• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY R

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY R"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kebidanan di STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap

Imung Hidayati 206.112.077

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

(2)
(3)
(4)

iv

Bersungguh-sungguhlah engkau dalam menuntut ilmu, jauhilah kemalasan dan

kebosanan karena jika tidak demikian engkau akann berada dalam bahaya

kesesatan (Imam Al-Ghazali)

Hati yang bersih akan peka terhadap pengetahuan, apapun yang dilihat, didengar,

dirasakan jadi samudra pengetahuan yang membuatnya semakin bijak, arif, dan pas

saat menyikapi hidup ini (Aa Gym)

Jika ada orang berilmu tapi masih suka menjatuhkan orang lain di depan umum

untuk menunjukan dirinya lebih pintar, dia bukanlah orang berilmu yang bijak

(5)

v

Karya tulis ilmiah ini merupakan hasil perjuangan dan doa restu berbagai

pihak yang sepenuhnya mendukung, memotivasi, dan membimbingku. Untuk itu

karya ini penulis persembahkan untuk semua pihak yang penulis sayangi, mulai dari

Tuhan dan Rasul yang selalu di hati, orang tua, saudara, pembimbing, sahabat,

teman, dan semua orang disekitarku.

(6)

vi Imung Hidayati

Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Preeklampsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap Tahun 2015

xv + 113 Halaman + 19 Tabel + 1 Bagan + 7 Lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang : Salah satu penyebab AKI adalah komplikasi persalinan. Komplikasi masa persalinan terbanyak disebabkan salah satunya karena preeklamsia atau eklamsia. Di Indonesia preeklampsia atau eklampsia mendominasi penyebab tingginya AKI sebesar 15 % selain dua penyebab lainnya, yaitu perdarahan pasca melahirkan dan infeksi, data rekam medik RSUD Cilacap menunjukkan bahwa jumlah ibu bersalin dengan preeklampsi berat tahun 2014 sebanyak 179 orang, dan dari angka tersebut menyumbangkan 2 AKI di Kabupaten Cilacap.

Tujuan Penelitian : Dapat mengetahui, mempelajari dan mengaplikasikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny R usia 19 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39+2 minggu dengan Preeklampsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015

Metode Penelitian : Menggunakan metode observasional deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Pasien adalah ibu bersalin dengan preeklampsi berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap sejumlah 1 orang.

Hasil Penelitian :Asuhan Kebidanan pada Ibu BersalinNy R usia 19 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39+2 minggu dengan Preeklampsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan, yaitu pada saat pertolongan persalinan kala II, dimana Ny. R dilakukan episiotomi tanpa diberikan anestesi lokal terlebih dahulu, serta Ny. R dilakukan pertolongan persalinan secara spontan.

Simpulan :Asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny R adalah keadaan ibu baik tidak terjadi hal-hal yang menjadi komplikasi baik ibu maupun janin. Saran : Bagi RSUD Cilacap, pertahankan pelayanan yang sudah ada karena pelayanan yang diberikan kepada pasien sudah baik, sudah sesuai dengan teori, dan sesuai dengan SOP RSUD Cilacap.

(7)

vii

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) sebagai rangkaian proses belajar di Program Diploma III Kebidanan

STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap dengan judul “ ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY R USIA 19 TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN 39+2 MINGGU DENGAN PREEKLAMPSI BERAT DI RUANG

TERATAI RSUD CILACAP TAHUN 2015”. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Sarwa, AMK. S. Pd. M.Kes., selaku Ketua STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

2. Dr. H. Nono Rasino, Sp OG,(K) selaku direktur RSUD Cilacap yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian

3. Yogi Andhi Lestari, M.Keb., selaku Kaprodi Kebidanan STIKES Al-Irsyad

Al-Islamiyyah Cilacap

4. Susanti, M. Keb selaku pembimbing I

5. Amir Rofingah, Amd. Keb selaku pembimbing II

6. Seluruh dosen STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap yang telah membantu dalam penyusunan KTI ini

(8)

viii

penulis sebutkan satu per satu, sehingga penulis dapat menyelesaikan KTI ini. Selanjutnya penulis menyadari bahwa apa yang telah penulis susun dalam

KTI ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran dalam penyusunan KTI ini.

Cilacap, Juni 2015

(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Teori Medis ... 8

a. Persalinan ... 8

(10)

x

5) Kala Persalinan... 11

b. Preeklampsi Berat (PEB) ... 15

1) Pengertian... 15

2) Etiologi ... 16

3) Patofisiologi ... 18

4) Tanda dan Gejala... 21

5) Diagnosis ... 22

6) Komplikasi ... 24

7) Pembagian PEB... 25

8) Pentalaksanaan ... 26

2. Teori Manajemen Kebidanan ... 32

a. Pengertian... 32

b. Langkah Manajemen Kebidanan... 33

c. Follow Up Data Perkembangan ... 39

B. Kerangka Teori ... 41

BAB III METODE PENGAMBILAN DATA DAN MANAJEMEN KEBIDANAN A. Metode Pengambilan Data ... 42

1. Jenis Penelitian ... 42

(11)

xi

6. Analisis Data ... 45

7. Etika Penelitian... 45

B. Manajemen Kebidanan... 46

1. Pengkajian ... 46

2. Interpretasi Data Dasar ... 62

3. Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial ... 63

4. Identifikasi Kebutuhan Segera ... 63

5. Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh ... 64

6. Pelaksanaan ... 66

7. Evaluasi ... 66

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus ... 67

1. Pengkajian ... 67

2. Interpretasi Data Dasar... 79

3. Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial ... 82

4. Identifikasi Kebutuhan Segera ... 82

5. Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh ... 82

6. Pelaksanaan ... 83

7. Evaluasi... 85

(12)

xii

B. Pembahasan ... 102

1. Pengkajian ... 103

2. Interpretasi Data Dasar ... 105

3. Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial... 106

4. Identifikasi Kebutuhan Segera ... 107

5. Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh ... 108

6. Pelaksanaan ... 112

7. Evaluasi ... 112

BAB V PENUTUP A. Simpulan... 113

B. Saran ... 115

(13)

xiii

Tabel 2.1 Perbedaan Pembukaan Serviks ... 13

Tabel 2.2 Perbedaan Lama Persalinan ... 14

Tabel 2.3 Faktor Risiko dan Perkiraan Peningkatan Risiko... 17

Tabel 2.4 Cara Pemberian Dosis Awal ... 30

Tabel 2.5 Cara Pemberian Dosis Rumatan... 30

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Hematologi ... 77

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Urin... 77

Tabel 4.3 Program terapi yang diberikan ... 78

Tabel 4.4 Pemantauan Balance Cairan tanggal 10 April 2015 ... 86

Tabel 4.5 Pemantauan Balance Cairan tanggal 11 April 2015 ... 86

Tabel 4.6 Pemantauan Balance Cairan tanggal 12 April 2015 ... 87

Tabel 4.7 Program Manajemen PEB... 87

Tabel 4.8 Program Terminasi Kehamilan ... 88

Tabel 4.9 Pemberian Obat Antihipertensi ... 88

Tabel 4.10 Evaluasi Kemajuan Persalinan ... 89

Tabel 4.11 Pemeriksaan Fisik Tanggal 10 April 2015... 89

Tabel 4.12 Pemeriksaan Fisik Tanggal 11 April 2015... 89

Tabel 4.13 Pemeriksaan Fisik Kala I ... 93

(14)

xiv

(15)

xv Lampiran 2 Kegiatan Bimbingan Pembimbing 1 Lampiran 3 Kegiatan Bimbingan Pembimbing 2

Lampiran 4 Surat persetujuan pasien (Informed Consent) Lampiran 5 Lembar pemantauan partograf

Lampiran 6 Format Manajemen Kebidanan Varney pada Ibu Bersalin

(16)

A. Latar Belakang

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),

lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. ( Hidayat 2010, h. 1)

Persalinan normal seperti yang disebutkan di atas dapat menjadi persalinan patologi jika dalam proses persalinan disertai dengan adanya komplikasi. Komplikasi persalinan adalah kondisi dimana nyawa ibu dan atau

janin yang ia kandung terancam yang disebabkan oleh gangguan langsung saat persalinan. Salah satu komplikasi persalinan yang mungkin terjadi adalah

preeklampsi-eklampsia. (Sarimawar 2011, h. 1)

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) yang berkaitan dengan kehamilan,

persalinan, dan nifas sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga

(Depkes RI 2013, h. 71). AKI Provinsi Jawa Tengah juga masih tinggi. Berdasarkan laporan dari Kabupaten/ Kota tahun 2012 sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada

(17)

hamil sebesar 24,74%, dan pada waktu persalinan sebesar 17,33% (Dinkes Jawa Tengah 2012, hh. 13-14).

Di wilayah Kabupaten Cilacap, kasus kematian ibu pada tahun 2013

sebanyak 34 jiwa, yang terdiri dari kematian ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas. Dari jumlah kematian tersebut, diketahui bahwa kematian ibu banyak terjadi pada ibu usia antara 20 tahun sampai dengan usia 34 tahun, sebanyak

19 jiwa, atau sebesar 55,88 % dari jumlah kematian ibu, sedangkan berdasarkan penyebab kematian terbanyak terjadi pada kematian ibu nifas,

sebanyak 22 jiwa atau sebesar 64, 70 % dari jumlah 34 kematian ibu. Adapun AKI tahun 2013 sebesar 115 per 100.000 Kelahiran Hidup. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, maka AKI mengalami peningkatan sebesar 3,8 %. (DKK

Cilacap Tahun 2013, hh 15-16)

Salah satu penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan (25 %),

preeklampsi/ atau eklampsia (15 %), infeksi (15 %), partus lama/ atau macet dan abortus (Buku PONEK 2008, h. 2). Dalam buku profil kesehatan Indonesia tahun 2013 juga disebutkan bahwa kematian ibu di Indonesia tetap

di dominasi oleh 3 penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Proporsi ketiga penyebab kematian ibu

telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat. Lebih dari 30 % kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh HDK (Depkes RI 2013, h.

(18)

muncul di trimester kedua kehamilan yang selalu pulih di periode postnatal. (Robson 2011, h. 23)

Terdapat banyak faktor risiko yang merupakan predisposisi terjadinya

preeklamsi. Faktor-faktor risiko terjadinya preeklamsi antara lain: kehamilan pertama, riwayat komponen genetik preeklampsi pada keluarga, riwayat preeklampsi sebelumnya, indeks masa tubuh sama dengan atau lebih dari 35

saat kunjungan antenatal pertama, kehamilan kembar, mola hidatidosa, penyakit ginjal, hipertensi kronik, diabetes mellitus, penyakit kolagen

vascular, isoimunisasi rhesus, usia ekstrem (dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun), dan perubahan parternitas (peran perlindungan pajanan antigen

sebelumnya). (Wodward 2011, h. 42)

Pentingnya asuhan atau tindakan penatalaksanaan yang cepat, benar, dan tepat pada pasien preeklampsi berat (PEB) adalah untuk mencegah terjadinya

eklampsi, hendaknya janin lahir hidup, serta trauma pada janin terjadi seminimal mungkin, sehingga AKI dan angka kematian bayi (AKB) karena

adanya komplikasi PEB dapat diturunkan. (Sofian 2011, h. 145)

Berdasarkan survei wawancara yang telah dilakukan di Ruang Teratai RSUD Cilacap dengan salah satu bidan di ruangan tersebut, didapatkan data

bahwa selama ini pengelolaan pasien ibu bersalin dengan PEB selalu dikelola sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan oleh

(19)

anamnesa, melakukan persetujuan tindakan medis, melakukan cuci tangan, melakukan pemeriksaan fisik dan laborat, memasang infus dan kateter, kolaborasi dengan dokter, memberitahu pasien dan keluarga tentang kondisi

pasien dan instruksi dokter, melakukan persetujuan tindakan medis, menyiapkan alat dan obat-obatan penanganan PEB (infuse pump, cairan

Ringer Laktat 500 ml, dan MgSo4 40%), cuci tangan, melakukan tindakan manajemen PEB, membereskan alat-alat dan cuci tangan serta membuat dokumentasi dalam rekam medik pasien. (Standar pelayanan medis Obstetri

Ginekologi BLUD RSUD Cilacap 2011)

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah peneliti lakukan di Ruang Rekam Medik pada tanggal 28 Januari 2015, angka kejadian Preeklamsi Berat

di RSUD Cilacap tahun 2013 sebanyak 203 kasus, pada tahun 2014 yaitu sebanyak 179 kasus. Jika dilihat dari angka tersebut, kejadian PEB pada tahun

2014 mengalami penurunan. Akan tetapi, kejadian PEB pada tahun 2013 tidak menyumbangkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Cilacap, sedangkan pada tahun 2014 kejadian PEB menyumbangkan 2 AKI di

Kabupaten Cilacap. (Catatan Rekam Medik RSUD Cilacap Tahun 2013-2014)

Berdasarkan data dan fenomena diatas, penulis tertarik untuk mengkaji

permasalahan tersebut dengan memaparkan dalam sebuah Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny.R Umur 19 Tahun G1P0A0Umur Kehamilan 39+2Minggu dengan Preeklamsi Berat di

(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan alasan yang telah diuraikan diatas, rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Ibu

Bersalin dengan Preeklamsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015?”.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Diharapkan peneliti mampu mempelajari atau mengobservasi Asuhan

Kebidanan pada kasus ibu bersalin dengan Preeklamsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015 dengan pendekatan manajemen kebidanan menurut varney.

2. Tujuan khusus

a. Dapat mengobservasi tentang pengkajian klien pada kasus ibu bersalin

dengan Preeklamsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015. b. Dapat menganalisa dan menginterpretasi data klien untuk menentukan

diagnosa pada kasus ibu bersalin dengan Preeklamsi Berat di Ruang

Teratai RSUD Cilacap tahun 2015.

c. Dapat menentukan diagnosa potensial dan mengantisipasi

kemungkinan yang terjadi pada kasus ibu bersalin dengan Preeklamsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015.

d. Dapat melaksanakan tindakan segera pada kasus ibu bersalin dengan

(21)

e. Dapat membuat rencana tindakan asuhan kebidanan pada kasus ibu bersalin dengan Preeklamsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015.

f. Dapat melaksanakan tindakan yang telah disusun pada kasus ibu bersalin dengan Preeklamsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap

tahun 2015.

g. Dapat mengevaluasi asuhan yang diberikan pada kasus ibu bersalin dengan Preeklamsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015.

h. Dapat mendokumentasikan asuhan kebidanan pada kasus ibu bersalin dengan Preeklamsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Menambah wacana dan mengembangkan ilmu pengetahuan,

memberikan asuhan kebidanan pada klien dengan pendekatan manajemen varney pada ibu bersalin dengan preeklamsi berat.

2. Secara Praktis a. Bagi Pasien

Untuk menambah wawasan atau pengetahuan mengenai

preeklamsi berat, serta mendeteksi secara dini. b. Bagi Rumah Sakit

(22)

c. Bagi STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Dapat menambah kepustakaan dan wacana khususnya tentang ibu bersalin dengan preeklamsi berat.

d. Bagi Bidan

Dapat sebagai masukan untuk melaksanakan asuhan kebidanan

pada ibu bersalin dengan preeklamsi berat dan pertimbangan bagi profesi bidan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan. e. Bagi Peneliti

(23)

A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Medis

a. Persalinan

1) Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks

dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. ( Hidayat 2010, h. 1)

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. ( APN 2008, h. 37) 2) Teori terjadinya persalinan

Menurut Amru Sofian (2011, hh. 69-70) apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang

(24)

a) Teori penurunan hormon: 1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim.

Karena itu, akan terjadi kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan his jika kadar progesteron turun.

b) Teori plasenta menjadi tua: penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron ssehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal tersebut

akan menimbulkan kontraksi rahim.

c) Teori distensi rahim: rahim yang menjadi besar dan meregang

menyebabkan iskemia otot-otot rahim.

d) Teori iritasi mekanik: dibelakang serviks, terletaak ganglion servikale (pleksus Frankenhhauser). Apabila ganglion tersebut

digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.

e) Induksi partus (induction of labour). Partus dapat ditimbulkan dengan:

(1) Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukan dalam

kanalis servisis dengan tujuan merangsang pleksus Frankenhauser.

(2) Amniotomi: pemecahan ketuban.

(25)

3) Tanda- tanda persalinan

Menurut Sofian (2011, h. 70) tanda permulaan persalinan dan tanda-tanda inpartu adalah sebagai berikut.

a) Tanda permulaan persalinan

(1) Lightening atau setting atau dropping, yaitu kepala turun

memasuki pintu atas panggul, terutama pada primigravida. Pada multipara hal tersebut tidak begitu jelas.

(2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

(3) Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

(4) Perasaan nyeri diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut “falselabor poins”.

(5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah, mungkin bercampur darah (bloody show).

b) Tanda- tanda inpartu

(1) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teraatur.

(2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.

(3) Kadang- kadang ketuban pecah dengan sendirinya

(26)

Tanda dan gejala inpartu termasuk: (1) Penipisan dan pembukaan serviks

(2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (

frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)

(3) Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina.

(APN 2008, h. 37)

4) Faktor- faktor yang berperan dalam persalinan menurut Sofian 2011, yaitu:

a) Kekuatan mendorong janin keluar (power) (1) His (kontraksi uterus)

(2) Kontraksi otot-otot dinding perut (3) Kontraksi diafragma, dan

(4) Ligamentous action, terutama ligamentum rotundum

b) Faktor janin c) Faktor jalan lahir

Pada waktu partus, akan terjadi perubahan-perubahan pada uterus, serviks, vagina dan dasar panggul.

5) Kala persalinan

Proses persalinan menurut Sofian (2011, hh. 71-73) terdiri dari 4 kala, yaitu:

(27)

Kala II : kala pengeluaran janin, sewaktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan mendorong janin keluar hingga lahir.

Kala III : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri. Kala IV : mulai dari lahirnya uri, sampai 1-2 jam.

a) Kala I (Kala Pembukaan)

Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show) karena serviks mulai membuka

(dilatasi) dan mulai mendatar (effacement).

Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler disekitar

kanalis servisis akibat pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.

Kala pembukaan dibagi 2 fase:

(1) Fase laten

Pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai

pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam. (2) Fase aktif

Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase.

(a) Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan 3cm menjadi 4 cm.

(28)

(c) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm (lengkap).

Dalam buku-buku proses membukanya serviks disebut dengan

berbagai istilah: melembek (softening), menipis (thinned out), terobliterasi (oblitarted), mendatar dan tertarik keatas (effaced and

taken up), dan membuka (dilatation).

Tabel 2.1 Perbedaan pembukaan serviks (Sofian 2011, h. 71)

Primi Multi

Serviks mendatar (effacement) dulu, baru berdilatasi.

Berlangsung 13-14 jam.

Mendatar dan membuka dapat terjadi bersamaan.

Berlangsung 6-7 jam

b) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat,

dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan

rasa mengejan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti ingin buang air besar, dengan tanda anus terbuka.

Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala

(29)

c) Kala III (Kala Pengeluaran Uri)

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi

plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri.

Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina, dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses

biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

d) Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi lahir dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap

bahaya perdarahan postpartum. Lamanya persalinan pada primi dan multi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.2 Perbedaan lama persalinan (Sofian 2011, h. 73)

Primi Multi

Kala I 13 jam 7 jam

Kala II 1 jam jam

Kala III jam jam

(30)

b. Preeklampsi Berat (PEB) 1) Pengertian

Preeklampsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu

kehamilan disertai dengan proteinuria. (Prawirohardjo 2009, h. 531)

Preeklampsi adalah gangguan multisystem dengan etiologi kompleks yang khusus terjadi selama kehamilan. Preeklampsi biasanya didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah dan

proteinuria yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. (Bothamley 2011, hh. 192-193)

Preeklampsi atau toksemia preeklamatik (pre-eclamptic toxaemia, PET) adalah sindrom yang ditandai dengan hipertensi

dan proteinuria yang baru muncul di trimester kedua kehamilan

yang selalu pulih di periode postnatal. (Robson 2011, h. 23) Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang

ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih. (Nugroho 2010, h. 133)

Preeklampsi berat adalah patologi kehamilan yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria yang terjadi setelah umur

(31)

2) Etiologi

Bothamley (2011, h. 194) mengemukakan bahwa faktor risiko preeklampsi adalah sebagai berikut.

a) Primigravida atau > 10 tahun sejak kelahiran terakhir b) Kehamilan pertama dengan pasangan baru

c) Riwayat preeklampsia sebelumnya

d) Riwayat keluarga dengan preeklampsia, khususnya pada ibu atau saudara perempuan (baik wanita hamil atau pasangannya)

e) Kehamilan kembar

f) Kondisi medis tertentu seperti hipertensi esensial, penyakit

ginjal, diabetes

g) Adanya proteinuria saat mendaftar untuk pemeriksaan ( > 1 + pada lebih dari satu pemeriksaan atau > 0,3 g/ 24 jam)

h) Umur≥ 40 tahun i) Obesitas (IMT > 35)

j) IVF (fertilisasi in vivo)

Menurut Prawirohardjo (2009, h. 532), terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat

dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut. a) Primigravida, primipaternitas

b) Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar

(32)

d) Riwayat keluarga pernah preeklampsia/ eklampsia

e) Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil

f) Obesitas

Robson (2011, hh. 32-33), dalam bukunya disebutkan bahwa

terdapat banyak faktor risiko yang mempredisposisi terjadinya preeklampsi. Berikut adalah daftar faktor risiko disertai dengan

perkiraan peningkatan risiko.

Tabel 2.3 Faktor risiko dan perkiraan peningkatan risiko (Robson, 2011)

Faktor Risiko Perkiraan Peningkatan Risiko Sindrom antifosfolipid Meningkat 9 kali lipat

Pernah mengalami preeklampsi

Meningkat 7 kali lipat

Telah menderita diabetes Meningkat 3, 5 kali lipat Kehamilan kembar Meningkat 3 kali lipat

Nuliparitas Meningkat 3 kali lipat Riwayat keluarga Meningkat 3 kali lipat Peningkatan IMT sebelum

kehamilan

Meningkat 2, 5 kali lipat

Peningkatan IMT saat pemeriksaan antenatal

Meningkat 1, 5 kali lipat

Usia lebih dari 40 tahun Meningkat 2 kali lipat Peningkatan tekanan darah

diastolic ( >80 mmHg)

Meningkat 1, 5 kali lipat

Faktor risiko preeklampsi menurut Wodward (2011, h. 42)

adalah sebagai berikut.

a) Kehamilan pertama

(33)

c) Riwayat preeklampsi sebelumnya

d) Indeks masa tubuh sama dengan atau lebih dari 35 saat kunjungan antenatal pertama

e) Kehamilan kembar f) Mola hidatidosa

g) Penyakit ginjal h) Hipertensi kronik i) Diabetes mellitus

j) Penyakit kolagen vascular k) Isoimunisasi rhesus

l) Usia ekstrem (dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun)

m) Perubahan parternitas (peran perlindungan pajanan antigen sebelumnya).

3) Patofisiologi

Pada preeklampsi terjadi spasme pembuluh darah disertai

dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel

darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk

(34)

Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.

Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerolus.

Perubahan pada organ-organ ibu hamil dengan preeklampsi berat (PEB) adalah sebagai berikut.

a) Otak

Pada preeklampsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas normal. Pada eklampsi, retensi pembuluh

darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat

terjadi perdarahan. b) Plasenta dan rahim

Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dank arena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada

preeklampsi – eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya terhadap rangsang, sehingga terjadi

(35)

c) Ginjal

Filtrasi glomerolus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui

glomerolus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerolus dapat turun sampai 50 %

dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.

d) Paru-paru

Kematian ibu pada preeklampsi – eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru yang menimbulkan dekompensasi

kordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi pneumonia, atau abses paru.

e) Mata

Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal tersebut, maka harus dicurigai

terjadinya preeklampsi berat. Pada preeklampsi dapat terjadi ablasio retina yang diisebabkan edema intraokuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi

kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukan tanda preeklampsi berat yang mengarah pada eklampsi adalah adanya

(36)

f) Keseimbangan air dan elektrolit

Pada preeklampsi ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata pada metabolisme air, elektrolit, kristaloid, dan

protein serum. Jadi tidak terjadi gangguan keseimbangan elektrolit, gula darah, kadar natrium bikarbonat, dan pH darah

berada pada batas normal. Pada preeklampsi berat dan eklampsi, kadar gula darah naik sementara, asam laktat dan asam organik lainnya naik, sehingga cadangan alkali akan

turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi, dan

dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk natrium bikarbonat. Dengan demikian cadangan alkali dapat pulih normal. (Sofian 2011, h. 144)

4) Tanda dan gejala

Bothamley (2011, h. 199) dalam bukunya, menerangkan

bahwa kemungkinan tanda dan gejala preeklampsi adalah sebagai berikut.

a) Sakit kepala

b) Gangguan penglihatan c) Nyeri epigastrik

d) Muntah

e) Penurunan gerakan janin

(37)

Tanda dan gejala preeklampsi menurut Dutton (2011, h. 349) adalah sebagai berikut ini

a) Hipertensi (sistolik >160 dan/ atau diastolik > 110) dengan

proteinuri (terkait > 5 g/dl)

b) Sakit kepala yang tidak membaik setelah pemberian analgesik

c) Nyeri di kuadran kanan atas d) Perubahan penglihatan 5) Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan

a) Gambaran klinik; pertambahan berat badan yang berlebihan,

edema, hipertensi, dan timbul proteinuria.

Gejala subjektif; sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium, gangguan visus: penglihatan kabur, skotoma,

diplopia; mual dan muntah, refleks meningkat, dan tidak tenang.

b) Pemeriksaan; tekanan darah tinggi, refleks meningkat, dan proteinuria pada pemeriksaan laboratorium. (Sofian 2011, h. 145)

Dutton (2011, h. 350), mengemukakan bahwa diagnosis preeklampsi adalah sebagai berikut

a) Hipertensi

(38)

Nugroho (2010, h. 134) menerangkan dalam bukunya bahwa kriteria diagnostik preeklampsi berat (PEB) ditandai oleh salah satu hal di bawah ini:

a) Tekanan darah sistolik lebih atau sama 160 mmHg atau diastolik lebih atau sama 110 mmHg, tekanan darah ini tidak

menurun meski ibu hamil sudah rawat baring di rumah sakit. b) Proteinuria 5 gram atau lebih per 24 jam atau kualitatif positif 3

atau 4

c) Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc per 24 jam disertai dengan kenaikan kreatinin plasma

d) Gangguan visus dan serebral

e) Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas abdomen f) Edema paru, syanosis

g) Pertumbuhan janin intrauterine terhambat

h) Adanya HELLP Sydrome (Hemolisis, Elelevated liver function

test and Low Platelet count)

Preeklampsi digolongkan preeklampsi berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut.

a) Tekanan darah sistolik≥ 160 mmHg dan tekanan darah distolik ≥110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu

(39)

b) Proteinuria ≥ 5 gr/ 24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif

c) Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/ 24 jam

d) Kenaikan kadar kreatinin plasma

e) Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri

kepala, skotoma dan pandangan kabur

f) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula Glisson)

g) Edema paru-paru dan sianosis h) Hemolisis mikroangiopatik

i) Trombositopenia berat: < 100.000 sel/ mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat

j) Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan

kadar alanin dan aspartate aminotransferase k) Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat

l) Sindrom HELLP (Prawirohardjo 2009, h. 545) 6) Komplikasi

Robson (2011, h. 32), dalam bukunya disebutkan bahwa

terdapat beragam komplikasi preeklampsi antara lain:

a) Bagi ibu: abrupsio plasenta, sindrom HELLP (Haemolysis,

Elevated Liver enzymes, Low Pletelet count), koagulasi

(40)

eklampsia (kejang grand mal pada preeklampsia), dan bahkan kematian.

b) Bagi janin: keterbatasan pertumbuhan intrauteri dan janin lahir

prematur.

Kemungkinan krisis yang terjadi akbibat proses preeklampsi

menurut Wodward (2011, h. 47) yaitu:

a) Bagi ibu: eklampsia, perdarahan otak, sindrom HELLP, ruptur/ infark hati, solusio plasenta, Koagulasi intravaskular

Diseminata (KID), kerusakan ginjal, dan Edema paru/ adult respitaratory distress syndrome (ARDS)

b) Bagi janin: pertumbuhan janin terhambat, kematian janin intrauteri, dan Kematian perinatal

7) Pembagian preeklampsi berat (PEB)

Menurut Prawirohardjo (2009, h. 545) preeklampsi berat (PEB) dibagi menjadi:

1) Preeklampsi berat tanpa impending eklamsia 2) Preeklampsi berat dengan impending eklamsia

Disebut impending eklamsi bila preeklampsi berat disertai

gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan

(41)

8) Penatalaksanaan a) Pencegahan

(1) Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti,

mengenali tanda-tanda sedini mungkin (preeklampsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya

penyakit tidak menjadi lebih berat.

(2) Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsi kalau ada faktor-faktor predisposisi

(3) Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diit cukup protein,

rendah karbohidrat, lemak, dan garam secukupnya, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.

b) Penanganan

Tujuan utama penanganan adalah:

(1) Untuk mencegah terjadinya preeklampsi dan eklampsi

(2) Hendaknya janin lahir hidup

(3) Trauma pada janin seminimal mungkin. (Sofian 2011, h. 145)

Tujuan utama perawatan preeklampsi menurut Prawirohardjo (2009, h. 543) yaitu untuk mencegah kejang,

(42)

c) Strategi

Pedoman terbaru dari The Royal College Of Obstetricians dan Gynaecologists (RCOG) (2011) menganjurkan:

(1) Pedoman lokal dan atau regional harus dibentuk untuk penatalaksanaan preeklampsi berat dan eklampsia

(2) Pengkajian tekanan darah dan proteinuria secara cermat dibutuhkan serta pertimbangan tentang potensi terserangnya organ lain termasuk unit feto-plasental (untuk

pengukuran tekanan darah dan pengukuran proteinuria lihat bagian hipertensi kronis)

(3) Pemantauan tekanan darah dan keseimbangan cairan perlu dilakukan secara intensif, begitu juga pemeriksaan darah secara teratur untuk mengetahui perubahan HELLP

(4) Janin dilahirkan tergantung pada stabilitas ibu

(5) Masalah yang terkait dengan pelahiran telah didiskusikan

pada bagian preeklampsi dan kejang eklamtik tidak mengharuskan pelahiran lebih awal

(6) Preeklampsi awitan awal yang berat dapat ditangani secara

konservatif untuk menunda pelahiran sampai janin matur. Tindakan ini memerlukan rawat inap di unit yang memiliki

(43)

berhubungan dengan respirasi neonatus. (Robson 2011, h. 36)

Dalam standar operasional prosedur (SOP) RSUD Cilacap

tahun 2011 alur proses penanganan preeklampsi berat adalah sebagai berikut.

(1) Memberi salam sapa dengan senyum ramah dan sopan (2) Melakukan anamnesa kebidanan

(3) Melakukan persetujuan tindakan medis

(4) Melakukan cuci tangan

(5) Melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang laborat

(6) Memasang infus dan kateter (7) Kolaborasi dengan dokter

(8) Memberitahu pasien dan keluarga tentang kondisi pasien

dan instruksi dokter

(9) Melakukan persetujuan tindakan medis

(10) Menyiapkan alat dan obat-obatan penanganan PEB (a) Infus pump

(b) Cairan Ringer Laktat (RL) 500 ml

(c) MgSo440%

1. 4 gr dicairkan 10 cc aquabidest untuk dosis awal

secara IV pelan

(44)

(11) Cuci tangan

(12) Melakukan tindakan manajemen PEB

(13) Melakukan pertolongan persalinan spontan pada

persalinan kala II jika ibu mempunyai kekuatan mendorong janin keluar (power), pembukaan lengkap, his

adekuat, kepala janin sudah turun di Hodge III-IV, dan denyut jantung janin stabil (120-160 x/ menit).

(14) Melakukan pertolongan persalinan buatan dengan Vakum

Ekstraksi (VE) pada kala II jika syarat- syarat VE terpenuhi. Syarat- syarat VE meliputi presentasi belakang

kepala, janin cukup bulan, pembukaan lengkap, kepala di Hodge III-IV, serta ibu tidak mempunyai kekuatan mendorong janin keluar (power).

(15) Melakukan pertolongan persalinan buatan dengan Sectio Caesarea (SC) pada kala II jika keadaan ibu dan janin

memburuk serta usia kehamilan belum cukup bulan. (16) Membereskan alat-alat dan cuci tangan

(17) Membuat dokumentasi dalam rekam medik pasien.

Tatalaksana umum preeklampsi berdasarkan Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitaas Kesehatan Dasar dan

Rujukan (2013, hh. 112-113) adalah sebagai berikut.

(45)

(2) Pencegahan dan tatalaksana kejang:

(a) Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), dan sirkulasi (cairan intravena)

(b) MgSo4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia (sebagai tatalaksana kejang) dan preeklampsi

berat (sebagai pencegahan kejang). Cara pemberiannya adalah sebagai berikut:

Cara pemberian MgSo4

1. Berikan dosis awal 4 gr MgSo4 sesuai prosedur untuk mencegah kejang atau kejang berulang.

Tabel 2. 4 Cara pemberian dosis awal (Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan 2013, h. 113)

Cara pemberian dosis awal

a. Ambil 4 gr larutan MgSo4 (10 ml larutan MgSo4 40 %) dan larutkan dengan 10 ml akuabides

b. Berikan larutan tersebut secara perlahan IV selama 15-20 menit

(46)

Tabel 2. 4 Cara pemberian dosis rumatan (Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan 2013, h. 113)

Cara pemberian dosis rumatan Ambil 6 gr MgSo4 (15 ml larutan MgSo4 40%) dan larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/ Ringer Asetat, lalu berikan secara IV dengan kecepatan 28 tetes/ menit selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir (bila eklampsia)

Syarat pemberian MgSo4: a. Tersedia Kalsium Glukonas 10%

b. Ada reflek patella

c. Jumlah urine minimal 0,5ml/ kg BB/ Jam

d. Jumlah frekuensi pernapasan >16 x/ menit 3. Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi

tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan,

reflek patella dan jumlah urin.

4. Bila frekuensi pernapasan <16 x permenit, dan atau

tidak didapatkan reflek tendon patella, dan atau terdapat oliguria (produksi urin <0,5ml/ kg BB/ Jam), segera hentikan pemberian MgSo4

5. Jika terjadi depresi napas, berikan Kalsium Glukonas 1 gr IV (10ml larutan 10%) bolus dalam

10 menit.

(47)

preeklampsi. Apabila terjadi eklampsia lakukan penilaian awal dan lakukan tatalaksana kegawatdaruratan. Berikan kembali MgSo4 40 % 2

gr (5 ml) IV perlahan (15-20 menit) yang diencerkan dengan aquabidest 5ml. Bila setelah

pemberian MgSo4 ulangan masih terdapat kejang, dapat dipertimbangkan pemberian diazepam 10 mg IV selama 2 menit.

(c) Pada kondisi dimana MgSo4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis awal (loading dose) lalu rujuk

ibu segera ke fasilitas kesehatan yang memadai.

(d) Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu ke ruang ICU (bila tersedia) yang

sudah siap dengan fasilitas ventilator tekanan positif. 2. Teori Manajemen Kebidanan

a. Pengertian

Secara garis besar, ada beberapa pengertian manajemen kebidanan.

1) Menurut IBI (50 tahun IBI), manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode

(48)

2) Menurut Depkes RI, manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak ynag khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada

individu, keluarga, dan masyarakat.

3) Menurut Hellen Varney, manajemen kebidanan adalah proses

pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam pengkajian/ tahapan

yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. (Mangkuji 2012, h. 4)

Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu pendekatan pemecahan masalah yang digunakan oleh setiap bidan dalam pengambilan keputusan klinik pada saat mengelola klien yaitu: ibu

hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, dan balita dimanapun tempatnya. (Sujianti 2009, h. 143)

b. Langkah manajemen kebidanan

Langkah manajemen kebidanan merupakan suatu proses penyelesaian masalah yang menuntut bidan untuk lebih kritis didalam

mengantisipasi masalah. Ada tujuh langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney yang akan dijelaskan sebagai berikut.

1) Langkah I: pengumpulan data dasar

(49)

mengevaluasi klien secara lengkap. Data yang dikumpulkan antara lain:

a) Keluhan klien

b) Riwayat kesehatan klien

c) Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan

d) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

e) Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang

berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini, bidan mengumpulkan data dasar awal secara lengkap. (Mangkuji

2012, h. 5)

Langkah ini menentukan pengambilan keputusan yang akan dibuat pada langkah berikutnya, sehingga pengkajian harus

komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan yang dapat menggambarkan/ menilai kondisi klien

yang sebenarnya. (Sujianti 2010, h. 144)

Terkait dengan teori Varney di atas, maka dalam hal ini diadakan pengumpulan data pada Ny. “X” sesuai dengan

identifikasi yang penulis dapat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tentang ibu bersalin dengan Preeklampsi Berat. Tujuan identifikasi

data dasar tersebut yaitu untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci dari Ny. “X” yang nantinya akan dijadikan acuan untuk

(50)

dengan preeklampsi berat antara lain: identitas, keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, riwayat hamil ini, riwayat penyakit

yang lalu/ operasi, riwayat penyakit keluarga (ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang pernah menderita sakit, riwayat ginekologi,

riwayat keluarga berencana dan activity daily living. Data objektif yang berhubungan dengan preeklampsi berat antara lain: pemeriksaan umum (vital sign), pemeriksaan fisik dari kepala

sampai kaki (head to toe) dan pemeriksaan laboratorium. (Sujianti 2010, hh. 145-146)

2) Langkah II: interpretasi data dasar

Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua data dasar yang yang telah

dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau masalah. Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup

praktik kebidanan yang tergolong pada nomenklatur standar diagnosis, sedangkan perihal yang berkaitan dengan pengalaman klien ditemukan dari hasil pengkajian. (Mangkuji 2012 h. 5)

Berdasarkan data-data dasar yang telah dikumpulkan pada Ny. “X”, maka dilakukan perumusan diagnosa lebih rinci pada klien

(51)

dilakukan diagnosa tentang apa itu preeklamsi berat dan apa penyebab terjadinya preeklamsi berat. Selanjutnya dapat di simpulkan bahwa klien tersebut benar mengalami preeklamsi berat.

Menurut Sujianti (2010, h. 148), interpretasi data dasar meliputi: a) Diagnosa

Rumusan diagnosa merupakan kesimpulan dari kondisi klien; apakah klien dalam kondisi hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan apakah kondisinya dalam keadaan normal.

Dalam kasus preeklampsi berat, maka perumusan diagnosa adalah sebagai berikut.

Diagnosa : Ny. X umur x tahun Gx Px Ax usia kehamilan x minggu inpartu dengan preeklamsi berat.

Dasar : data subjektif dan data objektif.

b) Masalah

Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan

yang terjadi pada respon ibu terhadap kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir. Masalah ini terjadi pada ibu tetapi belum termasuk dalam rumusan diagnosa yang ada, tetapi

masalah tersebut membutuhkan penanganan/ intervensi bidan, maka masalah dirumuskan setelah diagnosa.

3) Langkah III: identifikasi diagnosis/ masalah potensial

(52)

sudah teridentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan antisipasi agar diagnosis/ masalah tersebut tidak terjadi. Selain itu, bidan harus bersiap-siap apabila diagnosis/ masalah

tersebut benar-benar terjadi. (Mangkuji 2012, h. 5)

Pada kasus ibu bersalin dengan preeklampsi berat diagnosa

potensial yang bisa timbul adalah eklampsia atau kejang. Antisipasi yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian MgSo4 40 % dengan dosis awal 4 gr dan dosis pemeliharaan 1 gr habis

dalam waktu 1 jam (Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan 2013, h. 113).

4) Langkah IV: identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera

Pada langkah ini, yang dilakukan oleh bidan adalah

mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan tindakan yang harus segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa

menunggu beberapa waktu lagi. (Mangkuji 2012, h. 6)

Pada kasus ibu bersalin dengan preeklampsi berat, tindakan

(53)

5) Langkah V: perencanaan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana

asuhan yang menyeluruh pada pasien preeklampsi berat tidak hanya meliputi hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien

atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat juga dari apa yang akan diperkirakan terjadi selanjutnya, apakah dibutuhkan konseling dan apakah perlu merujuk klien. (Mangkuji 2012, h. 6)

Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan

efektif karena klien juga melaksanakan rencana tersebut (informed consent). Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah

merumuskan sesuai dengan hasil pembahasan bersama klien baik

lisan ataupun tertulis, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. (Sujianti 2010, h. 153)

6) Langkah VI: pelaksanaan

Pada langkah keenam ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah

ke-V secara aman dan efisien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan

(54)

harus bertanggung jawab atas terlaksananya rencana asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut. (Mangkuji 2012, h. 6)

Adapun pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada Ny. “X”

dengan masalah preeklamsi berat harus sesuai dengan intervensi

yang telah dibuat pada langkah sebelumnya. 7) Langkah VII: evaluasi

Pada langkah terakhir ini, yang dilakukan oleh bidan adalah:

a) Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, yang mencakup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah

sudah benar-benar terlaksana/ terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis

b) Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak efektif.

(Mangkuji 2012, hh. 5-6)

Mengevaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada Ny. “X”

untuk memastikan apakah rencana tersebut telah berjalan secara

efektif atau belum.

c. Follow up data perkembangan kondisi pasien

(55)

disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan perkembangan kebidanan sebagai perkembangan catatan kemajuan keadaan klien: 1) Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis, berhubungan dengan masalah dari sudut

pandang klien (ekspresi mengenai kekhawatiran dan keluhannya), serta pada orang yang bisu dibelakang data diberi tanda “O” atau

“X”.

2) Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik

klien, hasil pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostik lain, serta informasi dari keluarga atau orang lain.

3) Assasmen

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) data subjektif dan objektif, yang

meliputi:

a) Diagnosis/ masalah

b) Diagnosis/ masalah potensial

c) Antisipasi diagnosis/ masalah potensial/ tindakan segera 4) Planning

(56)

B. KERANGKA TEORI

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: APN (2008), Sofian (2011), Hidayat (2010), Mangkuji (2012), Bothamley (2011), Dutton (2011), Prawirohardjo (2009), Robson (2011), SOP RSUD Cilacap (2011), Sujianti (2009), Nugroho (2010), Woodward (2011), Buku saku pelayanan kesehatan ibu (2013), Sofyan (2008).

(57)

A. METODE PENGAMBILAN DATA 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu dengan mendeskripsikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan preeklampsi berat (PEB). Metode penelitian deskriptif

adalah penelitian yang menjelaskan data dan karakteristik populasi atau fenomena yang dipelajari. (Machfoedz 2013, h. 16)

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk melakukan deskripsi terhadap fenomena tanpa mencoba menganalisis mengapa fenomena tersebut dapat terjadi (Machfoedz 2013, h. 16). Studi kasus yang

digunakan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah ini adalah dengan menggunakan asuhan kebidanan menurut tujuh langkah varney dari

pengkajian sampai dengan evaluasi dan data perkembangannya menggunakan SOAP.

2. Tempat dan waktu penelitian

(58)

3. Subjek penelitian

Subjek dalam kasus ini adalah ibu bersalin Ny. R usia 19 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39+2 minggu dengan preeklampsi berat tanpa

Impending Eklampsia.

4. Jenis data

Peneliti menggunakan dua jenis data untuk penyusunan proposal

karya tulis ilmiah ini. Adapun jenis data tersebut adalah: a. Data Primer

Yaitu data yang didapat dari hasil wawancara langsung dengan subyek penelitian dan observasi langsung yang dilakukan pada subjek

penelitian.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang didapat dari dokumen rekam medik atau catatan

medik subjek penelitian dan dokumen hasil pemeriksaan seperti pemeriksaan laboratorium dan USG (Ultra Sonografi).

5. Teknik pengambilan data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara untuk memperoleh keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Adapun teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah: a. Wawancara

(59)

dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan

atau percakapan. (Choirian 2014, h. 35) b. Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam metode

observasi ini, peneliti menggunakan lembar partograf untuk melakukan observasi. (Choirian 2014, h. 36)

c. Pemeriksaan fisik

Menurut Ambarwati (2009, hh. 119-123) pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi:

1) Inspeksi

Adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan menggunakan indra

penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi bentuk, warna, posisi, ukuran, tumor

dan lainnya dari tubuh pasien. 2) Palpasi

(60)

3) Perkusi

Adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran atau gelombang suara yang dihantarkan ke

permukaan tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh.

4) Auskultasi

Adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang terbentuk didalam organ tubuh melalui stetoskop.

d. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan cara pengumpulan data peneliti

melalui dokumen (data sekunder) seperti data statistik status pemeriksaan pasien rekam medik laporan dan lain-lain. (Choirian 2014, h. 37)

6. Analisis data

Analisis data merupakan penyederhanaan data kedalam bentuk yang

mudah dibaca, dipahami dan diinterpretasikan. Data yang akan dianalisis merupakan data hasil penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan, kemudian peneliti melakukan analisis untuk menarik kesimpulan.

7. Etika penelitian

Sebelum dilakukan penelitian, penulis meminta perijinan kepada

(61)

Responden atau subjek penelitian yang dipilih diberi penjelasan mengenai maksud, tujuan, manfaat, jaminan kerahasiaan dan apa yang dilakukan responden dalam memberi jawaban atas pertanyaan dalam

wawancara. Kemudian responden diminta memberi tanda tangan surat persetujuan sebagai bukti bahwa responden bersedia untuk dijadikan

subjek penelitian. Lembar persetujuan ditanda tangani saat responden dalam keadaan tenang dan mempuyai waktu yang cukup untuk berfikir dan memahaminya.

B. MANAJEMEN KEBIDANAN 1. Pengkajian

a. Data subjektif

Merupakan informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang sedang dirasakan dan yang telah dialaminya yang meliputi informasi

tambahan yang diceritakan oleh anggota keluarga tentang status ibu, terutama jika ibu merasa sangat nyeri dan sangat sakit (Choirian 2014,

h. 38) 1) Identitas

(a) Nama

Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk menghindari adanya kekeliruan atau untuk membedakan

(62)

(b) Umur

Umur dicatat dalam hitungan tahun (Estiwidani 2009, h. 136). Umur merupakan hal yang penting, karena ikut

menentukan prognosis kehamilan. Kalau umur terlalu lanjut ( > 35 tahun) atau terlalu muda (< 20 tahun), persalinan lebih

banyak risikonya. (Wirakusumah 2010, h. 81) (c) Agama

Agama ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan

pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien. Dengan diketahui agama klien akan memudahkan bidan dalam

melakukan pendekatan didalam melaksanakan asuhan kebidanan. (Estiwidani 2009, h. 137).

(d) Suku atau bangsa

Ditunjukan untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan merugikan bagi ibu hamil, ibu bersalin

maupun ibu nifas. (e) Pendidikan

Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat

(63)

(f) Pekerjaan

Pekerjaan klien ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan

kesehatan klien. (Estiwidani 2009, h. 137) (g) Alamat

Alamat ditanyakan untuk mempermudah hubungan bila diperlukan keadaan mendesak. Dengan mengetahui alamat, bidan juga dapat mengetahui tempat tinggal dan

lingkungannya. (Estiwidani 2009, h. 137) 2) Alasan masuk

Alasan masuk ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong klien datang ke bidan. (Estiwidani 2009, h. 137)

3) Keluhan utama

Pada keluhan utama, ditanyakan apakah penderita datang untuk memeriksakan kehamilan atau mempunyai keluhan/

pengaduan lain yang penting. (Wirakusumah 2010, h. 81)

Menurut Sofian (2011, h. 145) gejala subjektif yang dapat timbul karena preeklampsi berat adalah: sakit kepala didaerah

frontal, nyeri epigastrium, gangguan visus; penglihatan kabur, skotoma, diplopia; mual dan muntah. Gangguan serebral lainnya:

(64)

4) Riwayat menstruasi

Dalam riwayat menstruasi yang ditanyakan adalah menarche, teratur atau tidak, siklus haid, lama haid, banyaknya darah, sifat

darah (cair atau menggumpal), warna, bau atau tidak, dismenore atau tidak, dan kapan haid terakhir. (Wirakusumah 2010, hh.

81-82)

5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Dalam riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya

ditanyakan: a) Kehamilan

Tanyakan apakah pasien mengalami gangguan seperti perdarahan, muntah yang hebat, toksemia gravidarum pada kehamilan sebelumnya.

b) Persalinan

(1) Tanyakan apakah persalinan yang lalu berlangsung spontan

atau buatan, aterm atau prematur, apakah terjadi perdarahan, dan siapa yang menolong persalinan (bidan, dokter)

(2) Tanyakan adanya riwayat abortus spontan atau yang diinduksi

(3) Tanyakan adanya riwayat paritas yang tinggi

(65)

(termasuk plasenta letak rendah, plasenta previa lateralis maupun totalis)

(5) Tanyakan indikasi seksio sesaria sebelumnya jika ada

(6) Tanyakan adanya penyulit kehamilan dan persalinan sebelumnya, seperti persalinan prematur, ketuban pecah

sebelum waktunya, distosia, perdarahan pascasalin, kematian janin atau bayi, morbiditas perinatal, diabetes, dan hipertensi.

c) Nifas

Tanyakan adanya panas atau perdarahan pada masa nifas

sebelumnya serta kondisi laktasi. (Wirakusumah 2010, hh. 82-83)

6) Riwayat kehamilan sekarang

Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis kehamilan sekarang adalah sebagai berikut.

a) Tanyakan kapan ibu mendapat haid terakhir untuk menghitung usia kehamilan

b) Tanyakan kapan ibu mulai merasakan pergerakan anak

c) Jika kehamilan masih muda, tanyakan adanya mual, muntah, sakit kepala, dan perdarahan

(66)

Keluhan ini nanti harus diingat dalam pengobatan. (Wirakusumah 2010, h.83)

7) Riwayat penyakit yang pernah diderita

Riwayat penyakit yang lalu ditanyakan untuk mengetahui apakah ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi oleh

klien. Misal penyakit campak atau cacar air sewaktu kecil, penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain, apakah pernah dirawat di rumah sakit? Kapan? Beraapa lama? Penyakit apa?, apakah

pernah dioperasi, apakah ada alergi terhadap obat/ bahan makanan dan lain sebagainya. (Estiwidani 2009, h. 138)

8) Riwayat penyakit keluarga

Estiwidani (2009, h. 138) menerangkan dalam bukunya bahwa riwayat penyakit keluarga perlu dikaji untuk mengetahui

kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien. Riwayat penyakit keluarga yang perlu

ditanyakan misalnya jantung, diabetes, ginjal, kelainan bawaan, kehamilan kembar, dan lain-lain.

Dalam riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan:

a) Adanya penyakit keturunan dalam keluarga, anak kembar atau penyakit menular yang dapat mempengaruhi persalinan

(misalnya: TBC)

(67)

berguna untuk mengidentifikasi risiko penyakit keturunan pada janin.

c) Informasi tentang kelainan metabolik, penyakit kardiovaskuler,

keganasan, dan retardasi mental. (Wirakusumah 2010, h.84) 9) Riwayat kontrasepsi/ keluarga berencana (KB)

Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan: jenis kontrasepsi, efek samping, alasan berhenti (bila tidak memakai lagi), lamanya menggunakan alat kontrasepsi. (Estiwidani 2009, h.

138)

10) Riwayat sosial ekonomi

Untuk mengetahui keadaan psikososial perlu ditanyakan antara lain: riwayat perkawinan (berapa kali?, usia kawin pertama?), jumlah anggota keluarga, dukungan moral dan material

dari keluarga, pandangan dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan, kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan dan

merugikan, pandangan terhadap kehamilan, persalinan, dan anak baru lahir. (Estiwidani 2009, hh. 137-138)

11) Activity Daily Living (ADL)

Berdasarkan study kasus yang telah dilakukan pada tahun 2014 menyatakan bahwa ADL meliputi:

a) Pola nutrisi

(68)

gizinya selama proses bersalin. Beberapa hal yang perlu ditanyakan antara lain jenis makanan, frekuensi, porsi serta pantangan makan.

Bidan juga harus dapat memperoleh data mengenai kebiasaan pasien dalam pemenuhan kebutuhan cairannya,

apalagi pada proses bersalin sangat dibutuhkan intake cairan yang cukup sebagai energi atau kekuatan saat mengejan. Yang perlu bidan tanyakan antara lain jenis minuman, frekuensi,

serta banyaknya. b) Pola eliminasi

Hal yang perlu ditanyakan pada klien adalah perubahan yang terjadi baik BAB maupun BAK selama hamil. Normalnya, produksi urin pada pasien dengan PEB adalah

>300cc/24 jam.

c) Pola istirahat dan tidur

Istirahat sangat diperlukan oleh ibu bersalin, oleh karena itu bidan perlu menggali informasi mengenai kebiasaan istirahat selama hamil pada ibu supaya bidan mengetahui

hambatan yang mungkin muncul. Bidan dapat menanyakan tentang berapa lama ibu tidur di siang dan malam hari. Pada

(69)

Untuk istirahat malam rata-rata waktu yang diperlukan adalah 6

–8 jam. d) Pola aktivitas

Bidan perlu mengkaji aktifitas sehari-hari pasien karena data ini memberikan gambaran kepada bidan tentang seberapa

berat aktifitas yang biasa pasien lakukan dirumah. e) Personal hygine

Hal yang perlu ditanyakan antara lain mandi serta ganti

pakaian dan pakaian dalam. f) Pola kebiasaan sehari-hari

Pada kasus ibu bersalin dengan PEB kebiasaan hidup seperti merokok, minum-minuman keras dapat berpengaruh terhadap keadaan ibu.

g) Pola kebiasaan seksual

Walaupun hal ini merupakan hal yang cukup privasi bagi

pasien, namun bidan harus menggali data dari kebiasaan ini karena pernah terjadi beberapa kasus keluhan dalam aktifitas seksual yang cukup mengganggu pasien. Dengan teknik

komunikasi yang senyaman mungkin bagi pasien, bidan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan aktifitas seksual

(70)

b. Data objektif

Merupakan data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik secara langsung yaitu meliputi dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang.

1) Keadaan umum

Dikaji untuk mengetahui keadaan umum pasien, dikatakan baik apabila kooperatif, gerakannya terarah, dan hanya merasa sedikit tegang atau cemas. Sebaliknya, jika klien lemah, mungkin

ditemukan kondisi yang tidak kooperatif, bingung, gerakan tidak terarah, gemetar, dan merasa sangat cemas. (Tambunan 2012, h. 8)

2) Kesadaran

Kesadaran klien diobservasi dan dinilai apakah klien sadar sepenuhnya (composmentis), apatis, somnolen, delirium, serta

semikoma atau koma. (Tambunan 2012, h. 8) 3) Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah

Untuk melakukan deteksi terhadap terjadinya gejala preeklampsi berat yaitu adanya tekanan darah tinggi, dengan

tekanan sistolik >160 mmHg dan diastolik >110 mmHg. (Nugroho 2010, h. 134)

b) Nadi

(71)

gejala syok adalah nadi cepat, lemah (lebih dari 110 x/ menit). (APN 2008, h. 49)

c) Suhu

Untuk melakukan deteksi terhadap terjadinya gejala infeksi. Salah satu gejala infeksi adalah peningkatan suhu >

38oC. (APN 2008, h. 47) d) Respirasi

Untuk melakukan deteksi terhadap terjadinya gejala syok.

Salah satu gejala syok adalah napas cepat ( > 30 x/ menit) (APN 2008, h. 49). Selain untuk penilaian tersebut,

penghitungan respirasi sangat penting untuk dilakukan pada pasien PEB, karena salah satu syarat pemberian MgSo4 adalah nilai respirasi > 16 x/ menit. (Prawirohardjo 2009, h. 547)

4) Antopometri a) Berat badan

Peningkatan berat badan sebanyak 0,5 kg/ minggu merupakan keadaan yang norma, tetapi apabila seorang wanita mengalami peningkatan berat badan lebih dari 1 kg dalam 1

minggu atau sebanyak 3 kg dalam 1 bulan maka perlu dicurigai adanya preeklampsia. (Reeder 2011, h. 242)

(72)

Salah satu faktor risiko terjadinya PEB adalah adanya obesitas. (Bothamley (2011, h. 194)

b) Tinggi badan

Tubuh yang pendek dapat menjadi indikator gangguan genetik. Karena itu, jika ditemukan pasien denga tinggi badan

dibawah rata-rata, maka perlu konsul dengan konselor genetik tentang perlunya evaluasi Sindrom Turner. (Wheeler 2004, h. 71)

c) Lingkar lengan atas (LILA)

Lila diukur dengan menggunakan pita lila dengan satuan

senti meter (cm). Jika ditemukan lila < 23,5 cm menunjukan ibu mengalami kurang gizi. (Choirian 2014, h. 49)

5) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk mengetahui keadaan fisik dan keadaan kesehatan.

(Ambarwati 2009, h. 119) a) Kepala

(1) Muka/ wajah

Pada inspeksi wajah, tentukan ada atau tidaknya kloasma gravidarum dan edema wajah. (Wirakusumah

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan pembukaan serviks (Sofian 2011, h.  71)
Tabel 2.2 Perbedaan lama persalinan (Sofian 2011, h.  73)
Tabel 2.3 Faktor risiko dan perkiraan peningkatan risiko(Robson, 2011)
Gambar 2.1 Kerangka Teori
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari studi kasus ini yaitu untuk mempelajari dan memahami asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan partus lama di RSUD Karanganyar. Metode : Observasional

Asuhan Kebidanan pada kehamilan trimester III yang diberikan pada Ny.&#34;S&#34; di usia kehamilan 39 minggu telah dilakukan kunjungan sebanyak 3 kali dan dari hasil

Asuhan kebidanan pada Ny.”W” dilakukan secara berkelanjutan mulai dari usia kehamilan 39/40 minggu dengan frekuensi kunjungan 1 kali, persalinan 1 kali, Nifas 4

Hasil asuhan kebidanan pada Ny.”R” masa hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan keluarga berencana di wilayah kerja Puskesmas Puri keadaan yang fisiologis pada masa

Asuhan kebidanan pada kehamilan trimester III yang diberikan pada Ny”K” di usia kehamilan 38 minggu telah dilakukan kunjungan sebanyak 2 kali dan dari hasil pengkajian

Hasil asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny “R” selama kehamilan trimester III dengan Riwayat Abortus tidak ditemukan adanya komplikasi saat kehamilan,

Tujuan penulisan penelitian ini adalah melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Postdate di RSUD Wonosari dengan penerapan manajemen asuhan

Tujuan Umum Peneliti mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny.S usia 27 tahun G3P1011 kehamilan 34-35 minggu Janin Tunggal Hidup Intra Uteri dari masa kehamilan,