• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum bagi Tenaga Kerja Indonesia di Indonesia dengan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) T1 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum bagi Tenaga Kerja Indonesia di Indonesia dengan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) T1 BAB I"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat1. Sedangkan pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain yang juga telah dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 3. Upah atau imbalan yang dimaksud adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.2

Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja

1 Abdul Rachmat Budiono, Hukum Perburuhan di Indonesia , Raja Grafindo Persada, Jakarta, Cet. 1, 1995. hlm.1

2

(2)

ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk tenaga kerja.

Di dalam dunia kerja tentu saja kita akan menjumpai berbagai permasalahan yang ada. Salah satu dari permasalahan tentang ketenagakerjaan tersebut yaitu adalah masalah pokok yang harus dihadapi oleh negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia. Seiring dengan gerak laju pembangunan di Negara kita serta tingkat pekembangan teknologi dan industrial, maka masalah ketenagakerjaan mempunyai peranan yang sangat strategis. Namun demikian kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan tetap diarahkan pada perluasan dan kesempatan kerja bagi tenaga kerja Indonesia. Jumlah penduduk yang terus meningkat tanpa diikuti pertambahan lapangan pekerjaan menjadi pemicu bertambahnya jumlah pengangguran setiap tahunnya. Di negara-negara berkembang pada umumnya memiliki tingkat pengangguran yang jauh lebih tinggi berdasarkan angka resmi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah. Hal tersebut diakibatkan karena ukuran sektor informal masih cukup besar sebagai salah satu sumber penghasilan bagi tenaga kerja yang memiliki pendidikan.

Secara kuantitas, jumlah penduduk Indonesia memang jauh lebih banyak dibandingkan dengan negara-negara lain dalam ASEAN. Namun, persaingan secara kuantitas tidak akan memenangkan persaingan ketika kualitas masih jauh dibawahnya. Oleh karena itu, masalah tenaga kerja Indonesia bukan hanya menyangkut jumlah dan kesempatan kerja saja, melainkan juga kualitasnya yang masih rendah. 3

3

(3)

Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan jumlah penganggur dan setengah penganggur yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata. Kondisi pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang. Pengangguran menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi, seperti yang telah dipaparkan dalam International Labour Organization, “ASEAN’s youth unemployment rate is similar to the global rate, it is

higher than those in East Asia and South Asia (roughly ten per cent). High youth unemployment imposes social and economic costs and results in the loss of opportunities for economic growth.”4

Berikut adalah gambar mengenai data jumlah pengangguran di Indonesia dari tahun 2011-2016:

Gambar 1.1.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi Tahun 2011-2016

4

ILO: The youth employment crisis: A call for action, Resolution and conclusions of the International Labour Conference, 101st session (Geneva, 2012).

Provinsi

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari

(4)
(5)

Data di atas menjelaskan tingkat permasalahan yang ada di Indonesia kaitannya dengan pengangguran yang ada di Indonesia. Namun permasalahan di Indonesia bukan hanya seputar pengangguran saja, ada banyak permasalahan lain terkait dengan ketenagakerjaan. Permasalahan-permasalahan tersebut telah dijelaskan oleh penulis di paragraf sebelumnya.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia, setelah Cina, India, dan Amerika Serikat sedangkan negara kelima yang memiliki penduduk terbesar adalah Jepang. Indonesia dengan jumlah penduduk 254,9 juta jiwa berdasarkan sensus penduduk tahun 2015, menyatakan bahwa penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2014 masih didominasi oleh penduduk yang bekerja dengan berpendidikan rendah yaitu Sekolah Dasar (SD) ke bawah sebanyak 55,3 juta orang (46,80 persen) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 21,1 juta (17,82 persen). Penduduk bekerja dengan berpendidikan tinggi hanya sebanyak 12,0 juta orang mencakup 3,1 juta orang (2,65 persen) berpendidikan Diploma dan sebanyak 8,8 juta orang (7,49 persen) berpendidikan hingga tingkat Universitas. Kondisi seperti ini merupakan sebuah tantangan yang besar terkait dengan datangnya MEA tahun 2015 lalu, dan tentu saja hal ini menyebabkan Indonesia yang memiliki sumber daya manusia atau tenaga kerja melimpah, bisa disalurkan untuk mempercepat proses pembangunan Indonesia.5

Data terakhir World Development Indicators Bank Dunia menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan tingkat pengangguran terendah untuk tenaga kerja dengan tingkat pendidikan tersier, relatif terhadap tingkat pengangguran yang sama di

5

(6)

negara-negara di kawasan Asia Pasifik, yakni sekitar 8,7%. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lainnya. Kondisi pengangguran yang memprihatinkan tersebut tentu berdampak pada perekonomian di Indonesia dan permasalahan tersebut tentu harus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah, apalagi Indonesia adalah salah satu negara yang turut serta dalam MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) dimana nantinya masyarakat Indonesia akan dihadapkan pada berbagai hal di sektor perdagangan bebas yang menuntut pemerintah harus mempersiapkan diri untuk menyusun berbagai peraturan baru untuk menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) ini yang bertujuan untuk melindungi masyarakat Indonesia yang ikut serta dalam MEA.

MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) atau AEC (ASEAN Economic Community)

adalah suatu bentuk realisasi dari tujuan integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Suatu bentuk kerjasama ekonomi ASEAN ini dimulai dengan disahkannya Deklarasi Bangkok tahun 1967 yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan budaya. Namun dengan perkembangan yang ada, kerjasama tersebut diarahkan pada pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) yang pelaksanaanya berjalan relatif lebih cepat dibandingkan dengan kerjasama di bidang politik-keamanan dan sosial budaya. 6

AEC Blueprint merupakan pedoman bagi negara-negara anggota ASEAN dalam mewujudkan AEC 2015. AEC Blueprint memuat empat pilar atau karakteristik utama dalam pembentukan AEC:

6

(7)

1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas.

2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce.

3. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara CLMV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam). Keempat negara tersebut dianggap "belum memiliki kesetaraan perekonomian" dengan anggota ASEAN yang lain, dan keempat negara tersebut diperlakukan secara khusus.7

4. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.8

Dengan adanya 4 pilar tersebut, penulis akan menitikberatkan penelitian pada pilar pertama, dimana ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal ini akan dibahas secara detail mengenai permasalahan-permasalahan seputar tenaga kerja dan perlindungan hukum yang diberikan sehubungan dengan diberlakukannya MEA pada tahun 2015. Dalam pilar utama mengenai pasar dan basis tunggal, seluruh ASEAN harus mampu setidaknya untuk mewujudkan MEA 2015 ini dengan melakukan liberalisasi aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal

7

(8)

yang bebas, sesuai dengan yang telah dicantumkan dalam Cetak biru MEA. Berikut merupakan karakteristik dan unsur-unsur MEA pilar pertama:

a. Kebebasan Arus Barang

(9)

Phytosanitary Measures), dan kebijakan pemulihan perdagangan (safeguards, anti-dumping, countervailing measures).

b. Kebebasan Arus Jasa

Kebebasan arus jasa mengandung makna bahwa di dalam kawasan MEA tidak ada hambatan bagi penyedia jasa dari kawasan ini untuk menjual jasanya serta untuk mendirikan badan usaha secara lintas batas negara dengan tetap tunduk pada peraturan perundang-undangan domestik masing-masing negara. Mekanisme mengenai hal ini diatur dalam ASEAN Framework Agreement on Service (AFAS).

c. Kebebasan Arus Penanaman Modal/Investasi

Investasi merupakan pilar utama dalam penmbangunan sebuah negara. Hal ini menjadikan kebebasan arus investasi menjadi tujuan pokok ASEAN dalam upaya mewujudkan integrasi ekonomi ASEAN (AEC) 2015.

d. Arus Modal Yang Lebih Bebas

Dalam hal keterbukaan yang sangat bebas atas arus modal, akan berpotensi menimbulkan risiko yang mengancam kestabilan kondisi perekonomian suatu negara. Namun ASEAN telah membuat kebijakan dimana kata "bebas" dalam hal ini secara umum dapat diterjemahkan dengan pengurangan (relaxing) atas restriksi-restriksi dalam arus modal misalnya relaxing on capital control. Dan untuk memperlancar arus modal, MEA menghendaki agar liberalisasi modal memperhatikan agenda nasional masing-masing negara sesuai dengan kesiapan ekonomi mereka masing-masing.

(10)

Kebebasan arus tenaga terampil merupakan pendukung bagi kebebasan arus jasa. Dimana setelah MEA terwujud di tahun 2015, maka kesempatan kerja seluas-luasnya bagi warga negara ASEAN akan menjadi terbuka. Pembatasan tenaga kerja dalam AEC BluePrint dibatasi pada pengaturan khusus tenaga kerja (skilled labour). Skilled labour dapat diartikan sebagai pekerja yang mempunyai ketrampilan atau keahlian khusus, pengetahuan, atau kemampuan di bidangnya, yang bisa berasal dari lulusan perguruan tinggi, akademisi atau sekolah teknik ataupun dari pengalaman kerja.

f. Sektor-Sektor Prioritas Integrasi

Sektor Prioritas Integrasi (Priority Integration Sectors/PIS) adalah sektor-sektor yang dianggap strategis untuk diliberalisasikan menuju pasar tunggal dan berbasis produksi.

g. Makanan, Pertanian, dan Kehutanan

Melalui harmonisasi kualitas dan standar, jaminan keamanan pangan, dan standardisasi sertifikasi perdagangan, produk pertanian ASEAN diharapkan siap bersaing di pasar global dengan menawarkan makanan yang aman, sehat dan berkualitas. ASEAN telah mengembangkan Good Agricultural Practices (GAP),

Good Animal Husbandry Practices (GAHP), Good Hygiene Practices (GHP), Good Manufacturing Practices (GMP), and Hazard Analysis Critical Control Point

(11)

mengembangkan prioritas nasional dan sarana untuk mendukung pembangunan industri-agro.

Indonesia harus melihat MEA sebagai peluang yang terbuka untuk memperbaiki kualitas SDM yang ada dengan meningkatkan daya saing, menyediakan pendidikan dan kesehatan yang memadai, dan memberikan edukasi terhadap pentingnya MEA. Pemerintah Indonesia harus mampu mendorong diadakan pelatihan keterampilan karena mayoritas tenaga kerja Indonesia kurang dalam kecerdasan sikap, kemampuan berbahasa Inggris dan pengoperasian komputer. Meskipun peran dominan dalam meningkatkan kualitas menjadi milik pemerintah, bukan berarti seluruh tanggung jawab berada di tangan pemerintah. Perlu adanya kesadaran bahwa efek dari MEA akan dirasakan langsung oleh masyarakat dan tanggung jawab untuk berpartisipasi dan mempersiapkan diri menjelang 2016 menjadi milik bersama.

Kemunculan MEA mengakibatkan banyaknya tenaga kerja asing yang datang untuk bekerja dan bersaing di Indonesia. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, jumlah Tenaga Kerja Asing (TKA) yang masuk dan bekerja di Indonesia berdasarkan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) per akhir Februari 2016 adalah 5.339 orang. Data TKA sebanyak 5.339 orang tersebut, terdiri dari periode bulan Januari sebanyak 2.067 orang untuk TKA yang bekerja lebih dari 6 bulan, dan 516 orang untuk TKA yang bekerja di bawah 6 bulan sedangkan bulan Februari sebanyak 2.303 orang (lebih dari 6 bulan) dan 453 orang (di bawah 6 bulan).

(12)

kompetensi yang diperlukan di kancah ASEAN, yaitu insinyur, arsitek, perawat, tenaga survei, tenaga pariwisata, praktisi medis, dokter gigi, dan akuntan. Tenaga kerja asing dengan adanya MEA tersebut akan dengan mudah masuk dan bekerja di Indonesia begitu pula sebaliknya sehingga mengakibatkan persaingan tenaga kerja yang semakin ketat di bidang ketenagakerjaan, khususnya ke 8 (delapan) profesi yang telah disebutkan di atas. Dengan melihat akan adanya persaingan di dunia ketenaga-kerjaan, tentunya setiap negara-negara di ASEAN akan menyiapkan tenaga kerja mereka untuk menghadapi MEA, begitu pula dengan Indonesia.

Keikutsertaan Indonesia di dalam MEA mengharuskan Indonesia membuka pasar bebas tanpa batas. Dalam hal ini tentu saja Indonesia akan kedatangan tenaga-tenaga kerja dari negara anggota MEA lainnya. Tentunya diperlukan izin dari mereka yang akan bekerja di Indonesia ini, Selain dari perlu adanya keterlibatan pihak perusahan pelayanan pengurusan izin mempekerjakan tenaga asing, perlu juga sekiranya melibatkan pihak lain sehubungan dengan penggunaan tenaga kerja asing tersebut. Pihak lain yang dimaksud disini adalah lembaga keimigrasian Indonesia. Sebagaimana dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang No 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, menyatakan bahwa : “Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau

keluar wilayah Negara Republik Indonesia dan pengawasan terhadap orang asing di wilayah Negara Republik Indonesia”

(13)

pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia, sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 Angka 18. TKA yang bermaksud untuk bekerja di Indonesia hanya dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu dalam Pasal 42 Angka 4. Jadi dari rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja asing adalah tiap orang yang bukan warga negara Republik Indonesia yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau kebutuhan masyarakat. Tujuan penggunaan tenaga kerja asing tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil dan profesional di bidang tertentu yang belum dapat diisi oleh tenaga kerja Indonesia serta mempercepat proses pembangunan nasional dengan jalan mempercepat alih ilmu pengetahuan dan tekonologi dan meningkatkan investasi asing sebagai penunjang pembangunan di Indonesia walaupun pada kenyataanya perusahaan yang ada di Indonesia baik itu perusahaan-perusahaan swasta asing ataupun swasta nasional wajib menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia sendiri9.

Tenaga kerja asing dibatasi oleh pemerintah hanya dalam suatu bentuk pekerjaan yang dianggap perlu untuk dibatasi, jadi pemerintah dapat menyediakan ruang untuk warga negara Indonesia sendiri. Penempatan tenaga kerja asing sampai sekarang tidak banyak berbeda daripada sebelum kemerdekaan. Keadaan ini akan berlangsung terus, jika pemerintah tidak mulai turut campur dalam penempatan tenaga itu dengan tegas. Di dalam melaksanakan penempatan tenaga-tenaga asing itu Pemerintah berpendapat

(14)

bahwa khusus untuk menghilangkan unsur- unsur kolonial dalam struktur ekonomi Negara kita dalam lapangan usaha yang vital bagi perekonomian nasional.10

Dengan masuknya tenaga kerja asing yang tak terbatas ini, pemerintah perlu untuk membuat suatu aturan guna kepentingan tenaga kerja Indonesia di Indonesia perlindungan hukum yang lebih eksplisit sehubungan dengan diberlakukannya MEA 2015 ini yang harus dituangkan dalam suatu peraturan perundang-undangan demi kepastian hukum yang jelas. Bahkan dalam Pembukaan UUD 1945 telah dijelaskan bahwa Pemerintah negara Indonesia harus melindungi segenap tumpah darah Indonesia, maka dengan hal tersebut, sudah menjadi kewajiban dari Pemerintah sebagai aparatur negara untuk melindungi segenap masyarakat khususnya bagi tenaga kerja Indonesia.

Secara eksplisit telah dijelaskan dalam UUD 1945 Pasal 28D. Oleh karena itu negara seseungguhnya berkewajiban untuk memberikan perlindungan terhadap seluruh warga negaranya tanpa terkeculai, perlindungan terhadap warga negara pada hakikatnya tidak hanya perlindungan keamanan akan tetapi juga adalah perlindungan dari tingkat kesejahteraan tenaga kerja itu sendiri, karenanya negara juga berkeawjiban untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal tersebut sangat didukung dengan asas dari Hukum Ketenagakerjaan, berdasarkan Pasal 2 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa Pembangunan ketenagakerjaan berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang ditegaskan dalam penjelasannya, dimana Pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Oleh sebab itu, pembangunan

10

(15)

ketenagakerjaan dilaksanakan untuk mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur, dan merata, baik materiil maupun spiritual.

Asas pembangunan ketenagakerjaan pada dasarnya sesuai dengan asas pembangunan nasional, khususnya asas demokrasi, asas adil, dan merata.Hal tersebut dilakukan karena pembangunan ketenagakerjaan menyangkut multi-dimensi dan terkait dengan berbagai pihak, yaitu antara pemerintah, pengusaha, dan pekerja/buruh. Oleh karenanya, pembangunan ketenagakerjaan dilakukan secara terpadu dalam bentuk kerjasama yang saling mendukung. Jadi, asas Hukum Ketenagakerjaan adalah asas keterpaduan melalui koordinasi fungsionallintas sektoral pusat dan daerah.11

Sementara itu, Indonesia adalah negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan. Bahkan keadilan merupakan salah satu tujuan hukum menurut Gustav Radbrugh. Begitu juga dikemukakan oleh Sendjun Manulang bahwa tujuan Hukum Ketenagakerjaan ialah:

a. Untuk mencapai/melaksanakan keadilan sosial dalam bidang ketenagakerjaan, b. Untuk melindungi tenaga kerja terhadap kekuasaan yang tidak terbatas dari

pengusaha.12

Oleh karena itu menurut Soepomo, Perlindungan hukum tenaga kerja dibagi tiga, yaitu:

a. Perlindungan Ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja di luar kehendaknya.

11 Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia , Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, hlm.7

12

(16)

b. Perlindungan Sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk organisasi.

c. Perlindungan Teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja.13

Tidak hanya 3 perlindungan tersebut yang akan penulis kaji, namun ada 2 bentuk perlindungan hukum selanjutnya yaitu:

a. Perlindungan Hukum Preventif b. Perlindungan Hukum Represif

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, perlu dilakukan kajian menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan dampak atau implikasi yang disebabkan karena munculnya MEA di Indonesia terkait masalah ketenagakerjaan. Dari uraian tersebut, penulis mengambil judul "PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA

KERJA INDONESIA DI INDONESIA DENGAN DIBERLAKUKANNYA MEA

(Masyarakat Ekonomi ASEAN)".

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah tersebut yaitu: Bagaimanakah perlindungan hukum di Indonesia kaitannya dengan MEA bagi tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Indonesia?

1.3.Tujuan Penelitian

(17)

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dan data-data serta informasi yang peneliti dapatkan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif :

Mengetahui bagaimanakah perlindungan hukum bagi tenaga kerja di Indonesia dengan keikutsertaan Indonesia dalam MEA.

2. Tujuan Subyektif

Menambah dan memperluas pengetahuan dan wawasan penulis mengenai perlindungan hukum yang ditimbulkan oleh tenaga kerja Indonesia di Indonesia dan perlindungan hukum bagi tenaga kerja Indonesia sehubungan dengan keikutsertaan Indonesia dalam MEA.

1.4.Manfaat Penelitian

Dalam setiap penelitian, diharapkan adanya suatu manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan. Besar kecilnya manfaat penelitian akan menentukan nilai-nilai dari penelitian tersebut. Manfaat penelitian ini antara lain : 1. Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan dalam bidang MEA khususnya mengenai perlindungan hukum bagi tenaga kerja Indonesia dengan diberlakukannya MEA 2015. Dan juga penelitian ini diharapkan mampu menjadi rujukan ataupun bahan bantu dalam dunia perkuliahan, maupun untuk kepentingan pribadi.

(18)

Hasil penelitian ini secara praktisi diharapkan dapat membantu lembaga ketenagakerjaan untuk menjadi bahan referensi dalam pertimbangan-pertimbangan Hukum Ketenagakerjaan selanjutnya, khususnya terkait dengan perlindungan hukum bagi tenaga kerja Indonesia sendiri kaitannya dengan MEA 2015.

1.5.Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu metode yang digunakan oleh peneliti untuk mengelola data sesuai dengan tujuan penelitian.

1. Jenis Penelitian

(19)

Undang-Undang yang lain, dengan menitikberatkan pada peraturan-peraturan mengenai ketenagakerjaan dan MEA.

2. Jenis Data dan Sumber Data

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis data sekunder. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari subyek penelitian seperti data dari buku-buku, laporan, arsip, dan data penunjang lainnya yang berhubungan dengan ketenagakerjaan dan MEA 2015. Sumber rujukan penelitian hukum normatif sendiri berasal dari bahan hukum yang penulis sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan undang-undang dan putusan-putusan hakim.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi.

c. Bahan Hukum Tersier

(20)

3. Unit Amatan dan Unit Analisis

Gambar

Gambar 1.1.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pandangan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penerapan kesepakatan damai melalui mediasi penal yang berkedudukan untuk menghentikan proses perkara

Melonggarkan otot bahu.Gunakan seutas getah, pegang kedua hujungnya, angkat sebelah tangan melepasi kepala dan sebelah lagi separas dengan bahu.. Angkat kedua

maka terbentuk 3 faktor namun karena dalam penelitian ini faktor yang. diperlukan hanya dua faktor yaitu verbal dan matematis maka

Saran yang dapat diberikan yaitu Penegakan hukum Tindak Pidana penisaran taan terhadap agama hendaknya harus tegas dalam menerapkan pasal ujaran kebencian dalam Surat

Kami warga pendidik Sekolah Kebangsaan Seri Gambut akan Melaksanakan tugas dengan amanah, cekap, cepat dan tepat untuk melahirkan insan yang cemerlang dalam bidang kurikulum

Politeknik Tuanku Syed Sirajuddin mempunyai seramai hampir 4,500 orang pelajar yang terdiri daripada enam jabatan yang utama iaitu Jabatan Kejuruteraan Mekanikal, Jabatan

Terlihat jelas dari kasus yang ada satu tahun terakhir ini bahwa anggota TNI yang menggunakan narkotika terus menurun tiap tahunnya oleh sebab itu

In Meru Betiri, household that are in the area of PES project has lower total expenditure than the control group by 19% - even though statistically insignificant – and they