IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh konsentrasi silase limbah kulit pisang
kepok (LKPK) terhadap tingkat kecernaan nutrisi pada ikan bandeng dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai kecernaan protein, lemak, karbohidrat dan energi pada berbagai konsentrasi silase LKPK pada ikan bandeng.
Konsentrasi silase LKPK
(%)
Kecernaan (%)*1
Protein Lemak Karbohidrat
0 (A) 42,31±1,52a 56,31±0,63b 70,94±0,19b
10 (B) 41,66±0,22a 53,62±1,32a 49,21±0,67a
20 (C) 52,62±0,18b 62,30±1,14c 82,42±0,32c
30 (D) 59,90±0,47c 73,13±0,19d 90,82±0,22d
Nilai rata-rata dalam satu kolom yang memiliki huruf yang sama menujukkan tidak bebeda nyata (p>0.05). *1 Rata-rata ± SD.
Hasil analisis ragam pada (Lampiran 2) menujukkan bahwa konsentrasi
silase limbah kulit pisang sangat berpengaruh nyata (p<0.01) terhadap kecernaan
protein pakan. Berdasarkan nilai kecernaan protein tersebut, semakin tinggi
konsentrasi silase LKPK pada pakan semakin tinggi tingkat kecernaan proteinnya.
Berdasarkan hasil uji lanjut W-Tukey (lampiran 3) menujukkan bahwa
kecernaan protein berbeda nyata (p<0,05) antar perlakuan, kecuali kecernaan
protein antara pakan dengan konsentrasi silase LKPK 0 % (perlakuan A) dengan
10 % (perlakuan B) adalah tidak berbeda nyata (p>0,05) atau sama.
Kecernaan karbohidrat dan lemak tertinggi diperoleh pada perlakuan D (30 %
LKPK) diikuti pada C (20 % LKPK), pakan A (0 % LKPK) dan pakan B (10 % LKPK).
Berdasarkan hasil analisis ragam (lampiran 5 dan 8), pengaruh konsentrasi silase
Hasil uji lanjut W-Tukey (lampiran 6 dan 9) menujukkan bahwa kecernaan
karbohidrat dan lemak berbeda nyata (p<0,05) antar perlakuan.
Pada kecernaan energi, nilai tertinggi didapatkan pada pakan A (0 % LKPK),
dan berturut-turut diikuti pakan B (30 % LKPK), pakan C (20 % LKPK) dan pakan B
(10 % LKPK). Berdasarkan hasil analisi ragam (lampiran 11) menujukkan bahwa
efek silase LKPK berbeda nyata (p<0.01) terhadap kecernaan lemak. Selanjutnya,
sesuai hasil uji lanjut W-Tukey (lampiran 12) menujukkan bahwa kecernaan energi
berbeda nyata antar perlakuan.
Kecernaan protein, lemak, dan karbohidrat tertinggi pada pakan dengan
konsentrasi silase limbah kulit pisang 30% (perlakuan D). Hal ini diduga karena
banyaknya kandungan silase limbah kulit pisang yang terdapat dalam pakan yang
merupakan produk hasil fermentasi. Pakan yang mngandung hasil fermentasi
memiliki kandungan gizi yang lebih baik dan mudah dicerna dan diserap oleh tubuh
ikan. Hal ini sesuai dengang pendapat Shurleff dan Aoyagi (1979) yang menyatakan
bahwa manfaat dari fermentasi antara lain dapat merubah bahan organik kompleks
seperti karbohidrat, protein, dan lemak menjadi molekul sederhana sehingga
mudah dicerna, merubah rasa dan aroma yang tidak disukai menjadi disukai,
mensintesis protein, mempercepat pematangan dan menambah daya cerna bahan.
Winarno et al. (1980) menyatakan bahwa nilai gizi bahan pakan yang difermentasi
lebih tinggi daripada bahan asalnya. Selanjtnya Blain (1975) dalam Murphy (2005)
bahwa Aspergillis niger merupakan kapang yang dapat menghasilkan beberapa
enzim ekstraseluler dan dapat memecah molekul yang lebih kompleks seperti
selulose, pati, protein, dan minyak/lemak.
Kulit pisang merupakan sumber pati dan selulosa yang tinggi sehingga
enzim selulase yang merombak selulosa menjadi glukosa. Menurut Nurhayati dan
Koentjoko (2006) semakin tinggi kandungan pati dan selulosa substrat
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan kapang semakin banyak dan cepat
sehingga hal ini mengakibatkan penggunaan gula yang banyak oleh kapang sebagai
energi. Dengan demikian kandungan gula substrat semakin menurun.
Sehingga rendahnya kandungan energi pada pakan disebabkan oleh
terjadinya perombakan sebagian zat makanan lemak dan pati (karbohidrat) substrat
selama fermentasi oleh kapang. Hal ini sejalan pada penelitian Nurhayati dan
Koentjoko (2006) penurunan energi pada semua perlakuan pakan di sebabkan oleh
perombakan zat makanan sehingga menghasilkan energi yang dapat digunakan
untuk metabolisme, pertumbuhan, dan perkembangan kapang.
Kualitas Air
Selama penelitian berlangsung dilakukan pengukuran kualitas air media
pemeliharaan ikan bandeng meliputi suhu, salinitas, pH, dan oksigen terlarut.
Tabel 5. Kisaran Nilai Parameter Kualitas Air selama Penelitian dan Kisaran yang Layak menurut Referensi.
Parameter Kualitas Air Nilai Pengukuran Kisaran Optimal Pustaka
Suhu (0C) 29-30 26-33 Ahmad (2004)
Salinitas (ppt) 25-26 10-35 Kordi (2011)
pH 7,4-7,6 6-8 Kordi (2011)
DO(ppm) 5,8-6,5 3,0-8,5 Ahmad (2004)
Berdasarkan Tabel 5. diatas, secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa
kisaran beberapa parameter kualitas air media penelitian masih dalam rentang yang
layak bagi kehidupan ikan bandeng. Selama penelitan berlangsung suhu air untuk
ikan bandeng berkisar antara 29-30 oC, parameter kulitas air ini sesuai dengan suhu
air optimal bagi ikan bandeng terletak antara 26–33 ºC (Ahmad, 2004). Salintas air
untuk ikan bandeng selama pemeliharaan berlangsung 25-26 ppt. Menurut Kordi
(2011) Ikan bandeng mampu menyesuaikan diri terhadap salinitas air, sehingga
dapat hidup di air tawar (salinitas antara 0–5 ppt) maupun air asin (salinitas >30 ppt).
Pada. pH air selama pemeliharaan 7,4-7,6. Menurut Kordi (2011) pH merupakan
indikator baik buruknya lingkungan air pada rentang pH berkisar antara 6–8
untuk budidaya ikan bandeng. Oksigen terlarut antara 5,8-6,5, hal ini sesuai
dengan Ahmad (2004) bahwa kisaran optimum oksigen terlarut untuk ikan bandeng
3,0-8,5 ppm.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian pengaruh berbagai konsentrasi silase LKPK
1. Konsentrasi beberapa silase LKPK pada pakan memberikan perbedaan
tingkat kecernaan nutrisi pada ikan bandeng.
2. Dengan mengabaikan pakan control, semakin tinggi konsentrasi silase
LKPK semakin tinggi tingkat kecernaan nutrisi pada ikan bandeng.
3. Tingginya kecernaan nutrisi pada konsentrasi 30% silase LKPK disebabkan
oleh Aspergillus niger yang dapat merubah bahan organik kompleks seperti
karbohidrat, protein, lemak dan energi menjadi molekul sederhana sehingga
mudah dicerna.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat direkomendasikan penggunaan 30%