• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__ BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Perhatian Orang Tua dengan Perilaku Agresif Remaja Kelas XI di SMA Bhineka Karya 3 Boyolali Tahun Ajaran 20162017 T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__ BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Perhatian Orang Tua dengan Perilaku Agresif Remaja Kelas XI di SMA Bhineka Karya 3 Boyolali Tahun Ajaran 20162017 T1 BAB II"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

1.1. Perilaku Agresi

1.1.1. DefinisiPerilaku Agresi

Menurut Buss (dalam Sarah, 2005) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu perilaku yang dilakukan secara sengaja yang dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung (secara fisik dan verbal) yang dimaksudkan untuk menyakiti makhluk hidup lain. Buss & Perry (1992) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu kecenderungan perilaku yang dilakukan secara sengaja untuk menyakiti orang lain secara fisik dan verbal, amarah dan permusuhan. Selanjutnya Buss & Werren (2000) juga mengungkapkan bahwa bentuk-bentuk dari impuls yang dapat menimbulkan tingkah laku agresif adalah kemarahan, emosi, sakit hati, serta keinginan melukai atau merugikan orang lain.

(2)

11

keinginan orang yang menjadi sasaran agresi untuk menghindari stimuli yang merugikan itu.

Buss (dalam Indarsih, 2003) mengemukakan manusia dalam kaitan kehidupannya tidak terlepas dari perilaku agresif. Perilaku agresif sudah mulai nampak sejak individu tersebut memasuki masa kanak-kanak. Menurut Indarsih (2003) bentuk-bentuk perilaku agresif yang diarahkan ke luar maupun ke dalam adalah merupakan gejala umum tingkah laku agresif. Contoh perilaku diarahkan ke luar maupun ke dalam diri seseorang seperti bertindak kasar sehingga menyakiti orang lain, berkelahi, membuat onar di sekolah, mengolok-olok secara berlebihan, mengabaikan perintah dan melanggar perintah. Sedangkan bentuk perilaku agresif yang diarahkan ke dalam antara lain kecenderungan putus asa, dan rasa tidak aman sehingga menarik diri dari kegiatan, cenderung tidak tertarik pada kesenangan yang sifatnya berkelompok, apatis terhadap kegiatan sekolah ataupun masyarakat.

(3)

12

mengekspresikan perasaan-perasaan negatif atau keinginan untuk mengekspresikan perasaan-perasaan negatif .

Berdasarkan pendapat diatas, penulis merasa tertarik dengan pendapat Buss & Perry sehingga penulis menyimpulkan perilaku agresif dengan berdasarkan definisi yang dibuat oleh Buss & Perry (1992) bahwa perilaku agresif adalah suatu kecenderungan perilaku yang dilakukan secara sengaja untuk menyakiti orang lain secara fisik dan verbal, amarah dan permusuhan.

1.1.2. Jenis-jenis perilaku Agresi

Secara umum Myers (dalam Sarwono, 2002) membagi agresi sebagai berikut:

1. Agresi rasa benci atau agresi emosi (hostile aggression) adalah perilaku agresi yang ditandai dengan emosi yang tinggi dan dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti.

2. Agresi instrumental adalah perilaku agresi yang dilakukan oleh individu sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu.

Berkowitz (1995), membedakan agresi menurut sasarannya kedalam duajenis, yaitu:

(4)

13

2. Agresi Impulsif, yaitu agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untukmelukai, menyakiti dan juga menimbulkan efek kerusakan, kematian pada korban.

Buss & Perry (1992), berpendapat bahwa ada empat bentuk pola agresi yang biasa dilakukan oleh individu, yaitu :

1. Agresi fisik

Agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain secara fisik, seperti memukul, menendang dan lain-lain.

2. Agresi verbal

Agreesi yang dilakukan secara verbal kepada lawan, seperti mengumpat, menyebarkan cerita yang tidak menyenangkan tentang korban kepada orang lain, memaki, mengejek, membentak, dan berdebat.

3. Agresi Benci

Agresi yang semata-mata dilakukan sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai, menyakiti atau agresi yang tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek kerusakan, kesakitan atau kematian pada sasaran atau korban.

4. Agresi instrumental

(5)

14

1.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresi

Menurut Davidoff (dalam Mutadin, 2002)perilaku agresif remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Faktor Biologis

Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresif yaitu:

a. Gen

Tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi. Ada hubungan antara faktor genetik atau keturunan terhadap perilaku agresif manusia.

b. Sistem otak

Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat atau menghambat sirkuit neural yang mengendalikan agresi.

c. Kimia darah

(6)

15

yang melakukan pelanggaran hukum (melakukan tindakan agresi) pada saat berlangsungnya siklus haid ini.

2. Faktor lingkungan

Yang mempengaruhi perilaku agresif remaja yaitu: a. Kemiskinan

Remaja yang besar dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi remaja secara alami mengalami penguatan. Hal yang sangat menyedihkan adalah dengan berlarut-larut terjadinya krisis ekonomi dan moniter yang menyebabkan pembengkakan kemiskinan yang semakin tidak terkendali. Hal ini berarti potensi meledaknya tingkat agresi semakin besar.

b. Anonimitas

(7)

16 c. Suhu udara yang panas

Suhu suatu lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap tingkah laku sosial berupa peningkatan agresivitas. Pada tahun 1968, US Riot Comision pernah melaporkan bahwa dalam musim panas, rangkaian kerusuhan dan agresivitas massa lebih banyak terjadi di Amerika Serikat dibandingkan dengan musim-musim lainnya.

3. Kesenjangan generasi

Adanya perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara generasi anak dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi antara orang tua dan anak diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak.

4. Amarah

(8)

17 5. Peran belajar model kekerasan

Menyaksikan adegan kekerasan dapat menyebabkan terjadinya proses belajar peran model kekerasan dan hal ini menjadi sangat efektif untuk terciptanya perilaku agresif.

6. Frustasi

Frustasi terjadi bila seseorang terhalang oleh sesuatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu. Frustasi ini kemudian melahirkan agresi, karena agresi bisa meringankan emosi negatif (Bushman, Baumeister, & Philips, 2001 dalam Davidoff).

7. Proses pendisiplinan yang keliru

Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja. Pendidikan disiplin seperti ini akan membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta kehilangan inisiatif dan pada akhirnya melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi kepada orang lain.

(9)

18 1. Kondisi pribadi anak

Adalah kondisi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu , lemahnya kontrol diri terhadap lingkungan, kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kurangnya dasar keagamaan.

2. Kondisi lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga yang kurang memberi kasih sayang dan perhatian sehingga anak mencarinya dalam kelompok sebaya, keluarga yang lemah dan keluarga yang kurang harmonis.

3. Kondisi lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat yang kurang sehat, terbelakang pendidikan pada masyarakat, kurangnya pengawasan terhadap anak jalanan, pengaruh norma-norma baru yang ada diluar.

(10)

19 1.1.4. Aspek-Aspek Perilaku Agresif

Buss dan Perry (1992) mengemukakan bahwa ada tiga aspek untuk mengukur kecenderungan perilaku agresif, diantaranya :

1. Agresi fisik dan verbal

Agresi fisik adalah perilaku yang bertujuan untuk menyerang, melukai dan melanggar hak orang lain yang dilakukan secara fisik. Sedangkan agresi verbal adalah perilaku yang bertujuan untuk menyerang, melukai dan melanggar hak orang lain berupa perkataan atau ucapan.

2. Kemarahan

Reaksi emosional akut ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang merangsang termasuk ancaman, agresi lahiriah, pengekangan diri, serangan lisan, kekecewaan atau frustasi, dan dicirikan oleh reaksi darurat pada sistem syaraf otonomik, khususnya oleh reaksi darurat pada bagian simpatik, dan secara implikit disebabkan oleh reaksi serangan lahiriah, baik yang bersifat somatik atau jasmaniah maupun yang verbal atau lisan. 3. Permusuhan

(11)

20 1.2. Perhatian Orang Tua

1.2.1. Pengertian Perhatian Orang Tua

Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental, oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya. Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan memupuk kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya. Demikian pula jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat jalannya.

Seperti yang dikemukakan oleh Verbeek(1978)perhatian orang tua merupakan hal yang penting, dalam hal ini perhatian diberikan oleh orang tua yang dinyatakan dalam sikap-sikap terbuka atau terarah dan itu pun dilakukan secara sadar. Memperhatikan berarti menolong seseorang berkembang dan ini merupakan suatu proses, suatu cara menjalin relasi dengan seseorang.

(12)

21

Seperti yang diterangkan oleh Kartono (2000) bahwa keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi dan sivilisasi pribadi anak. Dengan demikian perlu adanya perhatian dari keluarga karena perhatian keluarga memberikan pengaruh pada pembentukan watak dan kepribadian anak sertamenjadi unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak, sehingga dalam hal ini perhatian orang tua sangat diperlukan dalam perkembangan anak.

Remaja tumbuh mulai dari keluarga dan dari orang tualah yang dekat dengan anak. Dalam hal ini orang tua haruslah menjadi pemimpin yang baik, yaitu pemimpin yang berada di muka, pemimpin yang berada ditengah-tengah serta pemimpin yang mengawasi dari belakang. Dengan bertindak sebagai pemimpin orang tua tidaklah hanya sebatas mengawasi, tetapi remaja perlu adanya teladan, dorongan dan perhatian dari orang tua.

(13)

22

mencela atau mengancam pada anak yang melanggar standar moral yang akibatnya anak merasa tidak aman, merasa kehilangan tempat berlindung sehingga anak lebih suka kmelakukan hal-hal yang melanggar nilai-nilai moral untuk menarik perhatian orang tua (Kartono, 1998).

Kartono (dalam Dewi, 2002) perhatian merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran yang menyebabkan bertambahnya aktifitas, daya konsentrasi dan pembatasan. Suryabrata (2000) mengartikan perhatian adalah pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada satu objek, juga banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan.

1.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perhatian Orang Tua

Menurut Ahmadi (1982) hal-hal yang mempengaruhi perhatian orang tua antara lain

1. Pembawaan

Pembawaan merupakan tipe-tipe pribadi yang dimiliki oleh setiap orang tua, tipe-tipe kepribadian yang berbeda pada orang tua akan berbeda pula sikapnya dalam memberikan perhatian kepada anak. 2. Kebutuhan

(14)

23 3. Kewajiban

Kewajiban mengandung unsur tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh orang tua

4. Keadaan Jasmani

Tidak hanya kondisi psikologis tetapi kondisi fisiologis juga ikut mempengaruhi perhatian orangtua, kondisi fisiologis yang tidak sehat akan berpengaruh pada usaha orangtua dalam mencurahkan perhatiannya.

5. Suasana Jiwa

Keadaan batin, perasaan atau pikiran yang sedang berlangsung yang dapat mempengaruhi perhatian orangtua. Hal ini bisa bersifat membantu atau sebaliknya bisa juga menghambat usaha orangtua dalam memberi perhatian.

6. Suasana Sekitar

Merupakan suasana dalam keluarga itu sendiri, misalnya ada ketegangan diantara anggota keluarga akan mempengaruhi perhatian orang tua.

1.2.3. Aspek-aspek Perhatian Orang Tua terhadap Anak

(15)

24 1. Memantau kegiatan anak

Orang tua memantau kegiatan anak baik didalam maupun diluar rumah, agar dapat memahami apa saja yang dilakukan oleh anak. 2. Membangkitkan Semangat Belajar

Orang tua harus bisa memotivasi anak untuk rajin belajar, agar anak dalam belajar juga semangat karena itu merupakan tugas dan tanggungjawab anak sebagai siswa.

3. Pemenuhan Kebutuhan

Memenuhi kebutuhan anak baik secara materi maupun psikologis merupakan suatu wujud dari perhatian orang tua.

4. Dorongan Kepada Anak untuk Memenuhi Peraturan

Orang tua harus sabar dalam mengarahkan anak-anaknya untuk tidak melanggar aturan-aturan yang telah ada. Karena anak remaja yang sedang mengalami pergolakan di dalam hatinya, biasanya cenderung ingin melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukannya.

5. Memahami dan mengajak berkomunikasi

(16)

25 1.3. Pengertian Remaja

Menurut Santrock (2002), remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan kognitif dan sosial emosional.Selanjutnya Papalia & Olds (dalam Santrock, 2002) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal 20 tahun.

1.3.1. Tugas Perkembangan Remaja

Pikunas (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan beberapa tugas perkembangan yang penting pada tahap pertengahan dan akhir remaja, yaitu :

1. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang berkaitan dengan fisiknya

2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figur-figur otoritas

3. Mengembangkan keterampilan dalam komunikasi interpersonal, belajar membina relasi dengan teman sebaya dan orang dewasa, baik secara individu maupun dalam kelompok

(17)

26

5. Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan sumber-sumber yang ada pada dirinya

6. Memperkuat kontrol diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang ada

7. Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan penyesuaian yang kekanak-kanakan.

Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (dalam Agustiani, 2006) adalah:

1. Mencapai relasi baru dan lebih matang bergaul dengan teman seusia dari kedua jenis kelamin

2. Mencapai maskulinitas dan femininitas dari peran sosial 3. Menerima perubahan fisik dan menggunakannya secara efektif 4. Mencapai ketidaktergantungan emosional dari orang tua dan

orang dewasa lainnya

5. Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga 6. Menyiapkan diri untuk karir ekonomi

7. Menemukan set dari nilai-nilai dan system etika sebagai petunjuk dalam berperilaku mengembangkan ideologi

(18)

27

1.4.Hubungan Perhatian Orang Tua Dengan Perilaku Agresif Remaja Secara umum tugas perkembangan masa remaja berkaitan dengan diri sendiri dan juga lingkungan sosial yang dihadapinya. Remaja tidak hanya akan mempertanyakan siapa dirinya tetapi juga harus menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan lingkungan (dalam Agustiani 2006). Pada masa-masa transisi seperti inilah banyak menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan yang dapat memungkinkan remaja akan mudah bertindak agresif.

Menurut Kartini Kartono (1992), anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua akan merasa tidak aman, merasa kehilangan tempat berlindung dan berpijak. Sehingga anak akan mengembangkan reaksi kompensatoris negatif dalam bentuk dendam dan sikap bermusuh terhadap dunia luar. Seperti contohnya melakukan tindakan yang agresif untuk menarik perhatian dan mengganggu orang tuanya.

(19)

28

Hal ini bisa menimbulkan anak berperilaku agresif pada orang tua, orang lain atau bahkan pada benda di sekelilingnya (Mugiyati, 2003).

1.5. Temuan Penelitian Yang Relevan

Ada berbagai macam penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Karunianti, Korri, Eddy(2005) dengan judul “Hubungan Interaksi Orang Tua dan Anak dengan Intensi Agresi

Pada Remaja Awal”. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada

hubungan yang signifikan antara tingkat interaksi orang tua dan anak dengan intensi agresi pada remaja awal yang ditunjukkan dengan rxy sebesar 0,60 dengan p>0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara interaksi orang tua dan anak dengan intensi agresi.

Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Sholikah, Sholikah, (2007) Hubungan Antara Pola Komunikasi Remaja Terhadap Orang Tua dengan Perilaku Agresif remaja pada Pelajar di SMK Karya Nugroho Boyolali. Dari hasil penelitian ini didapatkan p value = 0,011 (p value < 0,05). Hal ini berartiterdapat hubungan yang signifikan antara pola komunikasi remaja terhadap orangtua dengan perilaku agresif remaja pada pelajar SMK Karya Nugraha Boyolali.

(20)

29

orangtua dengan kecenderungan perilaku agresif pada remaja di SMP N 10 Salatiga dengan r=-0,245 dan p<0,05

Penelitian Sulistiari, Nitalia Cipuk, (2009), mengenai hubungan antara keharmonisan keluarga dengan perilaku agresif pada remaja diperoleh r = -0, 534 dengan p < 0,01 dengan sumbangan efektif 28,6 % yang berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara keharmonisan keluarga dan perilaku agresif remaja.

1.6.Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Satu penyebab risiko dapat menyebabkan lebih dari satu kejadian risiko, selanjutnya didapatkan strategi mitigasi yang diusulkan yaitu melakukan perjanjian yang menuntut

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur vegetasi tumbuhan bawah yang terdapat di bawah tegakan hutan jati pada umur tegakan 7, 27, dan 34 tahun dan mengetahui

Analisis Perkembangan Selisih Hasil Usaha (SHU) Pada PRIMKOP Dharma Putra Balawara Kabupaten Jember tahun 2010-2012, Fransiska Desi Marianingtyas, 080210391014, 2014,

Dibuat oleh : Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.. Diperiksa

Dibuat oleh : Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.. Diperiksa

Jumlah peserta yang memasukkan Dokumen Penawaran kurang dari 3 (tiga) peserta maka dinyatakan pelelangan gagal. Tindak lanjut dari pelelangan gagal, akan dilakukan Pelelangan

Analisis Perkembangan Selisih Hasil Usaha (SHU) Pada PRIMKOP Dharma Putra Balawara Kabupaten Jember tahun 2010-2012, Fransiska Desi Marianingtyas, 080210391014, 2014,

Dibuat oleh : Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Diperiksa oleh :