• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Secara etimologis, istilah kredit berasal dari bahasa Latin, yaitu credere, yang berarti kepercayaan. Misalkan, seorang nasabah debitur yang memperoleh kredit dari bank adalah tentu seseorang yang mendapat kepercayaan dari bank. Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur adalah kepercayaan.26

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.

27

Amin Rajab Batubara menjelaskan bahwa kredit adalah suatu pemberian prestasi yang balas prestasinya (kontra prestasi) akan terjadi pada suatu waktu dihari yang akan datang.28

Molenaar (dalam buku “kredeot” Tjeenk Willink Zwolle 1878) yang dikutip Mariam Darus Badrulzaman dalam buku Aneka Hukum Bisnis, mengemukakan bahwa kredit adalah meminjamkan benda pada peminjam dengan kepercayaan bahwa benda itu akan dikembalikan dikemudian hari kepada pihak yang meminjamkan. Kemudian defenisi tersebut dikembangkan

26

Hermansyah, Op.Cit., hlm.55. 27

W. JS Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia Modern ( Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm.45.

28

(2)

bahwa jenis kredit mencakup :29

1. Kredit berupa uang yang kemudian hari dikembalikan dalam bentuk barang; Kredit berupa uang yang kemudian hari dikembalikan dalam bentuk uang;

2. Kredit dalam bentuk barang yang kemudian hari dikembalikan dalam bentuk uang; dan

3. Kredit dalam bentuk barang yang di kemudian hari dikembalikan dalam bentuk barang.

Secara sederhana, kredit merupakan penyaluran dana pihak yang memerlukan dana. Penyaluran dana tersebut didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana.30

Kredit dalam Bahasa Belanda disebut vertrouwen, dalam bahasa Inggris disebut trust or believe, faith.

Dalam Undang-Undang Perbankan Pasal 1 butir 11 menyatakan bahwa :

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm.236.

(3)

dengan pihak lain. Pihak peminjam berkewajiban melunasi setelah dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian. Black Law Dictionary memberi pengertian bahwa kredit adalah : “The ability of businessman to borrow money or obtain goods on time in consequence of the favourable opinion. Opinion held

by the particular lender, as to his solvency and reliability”.32

Kredit dalam arti bisnis mengandung unsur meminjam, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan loan. Kata “loan” itu sendiri berarti sesuatu yang dipinjamkan khususnya sejumlah uang.33 Sedangkan implementasinya dalam dunia bisnis kata “loan” itu adalah sesuatu yang diberikan atau dipinjamkan atau yang diberikan kepada seseorang untuk dipakainya selama suatu jangka waktu tertentu, tanpa kompensasi atau biaya/ongkos. Saat ini, “loan” itu biasanya diartikan sebagai sesuatu yang berharga, seperti uang yang dipinjamkan selama jangka waktu tertentu.34

Pengertian kredit dalam aspek hukum adalah menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit. Penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu di belakang hari.35

Sudarsono dalam kamus hukum menyebutkan istilah kredit yaitu :36

a. Cara menjual barang dengan pembayaran tidak secara tunai, cara menjual barang dengan cara pembayaran ditangguhkan atau diangsur.

32

H. Moehamad Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersil (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), hlm.11.

33

Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern Berdasarkan Undang-Undang Tahun 1998

(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999), hlm.6. 34

Ibid. 35

Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank (Jakarta: Alumni, 1978), hlm.21. 36

(4)

b. Pinjaman oleh seseorang atau badan hukum sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.

Berdasarkan pengertian kredit tersebut, maka elemen-elemen kredit antara lain :37

a. Kredit mempunyai arti khusus yaitu meminjamkan uang.

b. Penyedia/pemberian uang arti khusus terjadi di dunia perbankan.

c. Berdasarkan perjanjian pinjam meminjam sebagai acuan dari perjanjian kredit.

d. Adanya prestasi dari pihak peminjam untuk mengembalikan utang disertai dengan jumlah bunga atau imbalan.

Pengertian kredit diatas mengandung unsur-unsur dalam kredit yaitu :38 a. Ada pihak yang bersedia dan mempunyai kelebihan

uang/dana/barang/jasa tersebut sesuai syarat-syarat yang ditentukan pihak ini disebut dengan “kreditur”.

b. Ada pihak yang membutuhkan dana dan mengajukan permohonan untuk memperoleh uang/dana/jasa tersebut dengan syarat-syarat yang diinginkannya.

Pihak ini disebut “debitur” atau penerima kredit. Pemberi kredit dalam keadaan atau posisi yang lebih kuat sehingga lebih memperhatikan unsur-unsur. Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut :39

37

Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan (Bandung : Penerbit Mandar Maju, 2000), hlm.90.

38

Ibid.

39

(5)

a. Kreditur

Kreditur merupakan pihak yang memberikan kredit atau pinjaman kepada pihak lain yang akan mendapat pinjaman. Pihak tersebut bisa perorangan atau individu ataupun badan usaha. Bank yang memberikan kredit kepada pihak peminjam merupakan kreditur.

b. Debitur

Debitur merupakan pihak yang membutuhkan dana, atau pihak yang mendapat pinjaman dari pihak lain.

c. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan lagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa) benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu kredit berani dikucurkan.40

40

Zainal Asikin, Pokok-Pokok Hukum Perbankan di Indonesia (Jakarta: PT Rajawali Pers, 1995), hlm.56.

(6)

d. Kesepakatan

Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara di pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing-masing-masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan.

e. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu. Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.41 Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pandek (di bawah satu tahun), jangka menengah (di antara satu sampai tiga tahun), dan jangka panjang (di atas tiga tahun). Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu, jangka waktu ini dapat diperpanjang oleh si penerima kredit sesuai dengan kebutuhan.42 f. Perjanjian

Perjanjian merupakan suatu kontrak atau kesepakatan yang dilakukan antara bank atau kreditur dengan pihak peminjam yang disebut dengan debitur.43

41

H Malayu Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm.90. 42

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.114. 43

(7)

g. Risiko

Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macetnya pemberian suatu kredit bank. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggung jawab bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah maupun risiko yang tidak disengaja oleh nasabah, misalnya karena kejadian tertentu seperti bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya, sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit yang diperolehnya.

h. Balas Jasa

Bagi bank, balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvensional, balas jasa dikenal dengan nama bunga bank. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank, juga ada membebankan nasabah akan biaya administrasi kredit yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah, balas jasanya ditentukan dengan cara bagi hasil.44 Setiap pemberian kredit selalu disertai dengan imbalan jasa berupa uang atau yang wajib dibayarkan oleh calon debitur, dan ini merupakan keuntungan yang diterima oleh bank.45

44

Kasmir, Op.Cit., hlm.115. 45

Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Murniati, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan

(8)

i. Agunan

Setiap kredit yang akan diberikan harus selalu disertai dengan barang yang berfungsi sebagai jaminan bahwa kredit yang akan diterima calon debitur pasti akan dilunasi oleh debitur, dan ini akan meningkatkan kepercayaan kepada pihak bank.46 Oleh karena itu, dalam perjanjian kredit saat adanya kesepakatan atau persetujuan dari kedua belah pihak (bank dan nasabah debitur) telah menimbulkan hubungan hukum atau menimbulkan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak sesuai kesepakatan yang telah mereka sepakati. Bank sebagai kreditur berkewajiban untuk memberikan kredit sesuai dengan jumlah yang disetujui, dan atas prestasinya tersebut bank berhak untuk memperoleh pelunasan kredit dan bunga dari debitur sebagai kontraprestasinya.47

Bank dalam memberikan fasilitas kredit tentu ada fungsi dan manfaat yang diberikan dalam kredit tersebut. Pada dasarnya, fungsi kredit ialah merupakan pelayanan kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya untuk meningkatkan usahanya.48 Masyarakat yang dimaksud dalam hal ini adalah merupakan individu, pengusaha, lembaga dan badan usaha yang membutuhkan dana. Kredit berfungsi membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya melalui penyaluran dana yang diberikan oleh bank.

46

Sutarno, Op.Cit., hlm.135. 47

Hermansyah, Op.Cit., hlm.58. 48

(9)

B. Jenis-Jenis Kredit

Beragamnya jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan akan dana.49 Dalam praktiknya, kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum kredit dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain :50

1. Kredit dilihat dari tujuan penggunaan a. Kredit investasi

Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur untuk pengadaan barang-barang modal (aktiva tetap) yang mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu tahun. Secara umum, kredit investasi ini ditujukan untuk pendirian perusahaan baru atau proyek baru, maupun proyek pengembangan, modernisasi mesin dan peralatan, pembelian kendaraan yang digunakan untuk kelancaran usaha, dan perluasan perusahaan. Kredit investasi ini nominalnya besar, maka pada umumnya jangka waktunya lebih dari satu tahun; jangka menengah dan panjang.

b. Kredit modal kerja

Kredit ini merupakan kredit yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang biasanya habis dalam satu siklus usaha. Kredit modal kerja ini biasanya diberikan dalam jangka pendek yaitu satu tahun lamanya. Kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, biaya

49

M.Bahsan, Op.Cit., hlm.37. 50

(10)

upah, untuk menutup piutang dagang, pembelian barang dagangan dan kebutuhan dana lain yang sifatnya hanya digunakan selama satu tahun. c. Kredit konsumtif

Kredit konsumtif merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah untuk membeli barang dan jasa untuk keperluan pribadi dan tidak untuk digunakan untuk keperluan usaha.

2. Kredit dilihat dari jangka waktunya a. Kredit jangka pendek

Kredit jangka pendek merupakan kredit yang diberikan dengan jangka waktu maksimal satu tahun. Kredit tersebut biasanya diberikan oleh bank untuk membiayai modal kerja perusahaan yang mempunyai siklus usaha dalam satu tahun.

b. Kredit jangka menengah

Kredit ini diberikan dengan jangka waktu antara satu tahun sampai tiga tahun. Kredit ini dapat diberikan untuk ketiga jenis kredit yaitu kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumtif. Kredit modal kerja pada umumnya memiliki jangka waktu satu tahun, akan tetapi apabila nilai kreditnya besar maka bisa diberikan sampai dengan tiga tahun. c. Kredit jangka panjang

(11)

proyek, pengadaan mesin dan peralatan lain-lain yang nominalnya besar serta kredit konsumtif yang nilainya besar, misalnya KPR.51

3. Kredit dilihat dari cara penarikannya a. Kredit sekaligus

Kredit sekaligus bisa disebut dengan afloped credit yaitu kredit yang dicairkan sekaligus sesusai dengan plafon kredit yang disetujui, kredit tersebut dapat dicairkan secara tunai maupun non tunai yaitu melalui pemindahbukuan.

b. Kredit bertahap

Kredit yang pencairannya tidak sekaligus, akan tetapi dilakukan secara bertahap 2, 3, sampai 4 kali pencairan dalam masa kredit. Pencairannya disesuaikan dengan dana yang dibutuhkan oleh debitur. Kredit ini cocok untuk investasi pembangunan, sehingga bank akan mencairkannya sesuai dengan pembayaran proyek.

c. Kredit rekening Koran

Kredit ini merupakan kredit yang penyediaan dananya dilakukan melalui pemindahbukuan. Bank akan memindahkan kredit tersebut kedalam rekening giro nasabah, sedangkan penarikannya dilakukan dengan menggunakan sarana berupa cek, bilyet giro atau surat pemindahbukuan lainnya. Kredit ini dapat ditarik setiap saat dan juga dapat mengembalikan kredit ini setiap saat serta dapat dilakukan berulang-ulang, sehingga disebut rekening Koran. Dalam kredit rekening Koran,

51

(12)

biasanya bank memberikan fasilitas overdraft (cerukan) kepada nasabah tertentu. Debitur diberi fasilitas untuk dapat menarik dana melalui rekening gironya yang melebihi saldo rekening giro yang tersedia. Kredit rekening koran ini akan menguntungkan bagi bank maupun debitur. Keuntungan bagi debitur adalah debitur hanya membayar bunga sebesar presentase tertentu dikalikan dengan kredit yang telah ditarik, sehingga beban bunga nasabah menjadi lebih kecil dan efisien.52

4. Kredit dilihat dari sektor usaha

a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

b. Kredit peternakan, merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang ternak kambing atau ternak sapi.

c. Kredit industri, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik industri kecil, industri menengah atau industri besar.

d. Kredit pertambangan, merupakan kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah.

52

(13)

e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.

f. Kredit profesi, merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan professional seperti dosen, dokter atau pengacara.

g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka panjang.

h. Dan sektor-sektor lainnya.53 5. Kredit dilihat dari jumlahnya

a. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha dengan usaha kecil. Misalnya kredit yang diberikan bank kepada pengusaha tempe, pengusaha tahu dan lainnya. b. Kredit Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Kredit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah kredit yang diberikan kepada pengusaha dengan batasan antara Rp.50.000.000,00 dan tidak melebihi Rp.350.000.000,00. UKM sudah memiliki modal yang cukup serta administrasi yang lebih baik dibanding dengan UMKM, sehingga bank juga dapat memenuhi permohonan kreditnya.

6. Kredit dilihat dari segi jaminan a. Kredit dengan jaminan

53

(14)

Kredit dengan jaminan merupakan jenis kredit yang didukung dengan jaminan (agunan). Kredit dengan jaminan ini dapat digolongkan menjadi jaminan perorangan, benda berwujud dan benda tidak berwujud.

b. Kredit tanpa jaminan

Kredit yang diberikan kepada debitur tanpa didukung dengan adanya jaminan. Kredit tersebut diberikan atas dasar kepercayaan yang diberikan oleh bank kepada debitur. Kredit tanpa jaminan ini risikonya tinggi karena tidak ada pengaman yang dimiliki oleh bank apabila debitur wanprestasi. Bank dapat memberikan kredit tersebut kepada debitur yang dapat diyakini bahwa debitur tersebut dapat membayar pinjamannya dengan lancar. Bank akan menderita apabila debitur tidak dapat membayar pinjamannya. Bank tidak memiliki sumber pelunasan kedua karena bank tidak memiliki jaminan yang dapat dijual.

C. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit

Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar.54

54

(15)

usaha yang secara detail dan secara kritis, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu :55

1. Pemilihan pendekatan (approach) yang akan dipakai dalam melaksanakan

analisa kredit itu sendiri.

2. Proses pengumpulan informasi yang lengkap yang akan diperlukan dalam

kegiatan suatu analisa kredit. 3. Penentuan titik kritis suatu proyek.

Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5 C dan 7 P, yaitu :56

a. Character

Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang berifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti : cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hoby dan social standing-nya. Ini semua merupakan ukuran “kemauan” membayar.

b. Capacity

Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

c. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran lainnya.

55

Tinjauan Pustaka, https://ndrabanget.wordpress.com/skripsi/bab-ii-tinjauan-pustaka (diakses tanggal 11 Februari 2016)

56

(16)

Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.

d. Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

e. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil. Kemudian penilaian kredit dengan metode analisis 7 P adalah sebagai berikut :

a. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

b. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

c. Purpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif, dan lain sebagainya.

d. Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengikat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi, tetapi juga nasabah.

e. Payment

(17)

f. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

g. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaganya agar usaha dan jaminan mendapat perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

D. Perjanjian Kredit Bank

Ada bermacam-macam pengaturan mengenai perjanjian, baik yang telah diatur secara khusus dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang disebut dengan perjanjian khusus atau perjanjian bernama serta perjanjian bernama diluar KUHPerdata.57

Subekti menyatakan bahwa perjanjian adalah suatu peritiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini timbullah hubungan hukum antara dua pihak yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu melahirkan suatu perikatan antara dua pihak atau lebih yang membuatnya. Dari segi bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan atau kalimat-kalimat yang Perjanjian bernama yang diatur dalam KUHPerdata antara lain perjanjian jual beli, tukar menukar, sewa menyewa, persekutuan, penitipan barang, hibah dan lain-lain. Namun dalam perkembangannya, ada perjanjian bernama diluar KUHPerdata yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat, antara lain perjanjian sewa beli atau leasing, perjanjian kredit, perjanjian distributor dan lain-lain.

57

(18)

mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau dibuat dalam tulisan oleh para pihak yang membuat perjanjian.58

1. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

Untuk membuat suatu perjanjian, harus memenuhi syarat-syarat supaya perjanjian diakui dan mengikat para pihak yang membuatnya. Pasal 1320 KUHPerdata menentukan bahwa syarat-syarat untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu :

2. cakap untuk membuat suatu perjanjian; 3. mengenai hal atau objek tertentu; 4. suatu sebab (causa) yang halal.

Untuk pertama dan kedua disebut syarat subjektif, karena menyangkut orang atau pihak-pihak yang membuat perjanjian. Orang-orang atau pihak-pihak ini sebagai subjek yang membuat suatu perjanjian. Sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat objektif, karena menyangkut mengenai objek yang diperjanjikan oleh orang-orang atau subjek yang membuat perjanjian. Beberapa sarjana hukum berpendapat bahwa perjanjian kredit dikuasai oleh ketentuan-ketentuan KUHPerdata Bab XIII Buku III karena perjanjian kredit mirip dengan perjanjian pinjam meminjam uang menurut KUHPerdata Pasal 1754 yang berbunyi “Pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang

58

(19)

yang habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama pula”.59

Perjanjian kredit bank adalah perjanjian pokok (prinsipil) yang bersifat riil. Arti riil ialah bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank kepada nasabah atau debitur.60

Bentuk perjanjian kredit dalam praktiknya ada dua, yaitu :

Sebagai perjanjian prinsipil, maka perjanjian jaminan adalah accecoir nya. Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Perjanjian kredit merupakan ikatan atau bukti tertulis antara bank dengan debitur sehingga harus disusun dan dibuat sedemikian rupa agar setiap orang mudah untuk mengetahui bahwa perjanjian yang dibuat itu merupakan perjanjian kredit. Perjanjian kredit termasuk salah satu jenis atau bentuk akta yang dibuat sebagai alat bukti.

61

a. Perjanjian kredit yang dibuat di bawah tangan dinamakan akta di bawah tangan, artinya perjanjian yang disiapkan dan dibuat sendiri oleh bank kemudian ditawarkan kepada debitur untuk disepakati. Untuk menyiapkan formulir perjanjian dalam bentuk standard (standaardform) yang isi, syarat-syarat dan ketentuannya disiapkan terlebih dahulu secara lengkap. Bentuk perjanjian kredit yang dibuat sendiri oleh bank tersebut termasuk jenis akta di bawah tangan. Dalam rangka penandatanganan perjanjian kredit, formulir perjanjian kredit yang isinya sudah disiapkan bank kemudian disodorkan kepada setiap calon-calon debitur untuk

59

Ibid., hlm.96. 60

Hermansyah, Op.Cit., hlm.67. 61

(20)

diketahui dan dipahami mengenai syarat-syarat dan ketentuan pemberian kredit tersebut. Syarat-syarat dan ketentuan dalam formulir perjanjian kredit tidak pernah diperbincangkan atau dirundingkan atau dinegosiasikan dengan calon debitur. Calon debitur mau tidak mau dengan terpaksa atau sukarela harus menerima semua persyaratan yang tercantum dalam formulir perjanjian kredit. Seandainya calon debitur melakukan protes atau tidak setuju terhadap pasal-pasal tertentu yang tercantum dalam formulir perjanjian kredit, maka kreditur tidak akan menerima protes tersebut karena isi perjanjian memang sudah disiapkan dalam bentuk cetakan oleh lembaga bank itu sehingga bagi petugas bank pun tidak bisa menanggapi usulan calon debitur.62

b. Perjanjian kredit yang dibuat dengan akta otentik atau notariil adalah akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang yang dibuat oleh/atau di hadapan pegawai yang berkuasa (pegawai umum) untuk itu, di tempat dimana akta dibuatnya. Yang dimaksud dengan pegawai umum antara lain notaris, PPAT, pegawai KUA dan lainnya. Yang menyiapkan dan membuat perjanjian ini adalah seorang notaris, namun dalam praktek semua syarat dan ketentuan perjanjian kredit disiapkan dalam praktek kemudian diberikan kepada Notaris untuk dirumuskan dalam akta notariil. Memang notaris dalam membuat perjanjian hanyalah merumuskan apa yang diinginkan para pihak dalam bentuk akta notariil atau akta otentik. Perjanjian kredit yang dibuat dalam bentuk akta notariil

62

(21)

atau akta otentik biasanya untuk pemberian kredit dalam jumlah yang besar dengan jangka waktu menengah atau panjang, seperti kredit investasi, kredit modal kerja, kredit sindikasi (kredit yang diberikan lebih dari satu kreditur atau lebih dari suatu bank).63

Perjanjian kredit yang telah ditandatangani oleh para pihak, baik yang berbentuk akta di bawah tangan (dibuat para pihak sendiri) atau dalam bentuk akta otentik (dibuat oleh dan dihadapan Notaris), mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :64

a. Perjanjian kredit sebagai alat bukti bagi kreditur dan debitur yang membuktikan adanya hak dan kewajiban timbal balik antara bank sebagai kreditur dan debitur. Hak debitur adalah menerima pinjaman dan menggunakan sesuai tujuannya dan kewajiban debitur mengembalikan hutang tersebut baik pokok dan bunga sesuai waktu yang ditentukan. Hak kreditur adalah untuk mendapatkan pembayaran bunga dan kewajiban kreditur adalah untuk meminjamkan sejumlah uang kepada debitur, dan kreditur berhak menerima pembayaran kembali pokok dan bunga.

b. Perjanjian kredit dapat digunakan sebagai alat atau sarana pemantauan atau pengawasan kredit yang sudah diberikan, karena perjanjian kredit berisi syarat dan ketentuan dalam pemberian kredit dan pengembalian kredit. Untuk mencairkan kredit dan penggunaan kredit dapat dipantau dari ketentuan perjanjian kredit.

63

Sutarno, Op.Cit., hlm.101. 64

(22)

c. Perjanjian kredit merupakan perjanjian pokok yang menjadi dasar dari perjanjian ikatannya yaitu perjanjian pengikatan jaminan. Pemberian kredit pada umumnya dijamin dengan benda-benda bergerak atau benda tidak bergerak milik debitur atau pihak ketiga yang harus dilakukan pengikatan jaminan.

d. Perjanjian kredit hanya sebagai alat bukti yang membuktikan adanya hutang debitur artinya pernjanjian kredit tidak mempunyai kekuatan eksekutorial atau tidak memberikan kekuasaan langsung kepada bank atau kreditur untuk mengeksekusi barang jaminan apabila debitur tidak mampu melunasi hutangnya.

E. Tata Cara Pemberian Kredit menurut Undang-Undang Perbankan

Dalam hal pemberian kredit, bank tidak boleh mengabulkan permintaan kredit nasabah yang ingin meminjam uang secara cuma-cuma, pihak dari bank harus melakukan prosedur dalam pemberian kredit. Prosedur pemberian kredit maksudnya adalah tahap-tahap yang harus dilalui sebelum sesuatu kredit diputuskan untuk dikucurkan. Tujuannya adalah untuk mempermudah bank dalam menilai kelayakan suatu permohonan kredit.65

Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antarbank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari prosedur dan persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing.66

65

Kasmir, Op.Cit., hlm.143. 66

Ibid.

(23)

pinjaman oleh suatu badan hukum, kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif.

Persyaratan bagi debitur dan tata cara dalam pemberian kredit atau pembiayaan sebagaimana diatur dalam Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.14/26/DKBU tanggal 19 Desember 2012 Perihal Standar Kebijakan Perkreditan adalah sebagai berikut :

1. Pengajuan berkas

Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal hendaknya berisi :

a. Latar belakang perusahaan seperti riwayat hidup singkat perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya, perkembangan perusahan serta relasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan swasta.

b. Maksud dan tujuan, apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi atau mendirikan pabrik baru (perluasan) serta tujuan lainnya.

(24)

mereka dalam memutuskan jumlah kredit dan jangka waktu kredit yang layak diberikan kepada si pemohon.

d. Cara pemohon mengembalikan kredit, maksudnya dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya, apakah dari hasil penjualan atau cara lainnya.

e. Jaminan kredit yang merupakan jaminan untuk menutupi segala risiko terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada unsur kesengajaan atau tidak. Penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa, palsu dan sebagainya. Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan seperti :

1) Akte notaris

Dipergunakan untuk perusahaan yang berbentuk PT (Perseroan Terbatas) atau yayasan.

2) TDP (Tanda Daftar Perusahaan)

Merupakan tanda daftar perusahaan yang dikeluarkan oleh departemen perindustrian dan perdagangan dan biasanya berlaku lima tahun, jika habis dapat diperpanjang kembali.

3) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

Nomor Pokok Wajib Pajak, dimana sekarang ini setiap pemberian kredit terus dipantau oleh Bank Indonesia adalah NPWP-nya.

4) Neraca dan laporan rugi laba tiga tahun terakhir 5) Bukti diri dari pimpinan perusahaan

(25)

2. Penyelidikan berkas pinjaman

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup, maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.

3. Wawancara I

Merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan calon peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan yang bank inginkan. Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya. Hendaknya dalam wawancara ini dibuat serileks mungkin sehingga diharapkan hasil wawancara akan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

4. On the spot

Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil on the spot dicocokkan dengan hasil wawancara I. Pada saat melakukan on the spot hendaknya jangan diberi tahu kepada nasabah. Sehingga apa yang kita lihat di lapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

(26)

Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. Catatan yang ada pada permohonan dan pada saat wawancara I dicocokkan dengan pada saat on the spot apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu kebenaran.

6. Keputusan kredit

Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya, biasanya keputusan kredit yang akan mencakup :

a. Jumlah uang yang diterima

b. Jangka waktu kredit dan biaya-biaya yang harus dibayar

Keputusan kredit biasanya merupakan keputusan tim. Begitu pula bagi kredit yang ditolak, maka hendaknya dikirim surat penolakan sesuai dengan alasannya masing-masing.

7. Penandatanganan akad kredit/ perjanjian lainnya

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotek dan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan dilaksanakan :

a. Antara bank dengan debitur secara langsung atau b. dengan melalui notaris.

(27)

8. Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang berangkutan.

9. Penyaluran/penarikan dana

Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit, yaitu:

a. Sekaligus atau b. secara bertahap

Permohonan kredit beserta lampiran-lampirannya tersebut merupakan sumber informasi untuk melakukan analisis. Maksud analisis dan/atau perubahan-perubahannya adalah untuk menganalisa semua faktor yang berkaitan dengan permohonan kredit dan untuk menilai sejauh mana hal tersebut beralasan/layak dibiayai, memiliki keabsahan hukum dan sesuai dengan praktek perbankan yang sehat. Analisis kredit dikelompokkan menjadi dua, yakni :67

a. Analisis kualitatif

Merupakan analisa terhadap kondisi-kondisi non angka yang tidak tercermin dalam laporan keuangan, meliputi analisis terhadap manajemen, teknis, pemasaran, hukum jaminan dan sosial ekonomi.

67

(28)

b. Analisis kuantitatif

Merupakan analisa terhadap kondisi keuangan debitur yang bertujuan agar mendapat gambaran secara kuantitatif mengenai kondisi keuangan debitur dimasa lalu, saat ini dan proyeknya dimasa yang akan datang. Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank wajib memperhatikan hal-hal sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 ayat (1) dan (2) UU Perbankan, yaitu : 68

Penerapan prinsip kehati-hatian dalam perjanjian kredit yang dilakukan bank adalah dalam proses penilaian dan keputusan kredit. Setiap pemberian kredit yang diajukan oleh calon debitur harus segera diproses melalui penilaian dan selanjutnya diberikan keputusannya oleh bank. Penilaian diwujudkan dalam pembuatan analisis kredit. Semua pemberian kredit harus disertai dengan analisis kredit yang memenuhi ketentuan peraturan intern masing-masing bank. Analisis kredit memuat tentang penilaian berbagai aspek yang berkaitan dengan calon debitur, yaitu aspek-aspek hukum, teknis produksi, pemasaran, keuangan, manajemen dan organisasi, serta rasio ekonomi. Analisis kredit dilakukan oleh bank berdasarkan pedoman dan prosedur tertulis yang ditetapkan sebagai peraturan intern bank.

Ayat (1) :

“Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan”.

Ayat (2) :

“Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia”.

68

Referensi

Dokumen terkait

(2) Tarif atas jasa layanan di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan kontrak

yang muncul yang tidak sesuai dengan izin peruntukannya serta melakukan pelanggaran terhadap surat perjanjian ini maka kami tutup dan izin usaha karni siap unhrk

Surat pernyataan ini kami buat dengan sebenamya dalam keadaan sadar tanpa tekanan dari pihak manapun dan apabila keterangan saya tersebut tidak benar, maka

Perlu adanya pendampingan kepada masyarakat terkait dengan pelatihan budidaya yang telah dilakukan agar pada masa mendatang masyarakat tetap mau memanfaatkan lahan

Sungguh merupakan suatu kebahagiaan yang besar bagi penulis dengan tersusunnya skripsi dengan judul MEMENEJ PEMBELAJARAN AL-QUR’AN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS BACA

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu dengan menerapkan metode Activity-Based Management, Hotel Sedona Manado melakukan pengurangan biaya tidak bernilai tambah sehingga

Berikut tips langkah bikin pola pakaian anak , Buat anda yang pingin memproduksi serta menjahit pakaian anak sendiri, maka langkah awal yang perlu disiapkan yaitu design atau model

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode inkuiri yaitu siswa disajikan dengan suatu permasalahan dengan media gambar, siswa melakukan pengamatan tentang konsep