi labour market dan menciptakan
persaingan yang lebih merata dan adil diantara negara ASEAN.9
3. Aliran bebas investasi (free flow of investment)
Investasi langsung akan sangat membantu negara bersangkutan mengurangi
pengangguran karena adanya penyerapan tenaga kerja yang lumayan besar jika
modal asing tersebut digunakan untuk membangun pabrik-pabrik dan perusahaan
besar. Sedangkan investasi tidak langsung tidak memberikan dampak sebesar
investasi langsung karena dana asing dapat ditarik kapan saja pemodal ingin
menariknya.
Sebagaimana diatur dalam GATT-WTO, prinsip-prinsip perdagangan
internasional yang telah menjadi prinsip penanaman modal asing dan wajib
dijabarkan dalam pengaturan penaman modal di host country adalah Non
Discriminatory Principle. Non Discriminatory Principle (prinsip kesetaraan)
didasarkan pada alasan bahwa negara penerima investasi modal asing dengan
menggunakan argumen-argumen tertentu, sering memberikan perlakuan yang
berbeda (diskriminatif) kepada investor asing dengan berbagai cara. Prinsip Non
Discriminatory Principle tersebut kemudian dipecah menjadi dua prinsip utama,
yaitu:
1. The Most Favoured Nation (MFN) Principle: Prinsip kesetaraan yang berlaku
terhadap semua PMA yang masuk ke wilayah suatu negara.
2. National Treatment Principle (NTP): Hal tersebut tentang prinsip kesetaraan
terhadap host country terhadap PMA dan PMDN, dalam hal tersebut tunduk
pada hukum yang berlaku di host country.
Berdasarkan ASEAN Invensment Area (AIA) tahun 1998, seluruh industri
(bidang manufaktur, pertanian, perikanan, kehutanan, dan pertambangan serta jasa
yang terkait dengan kelima sektor) wajib dibuka dan national treatment diberikan
kepada investor, baik pada tahap pra-pendirian (pre-establishment), maupun pasca
pendirian (post-establishment), dengan beberapa pengecualian bagi industri yang
tercantum dalam Tempory Exclition List (TEL) dan Sensitif List (SL) setiap
negara anggota.Untuk mendorong intergrasi kawasan, Framework Agreement on
The AIA dan ASEAN IGA akan ditinjau kembali. Tujuannya adalah membentuk
perjanjian investasi yang lebih komprehensif dan berwawasan kedepan dengan
menyempurnakan fitur-fitur, ketentuan-ketentuan, dan kewajiban-kewajiban
dengan mempertimbangkan praktikpraktik international yang terbaik yang akan
meningkatkan kepercayaan investor terhadap ASEAN. ASEAN comprehensive
investment agreement (ACIA) yang akan disusun berdasarkan AIA dan ASEAN
IGA, akan mencakupi pilar-pilar ; Perlindungan investasi, fasilitas dan kerjasama,
promosi dan kepedulian.
Manfaat dan tantangan liberalisasi investasi dengan ditandatanganinya ACIA,
diharapkan masing-masing negaraanggota ASEAN termasuk Indonesia akan
memperoleh manfaat antara lain:
1. Prosedur pengajuan dan persetujuan penanaman modal akan lebih
2. Aturan, peraturan dan prosedur penanaman modal yang jelas dan kondusif
akan meningkatkan penanaman modal serta memberikan perlindungan
yang lebih baik kepada penanaman modalnya ,
3. Penanam modal akan mendapatkan perlakuan yang sama khususnya
berkenaan dengan perijinan, pendirian, pengambilalihan, perluasan,
pengelolaan, pelaksanaan, penjualan, atau pelepasan penanaman modal
lainnya,
4. Liberalisasi investasi dapat mendorong pertumbuhan dan pengembangan
usaha kecil, menengah maupun enterprise multinasional yang berdampak
pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi,
5. Terbukanya lapangan kerja baru, dan
6. Mempererat hubungan antara negara-negara anggota sehingga tercipta
sebuah kawasan penanaman modal terpadu.
4. Aliran bebas tenaga kerja terampil (free flow of skilled labour)
Kemungkinan bagi tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia akan
terbuka luas. Hal ini karena MEA adalah jembatan bagi aliran bebas tenaga
kerja terampil. Pembahasan dalam AEC tersebut dibatasi pada pengaturan
khusus tenaga kerja terampil (skilled labour) dan tidak terdapat pembahasan
mengenai tenaga kerja tidak terampil (unskilled labour). Dalam
perkembangannya, arus bebas tenaga kerja sebenarnya juga bisa masuk dalam
kerangka kerjasama AFAS dalam mode 4 seperti yang dijelaskan di atas.
Kerjasama dalam mode 4 tersebut diarahkan untuk memfasilitasi pergerakan
tenaga kerja yang didasarkan pada suatu kontrak/perjanjian untuk mendukung
mendukung hal tersebut adalah dengan disusunnya Mutual Recognition
Arrangement (MRA).
5. Aliran bebas modal ( free flow of capital)
Arus modal memiliki karakteristik dimana keterbukaan yang sangat bebas
atas arus modal, kan berpotensi menimbulkan resiko yang mengancam kestabilan
perekonomian suatu negara. Namun pembatasan atas aliran modal, akan membuat
suatu negara mengalami keterbatasan ketersediaan kapital yang diperlukan untuk
mendorong peningkatan arus perdagangan dan pengembangan pasar uang. Arus
modal antar Negara merupakan salah satu indikator adanya transaksi perdagangan
aset yang dilakukan penduduk antar negara. Liberalisasi arus modal yang
dimaksud dalam konteks ASEAN adalah suatu proses menghilangkan peraturan
yang bersifat menghambat arus modal dalam berbagai bentuk.
AEC Blueprint mengelompokan dua inisiatif utama bagi negara ASEAN,
yaitu:
1. Memperkuat pengembangan dan integrasi pasar modal ASEAN. Dan 5
program utamanya yaitu:
Harmonisasi berbagai standar di pasar modal ASEAN khususnya
dlam hal ketentuan penawaran harga (initial public offering),
Memfasilitasi adanya Mutual Recognition Agreement (MRA)
untuk pekerja profesional di pasar modal,
Adanya Fleksibilitas dalam ktentuan hukum untuk penerbitan
Memfasilitasi berbagai usaha yang bersifat market driven untuk
membentukk hubungan antar pasar saham dan pasar obligasi,
Memperkuat struktur mekanisme pemungutan pajak penghasilan
(PPH), untuk memperkuat basis investasi bagi penerbitan surat
utang di ASEAN.
2. Meningkatkan arus modal dikawasan melalui proses liberalisasi. Dan
upaya liberalisasi tersebut mengacu pada prinsip berikut:
Memastikan suatu liberalisasi capital count yang konsisten dengan
agenda nasional kesiapan ekonomi negara anggota,
Memperbolehkan penggunaan instrumen pengamanan terhadap
potensi resiko instabilitas dan sistemik makroekonomi yang
mungkin muncul dari proses liberalisasi, termasuk hak
memberlakukan kebijakan yang dirasa perlu untuk stabilitas
makroekonomi,
Memastikan manfaat liberalisasi yang akan diperoleh oleh seluruh
negara ASEAN.
Pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 11 Tahun
2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru MEA dalam upaya persiapan
menghadapi pasar bebas ASEAN. Dalam cetak biru MEA, terdapat 12 sektor
prioritas yang akan diintegrasikan oleh pemerintah. Sektor tersebut terdiri dari
tujuh sektor barang, yaitu industri agro, otomotif, elektronik, perikanan, industri
berbasis karet, industri berbasis kayu, dan tekstil. Kemudian, sisanya berasal dari
teknologi informasi. Sektor-sektor tersebut pada era MEA akan terimplementasi
dalam bentuk pembebasan arus barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja.
Implementasi MEA ditopang oleh beberapa instrumen hukum internasional
berupa perjanjian-perjanjian internasional regional seperti ASEAN Trade in Goods
Agreement (ATIGA), ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) dan
ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA). Sebagai anggota ASEAN,
Indonesia telah menjadi pihak dari perjanjian-perjanjian internasional tersebut.
Hal ini sekaligus juga berarti bahwa Indonesia terikat untuk memberlakukan
ketentuan-ketentuan perjanjian-perjanjian internasonal terkait dengan MEA
tersebut dalam lingkup domestik Indonesia.10
Adanya MEA diharapkan dapat membuat perekonomian Indonesia menjadi
lebih baik. Salah satunya pemasaran barang dan jasa dari Indonesia dapat
memperluas jangkauan ke negara ASEAN lainnya. Kualitas sumber daya manusia
merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu
bangsa. Para tenaga kerja dari negara MEA yang memiliki kompetensi kerja yang
lebih tinggi, tentunya akan memiliki kesempatan lebih luas untuk mendapatkan
keuntungan ekonomi di dalam MEA. Dengan demikian, Indonesia harus berusaha
dengan sunguh-sunguh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan
mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain, khususnya di kawasan ASEAN.
2.1.3. Perlindungan Hukum
Menurut R. La Porta dalam Journal of Financial Economics, bentuk
perlindungan hukum yang diberikan oleh suatu negara memiliki dua sifat, yaitu
10 Arie Siswanto dkk, Dalam sebuah penelitian: Kesiapan UMKM Dalam Menghadapi MEA 2015,
besifat pencegahan (prohibited) dan bersifat hukuman (sanction). Bentuk
perlindungan hukum yang paling nyata adalah adanya institusi-institusi penegak
hukum seperti pengadilan, kepolisian dan lembaga penyelesaian sengketa di luar
pengadilan (non-litigasi) lainnya. Hal ini sejalan dengan pengertian hukum
menurut Soedjono Dirdjosisworo yang menyatakan bahwa hukum memiliki
pengertian beragam dalam masyarakat dan salah satu yang paling nyata dari
pengertian tentang hukum adalah adanya institusi-institusi penegak hukum.
Teori perjanjian masyarakat yang disampaikan oleh Immanuel Kant misalnya,
menurut Kant, tujuan negara adalah melindungi dan menjamin ketertiban hukum
agar hak dan kemerdekaan warga negara terbina dan terpelihara. Untuk itu
diperlukan undang-undang yang merupakan penjelmaan kehendak umum (volonte
general), dan karenanya harus ditaati oleh siapa pun, rakyat maupun pemerintah.
Agar tujuan negara tersebut dapat terpelihara, Kant menyetujui asas pemisahan
kekuasaan menjadi tiga potestas, legislatoria, rectoria, iudiciaria (Penguasa,
pembuat, pelaksana, dan pengawas hukum). Teori Kant tentang negara hukum
disebut teori negara hukum murni atau negara hukum dalam arti sempit karena
peranan negara hanya sebagai penjaga ketertiban hukum dan pelindung hak dan
kebebasan warga negara, tak lebih dari nightwatcher, (penjaga malam). Negara
tidak turut campur dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Namun
teori Kant mulai ditinggalkan karena persaingan bebas ternyata makin melebarkan
jurang pemisah antara golongan kaya dan golongan miskin. Para ahli berusaha
menyempurnakan teorinya dengan teori negara hukum dalam arti luas atau negara
dan kebebasan warganya, negara juga berupaya mewujudkan kesejahteraan bagi
seluruh warga negara.
Kranenburg adalah salah satu di antara ilmuwan yang menganut teori negara
kesejahteraan. Menurut dia, tujuan negara bukan sekadar memelihara ketertiban
hukum, melainkan juga aktif mengupayakan kesejahteraan warganya. Hal ini
tentunya sejalan dengan pemikiran Aristoteles yang mengatakan bahwa negara
yang didasarkan kepada hukum bukan merupakan alternatif yang paling baik dari
negara yang dipimpin oleh orang-orang cerdik cendikiawan, melainkan
satu-satunya cara yang paling praktis untuk mencapai kehidupan yang baik dan
sejahtera dalam masyarakat.11 Penulis cenderung setuju dengan teori dari
Kranenburg daripada teori yang dikemukakan oleh Immanuel Kant, karena pada
dasarnya sebuah perlindungan akan dirasa cukup apabila mampu melindungi
segenap bangsanya sehingga mewujudkan salah satu tujuan bernegara itu sendiri
yaitu kesejahteraan. Penulis sepakat dengan teori Kranenburg ini karena
mendasarkan teori tersebut sesuai dengan amanah dari UUD 1945 dimana tujuan
negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia serta memajukan kesejahteraan Oleh karena itu negara,
sesungguhnya berkewajiban untuk memberikan perlindungan terhadap seluruh
warga negara.
Keadilan dibentuk oleh pemikiran yang benar, dilakukan secara adil dan jujur
serta bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Rasa keadilan dan hukum
harus ditegakkan berdasarkan Hukum Positif untuk menegakkan keadilan dalam
hukum sesuai dengan realitas masyarakat yang menghendaki tercapainya
11
masyarakat yang aman dan damai. Keadilan harus dibangun sesuai dengan cita
hukum (Rechtidee) dalam negara hukum (Rechtsstaat), bukan negara kekuasaan
(Machtsstaat). Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia,
penegakkan hukum harus memperhatikan 4 unsur:
a) Kepastian hukum (Rechtssicherkeit)
b) Kemanfaatan hukum (Zeweckmassigkeit)
c) Keadilan hukum (Gerechtigkeit)
d) Jaminan hukum (Doelmatigkeit).12
Hukum berfungsi sebagai pelindungan kepentingan manusia, agar kepentingan
manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan secara profesional. Perlindungan
hukum sangat erat kaitannya dengan aspek keadilan. Menurut pendapat Soediman
Kartohadiprodjo, pada hakikatnya tujuan adanya hukum adalah mencapai
keadilan. Maka dari itu, adanya perlindungan hukum merupakan salah satu
medium untuk menegakkan keadilan. Tenaga kerja yang mendapatkan perlakuan
yang baik dan benar akan mewujudkan keadaan yang tata tentram raharja.
Haruslah ada hak-hak pekerja yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang sekaligus mengatur tentang perlindungan mengenai hak-hak dari pekerja itu
sendiri.13 Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin
hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan
tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/
buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan
dunia usaha.Hukum dapat melindungi hak dan kewajiban setiap individu dalam
kenyataan yang senyatanya, dengan perlindungan hukum yang kokoh akan
12
Ishaq. Dasar-dasar Ilmu Hukum. Jakarta. Sinar Grafika. 2009. hlm. 43 13
terwujud tujuan hukum secara umum: ketertiban, keamanan, ketentraman,
kesejahteraan, kedamaian, kebenaran, dan keadilan.
Perlindungan hukum secara etimologi terdiri dari dua kata yaitu
"perlindungan" dan "hukum". Kata Perlindungan dalam bahasa inggris disebut
"protection". istilah perlindungan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) disamakan dengan istilah proteksi, yang memiliki arti proses atau
perbuatan memperlindungi, sedangkan dalam Black's Law Dictionary, Protection
adalah the act of protecting. Perlindungan hukum bertujuan untuk memberikan
pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan
perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati
semua hak-hak yang diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan
hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak
hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari
gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.
Menurut Satjipto Rahardjo, hukum melindungi kepentingan seseorang dengan
cara mengalokasikan kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka
kepentingannya secara terukur. Kepentingan merupakan sasaran dari hak karena
hak mengandung unsur perlindungan dan pengakuan. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa perlindungan hukum atau legal protection merupakan kegiatan untuk
menjaga atau memelihara masyarakat demi mencapai keadilan. Kemudian
perlindungan hukum dikonstruksikan sebagai:
1. Bentuk pelayanan, pelayanan ini diberikan oleh aparat penegak hukum dan
2. Subjek yang dilindungi. 14
Perlindungan hukum menurutnya adalah adanya upaya melindungi kepentingan
seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk
bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut.15
Menurut Philipus, bahwa perlindungan itu terkait dengan hak asasi manusia.
Hak asasi manusia di Indonesia, sering disejajarkan dengan istilah hak-hak kodrat,
hak-hak dasar manusia, natural rights, human rights fundamental rights,
gronrechten, mensenrechten, rechten van den mens, dan fundamental rechten.
Menurutnya di dalam hak (rights), terkandung adanya suatu tuntutan (claim). 16
Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta
pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum
berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan atau sebagai kumpulan
peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya.
Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap
hak-hak pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak
tersebut.17
Perlindungan hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini
hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang diberikan oleh hukum,
terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh
manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia serta
lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban
untuk melakukan suatu tindakan hukum. Menurut Setiono, perlindungan hukum
14 Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Kompas, Jakarta, 2003, hlm. 74 15 Ibid, hlm. 121
16
Philipus M Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati. Argumentasi Hukum,(Yogyakarta:UGM Press,2005),hlm. 33-34
17
adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan
sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk
mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk
menikmati martabatnya sebagai manusia.18 Menurut Muchsin, perlindungan
hukum merupakan kegiatan untuk melindungi individu dengan menyerasikan
hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan
dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama
manusia.19 Dari beberapa penjelasan perlindungan hukum di atas, penulis
menyimpulkan bahwa perlindungan hukum di sini adalah suatu bentuk
perlindungan kepada individu-individu untuk memberikan hak-haknya secara adil
dari orang-orang yang lebih berkuasa atau berkedudukan di atasnya.
Pengertian perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan
terhadap subyek hukun dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat
preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.20
Muchsin juga berpendapat hal yang sama bahwa perlindungan hukum dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Perlindungan Hukum Preventif
Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah
sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta
memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan sutu
kewajiban.
18 Setiono. Rule of Law (Supremasi Hukum). Surakarta. Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2004. hlm. 3
19 Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia , Surakarta, Magister
Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003, hlm. 14
20
2. Perlindungan Hukum Represif
Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi
seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah
terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.21
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa perlindungan
hukum adalah segala bentuk upaya pengayoman terhadap harkat dan martabat
manusia serta pengakuan terhadahap hak asasi manusia di bidang hukum. Prinsip
perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia bersumber pada Pancasila dan konsep
Negara Hukum, kedua sumber tersebut mengutamakan pengakuan serta
penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia.
Menurut Philipus M. Hadjon, bahwa sarana perlindungan Hukum ada dua
macam, yaitu :
1. Sarana Perlindungan Hukum Preventif
Pada perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum diberikan kesempatan
untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan
pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah
terjadinya sengketa. Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi
tindak pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan
adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk
bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi.
Di indonesia belum ada pengaturan khusus mengenai perlindungan hukum
preventif.
21
2. Sarana Perlindungan Hukum Represif
Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.
Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Pengadilan
Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip
perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber
dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang
pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada
pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.
Prinsip kedua yang mendasari perlindungan hukum terhadap tindak
pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, pengakuan dan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan
dengan tujuan dari negara hukum.22
2.2. PERLINDUNGAN HUKUM YANG DITIMBULKAN DENGAN
ADANYA MEA BAGI TENAGA KERJA INDONESIA YANG
BEKERJA DI INDONESIA
MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN ialah suatu realisasi dari tujuan
akhir terhadap integrasi ekonomi yang telah dianut didalam ASEAN Visi 2020
yang berdasarkan atas konvergensi kepentingan para negara-negara anggota
ASEAN untuk dapat memperluas dan memperdalam integrasi ekonomi lewat
inisiatif yang ada dan baru dengan memiliki batas waktu yang jelas. Didalam
22
mendirikan masyarakat ekonomi ASEAN atau MEA, ASEAN mesti melakukan
tidakan sesuai dengan pada prinsip-prinsip terbuka, berorientasi untuk mengarah
ke luar, terbuka, dan mengarah pada pasar ekonomi yang teguh pendirian dengan
peraturan multilateral serta patuh terhadap sistem untuk pelaksanaan dan
kepatuhan komitmen ekonomi yang efektif berdasarkan aturan.
MEA akan mulai membentuk ASEAN menjadi pasar dan basis dari produksi
tunggal yang dapat membuat ASEAN terlihat dinamis dan dapat bersaing dengan
adanya mekanisme dan langkah-langkah dalam memperkuat pelaksanaan baru
yang berinisiatif ekonomi; mempercepat perpaduan regional yang ada di
sektor-sektor prioritas; memberikan fasilitas terhadap gerakan bisnis, tenaga kerja
memiliki bakat dan terampil, dapat memperkuat kelembagaan mekanisme di
ASEAN. Menjadi langkah awal dalam mewujudkan MEA atau Masyarakat
Ekonomi ASEAN. Dengan adanya 8 (delapan) profesi yang terkena kebijakan
pasar bebas yang tertuang dalam ASEAN Mutual Recognition Arrangement
(MRA), maka ke 8 (delapan) profesi tersebut menjadi fokus dalam tenaga kerja
yang dilirik dalam MEA ini. Masing-masing profesi telah menetapkan standar dan
kompetensi yang diperlukan di kancah ASEAN, yaitu insinyur, arsitek, perawat,
tenaga survei, tenaga pariwisata, praktisi medis, dokter gigi, dan akuntan. Skilled
labour dapat diartikan sebagai pekerja yang mempunyai ketrampilan atau keahlian
khusus, pengetahuan, atau kemampuan di bidangnya, yang bisa berasal dari
lulusan perguruan tinggi, akademisi atau sekolah teknik ataupun dari pengalaman
kerja. Tenaga kerja terlatih (skilled labor) penyusunan MRA untuk tenaga kerja
selesai pada tahun 2008. Dalam Blueprint MEA 2015 skilled labor didefinisikan
sebagai berikut:23
1. Pekerja yang mempunyai keterampilan khusus, pengetahuan, atau
kemampuan dibidang pekerjaannya,
2. Lulusan universitas, akademi, sekolah teknik, atau keahlian yang diperoleh
melalui pekerjaan sehari-hari.
Mutual Recognition Arrangements (MRA) adalah suatu mekanisme yang
disepakati negara anggota ASEAN dalam mengatur harmonisasi standar
perdagangan jasa. MRA ini dibentuk melalui ASEAN Framework Agreement on
Mutual Recognition Arrangements yang bertujuan mengurangi hambatan teknis
perdagangan jasa dan menentukanpersyaratan umum liberalisasi sektor jasa. Jasa
insinyur adalah salah satusektor jasa yang diakui dalam MRA,selain 7 sektor jasa
lainnya, yaitu jasa perawat, arsitektur, surveyor, tenaga kerja pariwisata
profesional, akuntan, tenaga kesehatan, dan tenaga kesehatan gigi. Praktik
liberalisasi jasa insinyur sendiri diatur dalam MRA on Engineering Services.
Kesepakatan ini dibentuk pada tanggal 9 Desember 2005 di Kuala Lumpur,
Malaysia. Ada dua hal utama yang disampaikan dalam kesepakatan tersebut.
Pertama, kriteria insinyur profesional yang diakui dalam skema MRA, dan yang
kedua prosedur bagaimana seorang insinyur bisa melakukan praktik di negara
ASEAN lainnya.
Berikut beberapa penjelasan mengenai delapan profesi yang sangat
dibutuhkan saat MEA :
23
1. Insinyur
Didalam MEA ini, peraturan mengenai Insinyur di atur dalam Mutual
Recognition Arrangement (MRA on Engineering Services) yang disepakati di
Kuala Lumpur, pada tanggal 9 Desember 2005. Tujuan didalamnya ialah
a) facilitate mobility of Engineering;
b) exchange information in order to promote adoption of best practices on
standards of engineering education, professional practice and
qualifications;
c) conform to the spirit of ASEAN co-operation based on fair distribution of
resources and benefits through collaborative researches; and
d) encourage, facilitate and establish mutual recognition of Engineers and set
up standards and commitment of technological transfer among ASEAN
Member Countries.
Dimana inti dari tujuan MRA on Engineering Services ialah menjadi wadah
untuk memfasilitasi dari para insinyur ini, juga memobilitas pertukaran informasi
di bidang teknik dengan standar yang berkualifikasi maupun prefesional. Sesuai
dengan arah dan cita-cita ASEAN, dan memfasilitasi penetapan standar dan
komitmen transfer tenologi antara negara-negara anggotaASEAN.
Indonesia kini ikut serta dalam pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) yang dilaksanakan pada 31 Desember 2015. Konsekuensinya, persaingan
tenaga insinyur profesional nantinya tidak hanya datang dari dalam negeri, tetapi
juga dari negara-negara lain di ASEAN. Artinya, para insinyur Indonesia harus
meningkatkan kualitas agar bisa menang bersaing dengan insinyur dari
berperingkat ke-5 di ASEAN. Sumber daya manusia Indonesia hanya
berperingkat ke-6 di ASEAN. Profesi insinyur pun tak jauh berbeda. Secara
kuantitatif jumlah insinyur Indonesia masih kurang untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri.
Menurut Project Management Institute, 2015 Indonesia memerlukan
penambahan insinyur sebanyak 65.000 orang, sedangkan penambahan tenaga
insinyur Indonesia hanya sebesar 36.000 orang. Lalu, menurut ASEAN Federation
of Engineering Organisations (AFEO), jumlah insinyur profesional Indonesia
hanya sekitar 9.000 orang. Jumlah itu masih lebih sedikit jika dibandingkan
dengan negara-negaraASEAN lainnya, seperti Malaysia(11.170 orang), Thailand
(23.000 orang), dan Filipina (14.250 orang). Tak hanya itu. Secara kualitatif,
tenaga insinyur profesional Indonesia masih sedikit yang memenuhi standar
Mutual Recognition Arrangements (MRA) – standar yang bertujuan mengurangi
hambatan teknis perdagangan jasa dan menentukan persyaratan umum liberalisasi
sektor jasa di kawasan ASEAN.
Dalam kerangka MRA ini, jumlah insinyur Indonesia yang sudah diakui
sebagai insinyur profesional dan bisa berpraktik di negara ASEAN lainnya,
diperkirakan hanya sekitar 0,03 persen dari total insinyur asal Indonesia. Memang
tak gampang bagi seorang insinyur agar dapat dikatakan sebagai insinyur
professional menurut MRA. Pasalnya, insinyur tadi harus memenuhi persyaratan
dari ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE) yang terbilang tinggi.
Persyaratan itu, antara lain; telah lulus sarjana teknik dari universitas/lembaga
pendidikan yang terakreditasi di salah satu negara ASEAN, memiliki sertifikat/
Authority (PRA) dari negara anggota ASEAN, memiliki pengalaman kerja di
bidang teknik minimal tujuh tahun dan pengalaman kerja yang menangani proyek
teknik yang signifikan minimal dua tahun; mematuhi ketentuan Continuing
Professional Development (CPD) sesuai dengan kebijakan negara asal; tidak
memiliki catatan pelanggaran terhadap standar teknis, profesional ataupun etika,
baik di tingkat lokal maupun internasional. Kriteria tersebut sekaligus menjadi
pembeda antara sarjana teknik (graduate engineer) dan profesi insinyur
(professional engineer). Perbedaan utama terletak pada pengalaman kerja dan
sertikasi dari PRA.
Di Indonesia, badan yang berfungsi sebagai PRA adalah Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi. Setelah mendapat sertifikasi dari PRA, insinyur
profesional dapat mengajukan diri ke ASEAN Chartered Professional Engineer
Coordinating Committee (ACPECC) untuk mendapat pengakuan sah sebagai
ACPE. Pengakuan sebagai ACPE pun tidak serta merta mengizinkan insinyur
profesional untuk bekerja di negara lain di ASEAN. Soalnya, seorang insinyur
ACPE harus memenuhi lagi kriteria sebagai Insinyur Profesional Asing
Teregistrasi atau Registered Foreign Professional Engineer (RFPE), di Negara
lain tempat ia akan bekerja. Persyaratannya adalah sebagai berikut; mematuhi
kode etik profesionalitas sebagai insinyur sesuai dengan kebijakan (UU No. 11
Tahun 2014 tentang Jasa Konstruksi); mematuhi hukum dan peraturan di negara
tujuan; berafiliasi dengan insinyur profesional lokal di negara tujuan. Meski punya
keterbatasan, insinyur Indonesia ternyata memiliki keunggulan. Pasalnya, jumlah
insinyur Indonesia yang tercatat sebagai ACPE merupakan yang terbesar di
290 dari Indonesia, 218 dari Singapura, 203 dari Malaysia, 134 dari Vietnam, 85
dari Myanmar, 55 dari Filipina, dan 2 dari Brunei Darussalam.
Terlepas dari itu, Indonesia tetap harus meningkatkan kualitas dan kuantitas
insinyurnya, karena kebutuhan Indonesia akan insinyur yang begitu tinggi tadi.
Seperti dikatakan Bobby Gafur Umar, “Peningkatan daya saing, kompetensi, dan
keahlian insinyur Indonesia agar sesuai dengan dengan standar Mutual
Recognition Arrangements (MRA) dan bersertifikasi ASEAN Chartered
Professional Engineer (ACPE), adalah sebuah tantangan dan pekerjaan rumah
yang harus segera kita atasi”.24
Untuk menjawab tantangan penyediaan SDM
insinyur yang berkualitas, PII memberikan beberapa rekomendasi. Antara lain,
peningkatan sertifikasi insinyur profesional, pembangunan industri litbang
keinsinyuran dan insentif bagi kontraktor yang mengembangkan riset dan
teknologi serta inovasi, peningkatan sosialisasi mengenai profesi keinsinyuran
bagi pelajar SMA, dan pembangunan industri manufaktur untuk dapat mendukung
peningkatan konstruksi nasional. PII juga menyadari, bahwa peran peningkatan
daya saing insinyur tidak serta merta hanya datang dari pemerintah atau lembaga
tertentu.
Insinyur Indonesia sendiri harus memiliki komitmen untuk menciptakan
pembangunan bernilai tambah. Oleh karena itu, PII mengemukakan empat
tuntutan insinyur Indonesia yaitu, pertama, memiliki kemauan untuk berinovasi
dengan memperkuat penguasaan dan pengembangan teknologi. Kedua,
mendorong pemakaian produk dalam negeri, ketiga bekerjasama mengembangan
kompetensi SDM insinyur. Lalu yang keempat, mendorong upaya strategis
24