• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Merek NonTradisional Berbasis Daya Pembeda di Indonesia T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Merek NonTradisional Berbasis Daya Pembeda di Indonesia T1 BAB IV"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PERLINDUNGAN BUNYI, BENTUK, DAN AROMA SEBAGAI MEREK DI INDONESIA

A. STATUS PERLINDUNGAN BBA DALAM KI

Perlindungan bunyi, bentuk dan aroma (BBA) di Indonesia juga harus diletakan dengan memperhatikan konteks hak kekayaan intelektual (HKI). Apakah perlindungan BBA termasuk dalam ranah perlindungan Merek? Ataukah merupakan ranah elemen HKI yang lain? Hal ini menjadi pertanyaan penting untuk ditelusuri, sebab sesungguhnya karakterisrik BBA juga tidak lah bersifat murni sebagai merek layaknya tanda tradisional. Melainkan memiliki penampakan yang berbeda yang sering disangkahkan sebagai objek perlindungan elemen KI lainnya.

1. Perlindungan BBA pada Elemen KI Selain Merek

Hak atas kekayaan intelektual terbagi menjadi tujuh konsep perlindungan yaitu; hak cipta, paten, desain industri, rahasia dagang, varietes tanaman, sirkuit terpadu dan merek. Dari ketujuh konsep tersebut, sekurangnya terdapat tiga elemen yang sering disangkahkan sebagai ranah perlindungan yang tepat bagi BBA. Ketiga elemen tersebut adalah hak cipta, paten dan desain industri, berikut uraiannya.

a. Hak Cipta

(2)

hak cipta dapat dilihat dalam Pasal 1 butir 1 Undang undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, bahwa:

Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Lebih jauh yang dimaksud dengan “ciptaan” pada pengertian di

dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 1 butir 3, bahwa ciptaan adalah: setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.

Atas hal ini lingkup frasa “ciptaan” yang dilindungii sebagai karya cipta adalah sangat luas. Sehingga lebih jauh dalam rangka memastikan kedudukan BBA apakah tercangkup sebagai ciptaan? Maka penting untuk merujuk pada Pasal 40 UU Hak Cipta, yaitu menjelaskan secara explisit akan daftar ciptaan yang dimaksud adalah meliputi:

(3)

kompilasi tersebut merupakan karya yang asli; r)permainan video; dan s)Program Komputer.

Berdasarkan daftar ciptaan di atas, sekurangnya tanda yang bersinggungan yaitu terkesan termasuk lingkup hak cipta adalah tanda

“bunyi” sedangkan tidak dengan tanda “bentuk” danatau “aroma”. Namun,

apakah benar bahwa bunyi merupakan area hak cipta? Ya, jika bunyi diletakan sebagai ciptaan yang murni diciptakan untuk dirinya sendiri. Artinya bunyi bukan sebagai tanda yang hadir untuk sesuatu yang lain. sebab, manakala bunyi tersebut diperuntukan bukan untuk konsumsi atas dirinya sendiri melainkan tidak terlepas dari barang dan jasa. Maka jawabannya adalah Tidak!

b. Paten

Istilah paten yang digunakan di Indonesia saat ini adalah menggantikan istilah octrooi pada zaman hindia belanda silam. Istilah ini

berasal dari inggris “patent” yang pararel dengan istilah “brevet de

inventior” di Prancis dan belgia1. Pengertian paten dapat termaktub dalam Pasal 1 butir 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2016 tentang Paten, bahwa paten adalah:

hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi tersebut atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya.

Selanjutnya yang dimaksud dengan invensi dijelaskan lebih lanjut

dalam butir 2, yaitu: “ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan

(4)

pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.

Selanjutnya dalam rangka mempersempit lingkup perlindungan Paten, Pasal 2 UU Paten menegaskan bahwa paten yang dilindungii adalah paten dan paten sederhana. Kedua jenis paten ini lebih lanut dijelaskan dalam Pasal 3, yang berbunyi:

1)Paten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a diberikan untuk Invensi yang baru, mengandung langkah inventif, dan dapat diterapkan dalam industri;

2)Paten sederhana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b diberikan untuk setiap Invensi baru, pengembangan dari produk atau proses yang telah ada, dan dapat diterapkan dalam industri.

Berdasarkan uraian di atas maka tanda yang terlihat bersinggungan adalah tanda Bentuk. Namun, tetap tanda tersebut tidak dilindungii sebagai paten, karena bentuk dengan pembeda adalah berupa wadah yang membedakan antara barang di pemasaran. Sedangkan paten adalah temuan yang harus digunakan dalam industi, artinya yang jadi penekanan bukanlah membedakan antara barang melainkan digunakan atau tidaknya di dunia industri.

c. Desain Industri

Pengertian desain industri tertuang dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 31 tahun 2000 tentang Desain Industri, yang menegaskan bahwa:

(5)

tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.

Berdasarkan pengertian tersebut tanda “bentuk” yang sebelumnya dapat

dilindungii dengan Paten, tetapi saat ini ditegaskan untuk dilindungii sebagai desain industri. Menanggapi hal ini, Djumhana dan Djubaedilah dengan mendasarkan pada WIPO menegaskan bahwa dalam hukum perdagangan keadaan tersebut wajar yaitu sebagai situasi cross rezim.

Namun, terhadap hal di atas menurut hemat Penulis tanda Bentuk sebagai desain industri adalah perlindungan secara fungsional. Artinya, bentuk dilindungii sebagai pelengkap dan penunjang fungsi suatu barang/ produk. Sedangkan dalam hal bentuk hadir sebagai tanda yang tidak memiliki hubungan dengan pengoptimalan nilai dan guna suatu barang. Melainkan sebagai tanda yang memedakan antara barang, bentuk bukan dilindungii oleh Desain Industri.

(6)

2. BBA Sebagai Ranah Eksklusif Hukum Merek

Exklusivitas bunyi, bentuk dan aroma (BBA) sebagai ranah hukum merek merupakan implikasi atas dua hal, yaitu; pertama, bunyi, bentuk dan aroma yang dimaksud adalah TANDA. Sebagai tanda bunyi, bentuk dan aroma tidak diletakan berdiri sendiri layaknya ciptaan atau kreasi, melainkan diletakan sebagai sesuatu yang eksis untuk sesuatu yang lain yaitu menggambarkan barang dan jasa.

Kedua, BBA adalah tanda dengan daya pembeda. Pembeda yang dimaksud bukan hanya sekedar pembeda antara ciptaan dan atau kreasi yang merupakan tolak ukur untuk mengatagorikan bahwa tanda tersebut adalah jiplakan. Melainkan pembeda terhadap barang dan jasa, yaitu antara barang dan jasa yang satu dengan barang dan jasa yang lain pada waktu di pemasaran.

Atas hal ini, maka BBA adalah TANDA yang merupakan objek perlindungan hukum merek. Karena pada prinsipnya BBA tidak dilindungii sebagai produk sendiri, melainkan sebagai tanda yang menerangkan/ merepresentasikan suatu objek berupa barang dan jasa untuk membedakannya dengan barang dan jasa yang lain. Penegasan tersebut dapat dilihat pada Pasal 1 butir 1 UU Merek, bahwa:

“Merek adalah tanda…, yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.”

Frasa “digunakan” di atas tidak berarti diperdagangkan. Melainkan harus

(7)

B. PERBANDINGAN BENTUK PERLINDUNGAN BBA di BERBAGAI NEGARA

Amerika dan Negara angota Uni Eropa berkontribusi besar dalam perlindungan tanda non-tradisional sebagai merek dagang. Pandangan hukum merek pada masing-masing Negara tersebut telah memprakarsai semangat perlindungan bentuk, bunyi dan aroma (BBA) di berbagai Negara di dunia. Sebut saja Australia, India ataupun Meksiko adalah beberapa dari sekian Negara yang saat ini melakukan pembaharuan hukum merek nasionalnya berdasar pada pandangan kedua Negara tersebut. Atas hal ini, berikut Penulis uraikan prinsip perlindungan BBA pada Amerika Serikat dan the European Union (EU) untuk kemudian dibandingkan antara yang satu dan lain. Guna menempatkan bentuk perlindungan merek yang tepat di Indonesia.

1. Amerika Serikat

Sebagai merek, bunyi, bentuk dan aroma (BBA) telah dilindungii di Amerika sejak tahun 1947. Pada tahun tersebut tercatat telah ada 99 permohonan pendaftaran merek diantaranya bunyi dari total 276 permohonan, yang kemudian meningkat setiap tahun yaitu 85 permohonan pada 1995 dan 93 permohonan pada tahun berikutnya. Peningkatan perlindungan tanda bunyi tersebut kemudian disusul oleh kedua tanda yang lain yaitu bentuk dan aroma, berikut uraiannya.

1.1. Perlindungan Bunyi

(8)

visual means,” thus no drawing need be submitted with the application, only a specimen, a description of the mark, and proof of use.”

Pendaftaran bunyi dilakukan secara khusus dan berbeda dengan pendaftaran merek tradisional pada umumnya. Bunyi dilindungii dengan pendaftaran yang tidak harus memenuhi persyaratan penggambaran penampakan tanda, seperti halnya pencetakan pada tanda angka, kata, dan atau huruf. Pendaftaran bunyi cukup dengan melampirkan sampel yang jelas, deskripsi tanda, dan bukti penggunaan tanda bahwa tanda bersifat membedakan. Hal ini berarti prinsip perlindungan bunyi sebagai merek adalah disesuaikan dengan karakteristiknya yaitu tidak bersifat visual.

Perlindungan terhadap bunyi selanjutnya mulai diperdebatkan pada tahun 1990an di Amerika. Pada era tersebut gagasan perlindungan bunyi dihadapkan dengan dua isu perlindungan tanda dalam hukum merek. Pertama, tanda dengan daya pembeda deskriptif; dan kedua, tanda yang tidak dapat ditampilkan secara grafis. Kedua konsep tersebut berdampak pada munculnya klasifikasi atas tanda bunyi yang dapat dilindungii sebagai merek. Kevin K. McCormick menjelaskan hal ini sebagai berikut:

“Within these systems, only two types of sound marks were recognized, if any: unique, different, or distinctive sounds, and commonplace sounds that have acquired distinctiveness. As long as these sounds serve to indicate a source, then trademark protection should be granted.”2

(9)

Pengelompokan jenis bunyi yang dapat dilindungii di atas adalah didasarkan pada kekuatan masing-masing jenis bunyi sebagai merek. Dimana ketika bunyi bersifat unik dan jelas berbeda (inherently distinctive) maka dapat langsung dilindungii. Sedangkan dalam hal bunyi tersebut pada pengenalannya tidak bersifat inheren, yaitu telah diketahui dan dikenal secara umum maka untuk dapat didaftarkan sebagai merek bunyi harus memnuhi persyaratan pembuktian daya pembeda (secondary meaning).

Daya pembeda sebagai premis mayor dalam perlindungan bunyi

terlihat pada pendaftaran bunyi “NBC’s chimes” sebagai merek. Dalam kasus

tersebut the Circuit Court menjelaskan bahwa:

the chimes as a brief musical composition consisting of three sounds, set to a specific tempo, in a specific order, and played by a specific instrument. Extrapolating those characteristics, the circuit court recognized that jingles were common advertising tools that certainly served as indicators of source and thus deserved protection

(10)

G, E, C, the ‘G’ being the one just below middle C, the ‘E’ the one just above

middle C, and the ‘C’ being middle C.

Deskripsi tanda di atas merupakan tipe kedua atas bunyi yang dapat didaftarkan sebagai merek. Selain memiliki daya pembeda, untuk kepastian dalam pendaftaran bunyi juga harus dapat direpresentasikan secara grafis. Atas hal ini maka jenis bunyi yang dapat dilindungii sebagai merek adalah bunyi yang memiliki daya pembeda serta dapat ditampilkan secara grafis dalam pendaftarannya.

1.2. Perlindungan Aroma

Selain bunyi Amerika juga telah memberikan perlindungan terhadap aroma. Sama seperti bunyi, aroma juga dilindungii dengan keistimewaan untuk tidak diharuskan penggambaran tanda. In re Clarke merupakan kasus pertama dalam pendaftaran merek jenis tradisional ini. Bahwa pada 1980 seorang perempuan bernama Celia Clarke menjalankan usaha yang melibatkan penggunaan aroma yaitu usaha benang berwangi. Aroma tersebut dideskripsikan sebagai “a high impact, fresh, floral fragrance reminiscent of plumeria blossoms.” Atas hal ini USPTO melakukan penolakan pendaftarannya sebagai merek dengan alasan bau hanya lah merupakan efek samping dari produk dan tidak dapat mengidentifikasi sumber barang sebagai merek. Namun, pandangan tersebut kemudian dibatalkan TTAB pada tingkat banding. Dimana pengadilan memberikan pertimbangan perbandingan antara parfum dengan aroma sebagai merek tanda, yaitu:

(11)

the other. In the former category, the products are “noted for these features,” stated the Board. In the latter, the scent is not an inherent attribute or natural characteristic of the product, and hence is an arbitrary feature

Aroma sebagai merek harus dibedakan dengan aroma dalam barang dan jasa. Sebagai merek, aroma tidak mendukung dan atau melengkapi fungsi

utama dari barang atau jasa tersebut. Hal ini berbeda dengan “parfum” yaitu

aroma sebagai barang itu sendiri sehingga jelas merupakan karakter inti dari produk tersebut. Terhadap hal ini, kemudian perlindungan aroma adalah didasarkan pada daya pembeda dan bukan fungsinya dalam barang atau jasa di perdagangan. Berbeda dengan aroma sebagai merek produk yaitu pembeda produk. Dalam hal pertimbangan aroma sebagai bersifat fungsional maka dapat melihat kasus pendaftaran aroma kesegaran jeruk sebagai merek cat khusus lukisan. USPTO menolak memberikan perlindungan dengan pertimbangan bahwa: “ Orange scent is functional for cleaners that contain orange acid as a cleaning ingredient, the scent merely described an ingredient of the goods, and the scent did not function as a trademark because it did not distinguish applicant’s goods from those of others.

(12)

1.3. Perlindungan Bentuk

Perlindungan bentuk (shape) sebagai merek di atur dalam Pasal 43a Lanham Act, ditegaskan bahwa:

Any person who, on or in connection with any goods or services, or any container for goods, uses in commerce any word, term, name, symbol, or device, or any combination thereof, or any false designation of origin, false or misleading description of fact, or false or misleading representation of fact, which—

 is likely to cause confusion, or to cause mistake, or to deceive as to the affiliation, connection, or association of such person with another person, or as to the origin, sponsorship, or approval of his or her goods, services, or commercial activities by another person, or

 (B) in commercial advertising or promotion, misrepresents the nature, characteristics, qualities, or geographic origin of his or her or another person’s goods, services, or commercial activities.

Berdasarkan pasal di atas, bentuk dilindungii sebagai merek adalah ketika ia tidak membingungkan dan menyesatkan konsumen terhadap barang yang lain (misrepresents). Artinya karena bentuk penampakannya langsung terhadap barang maka ketimbang membedakan barang tersebut, bentuk dikwatirkan untu lebih sebagai fitur pelengkap barang saja. Sehingga barang tentu susah untuk membedakan barang tersebut dengan barang yang sejenis. Kekuatiran seperti ini juga disampaikan Jeremy Philips, yang mengatakan “a sound, smell or tactile sensation as applied to goods will be incapable of being a mark”3

ia menjelaskan:

“A container is not generally reckoned to be a ‘mark’. On this basis the distinctive Cola Cola bottle could not be registered as a ‘mark’ in respect on beverages, even though a drawing of the

(13)

bottle would be a ‘device’ and therefor a mark. This conclusion is hard to justify when one considers that a container can be as effective as any other means of indicating a link between a trader and his goods”4

Sekalipun demikian, berbeda dengan Jeremy, pengadilan Mahkamah Agung Amerika Serikat berpendapat lain yaitu bentuk dapat dilindungii sebagai merek. Dalam kasus Two Pesos Inc. v. Taco Cabana, Inc, mahkamah

berpendapat: “In order to be protected as trade dress, a product configuration

must be inherently distinctive or have acquired secondary meaning, and the shape must be nonfunctional.”

Perlindungan terhadap bentuk mesyaratkan secondary meaning adalah ketika tidak memiliki kekuatan pembeda yang kuat. Pengadilan mempertimbangkan bahwa bentuk sebagai tanda haruslah tidak bersifat fungsional sehingga dapat mengidentifikasi sumber barang. Dalam pertimbangannya, hakim menerapkan abercombie factors untuk menetapkan kekuatan pembeda tanda bentuk. Namun, pararel dengan kasus Wal-Mart Stores, Inc. v. Samara Bros Inc5, tanda bentuk pada umumnya selalu disyaratkan secondary meaning karena sering dalam setiap permohonan didapati tidak bersifat inherently distinctive.

4 Ibid,

(14)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perlindungan bunyi, bentuk dan aroma sebagai merek di Amerika adalah dilakukan berdasarkan ciri berikut:

a) Perlindungan BBA dikhususkan

Bunyi, bentuk dan aroma tidak diperlakukan sama dengan tanda tradisional dalam hal pendaftarannya. Tanda non-tradisional diharuskan dapat digambarkan secara nyata akan perwujudannya, misalnya tanda kata dengan proses pencetakan. Sedangkan tanda BBA cukup dengan memberikan penerangan akan perwujudannya berserta bukti bahwa ia memiliki daya pembeda.

b) Pengutamaan daya pembeda

Masing-masing tanda yaitu bunyi, bentuk dan aroma dilindungii karena daya pembeda yang dimilikinya. Penampilan secara grafis hanya sebagai langkah penetapan tanda pada waktu pendaftarannya agar tanda dapat didaftarkan secara administrasi. Yang menentukan perlindungan BBA adalah daya pembeda, sehingga dapat didaftarkan ketika tidak bersifat fungsional dan hanya sebagai pelengkap barang atau jasa saja.

c) Pendaftaran

(15)

tanda aroma. Sedangkan tanda bentuk didaftarkan sama sebagai tanda tradisional yaitu melalui gambar.

2. Uni Eropa

Pendaftaran bunyi, bentuk dan aroma di Negara angota Uni Eropa adalah lebih mengedepankan penampilan secara grafis tanda. Jerman misalnya, dalam Pasal 8 ayat (2) The Gesetz über den Schutz von Marken und sonstigen Kennzeichnungen, menegaskan bahwa:

a sign cannot be registered if it is incapable of being represented graphically even if it has become accepted in trade as the trade mark of a specific undertaking and is thus not caught by the grounds for refusal set out in Paragraph 8(2)(1) to (3) of the Markengesetz, in particular, that of lack of distinctive character.

Penegasan penampilan grafis di atas tidak bermakna literal terhadap jenis tanda. Artinya syarat perlindungan merek berdasarkan penampilan grafis adalah tidak berarti menolak tanda yang berjenis non-visual. Pendirian ini sejalan dengan Judgment of The Court dalam kasus Sieckmann v. Deutsches Patent- und Markenamt, yaitu mahkamah memberikan pertimbangan bahwa:

In the light of those considerations, it must be determined whether Article 2 of the Directive is to be interpreted as meaning that a trade mark may consist of a sign which is not in itself capable of being perceived visually.

(16)

Sekalipun demikian, dalam memberikan perlindungan secara spesifik terhadap tanda maka pertimbangan secara grafis pada beberapa kasus tetap dikesampingkan dengan kuatnya daya pembeda yang dimiliki tanda.

2.1. Perlindungan Aroma

Dalam pendaftaran aroma diantaranya. The Harmonization in the Internal Market (OHIM) pada tingkat banding telah memberikan

perlindungan terhadap merek aroma bola tenis yang dikenal dengan

ungkapan “Smell of fresh cut grass”. OHIM memberikan pertimbangan

bahwa:

The smell of freshly cut grass is a distinct smell which everyone immediately recognizes from experience. For many, the scent or fragrance of freshly cut grass reminds them of spring, or summer, manicured lawns or playing fields, or other such pleasant experiences.The Board is satisfied that the description provided for the olfactory mark sought to be registered for tennis balls is appropriate and complies with the graphical representation

Namun pendirian bahwa daya pembeda dapat mengesampingkan

penampilan grafis pada kasus di atas tidak bertahan lama. Sebab, dalam

perkembangannya pendaftaran aroma setelahnya seperti “smell of ripe

strawberries” pada 2005 silam tidak dilindungii karena penampakan

melalui kata ataupun unsur kimia tidak cukup dikategorikan sebagai

penampilan secara grafis.

2.2. Perlindungan Bunyi

(17)

sebagai merek. Pada 2013, tercatat sekurangnya telah ada 13 merek bunyi yang telah dilindungii di Uni Eropa dari total 36 permohonan. Prinsip perlindungan bunyi dapat dilihat pada sengketa antara Shield Mark Bv V.

Joost Kis tentang pendaftaran Sembilan not pertama dari Für Elise. Pada

kasus tersebut, penampilan secara grafis atas merek non-visual adalah

dipertanyakan seputar:

Musical notes

Onomatopoeia

Written description in some other form

Sonogram

Recording annexed

Recording accesible via internet

Combination of those methods

Dalam putusannya, Judgment of The Court (Sixth Chamber)

memberikan pertimbangan berdasarkan pendirian beberapa Negara

anggota. Mahkamah berpendapat bahwa:

French and United Kingdom Government take the view that a reference to a well-known work, such as 'the first nine notes of "Für Elise"', constitutes a graphical representation. Shield Mark and the Commission maintain, the description of a tune by the transcription of the notes of which it is composed, such as 'E, D#, E, D#, E, B, D, C, A' must be regarded as a graphical representation of the melody concerned.

French and Austrian Governments accept, in essence, that a sonogram constitutes a graphical representation, while the Austrian Government further states that such a sign may be registered provided that it is accompanied by an acoustic reproduction on a data carrier, and the French Government states that this mode of representation might be accompanied by a sound recording or a digital recording. The United Kingdom Government and the Commission take the view that an onomatopoeia is also capable of being registered.

Berdasarkan pertimbangan di atas, pendaftaran bunyi dalam hal

(18)

persyaratan setiap Negara anggota. Misalnya dalam kasus Shield Mark Bv

di atas oleh pengadilan dan juga dikutip European Court of Justice (ECJ),

bahwa menuliskan kesembilan musical note (E, D sharp, E, D Sharp, E, B,

D Sharp, C, A) dilengkapi dengan onomatopoeic (Kukelekuuuuu) telah

cukup untuk menjadi dasar penampilan secara grafis bunyi.

2.3. Perlindungan Bentuk

Selanjutnya, dalam hal perlindungan bentuk sebagai merek diatur

pada Pasal 7 ayat 1 the Community Trade Mark Regulation (CTMR).

Bahwa bentuk dilindungii dengan memperhatikan:

This provision states that signs which consist exclusively of: i) the shape which results from the nature of the goods themselves; ii) the shape of goods which is necessary to obtain a technical result; iii) the shape which gives substantial value to the goods. Shall not be registered.

Berangkat dari pasal di atas, perlindungan bentuk di Negara Uni Eropa

masih terkesan tidak prior pada daya pembeda. Bentuk ditekankan sebagai

tanda yang dilindungii dengan mustahil, sebab persyaratan pada pasal 7 ayat

(1) tersebut merupakan karakteristik dari pada tanda bentuk sendiri. Atas

hal ini sekalipun dilindungii, sangat susah untuk mendaftarkan bentuk di

Uni Eropa.

Pendaftaran Cola-Cola misalnya, jika Amerika telah memberikan

perlindungan sejak 1916, OHIM menolak pendaftaran merek tersebut pada

2014. OHIM menjelaskan bahwa: “does not possess any characteristics that

distinguish it from other bottles available on the market. The mark sought

is thus a mere variant of the shape of a bottle which does not enable the

(19)

undertakings.”

Sekalipun berargumen bahwa botol Coca-cola tidak memiliki daya

pembeda. Namun, OHIM yang mempertimbangkan Pasal 7 ayat (1) CTMR

menurut hemat penulis tidak tepat. Rumusan pada Pasal tersebut tidak dapat

dilaksanakan dalam semangat perlindungan merek bentuk karena sifat yang

dilarang adalah ciri bentuk itu sendiri. Hal ini juga disebutkan Felix

Schulyok, dalam tesis “The exclusion from protection of functional shapes

under the trade mark law of the EU“ ia menjelaskan:

Besides the fact that Article 7(1)(e) only applies to shape marks and not to other signs seeking registration, Article 7(3) states that, contrary to 7(1)(b), (c) and (d), this specific ground for refusal cannot be overcome by showing that the sign at stake has become distinctive. This clearly shows that the grounds for refusal stated in Article 7(1)(e) are not concerned with the question of distinctiveness.”6

Atas hal ini, perlindungan bentuk di EU adalah bertumpu pada

penampakannya yang fungsional sebagai features dari barang yang mana

menjadi penentu ada tidaknya daya pembeda pada bentuk tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perlindungan

bentuk, bunyi dan aroma (BBA) di Negara angota Uni Eropa adalah

dilakukan berdasarkan beberapa hal berikut ini:

a) Perlindungan BBA sebagai merek tradisional

Berbeda dengan US, perlindungan dalam uni eropa lebih

memperlakukan bunyi, bentuk, dan aroma sebagai merek

tradisional. Sehingga BBA tidak dikhususkan dari syarat

(20)

perlindungan merek tradisional seperti penampakan yang visual.

Atas hal ini lah kemudian perlindungan BBA di Uni Eropa

sangat sulit.

b) Pengutamaan penampilan grafis

BBA dilindungii dengan memperhatikan kemampuan

penampilan grafis sebagai tanda. Sekalipun hal ini pada

beberapa kasus dikecualikan oleh Pengadilan, namun tetap tidak

menghilangkan pendirian setiap Negara anggota EU seperti

Jerman akan syarat penampilan grafis sebagai penentu

perlidungan tanda sebagai merek.

c) Pendaftaran

Pendafran BBA adalah mengenai cara pendaftaran secara grafis.

Terhadap hal ini, Pengadilan memutuskan bahwa setiap Negara

anggota dapat menentukan masing-masing bentuk penampilan

tanda. Sehingga berbeda dengan Amerika yang fokus pada

deskripsi kata tentang tanda dan note musikal, Negara anggota

dapat mendaftarkannya berdasarkan Musical notes,

Onomatopoeia, Written description in some other form,

Sonogram, Recording annexed, Recording accesible via

internet, Combination of those methods

Atas uraian dan perbandingan perlindungan tanda bunyi, bentuk dan aroma

pada kedua Negara di atas, yaitu Amerika Serikat (Unites States) dan

Negara-negara angota Uni Eropa. Pendekatan yang seperti apakah yang lebih tepat diambil/

(21)

C. PERLINDUNGAN BBA BERBASIS DAYA PEMBEDA DI INDONESIA

Agar dapat melindungi bunyi, bentuk dan aroma, Indonesia membutuhkan rumusan pengertian merek yang berbasis pada daya pembeda sebagai hukum positif. Atas hal ini penting sebelumnya untuk memperhatikan kebijakan beberapa Negara dalam perlindungan merek yang tertuang pada definisi merek. Amerika misalnya, Negara paman sam ini dalam Lanham Act of the United States

menegaskan bahwa merek adalah: “any word, name, symbol, or device, or any

combination thereof.., to identify and distinguish his or her goods, including a unique product, from those manufactured or sold by others and to indicate the source of the goods, even if that source is unknown.”

Pada pengertian di atas, faktor pembeda suatu tanda ditempatkan sebagai syarat utama dalam perlndungan merek. Sedangkan mengenai jenis tanda yang dilindungii, Lanham Act tidak secara explisit menyebut shape, sound atau scent namun dalam beberapa kasus ketiga tanda non-tradisional tersebut dilindungii

sebagai tanda yang diwakili oleh frasa “any.., symbol or device” yakni dimaknai meliputi BBA.

Berbeda dengan Amerika, European Union (UE) dalam Pasal 4 Council Regulation (EC) No 207/2009 lebih menitik beratkan perindungan merek pada kemampuan penampilan secara grafis. Sedangkan daya pembeda sebagai syarat setelahnya, pada pasal tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan merek adalah:

(22)

capable of distinguishing the goods or services of one undertaking from those of other undertakings.

Pembedaan lain dengan Amerika yang terdapat pada rumusan di atas adalah mengenai penyebutan tanda. Jika Amerika sama sekali tidak menyebutkan secara explisit jenis tanda non-tradisional yang dilindungii sebagai merek, EU justru menyebutkan secara explisit salah satu tanda yaitu bentuk (shape of goods) sebagai salah satu tanda yag dilindungii sebagai merek.

Berdasarkan perbedaan di atas, muncul pertanyaan lebih jauh tentang urgensi penyebutan jenis tanda non-tradisional dalam pengertian merek sebagai penegasan bahwa tanda tersebut dilindungii. Atas hal ini, maka penting untuk melihat hukum merek Australia yang termaktub pada amandemen Trade Marks Act

1995, yaitu menegaskan merek adalah: “a sign used, or intended to be used, to

distinguish goods or services dealt with or provided in the course of trade by a person from goods or services so dealt with or provided by any other person”.

(23)

Berdasarkan perbandingan rumusan pengertian merek di atas, dapat disimpulkan bahwa substansi pengertian merek yang dapat dipertimbangkan dalam perumusan pengertian merek di Indonesia adalah meliputi:

1. Penyebutan Jenis Tanda

Substansi pertama dalam rangka perlindungan bunyi, bentuk dan aroma di Indonesia adalah tentang penyebutan jenis tanda pada pengertian merek. Apakah dalam rumusan pengertian merek kedepannya harus memuat tanda BBA secara explisit? Ataukah lebih baik disebutkan secara implisit saja?

1.1. Penyebutan Tanda Secara Explisit dan Implisit

Penyebutan secara explisit dapat melihat kembali Pasal 1 ayat (1) UU Merek sebelumnya (UU 15/2001), bahwa: “Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.”

Selanjutnya, terkait bagaimana menyebutkan BBA sebagai bagian dari jenis tanda non-tradisional. Maka maka dapat melihat pada Ius Constitutum, yaitu Pasal 1 angka 1 UU Merek dan Indikasi Geografis yang menyatakan:

“Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut.”

(24)

perbandingan, penyebutan jenis tanda secara implisit dapat dilihat pada Lanham Act Trademarks, Amerika Serikat yaitu tetap menyebutkan jenis

tanda tradisional melalui frasa “any.., symbol or device” sebagai open door

untuk tanda non-tradisional. Yaitu pada penampakannya berbunyi: “any word, name, symbol, or device, or any combination thereof.”

1.2. Penyebutan Jenis Tanda Secara Konteks

Selain secara implisit dan explisit, penyebutan tanda dapat dilakukan secara setengah konteks. Penyebutan yang demikian terlihat pada

pengertian merek di Australia. Bahwa merek diartikan sebagai “a sign used,

or intended to be used, to distinguish goods or services dealt with or provided in the course of trade by a person from goods or services so dealt with or provided by any other person”. Penyebutan tersebut merupakan peneybutan secara implisit, yang kemudian dijelaskan secara explisit mengenai jenis tanda (sign) yang dimaksudkan dalam Pasal 6, bahwa: “sign includes the following or any combination of the following, namely, any letter, word, name, signature, numeral, device, brand, heading, label, ticket, aspect of packaging, shape, colour, sound or scent.

(25)

Atas kedua pendekatan di atas, yaitu penyebutan tanda secara implisit atau ekxplist ataupun penyebutan secara konteks. Penulis memilih untuk meletakan tanda non-tradisional secara implisit pada pengertian merek. Hal ini dikarenakan sifat tanda non-tradisional adalah respon tanda tradisional terhadap perkembangan zaman. Artinya, kedepannya pasti akan bermunculan berbagai macam tanda baru seperti yang saat ini marak diperdebatkan yaitu tanda bergerak (emoticon). Atas hal ini lebih tepat untuk menyebutkan jenis tanda tradisional yang didampingi dengan

frasa “open door” untuk tanda non-tradisional. Sehingga jika ditejemahkan adalah

sebagai berikut “Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata,

huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, simbol dan perangkat atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut.”

2. Sebab Perlindungan

Substansi kedua dalam semangat perlindungan BBA di Indonesia adalah mengenai penegasan sebab perlindungan, yaitu Apakah yang mendasari suatu tanda dilindungii sebagai merek? Rumusan pengertian merek harus tegas terhadap hal ini. UU Merek dan Indikasi Geografis, pada Pasal 1 angka 1 menegaskan bahwa:

Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.”

(26)

sering tidak dilindungi karena masalah penampilan secara grafis.7 Rumusan demikian juga salah! Sebab menempatkan penampilan grafis sebagai sebab utama perlindungan, padahal secara hukum merek daya pembeda yang dimiliki tanda lah yang menyebabkan tanda itu menjadi merek.8

Pemuatan frasa “penampilan secara grafis” sebagai sebab perlindungan

tanda dalam UU Merek hanya akan merusak tatanan hukum merek di Indonesia. Sebab, tindakan tersebut akan membawa isu perlindungan merek berada pada situasi praktis dan bukan prinsip. Uni Eropa misalnya, karena ditempatkannya penampilan grafis sebagai penentu pendaftaran merek. Maka tanda suara dan aroma sebagai tanda yang bersifat non-visual sekalipun memiiki daya pembeda tetap mengalami persoalan dalam pendaftarannya karena dipermasalahan cara yang tepat untuk merepresentasikan tanda tersebut. Yang jika tidak diketemukan maka berakibat tanda tersebut tidak dapat dilindungii sebagai merek.

Hal di atas pararel dengan kasus Kawasaki Motors Corp. V. H-D Michigan, Inc, dalam kasus tersebut pendaftaran suara knal pot diragukan deskripsi

kepastiannya, berikut pertimbagan dalam kasus: “the description was indefinite

because the exhaust sound varies depending upon the exhaust pipes used, the operating conditions, and the mode of use (i.e., idle, acceleration, deceleration, and vehicle drive-away).” Atas pertimbangan demikian, bunyi yang hendak didaftarkan pun (suara knal pot) tidak dapat dilindungii sebagai merek.

7 Lihat halaman 91.

(27)

Atas pertimbangan di atas maka penting untuk menempatkan daya pembeda sebagai syarat utama dalam pengertian merek. Sedangkan layaknya Amerika, isu penampilan secara grafis tidak dimuat dalam rumusan. Melainkan tetap diperlukan tetapi diserahkan dalam tataran praktis yaitu pendaftaran tanda saja. Sehingga penampilan secara grafis cukup sebatas bukti pendaftaran saja dan bukan menjadi penentu dilindungii atau tidaknya suatu tanda.

Terhadap argumen di atas, maka dapat dirumuskan penggalan akhir pada pengertian merek yaitu bukan lah yang menekankan pada penampilan secara grafis

melainkan pada daya pembeda yaitu; “yang digunakan dalam perrdagangan

dengan maksud untuk membedakan antara barang dan jasa”.

Selanjutnya berdasarkan kedua pendekatan di atas yaitu tentang bagaimana

“jenis penyebutan tanda” dan “sebab perlindungan tanda” yang tepat dalam

rumusan pengertian merek pada UU Merek kedepan. Yaitu sebagai rumusan yang mendukung semangat perlindungan bunyi, bentuk dan aroma (BBA) berbasis daya pembeda di Indonesia, maka Indonesia membutuhkan gabungan unsur dari kedua pendekatan tersebut. Dimana jika digabungankan, maka bentuk konkret rumusan merek yang dapat dihasilkan adalah:

Referensi

Dokumen terkait

keluarga, atau alasan untuk menghadapi masa pensiun atau alasan kesehatan dan lain-lain. Dengan regulasi rotasi dan mutasi oleh pemerintah provinsi, kecil

perekonomian yang sangat besar serta realisasi harga yang lebih tinggi untuk petani banyak langkah yang diperlukan untuk mencapainya terkait dengan reformasi dari komite

Pengendalian dalam proyek konstruksi pada umumnya menyangkut tiga aspek utama, yaitu, biaya, waktu dan SDM.Didalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi, perencanaan

Hasil dari The United Nations Conference on Sustainable Development (UNCSD) yang lebih dikenal dengan Rio 20+ yaitu The Future We Want : Rio+20 Outcome

iv) Kalau tak biasa makan sarapan pada awal pagi, boleh makan makanan yang tinggi karbohidrat sebelum tidur sehari sebelum perlawanan contohnya bijirin, oat, roti sapu

Guru sebagai pendidik, pembimbing dan fasilitator bagi siswa dan juga merupakan seseorang yang paling sering berinteraksi dengan siswa- siswanya seharusnya seorang guru

Melonggarkan otot bahu.Gunakan seutas getah, pegang kedua hujungnya, angkat sebelah tangan melepasi kepala dan sebelah lagi separas dengan bahu.. Angkat kedua

maka terbentuk 3 faktor namun karena dalam penelitian ini faktor yang. diperlukan hanya dua faktor yaitu verbal dan matematis maka