• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara Chapter III V"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

*Skala untuk diprint di kertas A4

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian inidilaksanakan pada bulan Pebruari 2017 sampai dengan Maret

2017 di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat

Provinsi Sumatera Utara.Identifikasi Gastropoda dilakukan di Laboratorium

Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara. Pengukuran parameter fisik dan kimia perairan dilakukan

langsung di lapangan dan pengukuran tipe substrat dilakukan di Laboratorium

Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Peta lokasi

penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

(2)

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah parang, tali rafia, kantong plastik, toples,

kompas, Global Positioning System (GPS), alat tulis, kamera digital, kertas

milimeter, meteran, refraktometer, termometer dan toolbox.

Bahan yang digunakan adalah sampel Gastropoda, tissue, kertas label,

karet, tally sheet, alkohol 70 %, buku identifikasi mangrove (Noor, dkk., 2006)

dan buku identifikasi Moluska (Carpenter dan Niem, 1998).

Prosedur Pengambilan SampelBiota

Metode yang digunakan adalah purposive random sampling yang dibagi

menjadi 3 stasiun.Setiap stasiun pengamatan ditetapkan sebanyak 3 plot dengan

area sepanjang transek garis tegak lurus dari arah perairan ke daratan yang

didominasi jenis mangroveRhizophora apiculata, Avicennia lanata dan

Sonneratia alba dengan transek kuadrat 10 x 10 m2, dimana pada plot tersebut terdapat sub plot ukuran 1m×1m yang diletakkan untuk mengamati dan

mengidentifikasi biota gastropoda. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai

berikut (Lina dkk, 2015) :

a. Pengambilan sampel Gastropoda dilakukan di dalam transek pengamatan

vegetasi mangrove 10m × 10m.

b. Dalam setiap plot transek 10m ×10 m tersebut dibuat sub petak dengan tiga titik

yang ditempatkan secara acak, dimana masing-masing titik tersebut

(3)

c. Pengambilan contoh gastropoda dilakukan pada masing-masing sub petak, yaitu

pada saat air laut surut sehingga mempermudah dalam menghitung dan

mengidentifikasi jenis - jenis gastropoda.

d. Pengambilan biota dilakukan pada substrat, akar , batang dan daun sampai

batas pasang tertinggi.

e. Contoh biota diambil dengan menggunakan sekop (infauna) dan tangan (hand

picking) untuk yang dipohon dan epifauna, selanjutnya biota tersebut

dimasukkan kedalam plastik sampel yang telah diberi larutan alkohol 70% dan

disertakan juga lebel keterangan lokasi stasiun, trasnsek, plot dan tanggal

pengambilan sampel dan selanjutnya diidentifikasi jenisnya.

Deskripsi Stasiun Pengambilan Sampel

Stasiun I :

Lokasi pengambilan sampel pada stasiun I dapat dilihat pada Gambar 5.

Secara geografis letak titik koordinat 04°07’39,71” LU - 098°31’37,87” BTdan

04°08’04,81” LU - 098°31’35,42” BT. Kondisi stasiun I berdekatan dengan tepi

pantai dan terpengaruh oleh pasang surut air laut. Terdapat lokasi pertanian di

sekitar kawasan mangrove.Area ini didominasi mangrove jenis Avicennialanata

(4)

Gambar 5. Stasiun I

Stasiun II :

Lokasi pengambilan sampel pada stasiun II dapat dilihat pada Gambar

6.Secara geografis letak titik koordinat 04°02’36,799” LU - 098°17’46,498”

BTdan 04°02’48,8” LU - 098°17’48,314” BT. Terdapat kawasan pemukiman

disekitar mangrove. Stasiun ini merupakan area hutan yang cukup luas yang

didominasi mangrove jenis Rhizophora apiculata dan beberapa jenis

mangroveRhizophora stylosa, Avicennia alba dan Sonneratia alba. Kondisi

(5)

Stasiun III:

Lokasi pengambilan sampel pada stasiun II dapat dilihat pada Gambar

7.Secara geografis letak titik koordinat 04°03’47,481” LU - 098°16’41,212”

BTdan 04°03’47,371” LU - 098°16’43,271” BT. Area ini didominasi mangrove

jenis Sonneratia alba dan beberapa jenis mangrove yang jumlahnya sedikit yaitu

Rhizophora apiculata dan Avicennia alba .Area ini berdekatan dengan kawasan

wisata mangrove.Stasiun ini memiliki substrat yang pada umumnya

lumpur.Kondisi stasiun III dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Stasiun III

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah berupa kepadatan Gastropoda,

keanekaragaman Gastropoda, kualitas perairan, pH substrat serta tipe

(6)

Pengambilan Contoh Substrat

Pengambilan contoh substrat diambil menggunakan pipa paralon. Proses

ini dilakukan pada saat perairan surut bersamaan dengan pengambilan sampel

Gastropoda. Contoh substrat dianalisis di laboratorium.Beberapa karakteristik

substrat yang dianalisis meliputi nilai pHdan tekstur substrat. Pengambilan sampel

ini dilakukan secara acak pada plot 1, plot 2 dan plot 3 pada masing-masing

stasiun pengamatan.

Pengambilan Data Parameter Fisika Kimia Perairan

Pengukuran parameter fisika kimia perairan dilakukan sebanyak tiga kali

dengan interval waktu 2 minggu selama 2 bulan.Dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Fisik Kimia Perairan yang diukur

Parameter Satuan Alat/Metode Tempat Analisis

Fisika

Suhu oC Termometer In situ Jenis Substrat - GravimetriEx situ

Kimia

Salinitas Ppt Refraktometer In situ

(7)

Analisis Data

Analisis Biota

1. Kepadatan Biota

Kepadatan biota dihitung jumlah individu yang didapat dalam satu plot per

Luas daerah Plot tersebut, yaitu :

K = ni

A

Keterangan : K : Kepadatan

ni : Jumlah individu suatu jenis

A : Luas area (Brower dan Zar, 1977 dalam Saptarini dkk, 2011)

2. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner

Rumus indeks keanekaragaman dinyatakan sebagai berikut, yaitu :

H′=− �Pi ln Pi

s

i=1

Keterangan:

H′ : Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner

Pi : Proporsi jumlah individu spesies ke-i terhdap jumlah jumlah individu total yaitu Pi = ni/N dengan ni : jumlah suatu spesies i N : total jumlah spesies(Brower dan Zar, 1977 dalam Saptarini dkk, 2011)

Kriteria:

H' < 1 = keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap spesies rendah dan komunitas biota rendah (tidak stabil).

1 < H'< 3 = keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang dan komunitas biota sedang.

(8)

3. Indeks Keseragaman

Rumus indeks keseragaman dinyatakan sebagai berikut, yaitu :

E = H′ H max

Keterangan :

E : Indeks keseragaman (Evennes)

H' : Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner

H max : Log2S ; S = Jumlah spesies atau taksa (Brower dan Zar, 1977 dalam Saptarini dkk, 2011)

4. Indeks Dominansi

Menurut Odum (1994) untuk mengetahui adanya dominansi jenis di

perairan dapat digunakan indeks dominansi Simpson dengan persamaan berikut :

D = � ��� struktur komunitas dalam keadaan stabil

(9)

Analisis Substrat

Berikut ini adalah langkah-langkah penentuan tekstur substrat yaitu :

1. Menentukan komposisi dari masing-masing fraksi substrat. Misalnya, fraksi

pasir 45 %, debu 30 % dan liat 25 %.

2. Menarik garis lurus pada sisi persentase pasir dititik 45 % sejajar dengan sisi

persentase debu, kemudian ditarik garis lurus pada sisi persentase debu di titik

30 % sejajar dengan persentase liat, dan tarik garis lurus pada sisi persentase

liat 25 % sejajar dengan sisi persentase pasir.

3. Titik perpotongan ketiga garis tersebut akan menentukan tipe substrat yang

dianalisis, misalnya hal ini adalah lempung. Untuk analisis substrat

menggunakan panduan segitiga USDA dapat dilihat pada Gambar 9.

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Keanekaragaman dan Komposisi Gastropoda

Kelas Gastropoda mempunyai anggota terbanyak dan merupakan

Mollusca yang paling sukses karena mempunyai jenis gastropoda yang bervariasi

selain itu Gastropoda memiliki adaptasi yang cukup besar dengan perubahan

faktor lingkungan yang disebabkan oleh suhu dan sanilitas. Jenis Gastropoda yang

menempel pada batang pohon mangrove memiliki ciri tertentu sehingga lebih

mudah dibedakan jenisnya.Keberadaan Gastropoda ini ditemukan baik secara

vertikal maupun horizontal. Penyebaran secara horizontal dimulai dari batas surut

terendah sampai batas pasang tertinggi, sedangkan secara vertikal keberadaan

gastropoda yang menyebar dari akar pada permukaan substrat sampai daun

mangrove (Ramses, dkk., 2016).

Gastropoda yang ditemukan di mangrove jenis Avicennia lanata ini sangat

beragam.Gastropodayang ditemukan kebanyakan berada disubstrat dan sedikit

yang menempel pada batang mangrove. Gastropoda memiliki komposisi hampir

merata secara berturut Cerithidea cingulata, Cymatium pileare, Nerita balteata

danCerithidea alata21%, 20% dan 16%, sedangkan nilai yang terendah terdapat

pada jenis Ellobium aurisjudae, Littoraria scabra dan Terebralia sulcata dengan

nilai sebesar 0 %. Komposisi Jenis Gastropoda pada Avicennia lanata dapat

(11)

Gambar 9. Komposisi Jenis Gastropoda pada Avicennia lanata

Pada vegetasi mangrove Rhizophora apiculata ditemukan 13 jenis

gastropoda. Dari 13 jenis Gastropoda tersebut yang paling dominan ditemukan

menempel pada akar mangrove adalah jenis Nerita balteata sebesar 49 %,

sedangkan nilai yang terendah ditemukan disubstrat yaitu jenis Achantina fulica,

Chicoreus capucinus,Pugilina cochlidium dan Ellobium aurimisdae dengan nilai

sebesar 1 %. Komposisi Jenis Gastropoda pada Rhizophora apiculata dapat dilihat

pada Gambar 10.

Gambar 10. Komposisi Jenis Gastropoda pada Rhizophora apiculata

(12)

Pada mangrove jenis Sonneratia alba Gastropoda yang paling banyak di

jumpai adalah Littoraria scabrayang menempel didaun dan batang mangrove

sebesar 44 %, sedangkan nilai yang terendah terdapat pada jenis Puglina

cochlidium,Terebralia sulcata danTelescopium telescopiumyang ditemukan di

substrat dengan nilai sebesar 0 % dan 1 %.Komposisi Jenis Gastropoda pada

Sonneratia alba dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Komposisi Jenis Gastropoda pada Sonneratia alba

Nilai Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Gastropoda

pada Jenis Vegetasi Mangrove

Pada Tabel 2dapat dilihat bahwa total populasi Gastropoda yang

ditemukan di setiap lokasi penelitian berdasarkan jenis vegetasi mangrove yang

paling banyak adalah pada mangrove Avicennia lanata dengan jumlah 15 jenis

dan Rhizophora apiculata dengan jumlah 13 jenis gastropoda dan yang paling

sedikit ditemukan adalah pada pada vegetasi mangrove Sonneratia alba dengan

(13)

Nilai indeks keanekaragaman jenis (H’), dari seluruh stasiun, nilai H’

berkisar antara 1,702 - 2,165 termasuk ke dalam kategori Sedang.Indeks

keanekaragaman tertinggi terletak pada stasiun 1 (2,165) dan terendah terletak

pada stasiun 3 (1,702).

Indeks Keseragaman (E) jenis Gastropoda dari 3 Stasiun termasuk dalam

kategori Tinggi, berkisar antara 1,558 - 1,798.Indeks Keseragaman tertinggi

terletak pada stasiun 1 (1,798) dan terendah terletak pada stasiun 2 (1,558).

Indeks dominansi (D) jenis Gastropoda pada ketiga stasiun adalah rendah.,

berkisar antara 0,154 - 0,282. Indeks dominansi tertinggi terletak pada stasiun 2

(0,282) dan terendah terletak pada stasiun 1 (0,154).

Tabel 2. Nilai Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Gastropoda

pada Jenis Vegetasi Mangrove

No. Jenis Mangrove

Σ Total

Data Parameter Fisika Kimia Lingkungan dan Tipe Substrat

Suhu pada ketiga stasiun berkisar antara 29,3 - 29,7 °C tidak terjadi

perbedaan yang signifikan terhadap ketiga stasiun tersebut. Suhu pada stasiun 1

adalah 29,3 °C sedangkan suhu pada stasiun 2 dan 3 adalah 29,7 °C.

Derajat keasaman substrat pada ketiga stasiun penelitian berkisar 5,4 -

6,2.pH tertinggi terletak pada stasiun 1 (6,2) dan terendah terletak pada stasiun 2

(14)

Salinitas pada ketiga stasiun menunjukkan berkisar 24 - 25 o/oo.Salinitas tertinggi terletak pada stasiun 3 (25o/oo)dan terendah pada stasiun 1 (24o/oo).Kisaran salinitas ini masih mendukung kehidupan Gastropoda.

Karaketristik substrat yang diamati meliputi kadar C-Organik dan fraksi

substrat. Hasil analisis rata-rata kadar C-Organik pada setiap stasiun berkisar antara

1,89-7,22 %. Hasil rata-rata kadar C-Organik tertinggi ditemukan pada stasiun III

yaitu 7,22%.

Hasil analisis tekstur substrat menunjukkan bahwa setiap stasiun

memilikikomposisi fraksi debu, liat dan pasir yang jauh berbeda. Ketiga stasiun

memiliki fraksi yang relative sama yaitu di stasiun I (Avicennia lanata) pasir

sebesar 55 %, debu 19 % dan liat 26 %, pada stasiun II (Rhizophora apiculata)

pasir sebesar 63 %, debu 13 % dan liat 24 %, stasiun III (Sonneratia alba) pasir

sebesar 55 %, debu 23 % dan liat 22 %. Data Parameter Fisika Kimia Lingkungan

dan Tipe Substrat dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Parameter Fisika Kimia Lingkungan dan Tipe Substrat

(15)

Kepadatan Gastropoda terhadap Jenis Mangrove

KepadatanGastropodaterhadap jenis mangrove pada Ekosistem Mangrove

di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi

Sumatera Utara, kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun 3jenisSonneratia

albayaitu 31ind/m2. Kepadatan terendah pada stasiun 1jenis mangrove Avicennia lanatayaitu 20 ind/m2. Kepadatan tertinggi pada ketiga stasiun berada pada spesiesLittoraria scabra, kepadatan terendah berada pada spesies Terebralia

sulcatadanPugilina cochlidium. Kepadatan Gasropoda terhadap Jenis Mangrove

dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Kepadatan Gasropoda terhadap Jenis Mangrove 0

5 10 15 20 25 30 35

Avicennia lanata

Rhizophora apiculata

(16)

Pembahasan

Komposisi dan Keanekaragaman Gastropoda

Pada penelitian ini terdapat 15 Spesies Gastropoda pada ekosistem

mangrove di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat

Provinsi Sumatera Utara yang ditemukan pada masing-masing lokasi yaitu

Achatina fulica, Cerithidea alata, Cerithidea cingulata, Cerithidea obtusa,

Chicoreus capucinus, Cymatium pileare, Ellobium aurimisdae, Ellobium

aurisjudae, Littoraria melanostoma, Littoraria scabra, Murex tribulus, Nerita

balteata, Nerita planospira, Pugilina cochlidium, Stramonita gradata,

Telescopium telescopiumdanTerebralia sulcata.Menurut Ramses dkk

(2016),Kelas Gastropoda itu mempunyai anggota terbanyak dan merupakan

Mollusca yang paling sukses karena mempunyai jenis gastropoda yang bervariasi

selain itu Gastropoda memiliki adaptasi yang cukup besar dengan perubahan

faktor lingkungan yang disebabkan oleh suhu dan sanilitas. Keberadaan

Gastropoda ini ditemukan baik secara vertikal maupun horizontal. Penyebaran

secara horizontal dimulai dari batas surut terendah sampai batas pasang tertinggi,

sedangkan secara vertikal keberadaan gastropoda yang menyebar dari akar pada

permukaan substrat sampai daun mangrove.

Pada masing-masing vegetasi mangrove dapat di lihat bahwa komposisi

dan ragam spesies Gastropoda paling banyak vegetasinya adalah pada mangrove

Avicennia lanataterdapat 15 jenis spesies dan pada Rhizopoda apiculata 13 jenis

(17)

kisaran ekologi tersendiri dan masing- masing mempunyai relung khusus dan

disebabkan oleh kombinasi dari faktor tipe substrat perbandingan kandungan pasir

dan liat, salinitas (variasi nilai harian dan tahunan waktu genangannya), ketahanan

jenis terhadap arus dan ombak dan kondisi pertumbuhan biota muda didalam

hubungan ketiga faktor.

Pada stasiun I spesies yang memiliki komposisi jenis tertinggi adalah

Cerithidea alata sebesar 25 % lalu diikuti spesies Cerithidea cingulatasebesar 21

%, Nerita balteatasebesar 15 %danCymatium pileare sebesar 14 %.Genus

Cerithidea dengan jenis Cerithidea alata dan Cerithidea cingulata yang

ditemukan pada stasiun I memiliki nilai komposisi tertinggi diantara jenis

lainnya. Menurut Sesario (2015), Cerithidea memiliki daya adaptasi yang tinggi

dansebaran yang luas serta kondisi substrat yangberupa pasir dan pasir

berlempung sesuaiuntuk mendukung kehidupan dari genus ini.Cerithidea

merupakan satudiantara beberapa gastropoda kelompok asliyang menyukai habitat

bersubstrat pasir ataulumpur dan umumnya berlimpah di hutan mangrove

disekitar ekosistem muara.

Pada stasiun II spesies yang memiliki komposisi jenis tertinggi adalah

Nerita balteata sebesar 48 % lalu diikuti spesies Littoraria scabra sebesar 11 %,

Nerita planospira sebesar 10 %, Cerithidea alata sebesar 7 %, Cymatium pileare

sebesar 7 % dan Cerithideacingulata sebesar 7 %.Spesies - spesies tersebut

menyukai hutan mangrove sebagai habitatnya dan mampu memenangkan

persaingan untuk mendapatkan makanan dan tempat hidup dibandingkan spesies

lainnya. Menurut Ernanto dkk (2010), jika spesies mampu memenangkan

(18)

mendominasi suatu habitat. Adaptasi hewan Gastropoda diperlukan untuk tetap

dapat hidup di lingkungan di mana setiap saat keadaan atau kondisi lingkungan

tersebut dapat berubah-ubah.

Pada stasiun III spesies yang memiliki komposisi jenis tertinggi adalah

Littoraria scabra sebesar 44 % lalu diikuti spesies Cerithidea cingulata sebesar

19 % dan Cerithidea alata sebesar 14 %. Menurut Muhsin dkk (2016), Jenis

gastropoda yang dominan dan ditemukan menempel pada daun tumbuhan

mangrove adalah Littorariascabra dan Littoraria melanostomata. Umumnya

gastropoda yang ditemukan pada daun mengambil kalsium karbonat yang terdapat

dalam tumbuhan tersebut dengan cara memakan daun-daunan. Menurut Pribadi

dkk (2009), Gastropoda yang hidup di pohon mangrove terbagi lagi menjadi

gastropoda yang hidup pada akar, batang dan daun mangrove dan yang hidup

pada kayu yang sudah mati. Sebagian dari siput gastropoda hidup di daerah–

daerah hutan bakau, ada yang hidup di atas tanah berlumpur, ada pula yang

menempel pada akar atau batang mangrove dan ada juga yang memanjatnya,

misalnya pada Littoraria,Cassidula, Cerithidae dan lain lain.

Famili Potamididaedengan jenis Cerithidea alata dan Cerithideacingulata

yang ditemukan pada ketiga stasiun pengamatan yang memiliki nilai komposisi

yang cukup tinggi diantara jenis lainnya. Hal ini disebabkan Cerithidea memiliki

daya adaptasi yang tinggi dan sebaran yang luas serta kondisi substrat yang

berupa pasir dan pasir berlempung sesuai untuk mendukung kehidupan dari genus

(19)

Nilai Indeks Keanekaragaman, Kesamaan dan Dominansi Gastropoda pada

Jenis Vegetasi Mangrove

Hasil perhitungan terhadap data gastropoda di lokasi penelitian

menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 1,702-2,165.

termasuk dalam kategori sedang. Menurut Ramses dkk., (2016), tingkat

keanekaragaman jenis sedang dimaksudkan adalah kondisi komunitas mudah

berubah dengan mengalami lingkungan relative kecil. Menurut Ernanto dkk

(2010), suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi jika

komunitas itu disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan jenis yang sama atau

hampir sama. Sebaliknya jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit jenis dan

jika hanya sedikit jenis yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah.

Sedangkan nilai indeks Keseragaman (E) berkisar (1,634 ≤ E ≤ 1,798),

masuk pada kategori indeks keseragaman tinggi yaitu pada setiap pohon vegetasi

mangrove.Jika nilai keseragaman jenis tinggi maka nilai keanekaragaman jenis

menjadi rendah begitu juga dengan sebaliknya jika terdapat nilai keanekaragaman

jenis tinggi maka nilai pada keseragaman jenis rendah. Menurut Kamalia (2014),

indeks keseragaman ini menandakan bahwa semua jenis Gastropoda memiliki

gaya adaptasi dan kemampuan bertahan hidup yang sama di suatu tempat serta

memanfaatkan sumber daya secara merata.

Indeks dominansi pada ketiga stasiun adalah rendah.Indeks dominansi

tertinggi terletak pada stasiun II (0,282) danterendah terletak pada stasiun I

(0,154).Semakin besar jumlah indeks maka semakin besar pula kecenderungan

yang mendominasi.Jumlah indeks dari ketiga stasiun yang masih jauh dari anggka

(20)

mencari makan dan tempat hidup atau ada jenis yang mendominasi. Menurut

Kamalia (2014) nilai keanekaragaman jenis akan semakin tinggi apabila jumlah

jenis penyusun komunitas tinggi dan kelimpahan masing masing jenis dalam

komunitas tersebar merata, dominansi yang tinggi menyebabkan kemerataan

keanekaragaman jenis menurun.

Pada mangrove Avicennia lanata, Rhizophora apiculatadan Sonneratia

alba termasuk kategori rendah, kemungkinan disebabkan oleh banyaknya jenis

Gastropoda yangditemukan. Menurut Ramses dkk (2016),bila indeks Dominanasi

(E ˃ 0.7450), berarti didalam komunitas dijumpai spesies yang mendominansi

spesies lainnya dan mencerminkan kondisi komunitas dalam keadaan labil. Bila

indeks dominansi “rendah” maka di dalam komunitas yang sedang diamati tidak

terdapat sepesies secara ekstrim mendominasi spesies lainnya.Hal ini menunjukan

kondisi komunitas dalam keadaan stabil dan kondisi lingkungan cukup prima.

Parameter Fisika Kimia Lingkungan dan Tipe Substrat

Hasil pengukuran suhu air pada habitat mangrove di Desa Lubuk Kertang

Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara adalah

29,3°C pada stasiun I, 29,7°C stasiun II dan 29,7°C stasiun III. Kondisi suhu pada

seluruh stasiun dalam kondisi optimum dan cocok bagi kehidupan gastropoda.

Menurut Muhsin dkk (2016), kisaran suhu yang baik untuk pertumbuhan

gastropoda pada umumnya adalah 25-32°C. Menurut Ernanto dkk (2010),

(21)

hanya aktif jika pasang-naik dan tubuhnya terendam air. Ini berlaku bagi seluruh

hewan baik pemakan tumbuhan, pemakan bahan-bahan tersaring, pemakan

detritus, maupun predator.

Nilai derajat keasaman (pH) substrat yang terukur pada setiap stasiun

pengamatan selama penelitian berkisar 5,4-6,2. Menurut Rusnaningsih (2012),

kisaran toleransi pH gastropoda yang berkisar antara 5 - 9 yang umumnya banyak

dijumpai pada daerah yang pH-nya lebih besar dari 7. Menurut Muhsin dkk

(2016), air laut merupakan sistem penyangga (buffer system) yang sangat luas

dengan pH yang relatif stabil yaitu berkisar 7,0 – 8,5 sehingga apabila terjadi

perubahan nilai alamiah maka hal tersebut menandakan bahwa penyangga

perairan tersebut terganggu karena pada dasarnya air laut mempunyai kemampuan

untuk mencegah terjadinya perubahan pH. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat

disimpulkan bahwa pada masing-masing stasiun penelitian mempunyai derajat

keasaman (pH) yang cukup baik bagi kehidupan gastropoda.

Hasil pengukuran salinitas dilokasi penelitian berkisar antara

24-25‰.Salinitas perairan tersebut menunjukkan nilai yang relative stabil atau

mendukung untuk kehidupan gastropoda karena waktu pengamatan dilakukan

dalam jangka sehari tanpa adanya perubahan cuaca dan musim.Salinitas tidak

memiliki pengaruh besar terhadap Gastropoda karena Gastropoda memiliki

toleransi yang luas terhadap salinitas. Menurut Romdahni dkk (2016), Tinggi atau

rendahnya kadar salinitas tidak akan mempengaruhi kehadiran spesies gastropoda,

karena Gastropoda mempunyai kemampuan adaptasi atau toleransi terhadap

(22)

Hasil analisis rata-rata kadar C-Organik pada setiap stasiun berkisar antara

1,89- 7,22 %. Pada stasiun I yaitu 1,89 %, stasiun II yaitu 4,12% dan pada stasiun

III 7,22%. Tinggi rendahnya kandungan bahan organik diduga berkaitan dengan

aktivitas yang terjadi atau kondisi lingkungan yang berada di sekitarnya.Kondisi

lingkungan yang dipengaruhi langsung oleh ombak dan arus yang kuat, cenderung

mempunyai bahan organik yang relatif rendah dan sebaliknya lokasi yang

cenderung terlindung memiliki bahan organik yang relatif tinggi.Menurut

Kurniawati dkk (2014), kandungan bahan organik tersebut terutama bersumber

dari serasah mangrove. Kandungan bahan organik ini juga dipengaruhi oleh

kondisi fisik kimia lingkungan, dimana daerah terbuka biasanya mempunyai

kandungan bahan organik lebih rendah daripada daerah terlindung, karena terkait

dengan pencucian partikel sedimen yang berukuran kecil yang banyak

mengandung bahan organik.

Pada Stasiun I memiliki mangrove yang lebih sedikit dibandingkan dengan

stasiun II dan III yang memiliki ketersediaan mangrove yang lebih banyak.

Menurut Nursin dkk (2014), kandungan C-organik yang rendah menunjukkan

jumlah bahan organik dalam tanah rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa pada

lokasi dengan tingkat ketebalan mangrovenya tinggi, memiliki bahan organik

yang lebih besar dari pada lokasi yang tanpa mangrove.

Hasil analisis tekstur substrat menunjukkan bahwa setiap stasiun memiliki

komposisi fraksi debu, liat dan pasir yang jauh berbeda. Ketiga stasiun memiliki

(23)

debu 23 % dan liat 22 %. Kondisi substrat berpengaruh pada susunan fauna di

ekosistem mangrove karena ada jenis Gastropoda yang lebih menyukai kondisi

substrat berpasir, kondisi substrat lumpur berpasir ataupun keduanya. Kondisi

substrat berpengaruh terhadap perkembangan komunitas Gastropoda dimana

substrat yang terdiri dari lumpur dan pasir berlumpur merupakan substrat yang

disenangi oleh Gastropoda. Menurut Kurniawati dkk (2014), mangrove

jenisAvicennia spp. merupakan spesies yang dapat tumbuh pada daerah paling

dekat dengan laut dan dengan substrat agak berpasir. Menurut Monika dkk

(2013), mangrove Rhizophora sp kebanyakan hidup pada substrat yang

mengandung lumpur dan pasir.

Substrat dasar atau tekstur tanah merupakan komponen yang sangat

penting bagi kehidupan organisme, substrat di dasar perairan akan menentukan

kelimpahan dan komposisi jenis dari hewan benthos. Menurut Muhsin dkk (2016),

substrat lumpur mengandung lebih banyak hara makanan dari pada liat dan pasir.

Lumpur memiliki kelenturan dan mempermudah penerobosan air dan udara yang

berada didalam. Substrat lumpur biasanya mengandung sedikit oksigen dan

karena itu organisme harus dapat beradaptasi. Sedangkan pada substrat berpasir

gastropoda cenderung mudah bergerak ke tempat lain

Kepadatan Gastropoda terhadap Jenis Mangrove

Kepadatan gastropoda di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat

Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara secara umum rata-rata jumlah

gastropoda di stasiun III jenis mangrove Sonneratia alba lebih lebih melimpah

(24)

stasiun II jenis mangrove Rhizophora apiculata (20 ind/m2). Menurut Muhsin dkk (2016), substrat dasar atau tekstur tanah merupakan komponen yang sangat

penting bagi kehidupan organisme, substrat di dasar perairan akan menentukan

kelimpahan dan komposisi jenis dari hewan benthos. Menurut Ernanto dkk

(2010), suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi jika

komunitas itu disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan jenis yang sama atau

hampir sama. Sebaliknya jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit jenis dan

jika hanya sedikit jenis yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah.

Menurut Pribadi dkk (2009), Perbedaan kelimpahan gastropoda disebabkan oleh

kondisi lingkungan yang berbeda seperti jenis substrat, salinitas, bahan organik

yang terkandung dalam sedimen dan jenis vegetasi.

Tekstur sedimen yang komposisinya didominasi oleh substrat lempung liat

berpasir ini disebabkan karena pada bagian alur sungai mendapatkan masukan

sedimen yang besar dari aliran sungai.Substrat yang rata-rata merupakan lempung

liat berpasir merupakan substrat yang baik bagi pertumbuhan mangrove.Menurut

Amin dkk (2015),Rhizophora apiculata menurun jumlahnya pada substrat yang

komposisi lumpurnya rendah / berkarakter keras dan cenderung kasar (pasir, pasir

berlumpur dan pasir berbatu). Spesies ini umumnya tumbuh pada tanah

berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal.Rhizophora

apiculata tidak menyukai substrat yang keras.Menurut Fuzhoh dkk (2016),

mangrove jenis Rhizophoradan Sonneratia alba memiliki substrat mengandung

(25)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

3. Gastropoda yang hidup pada ekosistem mangrove di Desa Lubuk Kertang

Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera

Utaraterdapat 8 Family dan 15 jenis Gastropoda yang ditemukan pada 3 (tiga)

jenis vegetasi mangrove yang berbeda pada semua lokasi penelitian. Hasil

perhitungan nilai indeks keanekaragaman gastropoda pada masing-masing

jenis vegetasi menunjukkan nilai yang sama, dimana tingkat keanekaragaman

jenis tegolong sedang, tingkat keseragaman tinggi dan dominansi rendah.

4. Hasil penelitian dan perhitungan yang dilakukan diketahui bahwa

kepadatantertinggi Gastropoda pada setiap jenis mangroveterdapat pada stasiun

3jenis Sonneratia albayaitu 31ind/m2. Kepadatan terendah pada stasiun 1jenis mangrove Avicennia lanatayaitu 20 ind/m2.

Saran

Hasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa struktur komunitas gastropoda

pada jenis mangrove yang berbeda di ekosistem mangrove yang ada di

DesaLubuk Kertangdalam keadaan stabil, keanekaragaman spesies dan persebaran

jumlah individu setiap jenis merata, komunitas seragam serta tidak ditemukan

adanya spesies yang mendominansi.

Selanjutnya disarankan

penelitianlebihlanjutuntukmelihatketerkaitantingkatpencemaranpadaskalawaktuter

(26)

DesaLubuk KertangKecamatanBerandan BaratKabupatenLangkatProvinsi

Gambar

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian
Gambar 5. Stasiun I
Gambar 7. Stasiun III
Tabel 1. Parameter Fisik Kimia Perairan yang diukur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatur SNAP, GRID, Polar Tracking, Object Snap dan Dynamic Input dapat dilakukan melalui menu Tools &gt;&gt; Drafting Setings… Dapat juga dilakukan pada command dengan

Jika telah habis batas waktu sewa, pemohon dapat mengajukan permohonan perpanjangan sewa ke Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kota Madiun.. Jika sewa sudah

fenomena di atas yang memerlukan pengkajian lebih lanjut maka penulis tertarik untuk melakukan pengkajian dan penelitian lebih dalam dengan judul: “ Pengaruh

[r]

(2) Pembentukan BPPD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Daerah..

Aplikasi dapat digunakan untuk mengamankan file digital dengan menggunakan metode TEA dan memecah file menjadi beberapa bagian, tetapi hanya dibutuhkan sebagian pecahan

Kabupaten Minahasa Selatan adalah daerah otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor. 10 Tahun 2003 tentang Pembentukan

Mendukung Pengembangan Wilayah Berdasarkan Nilai Infrastruktur di Wilayah Sumatera Utara”, Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas