• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kinerja IPCLN dalam Pencegahandan Pengendalian Infeksidi Ruang Rawat InapRSUP. H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Kinerja IPCLN dalam Pencegahandan Pengendalian Infeksidi Ruang Rawat InapRSUP. H. Adam Malik Medan"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasien dengan daya tahan tubuh yang rendahakan mempermudah masuknya

kuman penyakit melalui infeksi silang di rumah sakit (Darmadi, 2008).

Jeyamohan dan Fikri (2010) juga menyatakan bahwa salah satu penyebab infeksi

adalah penurunan sistem imunitas tubuh seseorang. Infeksisilang yang berasal dari

rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan yang lain disebut healthcare

associated infection/HAIs(Kemenkes, 2011). Infeksi ini bisa datangnya dari tubuh

pasien sendiri, kontak dengan petugas kesehatan, peralatan medis yang

terkontaminasi dan lingkungan (Saifuddin dkk, 2004).

Infeksi dikatakan didapat dari rumah sakit apabila sebelum dirawat tidak

ada tanda-tanda klinik terjadi infeksi namun selama dirawat muncul tanda-tanda

infeksi yang timbul sekurang-kurangnya setelah 3x24 jam sejak mulai perawatan

(Darmadi, 2008). Tingginya angka kejadian HAIsinimenandakan penurunan mutu

pelayanan medis (Darmadi, 2009).HAIsmemperpanjang lama rawat inap pasien

dan bertambahnya biaya pelayanan kesehatan serta menjadi penyebab utama

tingginya angka kesakitan dan kematian (Saifuddin dkk,2004). Prevalensi di 55

rumah sakit dari 14 negara menunjukkan bahwa rata-rata 8,7% pasien dari rumah

sakit tersebut mengalami HAIs (World Health Organization/WHO, 2002).

Nugraheni dkk (2011) menyatakan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Setjonegoro Kabupaten Wonosobo menyebutkan infeksi yang sering terjadi

adalah infeksi plebitis, infeksi luka operasi (ILO) dan dekubitus.

(2)

2

Haryanti dkk (2013) menemukan bahwaprevalensi ILO di Rumah Sakit

Cipto Mangunkusumo lebih tinggi jika dibandingkan dengan Amerika Serikat

(2%-4%), tetapi lebih rendah jika dibandingkan dengan Vietnam (10,9%), dan

hampir serupa dengan Brazil (6,7%). Jeyamohan dan Fikri (2010) menemukan di

Rumah Sakit Umum Pusat(RSUP) Haji Adam Malik dari 534 pasien pasca

operasi diperoleh prevalensi sebanyak 5,6% pasien yang mengalami infeksi HAIs

luka operasi.Standar indikatorHAIspada pasien rawat inap adalah 1,5% (Depkes

RI, 2008). Data ini menunjukkan bahwa angka kejadian HAIs di rumah sakit

masih di atas standar yang telah ditetapkan. Banyak faktor penyebabhealthcare

associated infection (HAIs)diantaranya adalah faktor ekstrinsik (petugas

kesehatan, penderita lain, bangsal/lingkungan, peralatan, pengunjung/keluarga,

makanan dan minuman), faktor intrinsik (usia, jenis kelamin, kondisi umum,

risiko terapi, adanya penyakit lain), faktor keperawatan (lamanya hari perawatan,

menurunnya standart keperawatan, padatnya penderita) dan faktor

mikroba/patogen (Darmadi, 2008).

Pristiwani dan Arruum (2013) menyatakan bahwa peran perawat di RSUP

H. Adam Malik dalam pencegahan dan pengendalian infeksi belum optimal

dibuktikandengan penerapan teknik aseptik yang kurang pada semua prosedur

asuhan keperawatan. Pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari 10

tindakan, yaitu kebersihan tangan, penggunaan sarung tangan, pemakaian

pelindung wajah, apron dan gaun, pencegahan cedera dari jarum suntik dan benda

tajam lainnya, etika batuk, kebersihan lingkungan, penatalaksanaan linen,

manajemen limbah, dan perawatan peralatan pasien (WHO, 2014).

(3)

3

Pristiwani dan Arruum (2013) juga menyatakan bahwa masih ada perawat

yang jarang mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat luka pasien sebesar

11,5%, perawat jarang mencuci tangan sebelum dan sesudah pemasangan kateter

sebesar 8,2%, dan perawat yang jarang mencuci tangan sebelum dan sesudah

memasang infus sebesar 19,7%.Penyebaran transmisi mikroba patogen ke pasien

bisa terjadi setiap saat dan di setiap unit kerja, maka setiap prosedur dan tindakan

harus benar-benar aman dan bebas dari keberadaan mikroba patogen (Darmadi,

2008). Tim pencegahan dan pengendalian infeksi dibuat dengan tujuan

mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yang didapat dan ditularkan

antara pasien, staf, tenaga profesional kesehatan, tenaga kontrak, tenaga sukarela,

mahasiswa dan pengunjung (Standar Akreditasi Rumah Sakit, 2011). Kemenkes

RI (2011) juga menyatakan bahwa prinsip penting dari keberadaan institusi

pelayanan kesehatan berkualitas adalah perlindungan bagi pasien, tenaga

kesehatan, tenaga pendukung dan komunitas masyarakat di sekitarnya dari

penularan infeksi sehingga penerapan PPI harus efektif dan efisien.

IPCLN sebagai pelaksana program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

(PPI) dirumah sakit bertugas untuk memotivasi seluruh karyawan dalam

pengontrolan infeksi (Mustariningrum, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh TM,

et al (2015) diRSUD Dr. Iskak Tulungagung menyatakan bahwa IPCLN belum

berfungsi secara optimal sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dibuktikan dengan

pemahaman yang rendah tentang uraian tugas, kurangnya pendidikan dan

pelatihan tentang surveilans.. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk

meneliti tindakan IPCLN dalam HAIs.

(4)

4

Oleh karena itu, penulis mengangkat judul “Evaluasi Kinerja IPCLN dalam

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam

Malik”

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana kinerja IPCLN dalam pencegahan dan pengendalian infeksi di

ruang rawat inap RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kinerja IPCLN dalam

pencegahan dan pengendalian infeksi di ruang rawat inap RSUP Haji Adam Malik

Medan.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi IPCLN dalam

meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit terutama mutu pelayanan yang erat

kaitannya dengan dengan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi.

1.4.2 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan untuk

pengembangan ilmu keperawatan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi

pada asuhan keperawatan.

1.4.3 Penelitian Keperawatan

Manfaat penelitian ini akan memberikan sumber data yang baru bagi

penelitian lain yang ingin melakukan penelitian yang lebih lanjut tentang

pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit.

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat ini ikatan emosional menjadi berkurang dan remaja sangat membutuhkan kebebasan emosional dari orang tua.Sifat remaja yang ingin memperoleh

[r]

Hubungan antara "pelayanan dengan usia", pada umur produktif (17 – 35 tahun) terlihat cenderung memilih angkuran umum kereta api karena tingkat

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan menggunakan instrumen yang

Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan & Pelestarian Alam, DPH.. Departemen Kelautan

 guru memberikan kesempatan pada siswa lain, apabila ada siswa yang mempunyai pemikiran yang beda antara siswa satu dengan siswa yang telah menyampaikan

keragaman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki. kompleksitas yang tinggi karena terjadi interkasi yang tinggi antar

[r]