• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Mengenai Penjatuhan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Usaha Pertambangan Tanah Tanpa Izin Usaha Pertambangan Di Kabupaten Deli Serdang Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Hukum Mengenai Penjatuhan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Usaha Pertambangan Tanah Tanpa Izin Usaha Pertambangan Di Kabupaten Deli Serdang Chapter III V"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KASUS PERTAMBANGAN TANAH

TANPA IZIN DI KABUPATEN DELI SERDANG

Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatera Utara,

Indonesia. Ibu kota kabupaten ini berada di Lubuk Pakam. Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 33 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan. Selain memiliki sumber daya alam yang besar, Deli Serdang juga memiliki keanekaragaman budaya, yang disemarakan oleh hampir semua suku-suku yang ada di nusantara. Adapun suku asli penghuni Deli Serdang adalah Suku Karo, Melayu, dan Simalungun; serta beberapa suku pendatang yang dominan seperti dari suku Jawa, Batak, Minang, Banjar, dan lain-lain. Dulu wilayah ini disebut Kabupaten Deli

dan Serdang, dan pemerintahannya berpusat di Kota Medan. Memang dalam

sejarahnya, sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, wilayah ini terdiri dari dua pemerintahan yang berbentuk kerajaan (kesultanan) yaitu Kesultanan Deli berpusat di

Kota Medan, dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan.47

(2)

Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, Kabupaten Deli Serdang yang dikenal sekarang ini merupakan dua pemerintahan yang berbentuk kerajaan (Kesultanan) yaitu Kesultanan Deli yang berpusat di Kota Medan, dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan (± 38 km dari Kota Medan menuju Kota Tebing Tinggi). Dalam masa pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS), keadaan Sumatera Timur mengalami pergolakan yang dilakukan oleh rakyat secara spontan menuntut agar NST (Negara Sumatera Timur) yang dianggap sebagai prakarsa Van Mook (Belanda) dibubarkan dan wilayah Sumatera Timur kembali masuk Negara Republik Indonesia. Para pendukung NST membentuk Permusyawaratan Rakyat se Sumatera Timur menentang Kongres Rakyat Sumatera Timur yang dibentuk oleh Front Nasional. Negara-negara bagian dan daerah-daerah istimewa lain di Indonesia kemudian bergabung dengan NRI, sedangkan Negara Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatera Timur (NST) tidak bersedia.48

Akhirnya Pemerintah NRI meminta kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) untuk mencari kata sepakat dan mendapat mandat penuh dari NST dan NIT untuk bermusyawarah dengan NRI tentang pembentukan Negara Kesatuan dengan hasil antara lain Undang-Undang Dasar Sementara Kesatuan yang berasal dari UUD RIS diubah sehingga sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Atas dasar tersebut terbentuklah Kabupaten Deli Serdang seperti tercatat dalam sejarah bahwa Sumatera Timur dibagi atas 5 (lima) Afdeling, salah satu diantaranya Deli en Serdang, Afdeling

48

(3)

ini dipimpin seorang Asisten Residen beribu kota Medan serta terbagi atas 4 (empat)

Onderafdeling yaitu Beneden Deli beribu kota Medan, Bovan Deli beribu kota

Pancur Batu, Serdang beribu kota Lubuk Pakam, Padang Bedagai beribu kota Tebing Tinggi dan masing-masing dipimpin oleh Kontrolir.49

Selanjutnya dengan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Timur tanggal 19 April 1946, Keresidenan Sumatera Timur dibagi menjadi 6 (enam). Kabupaten ini terdiri atas 6 (enam) Kewedanaan yaitu Deli Hulu, Deli Hilir, Serdang Hulu, Serdang Hilir, Bedagei / Kota Tebing Tinggi pada waktu itu ibu kota berkedudukan di Perbaungan. Kemudian dengan Besluit Wali Negara tanggal 21 Desember 1949 wilayah tersebut adalah Deli Serdang dengan ibu kota Medan meliputi Lubuk Pakam, Deli Hilir, Deli Hulu, Serdang, Padang dan Bedagei. Pada tanggal 14 November 1956. Kabupaten Deli dan Serdang ditetapkan menjadi Daerah Otonom dan namanya berubah menjadi Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948 yaitu Undang-Undang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dengan Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956. Untuk merealisasikannya dibentuklah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Dewan Pertimbangan Daerah (DPD).50

Tahun demi tahun berlalu setelah melalui berbagai usaha penelitian dan seminar-seminar oleh para pakar sejarah dan pejabat Pemerintah Daerah Tingkat II

(4)

Deli Serdang pada waktu itu (sekarang Pemerintah Kabupaten Deli Serdang), akhirnya disepakati dan ditetapkanlah bahwa Hari Jadi Kabupaten Deli Serdang adalah tanggal 1 Juli 1946. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1984, ibu kota Kabupaten Deli Serdang dipindahkan dari Kota Medan ke Lubuk Pakam dengan lokasi perkantoran di Tanjung Garbus yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara tanggal 23 Desember 1986. Demikian pula pergantian pimpinan di daerah inipun telah terjadi beberapa kali. Dulu daerah ini mengelilingi tiga “daerah kota madya” yaitu kota Medan yang menjadi ibu kota Provinsi Sumatera Utara, kota

Binjai dan kota Tebing Tinggi disamping berbatasan dengan beberapa kabupaten yaitu Langkat, Karo, dan Simalungun, dengan total luas daerah 6.400 km² terdiri dari 33 Kecamatan dan 902 Kampung.51

Daerah ini, sejak terbentuk sebagai kabupaten sampai dengan tahun tujuh puluhan mengalami beberapa kali perubahan luas wilayahnya, karena kota Medan, Tebing Tinggi dan Binjai yang berada didaerah perbatasan pada beberapa waktu yang lalu meminta/mengadakan perluasan daerah, sehingga luasnya berkurang menjadi 4.397,94 km². Diawal pemerintahannya Kota Medan menjadi pusat pemerintahannya, karena memang dalam sejarahnya sebagian besar wilayah kota Medan adalah “tanah

Deli” yang merupakan daerah Kabupaten Deli Serdang. Sekitar tahun 1980-an,

pemerintahan daerah ini pindah ke Lubuk Pakam, sebuah kota kecil yang terletak di pinggir jalan lintas Sumatera lebih kurang 30 kilometer dari Kota Medan yang telah

51

(5)

ditetapkan menjadi ibu kota Kabupaten Deli Serdang. Tahun 2004 Kabupaten ini kembali mengalami perubahan baik secara Geografi maupun Administrasi Pemerintahan, setelah adanya pemekaran daerah dengan lahirnya Kabupaten baru Serdang Bedagai sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2003, sehingga berbagai potensi daerah yang dimiliki ikut berpengaruh. Dengan terjadinya pemekaran daerah, maka luas wilayahnya sekarang menjadi 2.394,62 km² terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desa/kelurahan, yang terhampar mencapai 3,34% dari luas Sumatera Utara.52

Dengan banyaknya jumlah pertambangan di Deli Serdang yaitu pada tahun 2010 berjumlah 1879 pertambangan53, memunculkan berbagai isu khususnya penambangan tanpa izin yang dilakukan di Kab. Deli Serdang. Dengan adanya kasus pertambangan tanah tanpa izin memunculkan berbagai penyebab, diantaranya yaitu:

A. Faktor Internal

Terjadinya perbuatan penambangan tanah tanpa izin oleh si pelaku dapat dinilai dari faktor internal dan eksternal kenapa si pelaku melakukan kejahatan tersebut. Kejahatan terjadi dari pengaruh-pengaruh di luar diri sipelaku. Adapun faktor internal tersebut meliputi faktor pendidikan, faktor jumlah penduduk, faktor ekonomi, dan faktor geografis/luas wilayah dari Kabupaten Deli Serdang.

1. Faktor Pendidikan

(6)

795 jiwa/km2 (sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang). Dengan luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Deli Serdang hampir mencapai 2 juta jiwa, mayoritas penduduk Deli Serdang memiliki pendidikan yang rendah bahkan tak pernah mencicipi pendidikan. Faktor pendidikan yang rendah mengakibatkan mayoritas penduduk Deli Serdang melakukan kegiatan hanya semata untuk memperoleh keuntungan tanpa mengetahui apakah perbuatan yang dilakukan menyalahi atau tidak. Masyarakat Deli Serdang menambang tanah tanpa mengetahui sama sekali apakah perbuatannya masuk ke ranah hukum.

Tabel 1

Tingkat Pendidikan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

No Jenjang Pendidikan Jumlah (Orang)

1 SD 241.648

2 SMP 95.091

3 SMA 31.467

4 DI-DIII 358

5 S1 903

6 S2 2

Total 369.463

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang.

(7)

sebanyak 241.648 orang, jenjang SMP sebanyak 95.091 orang, jenjang SMA terdapat sebanyak 31.467 orang, jenjang DI-DIII sebanyak 358 orang, jenjang S1 terdapat sebanyak 903 orang, dan jenjang S2 terdapat sebanyak 2 orang. Jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten di Deli Serdang yang menempuh pendidikan sebanyak 369.463 orang.

Tabel 2

Banyaknya Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Termasuk Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2014

No Jenjang Pendidikan Jumlah (Orang)

1 Tidak/Belum Pernah Sekolah, Tidak/Belum Tamat SD

241.341

2 SMP 230.392

3 SMA 365.403

4 Diploma I/II/III 17.227

5 Akademi/Universitas 43.670

Total 898.033

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang.

Serasi Marpaung, Pegawai Negeri Sipil di Dinas Cipta Karya dan Pertambangan Kabupaten Deli Serdang (wawancara 08 Agustus 2016) mengemukakan bahwa :54

ketidaktahuan masyarakat, kurangnya pemahaman terhadap Undang-Undang

apalagi Undang-Undang Pertambangan, jadi kurang paham aturan-aturan yang berlaku

(8)

Jhony Handri. warga Kecamatan Patumbak Desa Marindal Kabupaten Deli

Serdang (wawancara 09 Agustus 2016) mengemukakan bahwa :55

Gimanalah nggak ini yang di kerjakan, tamat SD pun nggak, yang tau cuma

nguli lah

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah angkatan kerja yang termasuk angkatan kerja yang berumur 15 tahun ke atas di Kabupaten Deli Serdang pada jenjang tidak/belum pernah sekolah,tidak/belum tamat SD adalah sebanyak 241.341 orang, jenjang SMP adalah sebanyak 230.392 orang, jenjang SMA adalah sebanyak 365.403 orang, jenjang Diploma I/II/III adalah sebanyak 17.227, jenjang Akademi/Universitas adalah sebanyak 43.670 orang. Jumlah keseluruhan angkatan kerja yang termasuk angkatan kerja yang berumur 15 tahun ke atas adalah sebanyak 8987.033 orang.

2. Faktor Ekonomi

Tabel 3

Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Dan Jenis Kelamin di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

No Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Pertanian 89.948 52.099 142.047

2 Pertambangan/Penggalian 1.353 - 1.353

3 Industri Pengolahan 68.559 47.516 116.075

4 Listrik, Gas, Air Minum 3.247 - 3.247

5 Bangunan 188.282 1.719 190.001

6 Perdagangan Besar, Eceran, 75.023 82.705 157.728

55

(9)

Rumah Makan dan Hotel

9 Jasa Kemasyarakatan 68.249 88.255 156.504

Jumlah 556.628 278.534 835.162

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang.

Jenlon Erich, Pegawai Negeri Sipil di Dinas Cipta Karya dan Pertambangan Kabupaten Deli Serdang (wawancara 08 Agustus 2016) mengemukakan bahwa :56

Mengharapkan keuntungan, agar cepat memiliki imbalan atau uang untuk kebutuhan

hidup.

Asrul Rangkuti, warga Kecamatan Patumbak Desa Marindal Kabupaten Deli Serdang (wawancara 09 Agustus 2016) mengemukakan bahwa :57

saya kerja sebagai kuli itulah mata pencaharian saya pekerjaan seperti ini saja tidak

cukup memenuhi kebutuhan keluarga kayak sekolah, belanja dapur, pakaian dan kebutuhan

lainnya

Penduduk Deli Serdang mayoritas sebagai kuli bangunan, hal ini menunjukkan bahwa lapangan pekerjaan yang tersedia kurang mencukupi. Mayoritas masyarakat Deli Serdang yang menggantungkan hidupnya sebagai kuli bangunan, belum tentu

56

Hasil wawancara Pegawai Negari Sipil Dinas Cipta Karya Dan Pertambangan Kabupaten Deli Serdang, Jenlon Erich, Penelitian Dilaksanakan Tanggal 08 Agustus 2016 Pukul 11.00 WIB

57

(10)

mendapatkan pekerjaan tetap karena pembangunan rumah atau kantor tidak merupakan kegiatan rutinitas. Hal ini mengakibatkan, masyarakat Deli Serdang mencari pekerjaan yang dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhannya, dari kuli bangunan sebagai pekerjaan yang terdaftar pada Badan Pusat Statistik beralih menjadi penambang untuk memenuhi kebutuhannya. Pada umunya mereka yang dipekerjakan oleh perusahaan yang membutuhkan tanah untuk menimbun dan meratakan wilayah untuk dijadikan perumahan.

Hal ini menunjukkan selain faktor pendidikan yang kurang paham akan dampak pekerjaan yang dilakukan dalam penambangan tanah, faktor ekonomi yang pendapatan mayoritas Masyarakat Deli Serdang tergolong rendah bahkan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, masyarakat mau tidak mau melakukan pekerjaan penambangan tanah yang dipekerjakan oleh suatu perusahaan dengan imbalan yang menurut mereka sepadan tanpa mempertanyakan kelegalitasan penambangan tanah yang mereka lakukan. Berikut ini adalah data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang mengenai sector pekerjaan masyarakat Kabupaten Deli Serdang.

(11)

Selain faktor internal yang mengakibatkan masyarakat Deli Serdang melakukan penambangan tanah tanpa izin yang tergolongan perbuatan pidana, terdapat juga faktor eksternal terjadinya penambangan tanah tanpa izin di Deli Serdang yaitu :

1. Faktor Kurangnya Sosialisasi Tentang Pertambangan.

Sosialisasi merupakan suatu bentuk/wadah penyampaian suatu tujuan yang ingin dicapai dan merupakan suatu bentuk pemahaman bagi masyarakat. Dalam hal ini, sosialisasi pertambangan kepada masyarakat, agar masyarakat paham tentang pertambangan. Masyarakat Deli Serdang tidak mendapatkan sosialisasi tentang hukum pertambangan. Bila dilihat dari aturan tentang pertambangan terdapat ketentuan pidana. Hal ini wajib di sosialisasikan terlebih dahulu oleh Pemda setempat demi kepentingan masyarakat Deli Serdang. Dengan adanya sosialisasi masyarakat Deli Serdang lebih berhati-hati dalam melakukan pertambangan, karena dalam aturan pertambangan banyak mengatur tentang izin. Dalam aturan tersebut pelanggar izin dapat di pidana. Kurangnya pemahaman tentang hukum pertambangan mengakibatkan kerugian bagi masyarakat Deli Serdang itu sendiri. Sosialisasi hukum pertambangan merupakan kewajiban Pemerintah Daerah Deli Serdang.

Jenlon Erich, Pegawai Negeri Sipil di Dinas Cipta Karya dan Pertambangan Kabupaten Deli Serdang (wawancara 08 Agustus 2016) mengemukakan bahwa :58

(12)

Karena kurangnya minat masyarakat terhadap sosialisasi yang diadakan

Pemda Kabupaten Deli Serdang, kurang atau tidak tertarik terhadap sosialisasi oleh

Pemda setempat.

Kurangnya ketertarikan masyarakat Kabupaten Deli Serdang tentang pentingnya sosialisasi di bidang pertambangan mengakibatkan terjadinya pelanggaran-pelanggaran khususnya di bidang pertambangan mengenai penerbitan izin.

2. Faktor Tentang Pengurusan Izin Yang Rumit.

Adapun Jenis Izin Usaha Pertambangan dalam Peraturan Daerah Deli Serdang :

1) Setiap orang pribadi atau badan usaha yang akan melaksanakan kegiatan Usaha Pertambangan hanya dapat dilaksanakan setelah diterbitkan Izin Usaha Pertambangan (IUP).

2) Izin Usaha Pertambangan (IUP) terdiri dari : a. IUP Eksplorasi

b. IUP Operasi Produksi

3) IUP diterbitkan oleh Bupati setelah mendapat pertimbangan teknis dari Dinas dan dalam kondisi tertentu harus dengan melampirkan rekomendasi teknis dari instansi terkait.

IUP dapat diberikan kepada : c. Perseorangan d. Badan

IUP diberikan melalui tahapan :

c. Pemberian WIUP ( Wialayah Izin Usaha Pertambangan) dan d. Pemberian IUP

Pemberian WIUP :

(1). Pemberian WIUP sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a terdiri atas : a. WIUP Radioaktif

(13)

d. WIUP Mineral bukan Logam dan/atau e. WIUP Batuan

(2). WIUP Radioaktif diperolah sesuai ketentuan peraturan perUndang-Undangan. (3). WIUP Mineral Logam dan Batubara diperoleh dengan cara lelang.

(4). WIUP Mineral Bukan Logam dan Batuan diperoleh dengan cara mengajukan permohonan wilayah.

Tata cara pemberian WIUP :

1) Untuk mendapatkan WIUP Mineral bukan Logam atau Batuan, Badan Usaha, Koperasi, atau Perseorangan mengajukan permohonan Wilayah kepada Bupati. 2) Apabila WIUP yang di mohon berada dilintas wilayah Kabupaten/Kota dalam 1

(satu) Provinsi dan/atau Wilayah laut 4 (empat) Mil sampai dengan 12 (dua belas) Mil, maka pengajuan WIUP kepada Gubernur dan harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari Bupati.

3) Permohonan WIUP Mineral Bukan Logam dan/atau Batuan yang terlebih dahulu telah memenuhi persyaratan koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografis yang berlaku secara nasional, memperoleh prioritas pertama untuk mendapatkan WIUP.

4) Bupati dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah diterima permohonan wajib memberikan keputusan menerima atau menolak atas permohonan WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

5) Keputusan menerima sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepada pemohonan disertai dengan Penyerahan Peta WIUP berikut batas dan koordinat WIUP dengan membayar uang pencadangan wilayah sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah)

6) Keputusan menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus disampaikan secara tertulis kepada pemohon WIUP disertai dengan alasan penolakan.

Persyaratan Izin Usaha Pertambangan (IUP) 1) IUP terdiri dari :

a. IUP Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, Eksplorasi dan studi kelayakan.

b. IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan instruksi, Penambangan, Pengolahan, dan Pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.

2) IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk 1 (satu) jenis mineral. 3) Pemegang IUP Eksplorasi dan pemegang IUP Operasi Produksi dapat melakukan

sebagian atau seluruh kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(14)

magnesium, kalium, kalsium, emas, tembaga, perak, timbal, seng, timah, nikel, mangaan, platina, bismuth, molibdenum, bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium, kromid, antimony, kobalt, tantalum, catdmium, gallium, indium, yitrium, magnetit, besi, galena, aluminal, niobium, zirconium, ilmenit, khrom, erbium, ytterbium, dysprosium, thorium, cesium, lanthanum, neodimyum, hafnium, scandium, aluminium, palladium, rhodium, osmium, ruthenium, iridium, telluride, strontium, germanium, zenothin, mineral bahan logam meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor. Belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit, gypsum, dolomite, kalsit rijang, pirofilit, kuarsit, zircon, wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, batu gamping untuk semen, batubara, meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara dan gambut.

5) Bahan galian yang tidak memerlukan IUP Eksplorasi adalah bahan galian sebagaimana yang terdapat dalam pasal 2 huruf d antara lain : batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome, tanah serap (full earth), slate, granit, granudiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt, tarkhit, leusit,tanah liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert, Kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorite, topas, batu gunung, quarry besar, krikil galian dari bukit, krikil sungai, batu kali, krikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, krikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsur mineral bukan logam, dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.

6) Persyratan IUP Eksplorasi Mineral bukan Logam dan/atau Batuan adalah sebagai berikut :

a. Fhoto copy akte pendirian badan usaha yang bergerak dibidang usaha pertambanganyang telah di sah kan oleh pejabat yang berwenang.

b. Profil badan usaha.

c. Fhoto copy pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun terakhir. d. Fhoto copy NPWP

e. Susunan direksi dan data pemegang saham f. Surat keterangan domisili

g. Fhoto copy Surat Tanah yang di legalisasi oleh Instansi yang berwenang. h. Fhoto copy KTP

i. Daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun.

j. Keputusan bupati menerima keputusan WIUP dan peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional.

(15)

1) Setiap orang perseorangan atau badan yang telah mendapatkan Keputusan Bupati dan peta WIUP beserta batas dan koordinat dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah penerbitan peta WIUP mineral bukan logam/batuan harus menyampaikan permohonan IUP Eksplorasi kepada Bupati.

2) Apabila Badan Usaha, Koperasi atau Perseorangan dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja tidak menyampaikan permohonan IUP, dianggap mengundurkan diri dan uang pencadangan wilayah menjadi milik Pemerintah Daerah serta WIUP menjadi wilayah terbuka.

1) Permohonan IUP Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada pasal 8 ayat 1 huruf b Peraturan Daerah ini, harus melampirkan persyaratan sebagai berikut : a. Fhoto copy akte pendirian Badan Usaha/Koperasi yang bergerak dibidang

usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang. b. Fhoto copy pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun terakhir. c. Fhoto copy NPWP.

d. Susunan direksi dan daftar pemegang saham atau susunan pengurus koperasi. e. Surat keterangan domisili.

f. Fhoto copy KTP.

g. Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional.

h. Laporan lengkap eksplorasi. i. Laporan studi kelayakan.

j. Rencana reklamasi dan Surat Pernyataan Pembayaran Jaminan Reklamasi. k. Rencana kerja dan anggaran biaya.

l. Fhoto copy Surat Tanah, dilegalisasi oleh Pejabat yang berwenang. m.Surat Pernyataan Tidak Keberatan Masyarakat Sekitar.

n. Rekomendasi Camat.

o. Rekomendasi Dinas PU Bidang Pengairan Kabupaten Deli Serdang, apabila penambangan di sungai.

p. AMDAL/UKL-UPL

q. Khusus pasir laut diperlukan Rekomendasi Izin Pengerukan dari Departemen Perhubungan Republik Indonesia, Rekomendasi Izin Pengerukan dari Syahbandar setempat dengan memperhatikan aspirasi masyarakat nelayan setempat.

2) Untuk IUP Operasi Produksi yang diperoleh tanpa melalui tahapan IUP Eksplorasi, maka persyratannya adalah :

a. Salinan akte pendirian Badan Usaha/Koperasi yang bergerak dibidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang.

b. Fhoto copy pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun terakhir. c. Salinan NPWP.

(16)

f. Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur. g. Fhoto copy Surat Tanah yang dilegalisasi oleh Pejabat yang berwenang. h. Salinan AMDAL atau UKL-UPL.

i. Rekomendasi Teknis dari PU Bidang Pengairan apabila Pertambangan di sungai.

j. Rekomendasi Teknis dari Dinas Pertanian apabila untuk pencetakan sawah. k. Rekomendasi Camat

l. Surat Keterangan Kepala Desa Tidak Silang Sengketa m.Surat Pernyataan Tidak Keberatan Masyarakat Sekitar.

n. Surat Penyataan Tenaga Ahli di Bidang Pertambangan disertai salinan ijazah terakhir (Riwayat Hidup, Pengalaman Kerja dan Fhoto copy KTP).

o. Surat Pernyataan Bertanggung Jawab Atas Lingkungan. p. Surat Pernyataan Bertanggungjawab Atas Jalan.

q. Rencana Reklamasi dan Surat Pernyataan Pembayaran Jaminan Reklamasi. 3) Dalam hal pemegang IUP Operasi Produksi tidak melakukan kegiatan

pengangkutan dan penjualan dan/atau pengolahan dan pemurnian, kegiatan pengangkutan dan penjualan dan/atau pengolahan dan pemurnian dapat dilakukan pihak lain yang memiliki :

a. IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan penjualan. b. IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan Pemurnian.

4) Persyratan IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan penjualan adalah sebagai berikut :

a. Salinan Akte Pendirian Perusahaan. b. Fhoto copy NPWP

c. Fhoto copy KTP.

d. Salinan IUP Operasi Produksi dan/atau IUP khusus pengolahan dan pemurnian yang merupakan sumber bahan pertambangan yang diangkut/dijual.

e. Rencana pengangkutan dan penjualan.

5) Persyaratan IUP Operasi Produksi khusus unuk pengolahan dan pemurnian adalah sebagai berikut :

a. Salinan akte pendirian perusahaan.

b. Denah/sket lokasi pengolahan dan pemurnian yang diketahui oleh camat. c. Fhoto copy pelunasan Pajak Bumi dan Bagunan (PBB).

d. Fhoto copy NPWP. e. Fhoto Copy KTP.

f. Salinan AMDAL atau UKL-UPL.

g. Perjanjian jual beli dengan pemegang IUP Operasi Produksi (bagi yang tidak memiliki IUP Operasi Produksi).

h. Salinan IUP Operasi Produksi yang merupakan sumber bahan pertambangan yang akan diolah/dimurnikan.

(17)

Masa berlaku IUP dan Perpanjangan IUP

1) IUP Eksplorasi untuk pertambangan Mineral bukan Logam dan Batuan dapat diberikan paling lama dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun.

2) IUP Operasi Produksi untuk pertambangan Mineral bukan Logam dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun.

3) IUP Operasi Produksi untuk pertambangan batuan dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun.

4) Permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi diajukan kepada Bupati paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu

5) Bupati dapat menolak permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi apabila pemegang IUP Operasi Produksi berdasarkan hasil evaluasi, pemegang IUP Operasi Produksi tidak menunjukkan kinerja Operasi Produksi yang baik.

6) Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus disampaikan kepada pemegang IUP Operasim Produksi paling lambat sebelum berakhirnya IUP Operasi Produksi.

Penghentian Sementara Kegiatan Usaha Pertambangan

1) Kegiatan usaha Pertambangan dapat dilakukan penghentian sementara apabila terjadi :

a. Keadaan Kahar

b. Keadaan yang menghalangi sehingga menimbulkan penghentian sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan.

c. Kondisi daya dukung lingkungan wilayah tersebut tidak dapat menanggung beban kegiatan operasi produksi sumber daya mineral.

2) Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi masa berlaku IUP.

3) Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b, penghentian sementara dilakukan Bupati berdasarkan permohonan dari pemegang IUP.

(18)

5) Bupati wajib mengekuarkan keputusan tertulis diterima atau ditolak disertai alasannya atas permohonan yang dimaksud pada ayat (3) paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak menerima permohonan tersebut.

1) Penghentian sementara karena keadaan kahar sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) huruf a harus diajukan oleh pemegang IUP dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak terjadinya keadaan kahar kepada Bupati.

2) Jangka waktu penghentian sementara karena keadaan kahar dan/atau keadaan yang menghalangi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 1 huruf a dan b diberikan paling lama 1 (satu) kali untuk 1 (satu) tahun .

3) permohonan perpanjangan penghentian sementara diajukan secara tertulis dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum berakhirnya izin penghentian sementara.

1) Apabila penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan diberikan karena keadaan kahar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a, kewajiban pemegang IUP terhadap Pemerintah tidak berlaku.

2) Apabila penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan diberikan karena keadaan yang menghalangi kegiatan usaha pertambangan dank arena kondisi daya lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b dan c, kewajiban pemegang IUP terhadap Pemerintah tetap berlaku.

Persetujuan penghentian sementara berakhir karena :

b. Dibatalkan atau dicabut oleh Bupati c. Habis masa berlakunya

1) Pemegang IUP dapat menyerahkan kembali IUP dengan pernyataan tertulis kepada Bupati dan disertai dengan alasan yang jelas.

2) Pengembalian IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah setelah disetujui Bupati dan setelah pemegang IUP memenuhi kewajibannya. 1) IUP dapat dibatalkan atau dicabut oleh Bupati apabila :

(19)

c. Selama 3 (tiga) bulan berturut-turut setelah beroperasi tidak melaporkan kegiatannya.

d. Selama 3 (tiga) bulan berturut-turut setelah IUP diterbitkan tanpa adanya kegiatan usaha.

2) Apabila dalam jangka waktu yang ditentukan dalam IUP telah habis dan tidak diajukan permohonan peningkatan atau perpanjangan tahap kegiatan atau pengajuan permohonan tetapi tidak memenuhi persyaratan, IUP tersebut berakhir. 3) Apabila IUP berakhir, pemegang IUP wajib menyerahkan seluruh data yang

diperoleh dari hasil eksplorasi. Kewajiban Pemegang IUP

1) Pemegang IUP wajib melaksanakan pemeliharaaan keselamatan kerja, pengamanan teknis dan lingkungan hidup.

2) Pemegang IUP wajib memelihara tata guna tanah dan air serta keawetan jalan-jalan umum sesuai dengan petunjuk instansi teknis yang berwenang.

3) Pemegang IUP wajib mengembalikan tanah (melaksanakan reklamasi) sehingga tidak menimbulkan kerusakan lingkungan hidup sekitarnya dan tidak menimbulkan penyakit pada masyarakat serta tidak merugikan kepentingan umum. 4) Pemegang IUP diwajibkan atas beban dan biaya sendiri memperbaiki semua

kerusakan akibat kegiatan dalam usaha pertambangan.

5) Guna kepentingan kelestarian lingkungan kepada pemegang IUP diwajibkan membayar Jaminan Reklamasi melalui Bank dan menyerahkan asli Jaminan Reklamasi kepada Kepala Dinas.

6) Besarnya Jaminan Reklamasi adalah :

a. Luas areal s/d 1 Ha sebesar Rp. 5.000.000,- b. Luas areal lebih dari 1 s/d 5 Ha sebesar Rp. 25.000.000,- c. Luas areal lebih dari 5 s/d 10 Ha sebesar Rp. 50.000.000,- d. Luas areal lebih dari 10 s/d 50 Ha sebesar Rp.100.000.000,- e. Luas areal lebih dari 50 Ha sebesar Rp. 200.000.000,-

7) Uang jaminan reklamasi harus disetorkan sebelum IUP Operasi Produksi diberikan /diserahkan kepada pemohon, kelalaian pembayarannya dapat dikenakan pembatalan/pencabutan IUP.

8) Uang jaminan reklamasi dapat dicairkan setelah berakhirnya masa berlaku IUP dan reklamasi telah dilaksanakan sesuai rencana.

9) Apabila pemegang IUP tidak melaksanakan reklamasi, maka Dinas menghunjuk perusahaan tertentu untuk mereklamasi areal bekas penambangan atas beban biaya pemegang IUP sesuai rencana reklamasi yang telah ditetapkan.

(20)

Rumitnya mengurus izin yang ditetapkan dalam Perda Kabupaten Deli Serdang tentang Izin pertambangan mengakibatkan masyarakat Deli Serdang merasa berat untuk menjalankannya. Dengan adanya Faktor Internal dan Eksternal mengakibatkan masyarakat Deli Serdang diancam perbuatan penambangan tanah tanpa izin.

Serasi Marpaung, Pegawai Negeri Sipil di Dinas Cipta Karya dan Pertambangan Kabupaten Deli Serdang (wawancara 08 Agustus 2016) mengemukakan bahwa :59

Tidak paham terhadap Undang-Undang, banyaknya dokumen yang harus

dilengkapi, tahapannya banyak, sampai berbulan-bulan dalam penelitiannya.

Hendri Marpaung, warga Kecamatan Patumbak Desa Marindal Kabupaten Deli Serdang (wawancara 09 Agustus 2016) mengemukakan bahwa :60

ngertilah pemerintah ini gimana, semua urusan kalau nggak pakai pelicin

nggak beres, kami warga kecil ini mau apa yang kami borohkan buat izin

penambangan ini, memenuhi kebutuhan hidup aja sudah cukup

Berdasarkan wawancara dengan informan yang penulis paparkan diatas, warga Kabupaten Deli Serdang merasa kesulitan terhadap pengurusan izin pertambangan. Selain dikarenakan pengurusan dokumen-dokumen yang diperlukan sampai berbulan-bulan, faktor moral hazard pemerintah Kabupaten Deli Serdang khusus nya di bidang pertambangan juga jadi penghambat bagi kelancaran pengurusan izin pertambangan.

59

Hasil wawancara Pegawai Negari Sipil Dinas Cipta Karya Dan Pertambangan Kabupaten Deli Serdang, Serasi Marpaung, Penelitian Dilaksanakan Tanggal 08 Agustus 2016 Pukul 10.30 WIB

60

(21)

C. Hambatan-Hambatan Penyebab Terjadinya Kasus Pertambangan Tanah

Tanpa Izin Di Kabupaten Deli Serdang

Setelah pemaparan faktor-faktor penyebab terjadinya pertambangan tanah tanpa izin di Kabupaten Deli Serdang maka hambatan-hambatan yang melatarbelakangi susahnya pengurusan izin adalah kurangnya ketertarikan masyarakat Kabupaten Deli Serdang tentang pentingnya sosialisasi di bidang pertambangan mengakibatkan terjadinya pelanggaran-pelanggaran khususnya di bidang pertambangan mengenai penerbitan izin.

(22)

BAB IV

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU USAHA YANG

MELAKUKAN PERTAMBANGAN TANAH TANPA IZIN

Istilah kebijakan berasal dari kata policy (Inggris) atau Politiek (Belanda). Bertolak dari pengertian itu maka kebijakan hukum pidana dapat disebut juga dengan istilah “politik hukum pidana”, dengan kepustakaan dikenal dengan berbagai istilah

yakni Penal Policy, Criminal Law Policy atau straffrechtspolitiek.61

Kebijakan kriminal atau politik kriminal merupakan suatu usaha yang rasional dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan. Secara Kompleks mengenai arti kebijakan kriminal ada tiga, yaitu:

a. Dalam arti sempit, ialah keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar dari reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana.

b. Dalam arti luas, ialah keseluruhan fungsi dari aparatur penegak hukum, termasuk didalamnya cara kerja dari pengadilan dan polisi.

c. Dalam arti yang paling luas, ialah keseluruhan kebijakan yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi yang bertujuan untuk menegakkan norma-norma sentral dari masyarakat.62

61

Syaiful Bakhri, Kebijakan Kriminal Prespektif Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Jakarta; Total Media, 2010, halaman.13

62

(23)

Selanjutnya pengertian kebijakan atau politik hukum pidana dapat dilihat dari politik hukum maupun dari politik kriminal. Menurut Prof. Sudarto, “Politik Hukum” adalah:

a. Usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu saat.63

b. Kebijakan dari Negara melalui badan-badan yang berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan bisa digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan untuk mencapai apa yang dicita-citakan.64

Kebijaksanaan (policy, beleid) merupakan kata atau istilah yang digunakan sehari-hari, tetapi karena keterbiasaannya terdapat semacam kerancuan atau kebingungan, kerancuan atau kekeliruan dalam mendefenisikan atau menguraikan istilah kebijakan (wisdom, wijsheid) yang selalu ditautan dengan istilah diskreasi, selain itu istilah kebijaksanaan seringkali penggunaannya dipertukarkan dengan istilah-istilah lain seperti tujuan, program, keputusan, Undang-Undang, ketentuan-ketentuan, usulan-usulan dan rancangan-rancangan besar bahkan seringkali orang awam bingung dan tidak dapat membedakan antara policy dan politik.65

Kebijaksanaan sebenarnya dapat dirumuskan sebagai perilaku dari sejumlah pemeran baik pejabat atau perorangan atau kelompok pakar ataupun instansi, lembaga

63

Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung; Alumni, 1981, halaman.159. 64

(24)

pemerintah yang terlibat dalam suatu bidang, kegiatan tertentu yang diarahkan kepada suatu rumusan masalah, permasalahan, sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk selanjutnya mengacu pada tindak atau tindakan berpola yang mengarah kepada tujuan seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan dan atau mewujudkan sasaran yang ingin dicapai. Menyimak konsentrasi dan kehidupan politik di Indonesia ini, maka dapat di konsentrasi bahwa ciri-ciri khas yang melekat pada kebijaksanaan-kebijaksanaan negara yang bersumber pada kenyataan bahwa kebijaksaan itu memiliki kewenangan atau memiliki wewenang dalam sistem politik tanah air.66

Solly Lubis juga menyatakan bahwa politik hukum adalah kebijaksanaan politik yang menentukan peraturan hukum apa yang seharusnya berlaku mengatur berbagai hal kehidupan bermasyarakat dan bernegara.67 Mahfud M.D, juga memberikan definisi politik hukum sebagai kebijakan mengenai hukum yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah. Hal ini juga mencakup pula pengertian tentang bagaimana politik mempengaruhi hukum dengan cara melihat konfigurasi kekuatan yang ada dibelakang pembuatan dan penegakan hukum itu. Dalam konteks ini hukum tidak bisa hanya dipandang sebagai pasal-pasal yang bersifat imperatif, melainkan harus dipandang sebagai subsistem yang dalam

66

Ibid 67

(25)

kenyataannya bukan tidak mungkin sangat ditentukan oleh politik, baik dalam perumusan materinya (pasal-pasal), maupun dalam penegakannya.68

Bertolak dari pengertian itu maka "Criminal policy is the rational

organization of the social reactions to crime". Modern criminal science terdiri dari

tiga komponen yakni: Criminology.69 Criminal Law.70 dan Penal Policy.71

A. kebijakan Hukum Pidana (Penal Policy)

Adapun Penal Policy, adalah ilmu sekaligus seni yang pada akhirnya mempunyai tujuan praktis untuk memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan secara lebih baik dan untuk memberikan pedoman, tidak hanya kepada pembuat undang-undang dan juga kepada penyelenggara atau pelaksana putusan pengadilan. Diantara studi mengenai faktor kriminologis disatu pihak dan studi mengenai teknik perundang-undangan dilain pihak, fenomena legislatif dan bagi suatu seni yang rasional dimana para sarjana dan praktisi kriminologi dan sarjana hukum dapat bekerja sama tidak sebagai pihak yang saling berlawanan atau saling berselisih, tetapi sebagai kawan sekerja yang terkait dalam tugas bersama yaitu tugas bersama untuk

68

Mahfud M.D, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta; LP3ES, 1998, halaman.1-2 69

Criminologi. Ilmu pengetahuan yang mempelajari pola keteraturan, keseragaman, dan sebab musabab kejahatan, pelaku dan reaksi masyarakat terhadap keduanya, serta meliputi cara penaggulangannya.

70

(26)

menghasilkan suatu kebijakan pidana yang realistis, humanis dan berfikiran maju, progresif dan sehat.72

Dengan demikian, dilihat sebagai bagian dari politik hukum, maka politik hukum pidana mengandung arti, bagaimana mengusahakan atau membuat dan merumuskan suatu perundang-undangan pidana yang baik. Pengertian demikian terlihat pula dalam definisi “penal policy” dari Marc Ancel yang telah dikemukakan

pada uraian pendahuluan yang secara singkat dapat dinyatakan sebagai “suatu ilmu sekaligus seni yang bertujuan untuk memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan secara lebih baik”. Dengan demikian, yang dimaksud dengan “peraturan

hukum positif” (the positive rules) dalam definisi Marc Ancel itu jelas adalah

peraturan perundang-undangan hukum pidana. Dengan demikian, istilah “penal

policy” menurut Marc Ancel adalah sama dengan istilah “kebijakan atau politik

hukum pidana”.

Ruang lingkup kebijakan hukum pidana ini sesungguhnya meliputi masalah yang cukup luas, yaitu meliputi evaluasi terhadap substansi hukum pidana yang berlaku saat ini untuk pembaharuan substansi hukum pidana yang akan datang dan bagaimana penerapan hukum pidana ini melalui komponen sistem peradilan pidana

72

(27)

pencegahan terhadap kejahatan. Upaya pencegahan ini berarti hukum pidana harus menjadi salah satu instrumen pencegah kemungkinan terjadinya kejahatan.73

Berdasarkan pengertian tentang politik hukum sebagaimana dikemukakan di atas, maka secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa politik hukum pidana merupakan upaya menentukan ke arah mana pemberlakukan hukum pidana Indonesia masa yang akan datang dengan konseptualisasi hukum pidana yang paling baik untuk diterapkan.74

Didalam Pasal 158 tersebut dinyatakan bahwa “ setiap orang yang melakukan

usaha penambangan tanpa IUP, IPR,atau IUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat (1). Pasal 74 ayat (!) atau ayat (5) dipidana dengan Pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Unsur- unsur yang terdapat didalam pasal 158 :

e. Setiap Orang

Ada dua pengertian orang /person sebagai subyek hukum :

e) Natuurlijk person adalah mens person, yang disebut orang atau manusia

pribadi dan,

f) Rechtperson adalah yang berbentuk badan hukum yang dibagi dalam :

73

(28)

5. Publiek rechts-person, yang sifatnya ada unsur kepentingan umum seperti Negara, daerah Tk. I, Tk. II Desa dan,

6. Privaat rechtspersoon/badan hukum privat, yang mempunyai

sifat/adanya unsur kepentingan individual.75 f. Melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK.

Didalam hal ini unsur-unsur yang terdapat didalam pasal 158 harus dipenuhi secara komulatif untuk menerapkan ketentuan pidana didalam undang undang ini.

Pasal 37 adalah IUP diberikan oleh :

d) Bupati/walikota apabila WIUP berada di dalam satu wilayah Kabupaten/Kota.

e) Gubernur apabila WIUP berada pada lintas wilayah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari Bupati/Walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

f) Menteri apabila WIUP berada pada lintas wilayah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari Gubernur dan Bupati/Walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

75

(29)

Contoh Kasus :

1. Posisi Kasus

a. Person Delicti (Pelaku Kejahatan)

Adapun dalam kasus tersebut pelaku kejahatan ialah :

Nama Lengkap : ABADY NAINGGOLAN alias ADI

Tempat lahir : Medan

Umur/Tanggal Lahir : 29 Tahun/12 Mei 1985

Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tinggal : Jalan Ampera No. 38 B Lingkungan VI Kel. Bantan

Kec. Medan Tembung, Kota Medan

Agama : Islam

Pekerjaan : Wirasawasta

b. Locus Delicti (Tempat Kejadian Perkara)

Adapun penambangan illegal yakni penggerukan tanah merah di belakang Perumahan Oma Deli, Desa Marindal II Kec. Patumbak, Kab. Deli Serdang.

(30)

Adapun Terdakwa ditangkap oleh saksi Parulian Gultom dan saksi Hamonagan Lubis bersama-sama anggota Kepolisian lainnya dari Polda Sumatera Utara pada hari Kamis, tanggal 20 Februari 2014, sekitar pukul 14.00 WIB.

d. Kejadaian Apa Yang Terjadi ( Peristiwa Hukum)

Adapun terdakwa ditangkap oleh polisi sebagai pemilik kegiatan dan orang-orang yang membantunya tersebut, terkait dengan penambangan illegal yakni penggerukan tanah merah merah di belakang Perumahan Oma Deli, Desa Marindal II Kec. Patumbak, Kab. Deli Serdang.

2. Pertimbangan Hukum

(31)

Pertambangan Mineral dan Batubara yang berwenang untuk menerbitkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) adalah Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menerbitkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) adalah harus menetapkan Wilayah Pertambangan (WP) yang dituangkan dalam Perda, Izin diterbitkan setelah adanya Perda tentang Wilayah Pertambangan (WP), dan Izin itu diterbitkan Pemerintah Kabupaten/Kota didalam Wilayah Pertambangan (WP), sehingga Pemerintah Kabupaten/Kota tidak dapat menerbitkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebelum adanya Perda tentang Wilayah Pertambangan (WP), karena Izin Usaha Pertambangan (IUP) diterbitkan didalam Wilayah Pertambangan (WP), Pemerintah Kabupaten/Kota yang belum memiliki Perangkat Peraturan dalam menjalankan kewenangannya untuk menerbitkan Izin Usaha Pertambangan (IUP), maka penindakan terhadap pelaku usaha yang menjalankan usaha pertambangan tanpa izin diberi sanksi dengan jalan peringatan atau menutup lokasi penambangan.

(32)

Penambangan (WP), maka pemerintah Kabupaten/Kota yang berwenang akan melakukan penindakan dengan peringatan dan menutup lokasi, Izin Lingkungan Hidup dalam melakukan penambangan dibuat untuk bertujuan agar tidak terjadinya kerusakan lingkungan hidup, untuk menetukan adanya kerusakan lingkungan hidup harus dilakukan penelitian, segala kegiatan yang berkaitan dengan sumber daya alam tanpa izin lingkungan maka pelaku terlebih dahulu ditindak dengan sanksi administrasi yaitu peringatan ataupun penutupan lokasi kegiatan.

3. Diktum

Didalam Putusan No. 1561/Pid.B/2014/PN.Mdn perihal kegiatan pertambangan tanah. Kasus di desa Marindal, Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, terjadi usaha penambangan tanpa izin sehingga pelaku dalam kasus ini diputus pidana penjara selama 1 (satu) tahun denda sebesar 1 (satu) Miliar berdasarkan dakwaan Pasal 158 Undang Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan, Mineral dan Batubara.

Didalam Pasal 158 tersebut dinyatakan bahwa “ setiap orang yang melakukan

usaha penambangan tanpa IUP, IPR,atau IUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat (1). Pasal 74 ayat (!) atau ayat (5) dipidana dengan Pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum yang telah terungkap tersebut,

(33)

tanah tersebut, dan kemudian dijual kepada pihak yang membutuhkannya,

disebut sebagai usaha pertambangan? Akan dipertimbangkan sebagai berikut: Menimbang, bahwa sebagaimana ketentuan umum Undang-Undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan Mineral atau Batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengelolaan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk dialam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan Kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau pada. Sedangkan Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan ; apakah tanah termasuk kedalam kelompok Mineral dan Batubara, dapat dilihat dari ketentuan pasal 2 ayat (2) huruf d Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, yang menyebutkan bahwa bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, dan tanah merah (laterit), termasuk kedalam penggolongan komoditas tambang batuan.

(34)

karena tanah merupakan bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik.

Menimbang, bahwa sebagaimana keterangan para saksi maupun hasil pemeriksaan setempat, akibat pengerukan yang dilakukan terdakwa, tanah dilokasi bekas pengerukan tersebut kondisinya seperti danau dengan kedalaman hingga sekitar 3 meter dengan luas sekitar 5 (lima) Ha. Sehingga dengan demikian perbuatan Terdakwa yang terkait penggerukan tanah merah yang terdapat di belakang Perumahan Oma Deli, Desa Marindal II Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang, termasuk kepada kegiatan penambangan.

(35)

dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kab. Deli Serdang dengan luas 189,7 Ha yang berlaku sampai dengan tahun 2025.

Menimbang, bahwa berdasarkan kepada pertimbangan tersebut, maka untuk kedua inipun telah dapat dibuktikan.

Tentang unsur “Orang yang melakukan, menyuruh melakukan dan turut serta

melakukan perbuatan pidana”.

Menimbang, bahwa orang yang melakukan atau pelaku adalah orang yang melakukan seluruh isi delik, tapi apabila dua orang bersama-sama melakukan suatu perbuatan yang dapat di hukum, sedangkan tiap-tiap pelaku sendiri-sendiri tidak menghasilkan kejahatan itu, dapat terjadi “turut melakukan”. Sementara menyuruh

melakukan disyratkan bahwa pelaku materil tidak dapat di pertanggungjawabkan secara pidana, karena dia hanya merupakan suatu alat yang tidak berdaya dari orang menyuruh yang di pandang sebagai pelaku langsung tindak pidana yang dihukum.

(36)

benar-benar mencapai akibat (kepentingan/tujuan) yang merupakan unsur dari tindak pidana (maksud dan jalan pikiran para pelakunya).

Menimbang, bahwa turut melakukan disini berarti bersama-sama melakukannya, sedikit-dikitnya harus ada 2 (dua) orang yaitu orang yang melakukan (pleger) dan orang yang turut melakukan (medepleger) peristiwa pidana tersebut. Disini diminta kedua orang tersebut atau lebih semuanya melakukan perbuatan persiapan dan pelaksanaan, jadi melakukan anasir atau elemen dari peristiwa pidana tersebut. Bahwa turut melakukan itu dapat terjadi, jika dua orang atau lebih melakukan perbuatan bersama-sama perbuatan yang dapat dihukum, sedang dengan perbuatan masing-masing saja maksud itu tidak akan dapat dicapai. Bahwa untuk dapat dihukumnya dua orang atau lebih tersebut, maka keduanya harus mempunyai “keinsyafan atau kesadaran” yang sama untuk melakukan perbuatan tersebut,

sehingga turut serta dalam pasal 55 ayat (1) ke-1 ini menghendaki pertanggungjawaban pidana yang sama antara orang yang melakukan dan turut serta melakukan perbuatan pidana tersebut.

(37)

terdakwa adalah rekan kerja/rekan bisnisnya. Saksi M. Alboinsyah Gultom yang mengaku memiliki lahan di Desa Marindal II Kec. Patumbak Kab. Deli Serdang, kemudian bekerja sama dengan terdakwa untuk melakukan pengerukan tanah dilokasi tersebut,sesuai dengan SPK (Surat Perintah Kerja) yang dibuat dan ditanda tangani oleh M. Alboinsyah Gultom sendiri. Padahal saksi M. Alboinsyah Gultom sendiri mengetahui, kalau dia tidak memiliki izin untuk melakukan pengerukan tanah dari pihak yang berwenang.

Menimbang, bahwa dari uraian pertimbangan tersebut, terbukti adanya hubungan yang sangat erat antara terdakwa dengan saksi M. Alboinysah Gultom sebagai orang yang bekerja sama dengan terdakwa untuk melakukan kegiatan pertambangan dibelakang perumahan Oma Deli, desa Marindal II Kec. Patumbak Kab. Deli serdang. Sedangkan saksi Yudha Wastu Pramuka Purba Als Yuda, maupun saksi Zulpan Als Zulm dan saksi Abdul Kadir Ginting serta Benny dan Iman, hanyalah orang-orang bekerja dengan mengharapkan upah dari Terdakwa. Saksi Yudha Wastu Pramuka Purba Als Yudha yang ditunjuk terdakwa sebagai mandor mendapat upah sebanyak Rp.150.000,-(seratus lima puluh ribu rupiah) setiap harinya, sedangkan saksi Zulpan Als Zul mendapat upah sebesar Rp.200.000,-(dua ratus ribu rupiah) per hari sebagai operator Escavator, dan saksi Abdul Kadir Ginting menerima upah sebesar Rp.750.000,-(tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) setiap bulannya.

(38)

Menimbang, bahwa sehubungan dengan pembelaan yang diajukan terdakwa sendiri maupun penasihat hukumnya yang menyatakan bahwa terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan, karena terdakwa hanya melakukan pengerukan tanah dalam melaksanakan pekerjaan meratakan tanah, membuat jalan, membuat saluran air atau parit untuk dijadikan lokasi perumahan, menurut majelis hakim sangat tidak beralasan sama sekali, karena substansi perkara yang menetapkan Abady Nainggolan Als Adi sebagai terdakwa, adalah karena telah melakukan kegiatan pertambangan tanpa adanya Izin Usaha Pertambangan. Apalagi berdasarkan hasil pemeriksaan setempat, sangat jelas tidak pekerjaan sebagaimana yang di dalilkan oleh Terdakwa maupun penasihat hukumnya, akan tetapi dilokasi tesebut yang terjadi adalah kegiatan pengerukan yang mengakibatkan terjadinya sebuah lubang yang cukup besar sehingga terlihat seperti sebuah danau. Lokasi tanah yang ditambang tersebut, jauh lebih rendah dari tanah sekelilingnya, sehingga dapat dipastikan kegiatan yang dilakukan terdakwa bukanlah perataan tanah, akan tetapi melobangi tanah untuk diambil tanahnya guna dijual kepada yang membutuhkan dengan imbalan sejumlah uang, sebagaimana fakta hukum yang telah di pertimbangkan sebelumnya.

(39)

ditanyakan maupun disaat pemereiksaan atas diri terdakwa dilakukan di depan persidangan. Dimana bisa dilihat terdakwa dalam keadaan sehat, baik fisik maupun akal budinya/psykis (kejiwaan), sehingga terdakwa dapat melakukan komunikasi dan berinteraksi dan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan sangat baik dan lancer menurut tingkat kekuatan pikiran dan kecerdasannya, maka menurut pendapat Majelis Hakim semua perbuatan terdakwa yang telah dilakukannya dapat lah dipertanggungjawabkan kepada Terdakwa.

Menimbang, bahwa dari keseluruhan uraian pertimbangan masa depan, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan atas diri terdakwa, sehingga terdakwa haruslah dijatuhi hukuman yang setimpal dengan kesalahannya tersebut sesuai dengan rasa keadilan.

Hal-hal yang memberatkan :

- Tanah yang berlubang akibat penggalian tanah yang dilakukan terdakwa tersebut,tergolong serius dan berdampak pada penurunan kualitas kesuburan tanah.

Hal-hal yang meringankan :

(40)

- Terdakwa belum pernah dihukum.

- Terdakwa mempunyai tanggungan istri dan 2 (dua) orang anak yang masih kecil.

Menimbang, bahwa tentang lamanya terdakwa berada dalam penangkapan dan penahanan sebelum putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap akan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

Menimbang, bahwa karena terdakwa berada dalam tahanan, maka terdakwa harus diperintahkan agar tetap berada dalam tahanan.

Menimbang, bahwa mengenai barang bukti dalam perkara ini akan ditetapkan statusnya sebagaimana amar putusan ini.

Menimbang, bahwa terdakwa dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana, maka sesuai dengan ketentuan pasal 222 ayat (1) KUHAP terdakwa harus dibebani pula untuk membayar biaya perkara.

(41)

MENGADILI

1. Menyatakan Terdakwa “ABADY NAINGGOLAN Alias ADI” telah

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “MELAKUKAN USAHA PERTAMBANGAN TANPA IZIN”.

2. Mempidana terdakwa karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan denda sebesar Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak di bayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan.

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

4. Menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan.

Adapun sebagai contoh kasus yang lain tentang Pertambangan Tanpa Izin adalah Putusan Hakim No. 608/Pid.Sus-LH/2016/PN.Lbp yaitu :

Menimbang, bahwa dari fakta-fakta yang telah diuraikan di atas Majelis Hakim berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa telah terbukti melakukan usaha pertambangan tanpa memiliki IUP, IPR atau IUPK.

(42)

Menimbang, bahwa dengan terpenuhinya unsur dalam dakwaan primair maka dakwaan subsidair tidak perlu dipertimbangkan lagi.

Menimbang, bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar dan/atau alasan pemaaf, maka Terdakwa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa mampu bertanggung jawab, maka harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana.

Menimbang, bahwa oleh karena dalam ketentuan Pasal 158 UU RI No.4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, mengatur juga mengenai pidana denda, maka kepada Terdakwa juga harus dikenakan pidana denda yang besarnya akan disebutkan dalam amar putusan.

Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Terdakwa telah dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

(43)

Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan dipersidangan untuk selanjutnya dipertimbangkan sebagai berikut :

Menimbang, bahwa barang bukti berupa 1 unit alat berat (eskavator) warna orange oleh karena ternyata barang bukti tersebut bukan milik Terdakwa dimana Terdakwa menyewa, merental eskavator tersebut setiap hari untuk menggali tanah maka barang bukti tersebut dikembalikan kepada pemiliknya dan uang sejumlah Rp.2.650.000,- (dua juta enam ratus lima puluh ribu rupiah) dirampas untuk Negara serta, 13 (tiga belas) lembar bon putih penjualan tanah timbun, 1 (satu) buah buku penjualan tanah warna biru merk KIKY, 1 (satu) buah buku tulis, 1 (satu) buah pulpen warna hitam dan 4 (empat) lembar bon faktur dirampas untuk dimusnahkan.

(44)

dipersidangan maka barang bukti tersebut menurut hemat Majelis Hakim tidak akan dipertimbangkan.

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap terdakwa maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang meringankan Terdakwa.

Keadaan yang memberatkan :

- Perbuatan Terdakwa menimbulkan kerugian bagi Negara dan masyarakat.

Keadaan yang meringankan :

- Terdakwa besikap sopan dipersidangan

- Terdakwa mengakui kesalahannya, menyesal dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya dikemudian hari.

Menimbang, bahwa disamping keadaan yang memberatkan dan yang meringankan yang telah diuraikan diatas, Majelis Hakim juga perlu mempertimbangkan perbuatan Terdakwa dalam perkara a quo sebagaimana dipertimbangkan sebagai berikut :

(45)

Memperhatikan, pasal 158 UU RI No.4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan UU No.8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan.

MENGADILI

1.BAHAGIA SURBAKTI tersebut diatas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “melakukan usaha pertambangan tanpa memiliki

IUP, IPR, IUPK” sebagaimana dalam dakwaan primair.

2.Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan penjara selama 1 (satu) tahun dan 2 (dua) bulan dan membayar denda sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar diganti dengan pidana penjara selama 2 (dua) dua bulan.

3.Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

Sebagai contoh yang sama dalam kasus Pertambangan Tanpa Izin tersebut adalah Putusan No. 861/Pid.B-LH/2016/PN Lbp yaitu :

(46)

Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan yang berbentuk subsidaritas, sehingga Majelis Hakim dengan terlebih dahulu akan mempertimbangkan Dakwaan Primair yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 158 Undang-undang RI. Nomor 4 Tahun 2009 tetang Pertambangan Mineral dan Batu Bara Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

1. Setiap Orang;

2. Yang Melakukan, Yang Menyuruh Melakukan, Yang Turut Serta Melakukan usaha penambangan tanpa Izin Usaha Pertambangan, Izin Pertambangan Rakyat atau Izin Usaha Pertambangan Khusus;

Menimbang, bahwa seseorang baru dapat dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman apabila seluruh unsur-unsur dari pasal tersebut dapat terbukti sehingga terdakwa dapat dipersalahkan dan dijatuhi hukuman atas perbuatannya;

Ad.1. Unsur “Setiap Orang”;

Menimbang, bahwa baik dalam batang tubuh maupun penjelasan Undang-undang RI No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara tidak ada dijelaskan mengenai pengertian setiap orang;

(47)

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan subyek hukum dalam perkara ini adalah terdakwa Sundy als. Asun yang telah didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan kejahatan sebagaimana yang disebutkan dalam dakwaannya yang mana telah dibenarkan oleh terdakwa dan para saksi;

Menimbang, bahwa terdakwa dalam melakukan perbuatannya sadar dan dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi rohani maupun jasmani dan terdakwa ternyata tidak berada dibawah pengampuan serta tidak adanya alasan pemaaf maupun alasan pembenar;

Menimbang, bahwa berdasarkan kepada hal tersebut maka jelaslah bahwa yang dimaksudkan dengan unsur “Setiap Orang” dalam hal ini sebagai yang termuat

dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum adalah terdakwa Sundy als. Asun sehingga dengan demikian maka unsur ini terbukti;

Ad.2 Unsur “Yang Melakukan, Yang Menyuruh Melakukan, Yang Turut Serta Melakukan usaha penambangan tanpa Izin Usaha Pertambangan, Izin Pertambangan Rakyat atau Izin Usaha Pertambangan Khusus”

(48)

mengerjakan terjadinya sesuatu. Oleh karena itu, kualitas masing-masing peserta tindak pidana adalah sama.

Menimbang, bahwa dalam ketentuan umum Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara yang dimaksud dengan Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi mineral dan atau batubara dan mineral ikutannya, sedangkan Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatarl penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang;

Menimbang, bahwa Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan dan Izin Pertambangan Rakyat yang selanjutnya disebut IPR adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas, sedangkan Izin Usaha Pertambangan Khusus, yang selanjutnya disebut dengan IUPK, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan di wilayah izin usaha pertambangan khusus;

(49)

Perbahingan Kec. Kotarih, Kab. Serdang Bedagai dan pada saat itu, saksi Herman alias Heri sebagai operator alat berat sedang bekerja melakukan pengorekan tanah untuk mengambil sirtu dengan menggunakan escavator dan kemudian memisahkan batu kerikil dan pasir;

Menimbang, bahwa setelah didatangi saksi Heriansyah, saksi Sardodi Damanik dan saksi Suparjo, Herman alias Heri kemudian melarikan diri sementara escavator ditinggal di lokasi kejadian dan pada hari Jumat tanggal 13 Nopember 2015 sekira pukul 12.00 wib terdakwa menghubungi saksi Sutrisno Als Trisno untuk menemani saksi Mulyadi Als. Adi dan saksi Herman Als. Heri untuk mengambil 1 unit alat berat excapator yang di letakkan di Desa Perbaingan Kecamatan Kotarih Kabupaten Serdang Bedagai dan dengan menggunakan Mobil Mitsubishi Trado No. Pol. BM 8392 AD saksi Sutrisno Als Trisno, saksi Mulyadi Als. Adi dan saksi Herman Als. Heri pergi ke Desa Perbaingan Kecamatan Kotarih Kabupaten Serdang Bedagai ;

(50)

buaya berjarak 10 (sepuluh) meter dari bibir sungai buaya tepatnya di Dusun I Desa Perbahingan Kec. Kotarih, Kab. Serdang Bedagai tersebut;

Menimbang, bahwa 1 unit excapator merk Hitachi 210 MF warna orange yang digunakan untuk mengorek tanah tersebut disewa dari Eddy Als. Ahung dengan harga harga Rp.185.000.-/jam dan dibuatkan perjanjian sewa-menyewanya dan yang bertugas untuk mencari escavator adalah Jumono alias Buang;

Menimbang, bahwa kepada Herman alias Heri, terdakwa mengaku sebagai pemiliknya dan meminta Herman alias Heri untuk mengoreknya dengan upah sebesar Rp.100.000,-/per harinya dan atas pengorekan yang sudah dilakukan oleh Herman alias Heri selama 1 (Satu) minggu, telah terkumpul batu koral dari pinggiran sebanyak 6 kubik;

Menimbang, bahwa terdakwa maupun Jumono alias Buang dalam kegiatannya melakukan pengorekan batu koral tersebut tidak memiliki ijin untuk melakukan usaha pertambangan baik itu berupa Izin Usaha Pertambangan, Izin Pertambangan Rakyat atau Izin Usaha Pertambangan Khusus dari pihak yang berwenang sedangkan Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerl dan Batubara bahwa yang berhak melakukan penambangan adalah Badan Usaha, Koperasi dan Perseorangan yang telah memiliki izin dari yang berwenang;

(51)

untuk melakukan kegiatan pertambangan di areal pinggir sungai yang terletak di Dusun I Desa Perbahingan Kecamatan Kotarih Kabupaten Serdang Bedagai yaitu : Pardamaian Sinaga, Efri Sipayung, PT. Mitra Engenering, dan saksi Ir. Kamsiah Tarigan, menyebutkan areal pinggiran suangai Buaya tepatnya di Dusun I Desa Perbagingan Kecamatan Kotarih Kabupaten Serdang Bedagai tidak diijinkan untuk digali dan pihak Balai Wilayah sungai Sumatera II Medan tidak pernah menerbitkan rekomendasi teknis, dan pinggiran/sempadan sungai Buaya yang terletak di Dusun I Desa Perbahingan Kecamatan Kotarih Kabupaten Serdang Bedagai merupakan tempat yang dilestarikan pemerintah;

Menimbang, bahwa dipersidangan juga ditemukan fakta bahwa dalam pengorekan batu koral di Dusun I Desa Perbahingan Kecamatan Kotarih Kabupaten Serdang Bedagai tersebut, terdakwa menyuruh Jumono alias Buang untuk mencari escavator sedangkan Herman alias Heri bertugas sebagai operator 1 unit excapator merk Hitachi 210 MF warna orange untuk mengorek tanah guna mendapatkan batu koral, sehingga dengan demikian perbuatan terdakwa tersebut termasuk dalam kualifikasi yang menyuruh melakukan yaitu seorang pelaku tidak langsung dan dikatakan demikian karena ia memang tidak secara langsung melakukan tindak pidananya sendiri melainkan dengan perantaraan orang lain, sehingga dengan demikian maka unsur kedua ini terbukti;

(52)

Tahun 2009 tetang Pertambangan Mineral dan Batu Bara Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dalam dakwaan Primair dan oleh karena dakwaan primair terbukti maka dakwaan subsidair tidak perlu dipertimbangkan lagi;

Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Dakwaan Primair telah terpenuhi, maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan Primair tersebut;

Menimbang, bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka Terdakwa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa mampu bertanggung jawab, maka harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana;

Menimbang, bahwa oleh karena dalam Pasal 158 Undang-undang RI. Nomor 4 Tahun 2009 tetang Pertambangan Mineral dan Batu Bara selain dijatuhi pidana penjara juga dikenakan denda maka terhadap terdakwa beralasan dijatuhi denda dan apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan kurungan yang lamanya akan dicantumkan dalam amar putusan dibawah ini;

(53)

Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan di persidangan untuk selanjutnya dipertimbangkan sebagai berikut 1 (satu) unit excapator warna orange merk Hitachi dipersidangan terbukti adalah milik Eddy alias Ahung yang disewa oleh terdakwa melalui Juwono alias Buang dan dituangkan dalam perjanjian sewa maka dikembalikan kepada pemiliknya, 2 (dua) kubik mineral jenis kerikil berpasir alami (sirtu) diambil terdakwa tanpa ada ijin dari pihak yang berwenang maka dikembalikan kepada negara cq Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai cq Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Serdang Bedagai sedangkan 1 (satu) buah ayakan besi dirampas untuk dimusnahkan;

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa, maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang meringankan Terdakwa;

Hal-hal yang memberatkan:

- Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat; Hal-hal yang meringankan:

- Terdakwa mengakui perbuatannya dan Terdakwa menyesali perbuatannya; - Terdakwa belum pernah dihukum;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara;

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

McGlynn Versus Aveling: A Comparison of Translation Strategies Used in Sapardi Djoko Darmono’s Poems Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui besarnya persentase pendapatan Sektor Pariwisata Terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Kabupaten

Tabel 3: Daftar Kode Angka Inventaris UMM (Barang dan Asset). No Nama Aset dan

dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas,

Preparation of polyurethane composite coating material is reacting commercial polyol (polypropylene glycol) with methylene diisocyanate (MDI) plus montmorillonite

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

[r]

Dalam penelitian ini, zat warna yang diolah secara biosorpsi oleh suatu biakan murni jamur mati Rhizopus sp adalah zat warna RGY 6 yang merupakan zat warna reaktif dengan kromofor