• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Wanita Usia Subur dalam Mendeteksi Dini Kanker Payudara di Kecamatan Medan Deli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Wanita Usia Subur dalam Mendeteksi Dini Kanker Payudara di Kecamatan Medan Deli"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan aktivitas organisme (makhluk

hidup) yang bersangkutan. Oleh karena itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud perilaku

manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentang yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa,

bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya (Maulana, 2007)

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku manusia

antara satu dengan yang lain tidak sama baik dalam kepandaian, bakat, sikap, minat, maupun kepribadian (Novita & Franciska,2012).Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan responsserta dapat diamati baik secara langsung

maupun tidak langsung (Sunaryo,2013).

2.1.2 Klasifikasi Perilaku

Menurut Skiner (1930) dalam Notoatmodjo (2007) dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

(2)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati

secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Green (1980) dalam Novita& Franciska (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku adalah sebagai berikut :

1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Faktor predisposisi merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang

menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku, yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan pengalaman.

2. Faktor Pemungkin atau Pendukung (Enabling Factors)

Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana, yang termasuk dalam

(3)

3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)

Faktor penguat merupakan faktor penyerta perilaku atau yang datang sesudah

perilaku itu ada. Hal-hal yang termasuk dalam perilaku ini adalah keluarga, teman, petugas kesehatan, dan sebagainya.

2.1.4 Domain Perilaku

Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2007) perilaku dibagi dalam tiga domain (ranah/kawasan) yang terdiri dari ranah pengetahuan (knowlegde), ranah

sikap (attitude), dan ranah tindakan (practice). 1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihtan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melaui mata dan telinga.Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan : a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau

(4)

pengetahuan yang paling rendah. Seseorang dikatakan tahu apabila dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi ttau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen–komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

(5)

Dengan kata lain sintesa adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan utuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran Pengetahuan dapat dilakukan dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden

(Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan biasanya ditulis dalam presentase dan dikategorikan dalam 2 kategori, sehingga apabila responden menjawab pertanyaan dengan skor 80-100 % adalah pengetahuan baik, dan 0-79% adalah

pengetahuan kurang. 2. Sikap (Attitude)

Sikapmerupakan reaksiatau respon yang masih tertutup dari seseorangterhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam

kehidupan sehari–hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.Sikap terdiri dari berbagai tingkatan:

a. Menerima (receiving)

(6)

b. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikator dari sikap. c. Menghargai (valving)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Dimana sikap dikategorikan dalam 2 kategori yaitu sikap positif dan sikap negatif. Salah satu

skala sikap yang sering digunakan adalah skala likert. Dalam skala likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif,

dinilai oleh subjek dengan setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (wawan dan dewi, 2010).

3. Praktik atau Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

(7)

a. Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh.

b. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

c. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikan tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut.

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengamati tindakan dari subjek dalam rangka memelihara kesehatannya

(observasi). Namun dapat juga dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui

pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan objek tertentu (Notoatmodjo, 2012).

2.2 Wanita Usia Subur (WUS) 2.2.1 Pengertian Wanita Usia Subur

Wanita Usia Subur menurut Depkes RI (2011) adalah semua wanita yang

(8)

Suparyanto (2011) yang dimaksud Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Puncak

kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil.

2.3 Kanker Payudara

2.3.1 Pengertian Kanker Payudara

Kanker adalah kondisi dimana pertumbuhan dan penyebaran sel tidak

terkontrol, dapat terjadi pada hampir seluruh bagian tubuh dan pertumbuhannya sering menginvasi jaringan sekitar serta dapat bermetastasis ke lokasi tubuh yang jauh

(WHO, 2012). Kanker payudara adalah tumor ganas yang berawal dari sel-sel pada payudara (American Cancer Society, 2012). Kanker payudara terbentuk pada jaringan payudara, biasanya pada duktus (saluran yang membawa air susu ke putting susu)

atau lobulus (kelenjar yang menghasilkan air susu) (Roche, 2012).

2.3.2 Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Payudara

Penyebab kanker payudara tidak diketahui dengan pasti, namun karakteristik atau faktor risiko muncul untuk meningkatkan kemungkinan kanker payudara pada wanita, yaitu :

1. Jenis kelamin

Prevalensi kanker payudara yang terjadi pada wanita sebesar 32% dan hanya

(9)

wanita jauh lebih tinggi dibandingkan pria yang dapat meningkatkan pertumbuhan sel kanker payudara.

2. Usia

Risiko seseorang menderita kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia (American Cancer Society, 2012). Semakin lama hidup, ada

lebih banyak kesempatan kerusakan genetik didalam tubuh. Pada saat ini tubuh kita kurang mampu memperbaiki kerusakan genetik. Kanker payudara sangat

jarang terjadi pada usia di bawah 20 tahun, namun tingkat insiden meningkat tajam dan menjadi besar sebelum usia 50 tahun. Hal ini dikarenakan pertumbuhan

dan perkembangan kanker payudara dipengaruhi oleh hormon estrogen yang dieksresikan oleh ovarium. Pada usia reproduksi, sekresi hormon estrogen oleh ovarium meningkat, berkurang pada usia klimakterium dan pada usia menopause

hormon ini tidak dieksresikan lagi. 3. Riwayat keluarga kanker dan genetik

Mereka yang memiliki riwayat keluarga (ibu, adik, atau anak perempuan) kanker payudara berkisar antara 2-4 kali lebih besar kemungkinannyamengalami kanker payudara. Perempuan dari mutasi BRCA1 atau BRCA2 tumor gen

supresor memiliki risiko seumur hidup yang signifikan dari kanker payudara, meskipun hanya 10% dari kasus kanker payudara berhubungan dengan mutasi

(10)

lainnya mengalami mutasi di BRCA2 (di kromosom 13q12-13). Pada sel normal, gen ini membantumencegah kanker dengan membuat protein yang membantu

menjaga sel-sel tumbuh tidak normal. Keduanya bekerja sebagai gen penekan tumor, kanker muncul jika kedua alel inaktif atau cacat yang disebabkan oleh

mutasi sel germinativum dan oleh mutasi somatic berikutnya. Versimutasi gen ini tidak dapatmenghentikanpertumbuhan abnormal, dan dapat menyebabkankanker. 4. Faktor hormonal

Kelebihan estrogen endogen atau yang lebih tepat ketidakseimbangan hormon, jelas berperan penting. Beberapa faktor risiko ialah menarche dini

(sebelum 12 tahun), menopause terlambat (setelah 55 tahun),nulliparity (tidak memiliki anak) dan pertama kehamilan setelah usia 30 tahun. Agus et al (2013) mengamati bahwa risiko kanker payudara antara 15-20% pada menarche dini dan

menopause terlambat. Hal ini karena menarche dini dan menopause terlambat akan meningkatkan durasi paparan estrogen selama wanita bereproduksi dan ada

kerjasama genetik dan faktor lingkungn untuk kanker payudara berkembang.Kehamilan jangka penuh dan paritas lebih tinggi menurunkan risiko kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak melahirkan. Ini karena tingkat

estrogen lebih rendah pada kehamilan dan pada wanita yang memiliki banyak anak.

5. Penyakit payudara jinak

(11)

jinak yang paling sering pada payudara. Perubahan tersebut umumnya mempengaruhi perempuan premenopause antara 20 dan 50 tahun. Penyakit ini

merupakan proses kumulatif yang sebagian disebabkan oleh perubahan hormonal bulanan. Hormon terkait adalah estrogen, progesteron, dan prolaktin. Hormon ini

berkaitan langsung dengan jaringan payudara karena menyebabkan pertumbuhan multiplikasi sel.Fibro-adenosis dengan displasia berat dan epitheliosis adalah dianggap pra-ganas meskipun tidak semua kasus kemajuan untuk kanker. Namun,

pengawasan ketat dan skrining pasien yang berisiko diperlukan untuk membantu dalam deteksi dini dan pengobatan kanker payudara.

6. Lama menyusui

Kanker payudara adalah kanker yang paling umum di kalangan wanita. Sekitar seperempat dari semua wanita yang menerima diagnosis pada saat

sebelum menopause berpotensi menderita kanker payudara. Saat ini lebih banyak wanita memilih untuk menyusui, terutama mereka yang berencana hamil

dikemudian hari. Menyusui merupakan salah satu dari beberapa faktor yang dapat dimodifikasi dan dapat membantu untuk mencegah terjadinya kanker payudara (Riordan 2005).

Wanita yang menyusui risiko terkena kanker payudara lebih kecil dibandingkan dengan wanita yang tidak menyusui (Cancer Research UK 2010).

(12)

terhadap payudara berkurang dan menjadi faktor protektif terhadap risiko kanker payudara (Azamris 2006).

Efek perlindungan dari menyusui diduga karena mengurangi jumlah ovulasi secara proporsional dengan durasi dan intensitas menyusui. Kadar esterogen pun

lebih rendah jika dibandingkan dengan wanita yang sedang mengalami menstruasi. Selain itu, menyusui dapat mengurangi konsentrasi endogen dan eksogen karsinogen yang hadir dalam sel-sel epitel duktal dan lobular (Helewa et

al. 2002 dalam Riordan 2005).

7. Obesitas, diet lemak dan alkohol

Wanita yang obesitas (kegemukan) pasca menopause, mengkonsumsi lemak, dan konsumsi alkohol berlebih dapat meningkatkan resiko kanker payudara (Yayasan Kanker Indonesia, 2014). Kelebihan berat badan atau obesitas setelah menopaus

meningkatkan resiko kanker payudara. Sebelum menopause ovarium memproduksi sebagian besar estrogen, dan jaringan lemak hanya memproduksi

sedikit estrogen. Setelah menopause ovarium berhenti memproduksi estrogen, sebagian besar estrogen wanita berasal dari jaringan lemak. Memiliki jaringan lemak lebih banyak setelah menopause dapat meningkatkan estrogen dan

meningkatkan risiko kanker payudara. Selanjutnya, diet yang mengandung 35-45% lemak kalori seperti kebanyakan diet barat kaya akan kolesterol yang

(13)

estrogen dalam tubuh yang dalam teori dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

8. Paparan radiasi

Perempuan baik muda atau dewasa, yang pernah mengalami terapi radiasi di

daerah dada untuk penanganan kanker lainnya memiliki peningkatan risiko kanker payudara yang signifikan. Pada saat mendapatkan radiasi, produksi hormon ovarium berhenti untuk beberapa waktu yang menurunkan risiko,

kemudian setelah radiasi selesai sel kanker payudara berkembang. Risiko kanker payudara oleh karena radiasi dada sangat tinggi jika radiasi diberikan saat masa

pubertas, ketika payudara masih berkembang. 9. Terapi hormon

Beberapa jenis kanker tumbuh karena penggunaan produk hormonal, salah

satunya kanker payudara. Semakin banyak seorang wanita terpapar hormon estrogen, semakin rentan seorang wanita tersebut terhadap kanker payudara.

Hormon estrogen yang menempel pada sel dengan bakat kanker dapat menyebabkan sel tersebut membelah lebih cepat. Semakin cepat sel membelah, dan memicu pertumbuhan sel tersebut kearah abnormal yang nantinya akan

berkembang menjadi sel kanker. Beberapa terapi hormon yang dapat memicu pertumbuhan kanker payudara adalah :

a. Kontrasepsi oral

(14)

dibandingkan perempuan yang belum pernah menggunakannya. Berdasarkan hasil penelitian Indrati (2005) wanita yang menggunakan kontrasepsi oral >10

tahun memberikan risiko sebesar 3.10 kali dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunkan kontrasepsi oral. Penelitian Harianto et al. (2005)

menunjukkan bahwa pengguna pil kontrasepsi kombinasi memiliki risiko 1.864 kali lebih tinggi untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan bukan pengguna pil kontrasepsi kombinasi.

b. Terapi hormon setelah menopause

Terapi hormon dengan estrogen (sering dikombinasikan dengan progesteron)

telah digunakan bertahun-tahun untuk membantu meringankan gejala menopause dan membantu mencegah osteoporosis Perawatan ini berjalan dengan banyak nama, seperti pasca-menopause terapi hormon (PHT), terapi penggantian hormon

(HRT), dan hormon menopause Terapi (MHT).

c. Terapi hormon gabungan (HT)

Penggunaan terapi hormon gabungan setelah menopause meningkatkan risiko kanker payudara. Hal ini juga dapat meningkatkan kemungkinan kematian akibat kanker payudara. Peningkatan risiko ini dapat dilihat dengan sedikitnya 2 tahun

penggunaan.

d. Terapi estrogen (ET)

(15)

ET dalam beberapa studi telah ditemukan meningkatkan risiko kanker ovarium dan payudara.

10.Konsumsi Makanan yang Diawetkan dan Dibakar

Penggunaan nitrat dan nitrit dalam pengolahan makanan telah sejak lama

dilakukan. Hal ini dimulai secara tidak sengaja dengan ditemukannya bahwa daging yang diawetkan dengan garam kasar memberikan warna merah setelah dimasak. Sejak itu nitrat dan nitrit secara luas digunakan untuk memperoleh

warna merah yang seragam pada produk-produk daging yang diawetkan dan praktek ini membawa pengembangan proses pengasinan (curing) modern

(Muchtadi 1989). Menurut Harris dan Karmas (1989) natrium klorida adalah komponen bahan pangan yang tak dapat diabaikan. Pada konsentrasi yang rendah, zat ini memberikan sumbangan besar terhadap cita rasa. Pada konsentrasi yang

lebih tinggi, garam menunjukkan kerja bakteriostatik yang penting. Menurut Buckle (1985) curing daging adalah suatu proses yang dapat menghambat

pertumbuhan mikroorganisme melalui penggunaan garam sodium khlorida dan pengendalian aktivitas air diikuti dengan penggunaan garam nitrit yang ditambahkan untuk mempertahankan warna daging dan pengasapan untuk

mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme selanjutnya dan mencapai suatu rasa daging asin yang diinginkan. Harris dan Karmas (1989) curing juga bertujuan

(16)

nitrat dan nitrit dalam makanan (terutama produk-produk daging) dibatasi karena adanya efek meracuni dari kedua senyawa tersebut. Umumnya nitrit lebih beracun

dibandingkan dengan nitrat, oleh karena itu konsumsi nitrit pada manusia dibatasi sampai 0.4 mg/kg berat badan per hari. Akhir-akhir ini penggunaan nitrit sebagai

bahan pengawet kembali disoroti oleh banyak ahli karena adanya bukti-bukti yang menunjukkan bahwa nitrosamin, suatu karsinogen, dapat terbentuk dari hasil reaksi antara nitrit dengan senyawa amin sekunder pada daging (Muchtadi 1989).

Nitrosamin adalah sekelompok senyawa kimia yang ternyata bersifat karsinogen. Nitrosamin menunjukkan intensitas karsinogenik dan spesifikasi organ yang

berbeda. Nitrosamin dideteksi ada dalam daging yang diawetkan dengan curing dan pengasapan. Ada kekhawatiran bahwa nitrosamin dapat diregenerasi selama pelaksanaan curing. Pengasapan dapat pula menyebabkan pembentukan

nitrosamin karena nitrogen oksida telah dideteksi ada dalam asap kayu dan amina ada dalam daging hewan. Nitrosamin dapat muncul dalam tubuh manusia apabila

pra zatnya yaitu amina dan nitrit atau nitrat, saling bersentuhan dalam lambung (Harris & Karmas 1989). Pertanyaan yang selalu diajukan adalah sejauh mana pengaruh nitrosamin terhadap kesehatan manusia. Hal-hal yang harus

dipertimbangkan antara lain: 1. Pengaruh kumulatif dan percepatan dari kontak dengan nitrosamin dalam jangka waktu lama, 2. Potensi karsinogenik relatif

(17)

2.3.3 Tanda dan Gejala Kanker Payudara

Gejala yang paling umum dari kanker payudara adalah benjolan baru atau

massa, rasa nyeri, ada massa yang memiliki tepi yang tidak teratur, namun kanker payudara dapatlembutatau bulat. Maka penting untuk memeriksakan adanya setiap

massa atau benjolan pada payudara dan perubahan baru yang terjadikepada ahli kesehatanberpengalaman dalam mendiagnosa penyakit payudara.Gejala lain yang mungkin terjadi pada kanker payudara meliputi:

1. Pembengkakan seluruh atau sebagian payudara (bahkan jika tidakada benjolan yang berbeda dirasakan)

2. Iritasi kulit

3. Nyeri pada Payudara atau puting

4. Penarikan pada putting susu (berputar ke dalam)

5. Kemerahan,penebalan puting atau kulit payudara 6. Keluar cairan puting susu (selain ASI)

Kadang-kadang kanker payudara dapat menyebar ke kelenjar getah bening di bawah lengan atau sekitar kerahtulang dan menyebabkan benjolan atau pembengkakan di sana, bahkan sebelum tumor asli di payudarajaringan cukup

(18)

2.3.4 Klasifikasi Kanker Payudara

Klasifikasi histologi kanker payudara (WHO, 2010)

1. Non-invasif a. Karsinoma duktus in situ b. Karsinoma lobules in situ 2. Invasif a. Karsinoma invasif duktal

b. Karsinoma invasif duktal dengan komponen intraduktal yang predominant

c. Karsinoma invasif lobural d. Karsinoma mucinous e. Karsinoma medullary f. Karsinoma papillary g. Karsinoma tubular

h. Karsinoma adenoid cystic i. Karsinoma sekretori j. Karsinoma apocrine

k. Karsinoma dengan metaplasia i.Tipe squamous

ii.Tipe spindle-cell

iii.Tipe cartilaginous dan osseous l. Lain-lain

3. Paget’s disease of the nipple

Tabel 2.1 Histologi Kanker Payudara 2.3.5 Stadium Kanker Payudara

Sistem penentuan stadium yang tersering digunakan yaitu berdasarkan

klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari WHO atau World Health Organization)/AJCC (American Joint

Committee On cancer yang disponsori oleh American Cancer Society dan American

College of Surgeons). TNM merupakan singkatan dari “T”, yaitu tumor size atau

(19)

Metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, M dinilai baik secara klinik

sebelum dan sesudah operasi, serta dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada

kanker payudara, penilaian pada TNM adalah sebagai berikut: 1. T (Tumor size), ukuran tumor terdir dari :

a. T 0 : tidak ditemukan tumor primer

b. T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang c. T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm

d. T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm

e. T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah menyebar ke kulit, dinding

dada, atau pada keduanya dapat berup borok, edema, ataau bengkak. Kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit luar tumor utama.

2. N (Node), kelenjar getah bening regional (KGB) :

a. N 0 : tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak atau aksilla b. N 1 : ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan

c. N 2 : ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan

d. N 3 : ada metastasis ke kgb diatas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum

3. M (Metastasis), penyebaran jauh :

a. M x : metastasis jauh belum dapat dinilai

(20)

Setelah masing – masing faktor T,N,M didapatkan , ketika faktor tersebut digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :

1. Stadium 0 : T0 N0 M0 2. Stadium I : T1 N0 M0

3. Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0 4. Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0

5. Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0

/ T2 N2 M0

6. Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0

7. Stadium III C : setiap T N3 M0 8. Stadium IV : setiap T-setiap N-M1

Kanker payudara dibedakan menjadi beberapa stadium klinik berikut :

a. Stadium I

Ukuran tumor atau kanker berdiameter kurang dari 2 cm, tidak ada

limfonodus terkena (LN) atau penyebaran luas. b. Stadium IIa

Ukuran tumor kurang dari 5 cmtanpa keterlibatan LN, tidak ada penyebaran

jauh.Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN c. Stadium IIb

(21)

d. Stadium III A

Ukuran tumor dengan diameter 5 cm dengan pembesaran kelenjar limfa

aksilla dan melekat satu dengan yang lain atau pada jaringan yang berdekatan.

e. Stadium III B

Melibatkan kulit, terjadi edema, ulserasi, nodula satelit, melekat pada

dinding dada, metastasis kelenjar limfa supraklavikular atau intraklavikular, edema lengan ipsilateral, dan menglami inflamasi.

f. Stadium IV

Sudah terjadi metafisis jauh. Pada tahap ini, tumor sudah menyebar ke seluruh organ tubuh lain, termasuk di kelenjar getah bening supra clavicula.

Selain itu, tumor juga akan menyerang organ-organ vital lainnya, seperti jantung, ginjal, otak, dan lain – lainnya.

2.3.6 Deteksi Dini Kanker Payudara

Penemuan kanker sejak dini sangat penting untuk sebuah kesembuhan. Tujuan utama deteksi dini kanker payudara adalah untuk menemukan kanker dalam stadium

dini, sehingga pengobatannya menjadi lebih baik. Bila kanker payudara sudah mencapai tahap lanjut atau stadium tinggi, kemungkinan sembuh akan sangat kecil.

Menurut Suryono dan Roischa (2008) dalam Putra (2015), deteksi dini untuk

(22)

1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI/Breast Self Examination) a. Pengertian SADARI

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah salah satu deteksi dini kanker payudara. Merupakan suatu teknik pemeriksaan dimana seorang

wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan merasakan dengan jari apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya. Menurut Syahfitri (2012) SADARI adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan oleh setiap

wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. Pemeriksaan payudara sendiri sangat penting untuk mengetahui benjolan yang memungkinkan

adanya kanker payudara karena penemuan secara dini adalah kunci untuk menyelamatkan hidup.

b. Tujuan SADARI

Deteksi dini merupakan suatu langkah yang sangat penting untuk mengurangi tingkat kematian 25-30% karena kanker payudara. Sebesar 85%

gangguan dalam payudara di ketahui pertama kali oleh penderita sendiri. Pentingnya pemeriksaan payudara sendiri tiap bulan terbukti dari kenyataan bahwa kanker payudara ditemukan sendiri secara kebetulan atau waktu

memeriksa diri sendiri.

c. Waktu Melakukan SADARI

(23)

pengaruh hormon ovarium sudah hilang sehingga konsistensi payudara tidak lagi keras seperti menjelang menstruasi.

d. Cara Melakukan SADARI

Pemeriksaan SADARI dapat dilakukan dengan dua posisi (cara), yakni

posisi berdiri dan posisi berbaring. Berikut langkah untuk SADARI posisi berdiri ;

1) Pada tahap awal, lepas semua pakaian atas, lalu berdiri di depan cermin

dengan posisi kedua tangan lurus dibawah. Perhatikan seluruh bagian kedua payudara dengan seksama.

2) Pastikan ada tidaknya perubahan yang tampak, baik bentuk maupun ukuran payudara. Hanya perempuan yang bersangkutan (Anda) yang lebih memahami jika ada perubahan bentuk maupun ukuran payudara.

3) Langkah selanjutnya, angkat kedua tangan keatas hingga lurus, Perhatiakan kembali seluruh bagian payudara. Pastikan ada tidaknya yang

tampak, seperti adanya tarikan di sekitar payudara atau adanya kerutan di kulit payudara.

4) Pada kondisi berdiri sempurna dangan tangan lurus di samping badan,

pijat atau tekan secara perlahan-lahan payudara sebelah kiri tepat disekitar putting susu dengan tangan kanan, sedangkan payudara sebelah kanan

(24)

Gambar 2.1 : Cara melakukan SADARI

Sedangkan pada posisi berbaring, berikut berbagai langkah yang

harus dilakukan :

1) Letakkan bantal dibawah bahu atau dibawah punggung untuk mempermudah pemeriksaan.

2) Letakkan tangan kanan dibawah kepala dan tangan kiri meraba sambil menekan perlahaan-lahan payudara sebelah kanan. Begitu

pula sebaliknya, letakkan tangan kiri dibawah kepala dan periksa payudara sebelah kiri dengan tangan kanan.

3) Lakukan perabaan dengan tangan memutar disertai tekanan secara

(25)

Jika dalam proses pemeriksaan ditemukan adanya benjolan di sekitar payudara, sebaiknya sesegera mungkin konsultasikan ke

dokter. Hal ini perlu dilakukan karena tidak semua benjolan yang timbul disekitar payudara adalah kanker.

Gambar 2.2 : Memijat & Meraba Payudara

2. Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS/Clinical Breast Exam)

Pemeriksaan ini dilakukan oleh tenaga profesional petugas kesehatan seperti

dokter, perawat, atau asisten dokter pada payudara perempuan yang akan diperiksa. Pada pemeriksaan ini, yang diperiksa harus melepaskan seluruh pakaian atasnya. Pemeriksaan pertama akan memperhatikan ukuran, bentuk atau

(26)

untuk perempuan yang tidak tahu cara untuk memeriksa payudara sendiri (SADARI).

3. Mammografi

Mammografi adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar x terhadap payudara (Wijayakusuma,2008 dalam Putra,2015). Screening kanker payudara

dengan mammografi dianjurkan untuk perempuan usia lebih dari 40 tahun dengan risiko standar. Sedangkan untuk perempuan dengan risiko tinggi, mammografi

sebaiknya dimulai pada usia 25 tahun atau pada usia 5 tahun lebih muda dari anggota keluarganya yang termuda yang mempunyai riwayat kanker payudara.

Screeningtes, seperti mammografi tahunan, hasilnya diberikan secara rutin

untuk orang-orang sehat dan tidak diduga mengalami kanker payudara. Tujuannya untuk menentukan kanker payudara sedini mungkin sebelum gejala

kanker berkembang dan lebih mudah untuk ditangani. 4. Pemeriksaan Biopsi (Klinis)

Biopsi payudara (breast biopsy) merupakan tindakan untuk mengambil contoh

jaringan payudara dan dilihat di bawah lensa mikroskop untuk mengetahui adanya sel kanker payudara. Biasanya, tindak biopsy payudara yang ditemukann untuk

mengetahui lebih lanjut benjolan payudara yang ditemukan saat pemeriksaan dengan mammogram atau USG payudara. Hasil biopsy payudara akan

(27)

5. Ultrasonografi (USG) Payudara

USG payudara (breast ultrasound) yang juga dikenal dengan sonografi atau

ultrasonografi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi keberadaan kanker pada jaringan payudara.

Tujuan dari Ultrasonografi (USG) adalah untuk pemeriksaan dengan menggunakan gelombang bunyi dengan frekuensi tinggi untuk mendapatkan gambaran jaringan payudara. Pemeriksaan USG pada perempuan dibawah usia 40

Gambar

Tabel 2.1 Histologi Kanker Payudara
Gambar 2.1 : Cara melakukan SADARI
Gambar 2.2 : Memijat & Meraba Payudara

Referensi

Dokumen terkait

Latar Belakang: Tahapan menopause bisa menimbulkan sekumpulan tanda dan gejala. Ini yang akan membuat sebagian perempuan mengalami gejala psikologis yang sering muncul

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses perkecambahan pada saat dilakukan scale up dibandingkan dengan skala kecil, yaitu (1) jumlah kacang Nagara dalam

Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah: (1) Pemilik lahan hendaknya membatasi terjadinya alih gunaahan sawah menjadi nn sawah, serta meningkatkan prduktivitas padi

Perdebatan yang panjang dan sangat politis tentang bentuk Negara (apakah kesatuan ataukah federal) akhirnya terhenti pada tingkat undang-undang semenjak tanggal 17

yang ditempelkan oleh larva pada saat memarasit telur C.cephalonica yang. menandakan aktifitas larva di dalam telur

Hal ini sesuai dengan pernyataan Li (1994) yang menyatakan bahwa kebutuhan nutrisi dalam perkembangbiakan massal dari telur inang alternatif (C. cephalonica) tidak

Biologi dan Potensi Parasitoid Telur, Trichogrammatoidea bactrae bactrae Nagaraja (Hymenoptera ; Trichogrammatidae), untuk Pengendalian Penggerek Polong Kedelai.. Potensi

Tahap selanjutnya (penelitian utama) dilakukan optimasi suhu dan mol FAME yang ditambahkan pada sintesa SPE dan menentukan derajat esterifikasi dari SPE hasil