BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
2.1.1 Pengertian Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh karena itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud perilaku
manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentang yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa,
bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya (Maulana, 2007)
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku manusia
antara satu dengan yang lain tidak sama baik dalam kepandaian, bakat, sikap, minat, maupun kepribadian (Novita & Franciska,2012).Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan responsserta dapat diamati baik secara langsung
maupun tidak langsung (Sunaryo,2013).
2.1.2 Klasifikasi Perilaku
Menurut Skiner (1930) dalam Notoatmodjo (2007) dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Green (1980) dalam Novita& Franciska (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku adalah sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Faktor predisposisi merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang
menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku, yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan pengalaman.
2. Faktor Pemungkin atau Pendukung (Enabling Factors)
Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana, yang termasuk dalam
3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Faktor penguat merupakan faktor penyerta perilaku atau yang datang sesudah
perilaku itu ada. Hal-hal yang termasuk dalam perilaku ini adalah keluarga, teman, petugas kesehatan, dan sebagainya.
2.1.4 Domain Perilaku
Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2007) perilaku dibagi dalam tiga domain (ranah/kawasan) yang terdiri dari ranah pengetahuan (knowlegde), ranah
sikap (attitude), dan ranah tindakan (practice). 1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihtan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melaui mata dan telinga.Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan : a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
pengetahuan yang paling rendah. Seseorang dikatakan tahu apabila dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi ttau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen–komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Dengan kata lain sintesa adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan utuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran Pengetahuan dapat dilakukan dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden
(Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan biasanya ditulis dalam presentase dan dikategorikan dalam 2 kategori, sehingga apabila responden menjawab pertanyaan dengan skor 80-100 % adalah pengetahuan baik, dan 0-79% adalah
pengetahuan kurang. 2. Sikap (Attitude)
Sikapmerupakan reaksiatau respon yang masih tertutup dari seseorangterhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan sehari–hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.Sikap terdiri dari berbagai tingkatan:
a. Menerima (receiving)
b. Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikator dari sikap. c. Menghargai (valving)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Dimana sikap dikategorikan dalam 2 kategori yaitu sikap positif dan sikap negatif. Salah satu
skala sikap yang sering digunakan adalah skala likert. Dalam skala likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif,
dinilai oleh subjek dengan setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (wawan dan dewi, 2010).
3. Praktik atau Tindakan (Practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
a. Respons terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh.
b. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
c. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikan tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengamati tindakan dari subjek dalam rangka memelihara kesehatannya
(observasi). Namun dapat juga dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui
pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan objek tertentu (Notoatmodjo, 2012).
2.2 Wanita Usia Subur (WUS) 2.2.1 Pengertian Wanita Usia Subur
Wanita Usia Subur menurut Depkes RI (2011) adalah semua wanita yang
Suparyanto (2011) yang dimaksud Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Puncak
kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil.
2.3 Kanker Payudara
2.3.1 Pengertian Kanker Payudara
Kanker adalah kondisi dimana pertumbuhan dan penyebaran sel tidak
terkontrol, dapat terjadi pada hampir seluruh bagian tubuh dan pertumbuhannya sering menginvasi jaringan sekitar serta dapat bermetastasis ke lokasi tubuh yang jauh
(WHO, 2012). Kanker payudara adalah tumor ganas yang berawal dari sel-sel pada payudara (American Cancer Society, 2012). Kanker payudara terbentuk pada jaringan payudara, biasanya pada duktus (saluran yang membawa air susu ke putting susu)
atau lobulus (kelenjar yang menghasilkan air susu) (Roche, 2012).
2.3.2 Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Payudara
Penyebab kanker payudara tidak diketahui dengan pasti, namun karakteristik atau faktor risiko muncul untuk meningkatkan kemungkinan kanker payudara pada wanita, yaitu :
1. Jenis kelamin
Prevalensi kanker payudara yang terjadi pada wanita sebesar 32% dan hanya
wanita jauh lebih tinggi dibandingkan pria yang dapat meningkatkan pertumbuhan sel kanker payudara.
2. Usia
Risiko seseorang menderita kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia (American Cancer Society, 2012). Semakin lama hidup, ada
lebih banyak kesempatan kerusakan genetik didalam tubuh. Pada saat ini tubuh kita kurang mampu memperbaiki kerusakan genetik. Kanker payudara sangat
jarang terjadi pada usia di bawah 20 tahun, namun tingkat insiden meningkat tajam dan menjadi besar sebelum usia 50 tahun. Hal ini dikarenakan pertumbuhan
dan perkembangan kanker payudara dipengaruhi oleh hormon estrogen yang dieksresikan oleh ovarium. Pada usia reproduksi, sekresi hormon estrogen oleh ovarium meningkat, berkurang pada usia klimakterium dan pada usia menopause
hormon ini tidak dieksresikan lagi. 3. Riwayat keluarga kanker dan genetik
Mereka yang memiliki riwayat keluarga (ibu, adik, atau anak perempuan) kanker payudara berkisar antara 2-4 kali lebih besar kemungkinannyamengalami kanker payudara. Perempuan dari mutasi BRCA1 atau BRCA2 tumor gen
supresor memiliki risiko seumur hidup yang signifikan dari kanker payudara, meskipun hanya 10% dari kasus kanker payudara berhubungan dengan mutasi
lainnya mengalami mutasi di BRCA2 (di kromosom 13q12-13). Pada sel normal, gen ini membantumencegah kanker dengan membuat protein yang membantu
menjaga sel-sel tumbuh tidak normal. Keduanya bekerja sebagai gen penekan tumor, kanker muncul jika kedua alel inaktif atau cacat yang disebabkan oleh
mutasi sel germinativum dan oleh mutasi somatic berikutnya. Versimutasi gen ini tidak dapatmenghentikanpertumbuhan abnormal, dan dapat menyebabkankanker. 4. Faktor hormonal
Kelebihan estrogen endogen atau yang lebih tepat ketidakseimbangan hormon, jelas berperan penting. Beberapa faktor risiko ialah menarche dini
(sebelum 12 tahun), menopause terlambat (setelah 55 tahun),nulliparity (tidak memiliki anak) dan pertama kehamilan setelah usia 30 tahun. Agus et al (2013) mengamati bahwa risiko kanker payudara antara 15-20% pada menarche dini dan
menopause terlambat. Hal ini karena menarche dini dan menopause terlambat akan meningkatkan durasi paparan estrogen selama wanita bereproduksi dan ada
kerjasama genetik dan faktor lingkungn untuk kanker payudara berkembang.Kehamilan jangka penuh dan paritas lebih tinggi menurunkan risiko kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak melahirkan. Ini karena tingkat
estrogen lebih rendah pada kehamilan dan pada wanita yang memiliki banyak anak.
5. Penyakit payudara jinak
jinak yang paling sering pada payudara. Perubahan tersebut umumnya mempengaruhi perempuan premenopause antara 20 dan 50 tahun. Penyakit ini
merupakan proses kumulatif yang sebagian disebabkan oleh perubahan hormonal bulanan. Hormon terkait adalah estrogen, progesteron, dan prolaktin. Hormon ini
berkaitan langsung dengan jaringan payudara karena menyebabkan pertumbuhan multiplikasi sel.Fibro-adenosis dengan displasia berat dan epitheliosis adalah dianggap pra-ganas meskipun tidak semua kasus kemajuan untuk kanker. Namun,
pengawasan ketat dan skrining pasien yang berisiko diperlukan untuk membantu dalam deteksi dini dan pengobatan kanker payudara.
6. Lama menyusui
Kanker payudara adalah kanker yang paling umum di kalangan wanita. Sekitar seperempat dari semua wanita yang menerima diagnosis pada saat
sebelum menopause berpotensi menderita kanker payudara. Saat ini lebih banyak wanita memilih untuk menyusui, terutama mereka yang berencana hamil
dikemudian hari. Menyusui merupakan salah satu dari beberapa faktor yang dapat dimodifikasi dan dapat membantu untuk mencegah terjadinya kanker payudara (Riordan 2005).
Wanita yang menyusui risiko terkena kanker payudara lebih kecil dibandingkan dengan wanita yang tidak menyusui (Cancer Research UK 2010).
terhadap payudara berkurang dan menjadi faktor protektif terhadap risiko kanker payudara (Azamris 2006).
Efek perlindungan dari menyusui diduga karena mengurangi jumlah ovulasi secara proporsional dengan durasi dan intensitas menyusui. Kadar esterogen pun
lebih rendah jika dibandingkan dengan wanita yang sedang mengalami menstruasi. Selain itu, menyusui dapat mengurangi konsentrasi endogen dan eksogen karsinogen yang hadir dalam sel-sel epitel duktal dan lobular (Helewa et
al. 2002 dalam Riordan 2005).
7. Obesitas, diet lemak dan alkohol
Wanita yang obesitas (kegemukan) pasca menopause, mengkonsumsi lemak, dan konsumsi alkohol berlebih dapat meningkatkan resiko kanker payudara (Yayasan Kanker Indonesia, 2014). Kelebihan berat badan atau obesitas setelah menopaus
meningkatkan resiko kanker payudara. Sebelum menopause ovarium memproduksi sebagian besar estrogen, dan jaringan lemak hanya memproduksi
sedikit estrogen. Setelah menopause ovarium berhenti memproduksi estrogen, sebagian besar estrogen wanita berasal dari jaringan lemak. Memiliki jaringan lemak lebih banyak setelah menopause dapat meningkatkan estrogen dan
meningkatkan risiko kanker payudara. Selanjutnya, diet yang mengandung 35-45% lemak kalori seperti kebanyakan diet barat kaya akan kolesterol yang
estrogen dalam tubuh yang dalam teori dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
8. Paparan radiasi
Perempuan baik muda atau dewasa, yang pernah mengalami terapi radiasi di
daerah dada untuk penanganan kanker lainnya memiliki peningkatan risiko kanker payudara yang signifikan. Pada saat mendapatkan radiasi, produksi hormon ovarium berhenti untuk beberapa waktu yang menurunkan risiko,
kemudian setelah radiasi selesai sel kanker payudara berkembang. Risiko kanker payudara oleh karena radiasi dada sangat tinggi jika radiasi diberikan saat masa
pubertas, ketika payudara masih berkembang. 9. Terapi hormon
Beberapa jenis kanker tumbuh karena penggunaan produk hormonal, salah
satunya kanker payudara. Semakin banyak seorang wanita terpapar hormon estrogen, semakin rentan seorang wanita tersebut terhadap kanker payudara.
Hormon estrogen yang menempel pada sel dengan bakat kanker dapat menyebabkan sel tersebut membelah lebih cepat. Semakin cepat sel membelah, dan memicu pertumbuhan sel tersebut kearah abnormal yang nantinya akan
berkembang menjadi sel kanker. Beberapa terapi hormon yang dapat memicu pertumbuhan kanker payudara adalah :
a. Kontrasepsi oral
dibandingkan perempuan yang belum pernah menggunakannya. Berdasarkan hasil penelitian Indrati (2005) wanita yang menggunakan kontrasepsi oral >10
tahun memberikan risiko sebesar 3.10 kali dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunkan kontrasepsi oral. Penelitian Harianto et al. (2005)
menunjukkan bahwa pengguna pil kontrasepsi kombinasi memiliki risiko 1.864 kali lebih tinggi untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan bukan pengguna pil kontrasepsi kombinasi.
b. Terapi hormon setelah menopause
Terapi hormon dengan estrogen (sering dikombinasikan dengan progesteron)
telah digunakan bertahun-tahun untuk membantu meringankan gejala menopause dan membantu mencegah osteoporosis Perawatan ini berjalan dengan banyak nama, seperti pasca-menopause terapi hormon (PHT), terapi penggantian hormon
(HRT), dan hormon menopause Terapi (MHT).
c. Terapi hormon gabungan (HT)
Penggunaan terapi hormon gabungan setelah menopause meningkatkan risiko kanker payudara. Hal ini juga dapat meningkatkan kemungkinan kematian akibat kanker payudara. Peningkatan risiko ini dapat dilihat dengan sedikitnya 2 tahun
penggunaan.
d. Terapi estrogen (ET)
ET dalam beberapa studi telah ditemukan meningkatkan risiko kanker ovarium dan payudara.
10.Konsumsi Makanan yang Diawetkan dan Dibakar
Penggunaan nitrat dan nitrit dalam pengolahan makanan telah sejak lama
dilakukan. Hal ini dimulai secara tidak sengaja dengan ditemukannya bahwa daging yang diawetkan dengan garam kasar memberikan warna merah setelah dimasak. Sejak itu nitrat dan nitrit secara luas digunakan untuk memperoleh
warna merah yang seragam pada produk-produk daging yang diawetkan dan praktek ini membawa pengembangan proses pengasinan (curing) modern
(Muchtadi 1989). Menurut Harris dan Karmas (1989) natrium klorida adalah komponen bahan pangan yang tak dapat diabaikan. Pada konsentrasi yang rendah, zat ini memberikan sumbangan besar terhadap cita rasa. Pada konsentrasi yang
lebih tinggi, garam menunjukkan kerja bakteriostatik yang penting. Menurut Buckle (1985) curing daging adalah suatu proses yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme melalui penggunaan garam sodium khlorida dan pengendalian aktivitas air diikuti dengan penggunaan garam nitrit yang ditambahkan untuk mempertahankan warna daging dan pengasapan untuk
mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme selanjutnya dan mencapai suatu rasa daging asin yang diinginkan. Harris dan Karmas (1989) curing juga bertujuan
nitrat dan nitrit dalam makanan (terutama produk-produk daging) dibatasi karena adanya efek meracuni dari kedua senyawa tersebut. Umumnya nitrit lebih beracun
dibandingkan dengan nitrat, oleh karena itu konsumsi nitrit pada manusia dibatasi sampai 0.4 mg/kg berat badan per hari. Akhir-akhir ini penggunaan nitrit sebagai
bahan pengawet kembali disoroti oleh banyak ahli karena adanya bukti-bukti yang menunjukkan bahwa nitrosamin, suatu karsinogen, dapat terbentuk dari hasil reaksi antara nitrit dengan senyawa amin sekunder pada daging (Muchtadi 1989).
Nitrosamin adalah sekelompok senyawa kimia yang ternyata bersifat karsinogen. Nitrosamin menunjukkan intensitas karsinogenik dan spesifikasi organ yang
berbeda. Nitrosamin dideteksi ada dalam daging yang diawetkan dengan curing dan pengasapan. Ada kekhawatiran bahwa nitrosamin dapat diregenerasi selama pelaksanaan curing. Pengasapan dapat pula menyebabkan pembentukan
nitrosamin karena nitrogen oksida telah dideteksi ada dalam asap kayu dan amina ada dalam daging hewan. Nitrosamin dapat muncul dalam tubuh manusia apabila
pra zatnya yaitu amina dan nitrit atau nitrat, saling bersentuhan dalam lambung (Harris & Karmas 1989). Pertanyaan yang selalu diajukan adalah sejauh mana pengaruh nitrosamin terhadap kesehatan manusia. Hal-hal yang harus
dipertimbangkan antara lain: 1. Pengaruh kumulatif dan percepatan dari kontak dengan nitrosamin dalam jangka waktu lama, 2. Potensi karsinogenik relatif
2.3.3 Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Gejala yang paling umum dari kanker payudara adalah benjolan baru atau
massa, rasa nyeri, ada massa yang memiliki tepi yang tidak teratur, namun kanker payudara dapatlembutatau bulat. Maka penting untuk memeriksakan adanya setiap
massa atau benjolan pada payudara dan perubahan baru yang terjadikepada ahli kesehatanberpengalaman dalam mendiagnosa penyakit payudara.Gejala lain yang mungkin terjadi pada kanker payudara meliputi:
1. Pembengkakan seluruh atau sebagian payudara (bahkan jika tidakada benjolan yang berbeda dirasakan)
2. Iritasi kulit
3. Nyeri pada Payudara atau puting
4. Penarikan pada putting susu (berputar ke dalam)
5. Kemerahan,penebalan puting atau kulit payudara 6. Keluar cairan puting susu (selain ASI)
Kadang-kadang kanker payudara dapat menyebar ke kelenjar getah bening di bawah lengan atau sekitar kerahtulang dan menyebabkan benjolan atau pembengkakan di sana, bahkan sebelum tumor asli di payudarajaringan cukup
2.3.4 Klasifikasi Kanker Payudara
Klasifikasi histologi kanker payudara (WHO, 2010)
1. Non-invasif a. Karsinoma duktus in situ b. Karsinoma lobules in situ 2. Invasif a. Karsinoma invasif duktal
b. Karsinoma invasif duktal dengan komponen intraduktal yang predominant
c. Karsinoma invasif lobural d. Karsinoma mucinous e. Karsinoma medullary f. Karsinoma papillary g. Karsinoma tubular
h. Karsinoma adenoid cystic i. Karsinoma sekretori j. Karsinoma apocrine
k. Karsinoma dengan metaplasia i.Tipe squamous
ii.Tipe spindle-cell
iii.Tipe cartilaginous dan osseous l. Lain-lain
3. Paget’s disease of the nipple
Tabel 2.1 Histologi Kanker Payudara 2.3.5 Stadium Kanker Payudara
Sistem penentuan stadium yang tersering digunakan yaitu berdasarkan
klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari WHO atau World Health Organization)/AJCC (American Joint
Committee On cancer yang disponsori oleh American Cancer Society dan American
College of Surgeons). TNM merupakan singkatan dari “T”, yaitu tumor size atau
Metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, M dinilai baik secara klinik
sebelum dan sesudah operasi, serta dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada
kanker payudara, penilaian pada TNM adalah sebagai berikut: 1. T (Tumor size), ukuran tumor terdir dari :
a. T 0 : tidak ditemukan tumor primer
b. T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang c. T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
d. T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm
e. T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah menyebar ke kulit, dinding
dada, atau pada keduanya dapat berup borok, edema, ataau bengkak. Kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit luar tumor utama.
2. N (Node), kelenjar getah bening regional (KGB) :
a. N 0 : tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak atau aksilla b. N 1 : ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
c. N 2 : ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
d. N 3 : ada metastasis ke kgb diatas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum
3. M (Metastasis), penyebaran jauh :
a. M x : metastasis jauh belum dapat dinilai
Setelah masing – masing faktor T,N,M didapatkan , ketika faktor tersebut digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :
1. Stadium 0 : T0 N0 M0 2. Stadium I : T1 N0 M0
3. Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0 4. Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0
5. Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0
/ T2 N2 M0
6. Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0
7. Stadium III C : setiap T N3 M0 8. Stadium IV : setiap T-setiap N-M1
Kanker payudara dibedakan menjadi beberapa stadium klinik berikut :
a. Stadium I
Ukuran tumor atau kanker berdiameter kurang dari 2 cm, tidak ada
limfonodus terkena (LN) atau penyebaran luas. b. Stadium IIa
Ukuran tumor kurang dari 5 cmtanpa keterlibatan LN, tidak ada penyebaran
jauh.Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN c. Stadium IIb
d. Stadium III A
Ukuran tumor dengan diameter 5 cm dengan pembesaran kelenjar limfa
aksilla dan melekat satu dengan yang lain atau pada jaringan yang berdekatan.
e. Stadium III B
Melibatkan kulit, terjadi edema, ulserasi, nodula satelit, melekat pada
dinding dada, metastasis kelenjar limfa supraklavikular atau intraklavikular, edema lengan ipsilateral, dan menglami inflamasi.
f. Stadium IV
Sudah terjadi metafisis jauh. Pada tahap ini, tumor sudah menyebar ke seluruh organ tubuh lain, termasuk di kelenjar getah bening supra clavicula.
Selain itu, tumor juga akan menyerang organ-organ vital lainnya, seperti jantung, ginjal, otak, dan lain – lainnya.
2.3.6 Deteksi Dini Kanker Payudara
Penemuan kanker sejak dini sangat penting untuk sebuah kesembuhan. Tujuan utama deteksi dini kanker payudara adalah untuk menemukan kanker dalam stadium
dini, sehingga pengobatannya menjadi lebih baik. Bila kanker payudara sudah mencapai tahap lanjut atau stadium tinggi, kemungkinan sembuh akan sangat kecil.
Menurut Suryono dan Roischa (2008) dalam Putra (2015), deteksi dini untuk
1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI/Breast Self Examination) a. Pengertian SADARI
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah salah satu deteksi dini kanker payudara. Merupakan suatu teknik pemeriksaan dimana seorang
wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan merasakan dengan jari apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya. Menurut Syahfitri (2012) SADARI adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan oleh setiap
wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. Pemeriksaan payudara sendiri sangat penting untuk mengetahui benjolan yang memungkinkan
adanya kanker payudara karena penemuan secara dini adalah kunci untuk menyelamatkan hidup.
b. Tujuan SADARI
Deteksi dini merupakan suatu langkah yang sangat penting untuk mengurangi tingkat kematian 25-30% karena kanker payudara. Sebesar 85%
gangguan dalam payudara di ketahui pertama kali oleh penderita sendiri. Pentingnya pemeriksaan payudara sendiri tiap bulan terbukti dari kenyataan bahwa kanker payudara ditemukan sendiri secara kebetulan atau waktu
memeriksa diri sendiri.
c. Waktu Melakukan SADARI
pengaruh hormon ovarium sudah hilang sehingga konsistensi payudara tidak lagi keras seperti menjelang menstruasi.
d. Cara Melakukan SADARI
Pemeriksaan SADARI dapat dilakukan dengan dua posisi (cara), yakni
posisi berdiri dan posisi berbaring. Berikut langkah untuk SADARI posisi berdiri ;
1) Pada tahap awal, lepas semua pakaian atas, lalu berdiri di depan cermin
dengan posisi kedua tangan lurus dibawah. Perhatikan seluruh bagian kedua payudara dengan seksama.
2) Pastikan ada tidaknya perubahan yang tampak, baik bentuk maupun ukuran payudara. Hanya perempuan yang bersangkutan (Anda) yang lebih memahami jika ada perubahan bentuk maupun ukuran payudara.
3) Langkah selanjutnya, angkat kedua tangan keatas hingga lurus, Perhatiakan kembali seluruh bagian payudara. Pastikan ada tidaknya yang
tampak, seperti adanya tarikan di sekitar payudara atau adanya kerutan di kulit payudara.
4) Pada kondisi berdiri sempurna dangan tangan lurus di samping badan,
pijat atau tekan secara perlahan-lahan payudara sebelah kiri tepat disekitar putting susu dengan tangan kanan, sedangkan payudara sebelah kanan
Gambar 2.1 : Cara melakukan SADARI
Sedangkan pada posisi berbaring, berikut berbagai langkah yang
harus dilakukan :
1) Letakkan bantal dibawah bahu atau dibawah punggung untuk mempermudah pemeriksaan.
2) Letakkan tangan kanan dibawah kepala dan tangan kiri meraba sambil menekan perlahaan-lahan payudara sebelah kanan. Begitu
pula sebaliknya, letakkan tangan kiri dibawah kepala dan periksa payudara sebelah kiri dengan tangan kanan.
3) Lakukan perabaan dengan tangan memutar disertai tekanan secara
Jika dalam proses pemeriksaan ditemukan adanya benjolan di sekitar payudara, sebaiknya sesegera mungkin konsultasikan ke
dokter. Hal ini perlu dilakukan karena tidak semua benjolan yang timbul disekitar payudara adalah kanker.
Gambar 2.2 : Memijat & Meraba Payudara
2. Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS/Clinical Breast Exam)
Pemeriksaan ini dilakukan oleh tenaga profesional petugas kesehatan seperti
dokter, perawat, atau asisten dokter pada payudara perempuan yang akan diperiksa. Pada pemeriksaan ini, yang diperiksa harus melepaskan seluruh pakaian atasnya. Pemeriksaan pertama akan memperhatikan ukuran, bentuk atau
untuk perempuan yang tidak tahu cara untuk memeriksa payudara sendiri (SADARI).
3. Mammografi
Mammografi adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar x terhadap payudara (Wijayakusuma,2008 dalam Putra,2015). Screening kanker payudara
dengan mammografi dianjurkan untuk perempuan usia lebih dari 40 tahun dengan risiko standar. Sedangkan untuk perempuan dengan risiko tinggi, mammografi
sebaiknya dimulai pada usia 25 tahun atau pada usia 5 tahun lebih muda dari anggota keluarganya yang termuda yang mempunyai riwayat kanker payudara.
Screeningtes, seperti mammografi tahunan, hasilnya diberikan secara rutin
untuk orang-orang sehat dan tidak diduga mengalami kanker payudara. Tujuannya untuk menentukan kanker payudara sedini mungkin sebelum gejala
kanker berkembang dan lebih mudah untuk ditangani. 4. Pemeriksaan Biopsi (Klinis)
Biopsi payudara (breast biopsy) merupakan tindakan untuk mengambil contoh
jaringan payudara dan dilihat di bawah lensa mikroskop untuk mengetahui adanya sel kanker payudara. Biasanya, tindak biopsy payudara yang ditemukann untuk
mengetahui lebih lanjut benjolan payudara yang ditemukan saat pemeriksaan dengan mammogram atau USG payudara. Hasil biopsy payudara akan
5. Ultrasonografi (USG) Payudara
USG payudara (breast ultrasound) yang juga dikenal dengan sonografi atau
ultrasonografi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi keberadaan kanker pada jaringan payudara.
Tujuan dari Ultrasonografi (USG) adalah untuk pemeriksaan dengan menggunakan gelombang bunyi dengan frekuensi tinggi untuk mendapatkan gambaran jaringan payudara. Pemeriksaan USG pada perempuan dibawah usia 40