I. Kasus Psikoanalisis dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam kehidupan sehari-hari, psikoanalisis dapat terlihat melalui perilaku individu yang dipengaruhi oleh tiga sistem kepribadian: Id, Ego, dan Super Ego. Contoh yang diberikan adalah perilaku seorang anak perempuan berusia 8 tahun yang ingin membeli jajanan di luar rumah. Dalam konteks ini, Id berfungsi sebagai dorongan naluriah yang menginginkan kesenangan, seperti membeli jajanan yang disukainya. Namun, karena kondisi kesehatan dan batasan dari orang tua, Ego berperan untuk menyeimbangkan antara keinginan dan realitas. Ego berfungsi untuk mencari cara yang realistis agar kebutuhan dapat terpenuhi tanpa melanggar batasan yang ada. Super Ego, di sisi lain, berfungsi sebagai kontrol moral yang diinternalisasi dari orang tua, yang mengingatkan anak tentang batasan dan norma yang harus diikuti. Ketiga sistem ini berinteraksi dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil individu, menunjukkan bagaimana psikoanalisis dapat diaplikasikan dalam situasi sehari-hari dan membantu memahami motivasi di balik perilaku.
II. Pengaruh Masa Lalu dalam Keputusan Saat Ini
Kasus Supri, seorang siswa SMA yang merasa minder untuk mencalonkan diri sebagai ketua OSIS, menunjukkan bagaimana pengalaman masa lalu dapat membentuk ketakutan dan kecemasan di masa kini. Supri memiliki pengalaman traumatis ketika ia pernah terpeleset di atas panggung dan diejek oleh teman-temannya. Pengalaman tersebut menciptakan rasa takut yang mendalam, sehingga ketika dihadapkan pada situasi serupa, ia memilih untuk mundur. Ini mencerminkan bagaimana pengalaman negatif dapat mempengaruhi kepercayaan diri dan pengambilan keputusan seseorang. Psikoanalisis memberikan pemahaman bahwa ketakutan dan kecemasan sering kali berasal dari pengalaman yang tidak disadari, dan untuk mengatasi hal ini, individu perlu memahami akar permasalahan tersebut. Dengan demikian, konseling dan terapi dapat membantu individu untuk merefleksikan dan mengatasi trauma yang dialaminya, sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang lebih baik di masa depan.
III. Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme pertahanan ego adalah cara yang digunakan individu untuk mengatasi kecemasan yang berlebihan. Dalam konteks psikoanalisis, beberapa mekanisme ini termasuk penyangkalan, represi, proyeksi, dan formasi reaksi. Penyangkalan adalah menolak kenyataan yang mengancam, sementara represi adalah mengabaikan kenangan yang menyakitkan. Proyeksi melibatkan mengalihkan sifat negatif kepada orang lain, dan formasi reaksi adalah bertindak berlawanan dengan perasaan yang sebenarnya. Mekanisme ini berfungsi untuk melindungi individu dari kecemasan yang tidak dapat ditangani secara langsung. Namun, meskipun mekanisme ini dapat memberikan perlindungan jangka pendek, mereka juga dapat menghalangi individu untuk menghadapi masalah secara langsung. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengatasi mekanisme ini dalam proses terapi agar individu dapat mengembangkan cara yang lebih sehat dalam mengatasi kecemasan dan stres.
IV. Relevansi Psikoanalisis dalam Terapi dan Kehidupan Sehari-hari
Psikoanalisis menawarkan kerangka kerja yang berharga dalam memahami perilaku manusia dan membantu individu mengatasi masalah psikologis. Dengan memahami struktur kepribadian dan mekanisme pertahanan, individu dapat lebih sadar akan tindakan dan reaksi mereka terhadap situasi tertentu. Terapi psikoanalitik memungkinkan individu untuk mengeksplorasi pikiran dan perasaan yang tidak disadari, sehingga mereka dapat menemukan penyebab dari masalah yang dihadapi. Ini sangat relevan dalam konteks konseling, di mana individu seperti Supri dapat dibantu untuk mengatasi trauma masa lalu dan membangun kepercayaan diri. Dengan demikian, psikoanalisis tidak hanya memberikan pemahaman tentang perilaku, tetapi juga alat untuk meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan individu dalam kehidupan sehari-hari.
Referensi Dokumen
- Teori Behaviorisme ( Skinner )
- Lima objektif asas pendidikan ( Gagne dan Berliner )
- Pendekatan Humanisme ( Choong Lean Keow )