• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS INVESTASI ATAU PENANAMAN MODAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS INVESTASI ATAU PENANAMAN MODAL"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS INVESTASI ATAU PENANAMAN MODAL DALAM

KONSEP EKONOMI ISLAM

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia)

Dosen Pengampu : ZEIN MUTTAQIN

Disusun oleh :

Riyanto Nugroho

(14423039)

Rizky Nanda

(14423142)

PRODI EKONOMI ISLAM

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, dan dosen pengampu bapak Zein Muttaqin yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang investasi atau penanaman modal dalam konsep ekonomi islam.

Maklah ini telah kami susun dengan maksimal secara bekerja sama dengan sebaik mungkin dan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami siap menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

(3)

DAFTAR ISI

BAB I...4

PENDAHULUAN...4

A. Latar Belakang...4

B. Rumusan Masalah...4

C. Manfaat Penulisan ...4

BAB II...5

PEMBAHASAN...5

D. Konsep Ekonomi Islam...5

E. Manajemen Investasi dan Pengetian Invetasi Dalam Islam...6

F. Tujuan dan Jenis Investasi...6

G. Mekanisme Investasi Atau Penanaman Modal...8

H. Membuat Kebijakan Investasi...9

I. Perbandingan Pasar Modal Syari ah dan Konvensional: Tinjauan Literatur...9

J. Kategori Investor...10

K. Risiko Dalam Investasi...10

BAB III...13

PENUTUP...13

Kesimpulan...13

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beberapa tahun belakangan ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets menjadi sebuah cara yang banyak digemari oleh para pemilik modal untuk mengembangkan dana yang mereka miliki. Masyarakat yang semakin paham dengan pengelolaan keuangan dan invenstasi, akan semakin pandai dalam menilai dan mengendalikan risiko investasi yang mereka lakukan. Masyarakat pun saat ini banyak yang memilih untuk berinvestasi pada beberapa produk investasi pasar modal yang dianggap ideal karena tingkat keuntungan yang ditawarkan relatif cukup tinggi. Bangkitnya ekonomi Islam menjadi fenomena yang menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam, sehingga pengembangan produk pasar modal yang berbasis syariah perlu ditingkatkan. Tahun 1990-an Indonesia baru mengenal kegiatan perbankan syariah. Tujuh tahun kemudian, produk syariah di pasar modal mulai diperkenalkan dengan ditandai munculnya produk reksa dana syariah.Pesatnya pertumbuhan instrumen-instrumen investasi baik konvensional maupun syariah ternyata sedikit memberikan masalah. Masalah yang dihadapi oleh para investor maupun investor potensial adalah bagaimana memilih alternatif instrumen investasi yang ada berdasarkan kinerja portofolio. Oleh karena itu, pengukuran kinerja instrumen investasi konvensional dan syariah merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan.

Investasi ini sangatlah penting bagi kehidupan perekonomian seseorang karena selain sebagai penyimpanan yang berkembang, investasi ini juga dapat digunakan sebagai alat untuk mempersiapkan masa mendatang atau suattu kejadian yang tidak diinginkan dalam finansial seseorang, tetapi dalam islam bukan hanya sekedar investasi dengan menanamkan modal disuatu perusahaan, tetapi harus melihat perusahaannya terlebih dahulu, perusahaan tersebut suatu jasa atau persediaan yang diluar dari keislaman atau tidak, jika terjadi penanaman saham pada sektor yang diluar dari keislaman, maka perusahaan itu akan terkena sanksi berupa teguran, pencopotan label syariah, sampai ke penutupan perusahan tersebut.

B. Rumusan Masalah

1) Bagaimana islam menjelaskan tentang berinvestasi ?

2) Bagaimana perbandingan pasar modal syariah dengan konvensional ? 3) Apakah setiap investor memiliki kriteria yang berbeda?

4) Apa saja resiko yang ada dalam berinvestasi ?

C. Manfaat Penulisan

1) Agar mengetahui cara islam menjelaskan tentang arti berinvestasi.

2) Agar pembaca mengatahui perbedaan diantara pasar mkodal syariah dengan yang konvensional.

3) Agar pembaca mengetahui karakteristik para investor dalam berinvestasi.

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

D. Konsep Ekonomi Islam

Kegiatan manusia pada umumnya adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, pada zaman dahulu manusia melakukan bercocok tanam,berburu,meramu. Pada saat ini tidak berbeda perilaku manusia tersebut tetapi berbeda karena perkembangan tekhnologi yang memudahkan manusia dalan setiap aktifitasnya dan dalam pengerjaannya, tetapi pada intinya sama.

“Ekonomi islam sendiri ialah,suatu usaha sistematis untuk memahami masalah ekonomi dan perilaku manusia dalam hubungannya kepada persoalan tersebut menurut perspektif islam”. (Umer chapra (2001),Ibid, h. 12)

Dalam ekonomi islam kebutuhan manusia terbatas,karena pemenuhannya disesuaikan dengan kapasitas jasmani manusia,misalnya makan,minum dan sebagainya,yang menganjurkan berhentilah sebelum kenyang, karena jika sudah masuk dalam tahap kenyang, perilaku manusia akan menjadi malas untuk melakukan suatu kegiatan, maka dari itu islam sangat mengantisipasi untuk apa yang akan terjadi dimasa mendatang,agar tidak dapat merugikan orang lain maupun diri sendiri, dan tetap pada jalan kesucian yang telah diridhoi ALLAH SWT.

Semakin berkembangnya jaman, muncul suatu kegiatan ekonomi yang disebut Investasi, seperti halnya islam mengajarkan untuk memikirkan untuk mempersiapkan kedepannya,mengantisipasi. Pada jaman dahulu, jaman rasullullah SAW sudah ada, yang dinamakan investasi pada jaman sekarang, investasi dalam bidang perekonomian maupun investasi untuk diakhirat kelak nanti, tertera pada ayat Al-Qur’an, salah satu surat yang menjelaskannya tentang investasi ialah, surah Yusuf 12: ayat 46-49 yaitu:

1) Ayat 46 yang artinya :

“ Yusuf, wahai orang yang sangat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus, tujuh tangkai gandum yang hijau dan tujuh lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya.”( Al-Qur’an, 12:46)

2) Ayat 47 yang artinya :

“ Dia (Yusuf) berkata :”agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa: kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan ditangkapnya kecuali sedikit untuk kamu makan.”( Al-Qur’an, 12:47)

3) Ayat 48 yang artinya :

“ Kemudian setelah itu akan datang tujun (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan.”(Al-Qur’an, 12:48)

4) Ayat 49 yang artinya :

“ Setelah itu akan datang tahun, dimana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur).”( Al-Qur’an, 12:49)

(6)

E. Manajemen Investasi dan Pengetian Invetasi Dalam Islam

Manajemen investasi adalah proses pengelolaan uang. Dua terminology lain yang umum digunakan untuk menjabarkan proses ini adalah manajemen portofolio dan manajemen uang. Individu yang melakukan pengelolaan portofolio investasi disebut manajer investasi, manajer uang/keuangan, atau manajer portofolio. (portofolio adalah sekelompok bentuk investasi).

Investor dapat dikelompokkan menjadininvestor ritel dan investor institusional. Investor ritel terdiri dari individu-individu, sedangkan investor institusional terdiri dari perusahaan asuransi, institusi simpanan (meliputi bank, asosiasi simpanan dan pinjaman, serta serikat kredit), dana pension, perusahaan-perusahaan investasi, dan dana bantuan/ endowmen. Pasar keuangan di AS telah mengalami pergeseran, dimana sebelumnya didominasi oleh investor ritel dan saat ini didominasi oleh investor institusional. Keadaan / fenomena ini dikenal dengan istilah institusionalisasi dari pasar keuangan. Hal yang sama terjadi pada Negara-negara industry lainnya.

Secara umum investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridical person) dalam upaya untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash money), peralatan (equipment), aset tidak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian.

Islam melarang untruk menimbun harta, melainkan harus dibelanjakan dijalan Allah, (Ahmad roziq&mufti mubarok,buku cerdas investasi dan transaksi syariah,2012,hal.33), oleh karena itu manusia dianjurkan untuk investasi selain untuk masa yang akan datang juga dianjurkan tidak meninggalkan keturunan yang dalam keadaan lemah, sehingga perlunya investasi seperti halnya firman Allah SWT, sebagai berikut :

hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim yahudi dan rahib-rahib nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpa emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan allah, makan\ beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka

akan mendapat) siksa yang pedih”(QS. At-Taubah (9):34)

F. Tujuan dan Jenis Investasi

Alasan-alasan mengapa seseorang melakukan investasi, ada tiga hal,yaitu:

1) Untuk mendapatkan hidup yang lebih layak untuk masa yang akan datang.seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana cara meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau berusaha mempertahankan tingkat pendapatannya untuk mengantisipasi dimasa yang akan datang

2) Mengurangi tekanan inflasi,dengan melakukan investasi dalam memilih perusahaan atau objek lain,seseorang dapat menghindarkan diri agar kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya karena digrogoti oleh inflasi

3) Dorongan untuk menghemat pajak, dibeberapa negara didunia banyak melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi dimasyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

Tujuan investasi tersebut dapat tercapai diperlukan proses dalam mengambil suatu keputusan ketika hendak melakukan investasi, terutama keuntungan yang akan diperoleh dan resiko yang akan dihadapi. Pada dasarnya ada beberapa tahapan dalam mengambil keputusan investasi, antara lain : (Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, yogyakarta,2008,hlm.15-17)

1) Menentukan kebijakan investasi.

(7)

Contoh :

1. Institusi bebas pajak tidak menganggap investasi bebas pajak sebagai sesuatu yang menarik, karena institusi-institusi tersebut sudah memperoleh kebebasan kebebasan dari kewajiban membayar pajak. Di samping itu, hasil dari investasi bebas pajak umumnya tidak tinggi.

Persyaratan pembuatan laporan keuangan mempengaruhi cara yang dipilih investor institusional dalam menetapkan kebijakan investasi. Sayangnya, pertimbangan pelaporan keuangan terkadang menyebabkan institusi menetapkan suatu kebijakan investasi, yang dalam jangka panjang, tidak dapat memberikan keuntungan ekonomi terbaik bagi institusi

2) Analisis sekuritas.

Investor harus melakukan analisis sekuritas yang meliputi penilaian terhadap sekuritas secara individual atau atas beberapa kelompok sekuritas. Salah satu tujuan dari melakukan penilaian atas sekuritas tersebut adalah untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga. Ada yang berpendapat lain bahwa tujuan dari penilaian sekuritas itu didasarkan atas preferensi risiko para investor, pola kebutuhan, kas, dan sebagainya.

3) Pembentukan portofolio.

Investor membentuk portofolio yang melibatkan identifikasi aset khusus mana yang harus diinvestasikan dan juga menentukan seberapa besar investasi pada setiap aset tersebut. Disini malasah selektivitas,penentuan waktu, dan diversifikasi perlu menjadi perhatian investor.

4) Melakukan revisi portofolio.

Pada tahap ini, berkenaan dengan pengulangan secara periodik dari tiga tahap sebelumnya. Sejalan dengan waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya, yaitu berusaha membentuk portofolio baru yang lebih optimal.

5) Evaluasi kinerja portofolio.

Investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio secara periodik dalam arti tidak hanya return yang diperhatikan, tetapi juga resiko yang dihadapi.

Walaupun manajer portofolio dapat bekerja lebih baik dibandingkan dengan portofolio benchmark, hal ini tidak berarti portofolio yang ada dapat memuaskan kebutuhan klien. Sebagai missal, suatu institusi keuangan menetaokan maksimalisasi pengembalian portofolio sebagai

sasarannya dan mengalokasika 75% dari dananya kedalam bentuk saham dan sisanya ke dalam bentuk obligasi. Dimisalkan lebih lanjut bahwa manajer portofolio yang bertanggung jawab terhadap

portofolio saham menghasilkan pengembalian selama satu tahun yang besarnya 3% lebih tinggi dari pada portofolio benchmark. Dengan mengasumsikan bahwa risiko portofolio sama dengan risiko portofolio benchmark, manajer portofolio telah menunjukkan kinerja yang lebih baik dari pada portofolio benchmark. Namun ternyata keberhasilan tersebut tidak dapat membawa keberhasilan bagi bagi perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Jadi, kegagalan yang ada terletak pada usaha penetapan tujuan dan kebijakan investasi, bukan karena kinerja manajer portofolio. (Fabozzi, 1995, Manajemen Investasi Hal 4)

Pada dasarnya investasi dapat digolongkan kedalam beberapa jenis, yaitu berdasarkan aset, pengaruh, ekonomi, menurut sumbernya, sebagai berikut: (Salim dan budi sutrisno, Op. Cit., hlm.36-39)

i. Investasi Berdasarkan Asetnya

Investasi ini merupakan penggolongan investasi dari aspek modal atau kekayaan. Dengan dijadikan 2 jenis:

(8)

ii. Investasi Berdasarkan Pengaruh

Investasi model ini merupakan investasi yang didasarkan pada faktor dan keadaan yang memengaruhi atau tidak berpengaruh dari kegiatan investasi. Ada dua macam investasi yang berpengaruh yaitu :

a. Investasi autonomus (berdiri sendiri) : tidak berpengaruh pada tingkat pendapatan, bersifat spekulatif, misalnya pembelian surat-surat berharga.

b. Investasi Induced (memengaruhi-menyeababkan) : investasi yang dipengaruhi oleh kenaikan permintaan barang dan jasa serta tingkat pendapatan, misalnya penghasilan transitori (penghasilan yang didapat selain dari bekerja), yaitu bunga tabungan dan sebagainya.

iii. Investasi Berdasarkan Sumber Pembiayaan

Investasi model ini didasarkan kepada pembiayaan asal atau asal usul investasi itu memperoleh dana. Ada dua macam dalam investasi ini :

a. Investasi yang bersumber dana dari dalam negeri (PMDN), investornya dari dalam negeri. b. Investasi yang bersumber dana dari modal asing, pembiayaan investasi bersumber dari investor

asing.

iv. Investasi Berdasarkan Bentuk

investasi yang didasarkan pada cara menanamkan investasinya, investasi modal ini juga dibagi kepada dua bentuk yaitu :

a. Investasi langsung dilaksanakan oleh pemiliknya sendiri, seperti membangun pabrik, membangun gedung selaku kontraktor, membeli total, atau mengakuisisi perusahaan.

b. Investasi tidak langsung yang sering disebut dengan investasi portofolio, investasi tidak langsung dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat-surat berharga, seperti saham, obligasi, reksadana, beserta turunannya.

Investasi langsung biasanya dikaitkan dengan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam kegiatan pengelolaan modal. Investasi langsung ini dapat dilakukan dengan mendirikan perusahaan patungan, dengan mitra lokal, melakukan kerjasama operasi tanpa membentuk perusahaan baru, mengonversikan pinjaman menjadi penyertaan mayoritas dalam perusahaan lokal, memberi bantuan tehnis dan manajerial maupun dengan memberikan lisensi.

Investasi tidak langsung pada umumnya merupakan penanaman modal jangka pendek yang mencakup kegiatan transaksi dipasar modal dan pasar uang. Penanaman modal ini disebut dengan penanaman modal jangka pendek karena pada umumnya, jual beli saham dan mata uang dalam jangka waktu yang relatif singkat tergantung pada fluktuasi nilai saham dan mata uang yang hendak mereka jual belikan.

G. Mekanisme Investasi Atau Penanaman Modal

 Istilah Dalam Investasi Atau Penanaman Modal

Mengenai mekanisme atau tata cara penanaman modal diatur dalam keputusan Meninves/Kepala BKPM Nomor 38/SK/1999 tanggal 6 oktober 1999. Pengertian yang berlaku menurut ketentuan tersebut adalah sebagai berikut : (Ibid.,hal.191-195)

1) Permohonan penanaman modal baru adalah permohonan persetujuan penanaman modal baik penanaman modal dalam rangka penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA) serta fasilitasnya yang diajukan oleh calon penanam modal untuk mendirikan dan menjalankan usaha baru.

2) Permohonan perluasan penanaman modal adalah permohonan perluasan atau penambahan modal beserta fasilitasnya untuk menambah kapasitas terpasang yang disetujui dan atau menambah jenis produksi barang atau jasa.

(9)

 Peremajaan atau rehabilitasi yang menggunakan bibit unggul;  Intensifikasi, yaitu meningkatkan produksi tanpa menambah lahan;  Menambah kapasitas produksi unit pengolahan;

 Menambah areal tanaman

 Integrasi usaha dengan usaha industri hulu serta hilir.

4) Restrukturisasi adalah suatu kegiatan untuk mengganti mesin utama (menambah peralatan atau komponen mesin) untuk meningkatkan kualitas atau meningkatkan efisiensi proses produksi tanpa menambah kapasitas.

5) Permohonan perubahan penanaman modal adalah permohonan persetujuan atas perubahan-perubahan ketentuan-ketentuan penanaman modal yang telah ditetapkan dalam persetujuan pananaman modal sebelumnya.

6) Persetujuan PMDN adalah persetujuan penanaman modal dalam negeri beserta fasilitasnya yang berlaku pula sebagai persetujuan prinsip atau izin usaha sementara.

7) Persetujuan PMA adalah persetujuan penanaman modal asing beserta fasilitasnya yang berlaku pula sebagai persetujuan prinsip atau izin usaha sementara.

8) Persetujuan persetujuan perluasan adalah persetujuan penambahan modal beserta fasilitasnya untuk menambah kapasitas terpasang yang disetujui dan atau menambah jenis produksi barang dan jasa. 9) Persetujuan perubahan adalah persetujuan atas perubahan ketentuan-ketentuan penanaman modal

tertentu yang telah ditetapkan dalam persetujuan penanaman modal sebelumnya.

10) Holding adalah perusahaan penyertaan modal penyertaan saham yang dibentuk sebagaimana dimaksut dalam SK Maninves/Kepala BKM Nomor 12/SK/1999 tanggal 8 Juni 1999.

Ini adalah 10 dari 28 mekanisme atau tata cara dalam penanaman modal yang telah diatur tersebut.

H. Membuat Kebijakan Investasi

Langkah pertama dalam proses manajemen investasi adalah membuat pedoman kebijakan untuk memenuhi sasaran investasi. Penetapan kebijakan dimulai dengan keputusan alokasi aktiva/asset. Yaitu, investor harus memutuskan bagaimana dana institusi sebaiknya didistribusikan terhadap kelompok-kelompok aktiva utama yang ada. Kelompok aktiva umumnya meliputi saham, obligasi, real estat, dan sekuritas-sekuritas luar negeri.

Kendala-kendala dari klien dan peraturan yang ada harus di pertimbangkan dalam menetapkan kebijakan investasi. Sebagai missal, klien berkeinginan untuk mempertahankan tingkat diversifikasi dan keamanan tertentu, dan membatasi persentase dana yang diinvestasikan oleh institusi keuangan. Implikasi dari laporan keuangan dan pajak juga harus dipertimbangkan dalam menetapkan kebijakan investasi. (Fabozzi, 1995, Manajemen Investasi Hal 3)

Contoh :

1. Institusi bebas pajak tidak menganggap investasi bebas pajak sebagai sesuatu yang menarik, karena institusi-institusi tersebut sudah memperoleh kebebasan kebebasan dari kewajiban membayar pajak. Di samping itu, hasil dari investasi bebas pajak umumnya tidak tinggi.

Persyaratan pembuatan laporan keuangan mempengaruhi cara yang dipilih investor institusional dalam menetapkan kebijakan investasi. Sayangnya, pertimbangan pelaporan keuangan terkadang menyebabkan institusi menetapkan suatu kebijakan investasi, yang dalam jangka panjang, tidak dapat memberikan keuntungan ekonomi terbaik bagi institusi.

I. Perbandingan Pasar Modal Syari’ah dan Konvensional: Tinjauan Literatur

(10)

Crawton (1994) mendefinisikan ethical investment sebagai pengguna nilai-nilai etika dan kriteria soaial dalam proses seleksi dan manajemen investasi portofolio. Ethical investors tidak hanya peduli pada keuntungan finansial tapi juga karakteristik dari perusahaan yang diinvestasikan. Hal ini meliputi bentuk barang dan jasa yang di produksi, lokasi bisnis, dan cara bagaimana kegiatan perusahaan di operasikan (Wilson, 1997). Lebih lanjut kriteria ethical investment dapat dibagi menjadi dua jenis, positif dan negative. Ethical investment yang negative artinya perusahaan tidak bergerak dalam industry atau sector yang tidak dibolehkan secara moral, seperti tembakau, alcohol, judi atau pornografi. Sedangkan kriteria positif adalah jika perusahaan bersangkutan peduli atau ramah lingkungan dalam kegiatan operasionalnya (Malin, Saadouni, and Briston, 1995; Wilson, 1997). Hal inilah yang kemudian membedakan antara konsep ethical investmentversi Barat dengan syari’ah.

Konsep “green” investment versi Barat dan syari’ah dalam islam memang memiliki dasar filosofis dan kerangka yang berbeda. Namun keduanya memiliki nilai dan norma umum yang saling melengkapi. Artinya, pengembangan green investment yang marak terlebih dahulu dengan system keuangan yang tentunya lebih matang dapat menjadi pelajaran bagi pengembangan investasi syari’ah dan penguatan kelembagaannya. Demikian pula sebaliknya, banyak nilai-nilai dalam syari’ah yang juga diadopsi dan dipahami masyarakat barat yang memandang pentingnya investasi tidak saja dari sisi nilai finansialnya tapi juga dari nilai-nilai imateriil lainnya. (Lestari, 2008,Investasi Syari’ah hal 180-181) J. Kategori Investor

Para investor dalam dunia pasar modal memiliki preferensi (trend) serta karakter yang berbeda satu sama lain, dank arena perbedaan inilah seorang manajer investasi diharuskan memahami dan menganalisis tipikal serta perilaku para investor dalam di dalam aktivitas investasi. Dengan pemahaman dasar tersebut seorang manajer investasi diharapkan dapat memilih dan menyeleksi jenis Efek atau portofolio mana yang paling tepat, sesuai, dan optimal bagi masing-masing investor secara keseluruhan. Untuk dapat mengidentifikasi tipikal investor dapat digunakan model utilitas yang di harapkan (expected utility model) yang menyatakan bahwa, para pemodal memilih suatu kesempatan investasi yang memberikan utilitas yang diharapkan yang tertinggi.

Model utilitas yang diharapkan tersebut menggunakan asumsi terhadap sikap pemodal terhadp risiko. Secara garis besar tipikal investor terbagi menjadi 2 (dua) macam, tipikal yang berani mengambil risiko (risk taker) dan mereka yang tidak berani mengambil risiko (nonrisk taker). Risk taker terbagi lagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:

1. Mereka yang berani mengambil risiko tinggi dengan harapan imbal hasil yang juga relative tinggi (high risk high return).

2. Mereka yang cukup berani mengambil risiko yang moderat dengan imbal hasil yang juga moderat (medium risk medium return).

3. Mereka yang hanya berani mengambil risiko dalam tingkat yang relative rendah dengan imbal hasil yang juga relative rendah (low risk low return)

Dengan ungkapan lain bahwa investor ada yang memiliki sikap yang tidak menyukai risiko (risk neuteral), dan yang suka risiko (risk seeker). Dikatakan bahwa investor yang risk averse cenderung menolak taruhan fair. Pemodal yang risk neuteral cenderung besikap indifference terhadap taruhan yang fair. Dalam konsep investasi pada hakikatnya seluruh investor bersifat risk averse, dikatakan demikian karena tidak ada seorang investor pun yang suka mencari risiko, sehingga dengan asumsi tersebut bahwa terdapat perbedaan antara pemodal (investor) dengan penjudi (gambler). Hal demikian dikarenakan walaupun investor akan menolak taruhan yang fair, sedangkan gambler akan menerima taruhan yang fair. (Husnan, 2001).

K. Risiko Dalam Investasi

(11)

Menurut Tandelilin (2001), dalam analisis tradisional, risiko total dari berbagai asset keuangan bersumber dari:

a. Interest Rate Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return akibat oerubahan tingkat suku bunga. Perubahan tingkat suku bunga ini berpengaruh negative terhadap harga sekuritas.

b. Market Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return karena fluktuasi dalam keseluruhan pasar sehingga berpengaruh kepada semua sekuritas.

c. Inflation Risk. Suatu factor yang mempengaruhi semua sekuritas adalah purchasing power risk. Jika suku bunga naik, maka inflasi juga meningkat, karena lenders membutuhkan tambahan premium inflasi untuk mengganti kerugian purchasing power.

d. Business Risk. Risiko yang ada karena melakukan bisnis pada industry tertentu.

e. Financial Risk. Risiko yang timbul karena penggunaan leverage finansial oleh perusahaan.

f. Liquidity Risk. Risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder tertentu dimana sekuritas di perdagangkan. Suatu nvestasi jika dapat dibeli dan dijual dengan cepat tanpa perubahan harga yang signifikan, maka investasi tersebut dikatan likuid, demikian sebaliknya.

g. Exchange Rate Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return sekuritas karena fluktuasi kurs currency.

h. Country Risk. Risiko ini menyangkut kepada politik suatu Negara sehingga mengarah pada political risk.

Berbeda dengan analisis traditional, analisis investasi modern membagi risiko total menjadi dua bagian, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis (Husnan, 1998). Risiko tidak sistematis adalah risko yang disebabkan oleh factor-faktor pada suatu sekuritas, dan dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Sedangkan risiko sistematis adalah risiko yang disebabkan oleh factor-faktor makro yang mempengaruhi semua sekuritas sehingga tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Karena sebagian risiko dapat dihilangkan dengan diversifikasi, yaitu risiko yang tidak sistematis (unique risk), maka ukuran risiko dari suatu portofolio bukan lagi standar deviasi (risiko total), tetapi hanya risiko sistematis saja, yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Risiko tidak sistematis adalah risiko yang timbul karena factor-faktor mikro yang ada pada perusahaan industry tertentu, sehingga pengaruhnya hanya terbatas pada perusahaan atau industry tersebut. Factor-faktor tersebut antara lain: struktur modal, struktur aktiva, tingkat likuiditas, ukuran perusahaan, serta kondisi dan lingkungan kerja. Sedangkan risiko sistematis yang tercermin dalam beta saham, merupakan risiko yang mempengaruhi semua perusahaan karena dsebabkan oleh factor-faktor yang bersifat makro, seperti kondisi perekonomian, perubahan tingkat suku bunga, inflasi, kebijakan pajak, dan lain-lain. Factor-faktor ini menyebabkan adanya kecenderungan semua saham untuk bergerak bersama, sehingga selalu ada dalam setiap saham.

Pada umumnya seorang investor adalah risk averse. Oleh karena itu, mereka lebih memilih melakukan diversifikasi dalam portofolio investasinya guna mengurangi sebagian risiko yang harus ditanggungnya. Karena risiko tidak sistematis dapat dihilangkan dengan diversifikasi, maka risiko sistematis (beta) menjadi lebih relevan bagi investor.

(12)

Penilaian keberhasilan investasi tidak saja ditentukan oleh tingkat pengembalian yang tinggi sebagaimana terkonsep dalam ekonomi konvensional. Dewasa ini kecenderungan motivasi berinvestasi mulai mengalami pergeseran, dimana investasi tidak saja dipandang sebagai kegiatan yang memberikan kepuasan financial atau tingkat pengembalian yang tinggi, namun juga kepuasan spiritual “kuncoro”. Kecenderungan investasi semacam ini disebut ethical Invesment, yakni investasi yang dapat dipertanggung jawabkan secara sosial, karena menggunakan pertimbangan etika (ethical screening).

(13)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Al-Qur’an, salah satu surat yang menjelaskannya tentang investasi ialah, surah Yusuf 12: ayat 46-49, ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan,bahwa janganlah mengonsumsi semua harta atau kekayaan yang kita punya pada saat kita sedang mendapatkannya, tetapi hendaklah harta yang kita dapatkan kita kembangkan, untuk mempersiapkan keperluan yang tidak kita ketahui atau untuk mempersiapkan masa yang akan datang.

Tiga hal mengapa orang-orang memilih berinvestasi ,yaitu:Untuk mendapatkan hidup yang lebih layak untuk masa yang akan datang, Mengurangi tekanan inflasi,dengan melakukan investasi dalam memilih perusahaan atau objek lain, Dorongan untuk menghemat pajak, dibeberapa negara didunia banyak melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi dimasyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

Perbandingan pasar modal syariah dengan konvensional ialah pada penempatan invetasi pada perusahaannya , kalau syariah perusahaan tidak bergerak dalam industry atau sector yang tidak dibolehkan secara moral, seperti tembakau, alcohol, judi atau pornografi, sedangkan pada konvensional perusahaan bebas pada penempatannya, yang penting perusahaan mendapatkan laba yang memungkinkan untuk dapat besar agar berdampak kepada investor juga.

Adapun beberapa kriteria yang dimiliki oleh para investor yaitu Risk seeking, yaitu mereka yang berani mengambil resiko tinggi dengan harapan imbal hasil yang juga relatif tinggi high risk high return, Risk indifferent, yaitu mereka yang cukup berani mengambil resiko yang moderat dengan imbal hasil yang moderat juga medium risk return, Rusk averse, yaitu mereka yang hanya berani mengambil resiko dalam tingkat yang relatif rendal dengan imbal hasil yang juga relatif rendah. Pada umumnya seorang investor adalah risk averse. Oleh karena itu, mereka lebih memilih melakukan diversifikasi dalam portofolio investasinya guna mengurangi sebagian risiko yang harus ditanggungnya. Karena risiko tidak sistematis dapat dihilangkan dengan diversifikasi, maka risiko sistematis (beta) menjadi lebih relevan bagi investor.

(14)

Daftar Pustaka

Frank J. Fabozzi. 1995. Manajemen Investasi. New Jersey: A Simon and Schuster Company

• Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution. 2008.Investasi Pada Pasar Modal Syari’ah. Jakarta: Kencana

• Esta Lestari, dkk. 2008.Investasi Syari’ah. Yogyakarta: Kreasi Wacana

• Khaerul Umam, S.I.P., M.Ag. 2013. Pasar Modal Syariah dan Praktik Pasar Modal Syariah. Bandung: CV Pustaka Setia

• Prof. Dr. H. Abdul mananan, S.H., S.IP., M. Hum. Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariáh Indonesia.

• Ana Rokhmatussa’dyah, S.H., M.H.& Suratman. S.H., M.Hum. Hukum Investasi & Pasar Modal

• Iggi H. Achsien. Investasi Syari’ah di Pasar Modal

• Heri Sudarsono. Konsep Ekonomi Islam suatu pengantar.

• Nafis Irkhami. Analisis Resiko dalam Invetasi Islam. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=180810&val=6213&title=Analis is%20Risiko%20dalam%20Investasi%20Islam

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Kuangan Nomor 2/1/KEP.PPATK/2004 tentang Pedoman Laporan Transaksi Keuangan Tunai dan Tata Cara Pelaporannya bagi Penyedia

Apa kendala dan solusi yang dapat dilakukan oleh pihak Polda Jawa Timur dalam implementasi penyidikan tindak pidana cyber crime berkaitan dengan penjualan barang yang tidak

Keuntungan yang didapatkan dari penggunaan mesin penggiling dan penyangrai adalah penghematan penggunaan energi, waktu lebih cepat sehingga biaya produksi berkurang dengan

Apabila debitur atau pemberi fidusia cidera janji, dengan Sertipikat Jaminan Fidusia bagi kreditur selaku penerima fidusia akan mempermudah dalam pelaksanaan eksekusi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa, Terdapat 10 titik longsor yang tersebar di Kabupaten Gorontalo Utara dan terjadi di Desa Putiana, Desa Ilangata, Desa

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka d apat d iberikan s aran b ahwa u ntuk meningkatkan efisiensi dari sistem Waste Heat Boiler diperlukan pe ngontrolan pa da pe

Penelitian lain yang dilakukan oleh Dienillah dan Anggraeni (2016) pada negara- negara di kawasan Asia menunjukkan adanya korelasi negatif antara keuangan inklusif dan

Kerja sama dengan ormas.