• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pencampuran Ijuk Terhadap Kualitas Papan Partikel Dari Batang Jagung (Zea mays L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pencampuran Ijuk Terhadap Kualitas Papan Partikel Dari Batang Jagung (Zea mays L)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Bahan baku

Batang jagung

Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim yang memiliki satu batang tunggal yang mengandung lignoselulosa dan terdiri atas buku dan ruas. Subekti

(2014) menyatakan batang jagung memiliki tiga komponen jaringan utama yaitu

kulit, jaringan pembuluh dan pusat batang. Batang jagung memiliki banyak

lapisan sklerenkim yang membuat batang dapat lebih kuat untuk berdiri.

klasifikasi ilmiah tanaman jagung

Batang jagung dimanfaatkan sebagai bahan baku papan partikel karena

merupakan bahan berlignoelulosa bukan kayu. Muniroh, et al. (2011) menyatakan batang jagung mengandung selulosa sebanyak 36,4% dan lignin 16,6%.

Ijuk Hitam

Menurut Lempang (2011), Aren (Arenga pinnata Merr) adalah tanaman yang pada bagian pangkalnya terdapat ijuk yang berwarna hitam kelam. Ijuk

memiliki beberapa kelebihan yaitu mempunyai sifat awet dan tidak mudah busuk

(2)

Ijuk bersifat lentur dan tidak mudah rapuh, sangat tahan terhadap genangan asam

termasuk genangan air laut yang mengandung garam (Supatmi, 2011). Menurut

Sitepu, et al (2006), Christian (2008), Mahmuda, et al (2013), Dewi (2015) ijuk memiliki kadar lignin antara 7% - 43.09% dan selulosa antara 36.44% - 74%.

Papan Partikel

Pengertian Papan Partikel

Papan partikel merupakan istilah yang sering digunakan untuk papan yang

terbuat dari bahan berlignoselulosa terutama bahan yang mempunyai bentuk

tersendiri berupa potongan-potongan atau partikel-partikel yang menggunakan

perekat sintetis atau bahan pengikat lainnya dan kemudian dikempa panas dengan

menggunakan suhu dan tekanan tertentu, serta bahan-bahan tertentu yang

mungkin ditambahkan pada saat proses pembuatan dengan tujuan untuk

meningkatkan kualitas papan. Kualitas dari papan tidak hanya ditentukan dari

komposisi dan struktur bahan bakunya tetapi juga dipengaruhi oleh hasil dari

proses pengempaan (Mamza et al, 2010)

Papan partikel adalah salah satu produk berbasis kayu komposit yang

terbuat dari kayu atau partikel bahan lignoselulosa yag dicampur dengan perekat.

Ada beberapa aplikasi dari papan partikel seperti: lantai, dinding dan

langit-langit, penyekat kantor, papan buletin, furniture, lemari, counter tops dan bagian atas meja (Abdel et al, 2012). Klasifikasi kerapatan papan partikel menurut Malone (1993) ada 3 yaitu kerapatan kurang dari 0,59 g/cm3, kerapatan sedang

antara 0,59-0,8 g/cm3, dan kerapatan tinggi dengan nilai lebih dari 0,8 g/cm3.

(3)

Perekat

Perekat yang digunakan produk komposit kayu komersial biasanya adalah

resin polimer sintetis, berdasarkan reaksi kondensasi formaldehida dengan fenol,

urea, resorsinol atau melamin. Semua resin thermosetting ini baik dan sesuai untuk kayu dan ketika pencampuran selesai, setidaknya bentuknya memiliki

kekuatann seperti kayu (Cetün, 2002).

Isosianat berbentuk liquid yang mengandung isomer dan oligomer dari

Methylene Diphenyl Iiisocyanate (MDI). Perekat ini berwarna coklat terang dan garis perekatannya tidak terlihat. Diperlukan temperature dan tekanan yang tinggi

untuk menghasilkan perkembangan ikatan yang terbaik pada papan partikel.

Penggunaan isosianat saat ini umunya untuk produk flakeboard dan OSB. Sifat kekuatan perekat ini yaitu kekuatan kering dan basah tinggi, sangat tahan terhadap

air dan udara lembab, serta dapat direkat pada besi dan plastik (Vick,1999)

Menurut Langenberg et al, (2010) perekat isosianat digunakan untuk produksi komponen kayu struktural termasuk komponen eksterior dan saat ini

mengalami peningkatan. Perekat isosianat juga lebih banyak digunakan

dibandingkan dengan dengan fenolik dan resorsinol resin tradisional lainnya,

dimana keuntungan penggunaan perekat isosianat antara lain daya rekat yang

baik pada suhu ruang dan sangat tahan terhadap air panas atau air mendidih serta

bersifat ramah lingkungan, curing (matang) pada suhu rendah serta tidak mengeluarkan gas emisi formaldehida, memiliki tekanan uap yang sangat rendah.

(4)

Proses pembuatan papan partikel dapat dimulai dengan urutan yakni

persiapan bahan baku, pencampuran bahan baku dengan perekat, pembuatan

lembaran, proses pengempaan, pengkondisian dan pemotongan contoh uji.

Pengujian sifat fisis dan mekanis dilakukan setelah selesai proses pengkondisian.

Perbandingan Komposisi Bahan Baku Papan Partikel

Perbandingan variasi komposisi bahan baku papan partikel menentukan

kualitas papan partikel tersebut. Iswanto (2012) dalam penelitiannya memadukan

kulit buah jarak dan partikel kayu dengan variasi komposisi 100:0, 70:30, 60:40,

50:50 dan 0:100 memperlihatkan bahwa penambahan partikel kayu mangium

pada proses pembuatan papan partikel dari Kulit Buah Jarak (KBJ) dapat

memperbaiki kualitas papan partikel yang dihasilkan terutama nilai MOE dan

MOR papan. Berdasarkan hasil penelitian Maiwita (2014) mengenai variasi

komposisi ampas tebu dan serbuk gergaji pada papan partikel terhadap

konduktivitas thermal menyatakan bahwa perbandingan komposisi bahan baku mempengaruhi kualitas papan partikel dimana semakin kecil komposisi ampas

tebu maka semakin besar nilai konduktivitas termalnya dan sebaliknya semakin

besar komposisi ampas tebu.

Prayitno (2011) dalam penelitiannya mencampurkan feses sapi dan serutan

bambo dengan feses pada bagian permukaan, dengan variasi komposisi 25:50:25,

20:60:20, 15:75:15 memperlihatakan bahwa faktor komposisi lapisan hanya

berpengaruh sangat nyata terhadap nilai MOE. Roihan (2014) dalam penelitiannya

mengkombinasikan bahan batang kelapa sawit (BKS) dan mahoni dengan

(5)

pada pengujian kerapatan. Sitepu (2017) dalam penelitiannya mengkombinasikan

daun kelapa dan serbuk sengon dengan perbandingan partikel 100:0, 75:25, 50:50,

25:75 menunjukkan variasi campuran terbaik pada pembuatan papan partikel

adalah perbandingan partikel daun kelapa dan serbuk sengon 50:50 pada

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil evaluasi prakualifikasi pada pekerjaan Penyusunan UKL - UPL, telah didapatkan hasil 3 (Tiga) daftar pendek calon penyedia jasa konsultansi..

Dalam Gereja Kristen Indonesia (GKI Pernias) khususnya Remaja dihadiri dalam tiap minggunya kira-kira 200 orang, maka untuk meningkatkan efektivitas dalam kinerjanya dibutuhkan

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan bentuk studi kasus. Penelitian ini berusaha mengungkapkan masalah/ kasus tentang miskonsepsi yang dialami siswa

kontemporer berbasis rupa Wayang Purwa sebagai bentuk wayang tradisi yang vital, dengan perwujudan visual yang disesuaikan dengan sisi kemodernan yang terletak pada

Perencanaan yang dilakukan yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan metode writing process pada materi menulis pengumuman, menyusun

Adapun syarat materiel menurut Pasal 143 (2) huruf b KUHAP, bahwa Surat dakwaan harus memuat uraian “secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan

Hal ini sejalan dengan pendapat Ebbut (dalam Wiriaatmadja, R. 2005, hlm.12) mengemukakan bahwa ‘penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya

Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia , Ghalia Indonesia, 1083 A Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana I , Jakarta: Sinar Grafika, 2007.. Bambang Sunggono,