BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Early Warning System
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisis laporan
keuangan dan mengolahnya menjadi suatu informasi yang berguna adalah dengan
menggunakan perhitungan Early Warning System (EWS). Menurut Satria
(1994:5) Early Warning System adalah :
Tolak ukur perhitungan dari NAIC (National Association of Insurance Commisioners) atau lembaga badan usaha asuransi Amerika Serikat dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi. Early Warning System ini dapat memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan kesulitan keuangan dan operasi perusahaan asuransi di masa yang akan datang. Dengan demikian alat ini dapat digunakan untuk menentukan prioritas langkahlangkah perbaikan bagi asuransi kerugian. Di negara-negara lain yang menerapkan sistem ini melakukan sedikit perubahan atau memodifikasi terhadap rasio-rasio yang digunakan serta disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan asuransi di negera tersebut.
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan asuransi kerugian ini juga akan
mencakup perhitungan terhadap tingkat solvabilitas perusahaan dan
mengaitkannya dengan rasio-rasio keuangan Early Warning System untuk menilai
tingkat kesehatan perusahaan asuransi kerugian. Early Warning System (EWS)
merupakan sistem pelaporan yang menyiagakan pihak manajemen terhadap
potensi kesempatan dan permasalahan sebelum mempengaruhi laporan keuangan.
Tujuan dari sistem ini adalah memberikan waktu persiapan yang paling
Rasio keuangan Early Warning System ini digunakan untuk menganalisis
dan mengukur tingkat kesehatan dan kinerja keuangan perusahaaan asuransi
kerugian dengan mendeteksi lebih awal pada laporan keuangan perusahaan
asuransi kerugian di masa yang akan datang untuk menentukan prioritas
langkah-langkah perbaikan bagi perusahaan.
Adapun rasio yang terkandung dalam EWS tersebut adalah:
1. Rasio Beban Klaim (Incurred Loss Ratio)
Rasio ini mencerminkan pengalaman klaim (loss ratio) yang terjadi serta
kualitas usaha penutupannya. Rasio Beban Klaim dapat dihitung sebagai berikut
(Satria, 1994:70):
Rasio Beban Klaim =
Pendapatan Premi Beban Klaim
Interpretasi :
Tingginya rasio ini memberikan informasi tentang buruknya proses
underwriting dan penerimaan penutupan risiko. Masih perlu dilakukannya analisis
terhadap klaim untuk setiap jenis asuransi.
2. Rasio Likuiditas (Liabilities to Liquid Assets Ratio)
Rasio Likuiditas atau Liabilities to Liquid Assets Ratio digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dan secara
kasar memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan apakah kondisi
keuangannya solven atau tidak. Rasio Likuiditas dapat dihitung sebagai berikut
(Satria, 1994:71):
Rasio Likuiditas =
Interpretasi :
Rasio yang tinggi menunjukkan adanya masalah likuiditas dan
perusahaan kemungkinan besar berada dalam kondisi yang tidak solven, sehingga
perlu dilakukan analisis terhadap tingkat kecukupan cadangan (reserve adequacy),
serta kestabilan dan likuiditas kekayaan yang diperkenankan (admitted assets).
3. Rasio Agents’ Balance To Surplus
Rasio ini mengukur tingkat solvabilitas perusahaan berdasarkan aset
yang seringkali tidak bisa diwujudkan ( dicairkan ) pada saat likuidasi, yaitu
tagihan premi langsung. Rasio Agent’s Balance To Surplus dapat dihitung sebagai
berikut (Satria, 1994:72):
Agent’s Balance to Surplus Ratio =
Total Modal + Cadangan Khusus +Laba Tagihan Premi Langsung
Interpretasi :
Jika angka rasio ini terlalu tinggi, perlu diselidiki umur dari tagihan dan
analisis penyebab dari belum tertagihnya premi langsung tersebut. Dalam
perhitungan kekayaan yang diperkenankan (admitted assets), tagihan premi
langsung yang berumur diatas 90 hari tidak dihitung.
4. Rasio Pertumbuhan Premi (Premium Growth Ratio)
Kenaikan/penurunan yang tajam pada volume premi netto memberikan
indikasi kurangnya tingkat kestabilan kegiatan usaha koperasi perusahaan. Untuk
mengukur ini digunakan rumus: Rasio Pertumbuhan Premi dapat dihitung
Perkembangan Premi = Kenaikan/Penurunan Premi Netto Premi Netto Tahun Sebelumnya
Interpretasi :
Hasil rasio ini sebaiknya diinterprestasikan bersama dengan sejarah dan
operasi perusahaan. Dalam menganalisis rasio ini harus diperhatikan pula
alasan yang dikemukakan perusahaan yang menyebabkan angka rasio ini
berbeda/berfluktuasi. Disamping itu, perlu dipertimbangkan pula perubahan yang
terjadi dalam industri asuransi dan perekonomian.
2.1.2 Pengertian Asuransi
Asuransi adalah transaksi pertanggungan yang melibatkan dua
pihak tertanggung dan penanggung. Dimana penanggung menjamin pihak yang
tertanggung bahwa ia akan mendapatkan penggantian terhadap suatu kerugian
Menurut Darmawi (2000:3) ada beberapa pengertian asuransi antara lain: a. Definisi asuransi dari sudut pandang ekonomi merupakan suatu metode untuk
mengurangi resiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan (finansial). Jadi berdasarkan konsep ekonomi, asuransi berkenaan dengan pemindahan dan mengkombinasikan resiko.
b. Definisi asuransi dari sudut pandang hukum merupakan suatu kontrak (perjanjian) pertanggungan resiko antara tertanggung dan penanggung. Penanggung berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan risiko yang dipertanggungkan kepada tertanggung. Sedangkan tertanggung membayar secara periodik kepada penanggung. Jadi, tertanggung mempertukarkan kerugian besar yang mungkin terjadi dengan pembayaran tertentu yang relatif kecil.
c. Definisi asuransi dari sudut pandang bisnis adalah suatu perusahaan yang usaha utamanya menerima/menjual jasa, pemindahan resiko dari pihak lain, dan memperoleh keuntungan dengan berbagi resiko (sharing risk) diantara sejumlah besar nasabahnya. Asuransi juga merupakan lembaga keuangan bukan bank yang kegiatannya menghimpun dana (berupa premi) dari masyarakat dalam berbagai kegiatan ekonomi perusahaan.
setiap anggota tersebut. Kerugian yang tidak pasti akan terjadi pada setiap anggota, maka anggota yang tidak pernah mengalami kerugian dari sudut pandang sosial merupakan penyumbang terhadap organisasi. Hal ini berarti kerugian setiap anggota ditanggung bersama.
e. Defenisi asuransi dari sudut matematika merupakan aplikasi matematika dalam memperhitungkan biaya dan faedah pertanggungan resiko. Hukum profitabilitas dan teknik statistik dipergunakan untuk mencapai hasil yang dapat diramalkan. Di bawah ini ikthisar masing-masing sudut pandang asuransi berikut objek dan teknik mencapainya.
Tabel 2.1 Pengertian Asuransi
Sudut Pandang
Objek Teknik Mencapainya
Ekonomi Pengurangan Resiko Dengan mentransfer dan kombinasi
Hukum Perjanjian Pemindahan Resiko
Melalui pembayaran premi oleh tertanggung kepada penanggung dalam suatu kontrak asuransi.
Bisnis Berbagi Resiko Dengan memindahkan resiko
dari individu ke lembaga penanggung resiko.
Sosial Memikul kerugian secara kolektif
Semua anggota membayar iuran kerugian yang kebetulan diderita oleh salah satu anggota.
Matematika Memperhitungkan dan mendistribusikann
Dengan memperkirakan akturial
yang didasarkan pada prinsip- prinsip profitabilitas
Sumber: (Darmawi 2000:3)
Pengertian Asuransi menurut Pasal 246 Kitab Undang -Undang Hukum Dagang (KUHD) Republik Indonesia bahwa:
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberi pernggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. Ada 4 unsur yang terkandung dalam asuransi adalah:
a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung sekaligus atau secara berangsur-angsur.
berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu. c. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya) d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena
peristiwa yang tak tertentu.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (PSAK No.36) ada beberapa karakteristik asuransi jiwa adalah:
a. Usaha asuransi jiwa merupakan suatu sistem proteksi menghadapi resiko keuangan atas hidup atau meninggalnya seseorang dan sekaligus merupakan upaya penghimpunan dana dari masyarakat.
b. Premi merupakan pendapatan perusahaan asuransi, disamping hasil investasi yang menjadi kegiatan tak terpisahkan dari usaha asuransi jiwa.
c. Investasi berfungsi utama untuk memenuhi seluruh kewajiban dan manfaat yang diberikan kepada tertanggung.
d. Kewajiban keuangan bagi usaha asuransi terkait dengan ketidakpastian terjadi suatu peristiwa, hal ini mempengaruhi penyajian laporan keuangan.
e. Laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh unsur estimasi, misalnya unsur estimasi jumlah kewajiban manfaat polis depan (liability for future policy benefits) yang dihitung berdasarkan perhitungan aktuaria, estimasi jumlah premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium income), estimasi jumlah kewajiban klaim, serta jumlah klaim terjadi namun belum dilaporkan (incurred but not reported claims)
f. Pihak tertanggung (pembeli kontrak asuransi) membiayai terlebih dahulu premi asuransi atau titipan premi kepada perusahaan asuransi sebelum sesudah atau peristiwa yang diasuransikan terjadi. Pembayaran merupakan pendapatan (revenue) bagi perusahaan asuransi. Pada saat kontrak disetujui, perusahaan asuransi biasanya belum mengetahui apakah ia akan membayar manfaat asuransi, berapa besar pembayaran itu kalau terjadi, kapan terjadinya. Hal ini akan berpengaruh pada masalah pengakuan pendapatan dan pengukuran beban.
Perusahaan asuransi jiwa harus memenuhi kesehatan keuangan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan dibidang perasuransian misalnya batas tingkat
solvabilitas (solvency margin).
2.1.3 Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu sumber informasi tentang penilaian
dan keadaan keuangan korporasi baik yang telah lampau atau saat sekarang
mengetahui setiap kelebihan dan keadaan keuangan yang dapat menimbulkan
masalah yang akan datang serta menentuakan setiap keunggulan yang dapat
menjadi suatu keunggulan perusahaan. Bagi pimpinan perusahaan laporan
keuangan ini digunakan untuk mengambil keputusan-keputusan dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk masa yang akan datang dan sebagai alat
pertanggung jawaban dari pimpinan atau manajer terhadap pemilik perusahaan.
Riyanto (2001:251) menyatakan bahwa Laporan keuangan (financial report) memberikan ikhtisar mengenai keadaan financial suatu perusahaan, dimana neraca (balance sheet) mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada periode tertentu dan laporan laba rugi (income statement) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama satu periode tertentu yang biasanya meliputi periode 1 (satu ) tahun.
Menurut Harahap (2004:190) menyatakan bahwa Laporan Keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.
Menurut Warren (2005:139) Laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas, laporan perubahan posisi keuangan. Perhitungan laba rugi dan laporan perubahan modal atau laba yang ditahan walaupun dalam prakteknya sering diikutsertakan beberapa daftar yang sifatnya untuk memperoleh kejelasan lebih lanjut misalnya laporan perubahan modal kerja, laporan arus kas, perhitungan harga pokok maupun daftar-daftar lampiran yang lain.
2.1 4 Tujuan Laporan Keuangan
Dalam PSAK No. 1 (IAI, 2007) menyatakan “tujuan laporan keuangan
adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas
perusahaan”. Agar informasi yang terdapat dalam laporan keuangan dapat
dipahami, diperlukan seperangkat teknik analisis laporan keuangan yang meliputi
suatu instrumen analisis untuk menjelaskan berbagai hubungan dan indikator
keuangan dalam menunjukkan perubahan kondisi keuangan atau operasi masal
lalu yang dinyatakan dalam artian relatif ataupun absolut.
Rasio keuangan merupakan perbandingan angka-angka
perkiraan-perkiraan yang terdapat di neraca dan laporan laba-rugi. Perbandingan antara satu
perkiraan dengan perkiraan yang lain harus saling berhubungan sehingga
hasilnya dapat diinterpretasikan untuk mengetahui kondisi keuangan atau kinerja
perusahaan. Untuk mengetahui apakah kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan baik, maka hasil perhitungan rasio keuangan harus dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya.
Laporan Keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan
dalam suatu periode dan arus dana (kas) perusahaan. Laporan keuangan disusun
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun
demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin
dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan di masa lalu. laporan keuangan juga
menunjukkan hal-hal yang telah dilakukan manajemen serta pertanggungjawaban
manajemen atas sumber daya yang diberikan kepadanya.
Harahap (2004:132) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah: 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai
aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva neto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang sangat membantu para pemakai laporan keuangn didalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang revelan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
2.1.5 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah salah satu cara dalam pemprosesan dan
peninterpretasian informasi akuntansi yang dinyatakan dalam artian relatif
maupun secara absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka-angka
yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan. Tujuan analisis
laporan keuangan diantaranya adalah sebagai alat untuk meramalkan kondisi
perusahaan di masa depan, mendiagnosis adanya masalah yang terjadi baik dalam
manajemen, operasi, keuangan, dan masalah lain, serta sebagai alat evaluasi
kinerja manajemen, operasional, maupun efisiensi.
Analisis laporan keuangan penjamin asuransi biasanya berfokus pada dua
hal yaitu penilaian solvensi dan kinerja finansial. Penilaian solvensi berhubungan
dengan resiko yang dihadapi penjamin asuransi sehubungan dengan kekuatan
finansialnya yaitu kemampuan mengatasi klaim-klaim di masa yang akan datang
sesuai kontrak yang telah dituliskan walaupun dalam situasi yang merugikan dan
kemudahaannya terhadap kejadian-kejadian tak terduga.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Van Horne, 2005 : 204 ):
Rasio-rasio ini disebut sebagai rasio laporan laba rugi (income statement ratio) atau rasio laba rugi/neraca (income statement/balance sheet ratio).
Menurut Riyanto (2001:89) rasio keuangan dapat digolongkan dalam 3 golongan yaitu :
1. Rasio Neraca (Balance Sheet Ratios) adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca misannya current ratio, acid test ratio, current asset to total asset ratio, current liabilities. to total assets ratio.
2. Rasio Laporan Laba Rugi (Income Statement Ratio) adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang bersala dari laporan laba rugi, misal gross profit margin, net operating margin dan operating ratio.
3. Rasio Antar Laporan (Inter Statement Ratio) adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya yang berasal dari laporan laba rugi misal assets turnover, inventory turnover, receivables turnover.
Menurut Satria (1994:59) bahwa analisis rasio keuangan dalam perusahaan asuransi digunakan dalam 3 golongan rasio yaitu:
1. Neraca (Balance sheet) adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya misal penyertaan, tagihan reasuransi, utang komisi, utang klaim, cadangan khusus dan cadangan teknis.
2. Ikhtisar Perhitungan Laba Rugi (Income Statement) adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari laba rugi dan data yang lainnya misalnya surplus underwriting, hasil investasi netto, laba rugi dana investasi ratio.
3. Perincian Surplus Underwriting adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari data perusahaan asuransi kerugian tersebut misal premi, cadangan premi, pendapatan premi, klaim dibayar, cadangan klaim, beban klaim, biaya aduster, komisi, surplus underwriting.
Terdapat perbedaan antara laporan keuangan perusahaan asuransi dengan
laporan keuangan perusahaan umum lainnya. Perbedaan pertama adalah pada
bentuk, isi dan susunan laporan keuangan. Yang kedua adalah pada sistem
pengakuan pendapatan dan biaya. Pada bentuk, isi dan susunan laporan keuangan
perusahaan asuransi kerugian disesuaikan dengan sifat dan karakteristik usaha
asuransi.
Rasio Keuangan menyederhanakan informasi yang menggambarkan
ini dapat menilai secara cepat hubungan pos keuangan dan dapat membandingkan
rasio lainnya sehingga dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.
2.1.6 Manfaat Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan alat penting dan berguna bagi manajer
keuangan maupun pihak-pihak lain diluar perusahaan. Bagi manajer keuangan,
analisis rasio keuangan dipergunakan untuk menilai kinerja yang telah dicapai
perusahaan yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen khususnya perencanaan dan pengendalian.
Rasio keuangan merupakan hasil dari analisi laporan keuangan dimana
rasio keuangan biasanya digunakan untuk mengevaluasi laporan keuangan
dengan membandingkan kinerja perusahaan di masa lalu dan masa sekarang,
sehinga harus digunakan sebagai dasar instropeksi dan meningkatkan kinerja
perusahaan. Dengan melakukan analisis rasio laporan keuangan maka informasi
yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan dalam. Para
pemakai menggunakan analisis rasio keuangan untuk memenuhi beberapa
kebutuhan informasi yang berbeda. Menurut Riyanto (2001:101)Beberapa
kebutuhan itu meliputi:
1. Investor
Para investor membutuhkan untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual saham berdasarkan informasi yang didapatkan tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2. Manajer
menyusun rencana kerja yang lebih baik pada periode yang akan datang, memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan sistem kebijakan sasaransasaran yang tepat. Bagi manajemen yang penting adalah laba yang dicapai cukup tinggi, cara kerja yang efisien aktiva aman, terjaga baik, struktur permodalan yang sehat dan bahwa perusahaan mempunyai rencana yang baik mengenai hari depan baik di bidang keuangan maupun di bidang operasi.
3. Kreditor dan pemasok
Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan dapat membantu para kreditor untuk memutuskan apakah jumlah terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Para kreditor juga berkepentingan terhadap keamanan kredit yang telah diberikan kepada perusahaan, mengetahui kondisi keuangan jangka pendek (likuiditas), solvabilitas dan profitabilitas perusahaan sebelum mereka memutuskan untuk memberi dan memperluas kredit yang akan diajukan oleh perusahaan. Untuk kredit jangka panjang, analisa laporan keuangan diperlukan untuk jaminan investasi, prospek keuntungan di masa depan, dan perkembanga perusahaan di masa depan.
4. Karyawan
Para karyawan dan serikat pekerja tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan akan memberikan jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
5. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlihat dalam perjanjian jangka panjang dengan perusahaan.
6. Pemerintah
Pemerintah yaitu aparatur negara dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaanya yang berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan aktivitas perusahaan dalam menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7. Masyarakat
2.1.7 Harga Saham
Saham adalah surat berharga yang dapat diperjualbelikan oleh perorangan
atau lembaga. Saham juga dapat diartikan yaitu suatu tanda penyetaan modal
seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan.( Priyatno,2010:9).
Harga suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham.
Harga dasar suatu saham merupakan harga perdananya. Perubahan harga saham
dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar
sekunder. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu
saham, maka harganya akan semakin naik. Dan sebaliknya jika semakin banyak
investor yang menjual atau melepaskan maka akan berdampak pada turunnya
harga saham. Harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan
kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut.
Analisis saham merupakan salah satu dari sekian tahapan dalam proses
investasi yang berarti melakukan analisis terhadap individual atau sekelompok
sekuritas. Analisis yang sering digunakan untuk menilai suatu saham yaitu
analisis fundamental dan analisis teknikal.
2.1.7.1 Analisis fundamental
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang
akan datang dengan :
a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga
saham dimasa yang akan datang.
b. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh
Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari
suatu perusahaan yang sering disebut company analysis. Data yang digunakan
adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan
keuangan yang telah lewat dan bukan mencerminkan keadaan keuangan yang
sebenarnya pada saat analisis (Husnan, 2001:303).
Dalam company analysis para pemodal (investor) akan mempelajari
laporan keuangan perusahaan yang salah satunya dengan menggunakan analisis
rasio keuangan, mengidentifikasi kecenderungan atau pertumbuhan yang mungkin
ada, mengevaluasi efisisensi operasional dan memahami sifat dasar dan
karakteristik operasional dari perusahaan tersebut.
Para analis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa
datang dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham dimasa datang, dan menempatkan hubungan
faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
2.7.1.2 Analisis teknikal
Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang meggunakan data atau
catatan pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham,
volume perdagangan, indeks harga saham baik individual maupun gabungan, serta
faktor-faktor lain yang bersifat teknis (Husnan,2001:338).
Model analisis teknikal lebih menekankan pada perilaku pasar modal
dimasa datang berdasarkan kebiasaan dimasa lalu. Analisis ini berupaya untuk
memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga
menyatakan bahwa :
a. Harga saham mencerminkan informasi yang relevan.
b. Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga saham diwaktu lalu.
c. Karena perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, maka
pola tersebut akan berulang.
Sasaran yang ingin dicapai dari analisis adalah ketepatan waktu
dalam memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham, oleh karena itu
informasi yang berasal dari faktor-faktor teknis sangat penting bagi pemodal
untuk menentukan kapan suatu saham dibeli atau harus dijual.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
2. Nainggolan
Regresi linier ketiga
perusahaan ini
Sumber : Hasil Olahan Peneliti (2012)
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menjelaskan tentang variabel-variabel yang diduga
terhadap harga saham perusahaan asuransi. Variabel independen yang merupakan
faktor internal dan diduga memiliki pengaruh terhadap harga saham terdiri dari
serta kualitas usaha penutupannya, kedua adalah Rasio Likuiditas (X2) untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, yaitu
kemampuan dalam menghadapi terjadinya klaim asuransi, dan secara kasar
memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan apakah dalam kondisi solven
atau tidak, ketiga adalah Rasio Agent’s Balance to Surplus (X3), untuk
mengukur tingkat solvabilitas perusahaan berdasarkan asset yang seringkali tidak
bisa diwujudkan (dicairkan) pada saat likuidasi, yaitu tagihan premi langsung, dan
keempat adalah Rasio Pertumbuhan Premi (X4), untuk mengukur tingkat
kestabilan kegiatan operasi perusahaan, yaitu perubahan volume premi netto yang
dimiliki perusahaan.
Indikator kemampuan perusahaan dalam menutup premi dalam Rasio
Beban Klaim (X1), kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya
dengan indikator Rasio Likuiditas (X2), kondisi solvabilitas perusahaan dengan
indikator Rasio Agent’s Balance to Surplus (X3) dan perkembangan perusahaan
dengan indicator Rasio Pertumbuhan Premi (X4) merupakan beberapa faktor
yang akan mempengaruhi kepercayaan investor untuk membeli saham yang
ditawarkan oleh perusahaan asuransi. Kondisi tersebut akan mendorong adanya
pilihan kepercayaan dari investor sehingga apabila kepercayaan semakin baik
Berdasarkan uraian diatas maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 1.1 Kerangka konseptual 2.3.1 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan hubungan antara landasan teori, kerangka pemikiran terhadap
rumusan masalah maka hipotesis atau jawaban sementara dari permasalahan
dalam penelitian ini adalah bahwa diduga rasio keuangan Early Warning System
yang terdiri dari: Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to
Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi berpengaruh signifikan terhadap harga
saham”. Dengan notasi sebagai berikut :
H1 : Rasio Beban Klaim berpengaruh parsial terhadap harga saham
H2 : Rasio Likuiditas berpengaruh parsial terhadap harga saham
H3 : Rasio Agent’s Balance to Surplus berpengaruh parsial terhadap harga saham
H4 : Rasio Pertumbuhan Premi berpengaruh Parsial terhadap harga saham
H5 : Secara bersama-sama antara Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio
Agent’s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi berpengaruh
secara signifikan terhadap harga saham Rasio Beban Klaim (X1)
Rasio Likuiditas (X2)
Rasio Agent’s Balance to Surplus (X3
Rasio Pertumbuhan Premi ( X4 )