• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Ibu Dalam Mengenal Kehamilan Risiko Tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Ibu Dalam Mengenal Kehamilan Risiko Tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Definisi Perilaku

Perilaku adalah merupakan keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal tersebut (Natoatmodjo, 2010). Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak (Wawan, Dewi, 2011). Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Natoatmodjo, 2012). Teori (Skinner 1938 dalam Natoatmodjo 2012) menjelaskan bahwa perilaku merupakan respon atau reakasi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner di sebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respon. Skinner membedakan adanya dua respon yaitu :

(2)

rasa sedih mendengar berita suka atau gembira akan menimbulkan rasa sukacita dan sebagainya.

2. Respons Operant atau instrumental response adalah respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan tertentu. Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik adalah suatu respon terhadap gaji yang cukup (stimulus), kemudian karena kerja baik tersebut juga menjadi stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi kerja baik tersebut sebagai reinforcer untuk memperoleh promosi pekerjaan.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini berdasarkan teori ‘’S-O-R” menurut Skinner, maka perilaku manusia dapat dibagi menjadi dua:

1. Perilaku tertutup ( covert behavior)

(3)

2. Perilaku terbuka ( Overt behavior).

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati orang lain dari luar (observable behavior). Misalnya, seorang ibu memeriksakan kehamilannya ke puskesmas atau

ke bidan praktik, seorang penderita TB Paru minum obat anti TB Paru secara teratur, seseorang akan menggosok gigi setelah makan, dan sebagainya. Contoh- contoh tersebut adalah berbentuk tindakan nyata dalam bentuk kegiatan atau dalam bentuk praktis.

Bagan 1. Teori S-O-R

(Notoatmodjo, 2010)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung dan disebut covert behavior , sedangkkan tindakan nyata seseorang sebagai respon terhadap stimulus (praktice) merupakan overt behavior.

Stimulus Organisme

(4)

Teori (Lawrence Green 1980 dalam Natoatmodjo 2012) menyatakan bahwa adanya faktor-faktor yang menentukan perilaku sehingga menimbulkan perilaku yang positif yaitu :

Faktor predisposisi (predisposing factors).

Faktor predisposisi ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku,yang termasuk dalm faktor ini adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan pengalaman. Misalnya perilaku ibu hamil dalm minum tablet Fe, maka ibu hamil ini akan termotivasi akan manfaat dari tablet Fe ini.

Faktor pemungkin atau pendukung (Enabling factors).

Faktor pemungkin ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana, yang termasuk dalam faktor ini adalah keterampilan, fasilitas, sarana, atau prasarana. Misalnya Ibu hamil akan mudah mendapatkan tablet Fe apabila Puskesmas dan Rumah Sakit menyediakannnya.

Faktor penguat (reinforcing factors)

(5)

Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner tersebut maka perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit/penyakit, sistem pelayanan kesehtan, makanan dan minuman serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku dadap diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintananace) , adalah perilaku atau usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan jika sakit. Perilaku terdiri atas dua aspek, yaitu: perilaku pencegahan penyakit, misalnya pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, perilaku peningkatan kesehatan dan penyembuhan akibat sakit, misalnya memberikan makanan dan minuman yang bergizi kepada ibu hamil.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan.

(6)

2.1.2. Domain Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang membedakan respon terhadap stimulus yang sama disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua,yakni: a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given (bawaan). Misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau resultant antara berbagai faktor (faktor internal dan eksternal). Benyamin Bloom

(7)

1. Pengetahuan(Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil pengindaraan manusia,atau hasil tahu sesorang terhadap objek melalui data indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni :

a. Tahu (know), yang diketahui diartikan hanya sebagai recall (mengingat kembali) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang akan dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kehamilan risiko tinggi.

(8)

c. Aplikasi (Application), diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis), adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, membedakan, mengelompokkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis (Synthesis), yaitu sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatau kemampuan untuk menyusun formulasi dari formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap satu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

(9)

skoring dari nilai yang diberikan pada setiap pernyataan. Kemudian total skoring diklasifikasikan dalam tingkat pengetahuan :baik, kurang.

Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ada faktor internal dan ada faktor eksternal menurut (Natoatmodjo 2010) yaitu :

1. Faktor Internal Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir sesorang, semakin bertambah usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir seseorang. Singgih(2010) mengemukakan bahwa makin tua usia seseorang maka proses;proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika berumur belasan tahun. Bertambahnya usia dapat berpengaruh dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada usia-usia tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

Pendidikan

Pendidikan yaitu bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan

lain menuju kearah cita-cita tertentu yang mnentukan manusia untuk berbuat dan

mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikn diperlukan

untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang temasuk juga

(10)

serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin

mudah menerima informasi.

Pengalaman

Pengalaman adalah suatu proses dalam memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengualng kembali pengetahuan yang telah dipeoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi saat masa lalu dan dapat digunakan dalam upaya memperoleh pengetahuaan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebgai upaya untuk memperoleh pengetahuan.

Kategori pengetahuan menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu :

1. Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-100%

dari seluruh pertanyaan

2. Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari

seluruh pertanyaan

3. Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari

seluruh pertanyaan

2. Sikap (Attitude)

(11)

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup.

Allport menjelaskan bahwa sikap ini mempunyai tiga komponen pokok:. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek, Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaiaan (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek, Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan).

(12)

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakianinya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain. Pengukuran sikap berbeda dengan pengukuran pengetahuan karena dalam ranah sikap kemampuan yang di ukur adalah: menerima (memperhatikan), merespons, menghargai, mengorganisasi, dan menghayati. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya menggunakan pernyataan sikap.

Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengandung ungkapan terhadap suatu objek. Pernyataan bisa bersikap positif (favourable) dalam artian pernyatan sikap menunjukkan dukungan terhadap suatu objek , tetapi bisa juga bersifat negatif (un favourable), dimana pernyataan menggambarkan tidak mendukung atau kontra terhadap suatu objek (Budiman 2013 dalam maimunah, 2015). Salah satu skala yang sering digunakan adalah Skala likert. Dalam Skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun

(13)

objek tertentu. Menurut Azwar(2007) sikap dapat dibentuk atau diubah melalui 4 macam cara, yaitu: Adopsi, Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus-menerus, lama kelamaan secara bertahap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap. Diferensiasi , dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang dianggap sejenis sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya.Terdapatnya objek tersebut terbentuk sikap, Intelegensi tadinya secara bertahap dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tersebut. Trauma, pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman traumatis dpat juga menyebabkan terbentuknya sikap.

3. Tindakan (Practice)

(14)

a. Praktik terpimpin (guided response)

Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama. Misalnya ibu memasak sayur, dimulai dari ibu mencuci sayur, memotong sayur lalu memasaknya dan sebagainya.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. Misalnya, ibu yang sudah melakukan terhadap bayinya di usia tertentu,tanpa menunggu perintah atau ajakan dari orang lain.

c. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah sesuatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah di lakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. Misalnya ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan sederhana atau murah.

(15)

2.2. Definisi Kehamilan Risiko Tinggi

Kehamilan risiko tinggi merupakan keadaan ibu hamil yang memerlukan perhatian khusus, dimana kondisi ibu dan janin tidak normal yang dapat menyebabkan kesakitan dan menimbulkan kematian pada ibu maupun bayi sebelum maupun sesudah persalinan (Yohana,Yovita, & Yessica 2011).

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan dengan ibu atau perinatal berada dalam keadaan membahayakan (kematian atau komplikasi serius) selama gestasi atau dalam rentan waktu nifas atau neonatal (Benson dan Pernoll 2008 dalam Natasya, 2015).

Kehamilam risiko tinggi adalah dimana kondisi andalah yang menyebabkan janin tidak dapat tumbuh kembang secara optimal (Maulana, 2008)

Kehamilan risiko tinggi merupakan suatu kehamilan yang memiliki risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya) yang dapat mengakibatkan terjadi penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan (Nurcahyo 2007 dalam Kurniawati 2015).

2.3. Klasifikasi Kehamilan Risiko Tinggi

(16)

2.3.1.Cara Skoring

Ada Potensi Gawat Obstetrik/APGO yaitu Kelompok Faktor Risiko I

ditemukan dengan mudah melalui pemeriksaan sederhana yaitu wawancara dan periksa pandang oleh tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan pada kehamilan muda saat kontak pertama. Ibu risiko tinggi dengan faktor risiko kelompok satu tidak mempunyai keluhan. Selama kehamilan ibu dalam keadaan sehat dan merasa sehat. Pada tiap kontak ibu hamil, suami dan keluarganya membutuhakan penyuluhan berulang kali mengenai kemungkinan timbul komplikasi pada persalinan. Ibu hamil perlu memeriksakan kehamilannnya lebih sering. Ada masalah yang perlu diwaspadai sepuluh faktor risiko tujuh terlalu dan tiga pernah meliputi :

1. Primi Muda

(17)

2. Primi tua

Primi Tua (lama perkawinan ≥ 4 tahun), primi tua dibagi menjadi dua bagian yaitu: primi tua lama perkawinan >4 tahun dan usia ibu hamil pertama ≥35 tahun. Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan biasa suami istri tinggal serumah, suami istri tidak sering keluar kota, tidak memakai alat kontrasepsi (KB). Ibu yang hamil pertama pada usia ≥35 tahun mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandunagn menua. Dan bahaya yang mungkin terjadi pada primi tua ini selama hamil dapat timbul masalah, misalnya preeklamsi dan persalinan tidak lancar.

3. Primi Tua pada Umur Ibu ≥ 35 tahun

Pada usia primi tua ini ibu yang hamil pertama pada umur ≥ 35 tahun. Pada usia tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan menua, Jalan lahir juga tambah kaku dan ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan. Bahaya yang akan terjadi pada ibu umur ≥ 35 tahun akan mengalami hipertensi/ tekanan darah tinggi, preeklamsi, ketuban pecah dini, persalinan tidak lancar/ macet, perdarahan setelah bayi lahir, bayi dengan berat badan lahir rendah/ < 2500 gr .

4. Anak Terkecil Umur < 2 tahun

(18)

hamil yaitu perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu masih lemah, bayi prematur/ belum cukup bulan sebelum 37 minggu, bayi dengan berat badan lahir rendah/ < 2500 gr.

5. Primi tua skunder

Primi Tua skunder (jarak kehamilan terlalu jauh ≥10 tahun), ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi. Umur ibu biasanya lebih bertambah tua. Bahaya yang dapat terjadi persalina tidak lancar, perdarahan pasca persalinan. Penyakit ibu: hipertensi, diabetes sehingga dalam persalinan untuk keselamatan ibu maupun janin dengan seksio sesarea.

6. Grande Multi

Ibu pernah hamil atau melahirkan lebih dari empat kali atau lebih. Karena ibu sering melahirkan maka kemungkinan akan ditemui keadaan kesehatan yang terganggu; anemia, kurang gizi, kekendoran pada dinding perut tampak pada ibu dengan perut yang menggantung, kekendoran dinding rahim. Bahaya yang ditimbulkan pada grande multi ini antara lain kelainan letak, persalinan letak lintang, robekan rahim pada kelainan letak lintang, persalinan lama, perdarahan pasca persalinan.

7. Usia ibu terlalu tua (>35 tahun)

(19)

dilakukan caesar. Bahaya yang dapat terjadi pada usia tersebut seperti tekanan darah tinggi dan pre-eklamsi, ketuban pecah sebelum persalinan dimulai, persalinan tidak lancar, perdarahan setelah bayi lahir.

8. Tinggi badan < 145 cm

Ibu dengan tinggi badan 145 cm atau kurang (terlalu pendek), tinggi badan ibu mencerminkan ukuran pelvis, dimana berhubungan dengan distosia, ini menunjukkan adanya penyulit dalam persalinan. Ibu dengan tinggi badan ≤ 145 cm meningkatkan risiko untuk mengalami penyulit dalam persalinan. Ada kemungkinan panggul ibu sempit. Pada ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus dan luas panggul ibu dan besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu panggul ibu sebagai jalan lahir sempit dengan janin, panggul ukuran normal tetapi anaknya besar/kepala besar. Pada kedua hal tersebut kemungkinan bayi tidak dapat lahir melalui jalan lahir melainkan operasi saesar. Pada ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi mati dalam waktu (umur bayi) 7 hari atau kurang. Bahaya yang terjadi Persalinan berjalan tidak lancar, bayi sukar lahir.

9. Riwayat Obstetri Jelek (ROJ)

(20)

dan terjadi lagi, dengan tanda-tanda pengeluaran buah kehamilan sebelum waktunya keluar darah, perut kencang. Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya kencing manis( Diabetes Mellitus), radang saluran kencing.

10. Persalinan Yang lalu Dengan Tindakan

Persalinan yang dilakukan dengan dengan tindakan persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau per vaginam yaitu tindakan dengan tarikan tang/cunam/forsep atau vakum. Bahaya yang terjadi robekan atau perlukaan pada jalan lahir, perdarahan pasca persalinan. Uri manual yaitu tindakan yang dilakukan pengeluaran uri/ari-ari/ plasenta dari rongga rahim dengan menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan apabila ditunggu setengah jam uri tidak dapat keluar/ lahir sendiri, setelah bayi lahir serta uri belum lahir terjadi perdarahan banyak >500 cc. Bahaya yang dapat terjadi yaitu radang apabila tangan penolong tidak steril, perforasi (jari penolong menembus dinding rahim), perdarahan. Ibu diberi infus/ transfusi pada persalinan lalu karena persalinan lalu mengalami perdarahan pasca persalinan yang banyak lebih dari 500 cc, sehingga ibu menjadi syok dan membutuhkan infus, serta transfusi darah. Tindakan ini dilakukan untuk menyelamatkan ibu hamil, transfusi ini diberikan di Rumah Sakit Rujukan.

11. Bekas Operasi Sesar

(21)

kehamilan/ persalinan berikutnya yang disebut robekan rahim. Keadaan ini dapat terjadi pada operasi Sesar klasik ( corporil), yaitu rahim dibuka pada badan rahim, tetapi tidak pada bagian bawah dari rahim. Bahaya pada robekan rahim yaitu kematian janin dan kematian ibu.

Ada Gawat Obstetrik/AGO yaitu Kelompok Faktor Risiko II ini

kebanyakan terjadi pada umur kehamilan enam bulan atau lebih. Tenaga non kesehatan atau ibu PKK dapat menduga adanya faktor risiko misalnya ada dugaan bayi kembar yang sukar ditentukan secara pasti. Untuk mendapat kepastian dilakukan rujukan kehamilan ke Bidan/Puskesmas terdekat. Ada kemungkinan membutuhkan pemeriksaan alat lebih canggih (USG) oleh dokter spesialis di Rumah Sakit. Pada faktor risiko kelompok dua ini penyakit ibu hamil yang relatif sering terjadi adalah anemia. Namun ada beberapa penyakit pada ibu hamil yang tergolong pada faktor risiko kelompok dua yaitu :

Anemia, Ibu hamil dengan anemia memiliki risiko lebih besar melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR), kematian saat persalinan, perdarahan pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan. Gejala berupa pusing, rasa lemah, kulit pucat, mudah pingsan, dan pucat. Maka ibu perlu mengkonsumsi makanan yang bergizi dan suplementasi zat besi sebanyak 60 mg/hari.

(22)

dianjurkan untuk melakukan terminasi. Namun terminasi juga memiliki risiko mortalitas pada ibu, karena vasodilatasi pembuluh darah. Gejala yang ditimbulkan cepat lelah, sakit kepala, pingsan, edema tungkai, sianosis, dan mengeluh bertambah besarnya rahim yang tidak sesuai.

Penyakit kencing manis (diabetes militus), Penyakit ini bisa muncul saat hamil atau ibu memang penderita penyakit ini. Penyakit ini tidak dapat menghasilkan insulin dalam jumlah cukup atau tubuh kurang bisa memaksimalkan penggunaan insulin. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas untuk mengubah glukosa menjadi energi. Karena itu, ibu harus memerhatikan makanan, berolahraga secara teratur, serta menjalani pengobatan sesuai dengan kondisi penyakit yang diderita ibu.

Penyakit Infeksi, Infeksi saluran kemih sering terjadi selama hamil, kemungkinan karena uterus yang membesar memperlambat aliran air kemih (menekan ureter). Jika aliran air kemih lambat, bakteri tidak bisa dibuang sehingga dari saluran kemih sehingga menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya infeksi. Infeksi yang terjadi meningkatkan risiko terjadinya persalinan dini dan pecahnya ketuban sebelum waktunya. Adapun infeksi yang berbahaya bagi janin yaitu : campak jerman (rubella), infeksi sitomegalovirus, toksoplasmosis, hepatitis infesiosa.

(23)

memperlebar penyempitan saluran udara pada paru-paru. Serangan asma yang berat biasanya diatasi dengan infus aminofilin. Bronkodilator dan kortikosteroid banyak digunakan oleh ibu hamil dan tidak menimbulkan masalah yang berat.

Penyakit Malaria, Infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang ditemukan dalam darah. Gejalanya berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Malaria sering dijumpai pada kehamilan trimester I dan III dibandingkan pada ibu yang tidak hamil. Komplikasi pada kehamilan karena infeksi malaria adalah abortus, penyulit partus (anemia, hepatosplenomegali), bayi lahir dengan berat badan rendah, gangguan fungsi ginjal, edema paru.

Penyakit TBC paru, Suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh bakteri mucobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyerang paru dan dapat menyebabkan demam, batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, malaise, kurus kering. Penderita harus istirahat yang cukup, serta pengobatan lebih intensif dan teratur. Penderita dengan proses aktif, sebaiknya dirawat dirumah sakit dalam kamar isolasi untuk mencegah penularan.

HIV/ AIDS (Human Immuno Deficiency Virus/ Aquired Immuno Deficiency Syndrome). Penyakit ini dapat ditularkan melalui hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, penularan dari ibu ke janin melalui plasenta pada masa kehamilan , atau saat persalinan. Bahaya yang sering terjadi pada ibu hamil mudah terkena infeksi.

(24)

pada kehamilan muda, explorasi penyebab abortus yang berulang kali dan kelainan congenital/ cacat bawaan. Penularan melalui makanan mentah atau kurang masak, yang tercemar exkreta/kotoran kucing yang terinfeksi. Bahaya yang terjadi infeksi pada kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, infeksi pada kehamilan lanjut dapat menyebabkan kelainan kongenital, hidrosepalus(kepala busung).

Preeklamsi ringan, kondisi ibu yang disebabkan oleh kehamilan, disebut dengan keracunan kehamilan, dengan tanda-tanda: edema, (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai, dapat pada muka. Tekanan darah tinggi, dalam air seni terdapat zat putih telur. Bahaya yang dapat terjadi yaitu bila keracunan kehamilan tidak mendapat perawatan atau pengobatan dari dokter puskesmas rawat inap, akan menjadi lebih berat disebut preeklami berat dan kemudian timbul serangan kejang-kejang seperti ayan disebut eklamsia. Bahaya bagi janin, pada ibu dengan preeklamsi adalah memberikan gangguan pertumbuhan janin dalam rahim ibu dan bayi lahir lebih kecil, mati dalam kandungan.

(25)

Hidramnion (kelebihan air ketuban), kondisi keadaan jumlah air ketuban melebihi dari batas normal. Untuk keadaan normal air ketuban berjumlah 1-2 liter, sedangkan kasus hidroamnion ini melebihi batas dari 2 liter yaitu atara 4-5 liter. Ibu hamil yang mengalami hidroamnion ini akan mengalami sesak nafas karena adanya tekanan pada diafragma.

Janin mati dalam rahim, keluhan –keluhan dari ibu hamil dengan janin mati dalam rahim atau kandungan: tidak tersa gerakan anak, perut tersa mengecil, payudara mengecil, bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim yaitu: janin mati terlalu lama dalam rahim menimbulkan gangguan pada ibu. Bahaya yang terjadi berupa gangguan pembekuan darah, disebabkan oleh zat-zat berasal dari jaringan mati yang masuk kedalam darah ibu.

Hamil seorotinus (kehamilan lewat waktu), kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu dan belum terjadi persalinan. Kehamilan serotinus ini biasanya terjadi pada masyarakat di pedesaan yang lupa akan haid pertama hid terakhir. Kemungkinan dijumpai abnormalitas detak jantung janin, dengan pemeriksaan auskultasi maupun kardiotokografi (KTG). Air ketuban berkurang dengan atau tanpa pengapuran (klasifikasi) plasenta diketahui dengan pemeriksaan.

Kehamilan dengan kelainan letak

(26)

dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi, janin prematur, plasenta previa, uterus abnormal, cairan abnormal berlebih, panggul sempit. Letak lintang dan letak sungsang merupakan indikasi seksio sesarea, untuk keselamatan ibu maupun janin.

Letak sungsang, Janin letak memanjang dengan posisi kepala di fundus uteri dengan presentasi bokong. Penyebabnya adalah prematuritas, multiparitas, plasenta previa, gamelli, bentuk rahim tidak sempurna, usia ibu, riwayat kehamilan bayi sungsang sebelumnya,volume air ketuban. Posisi sungsang masih menjadi kondisi serius ibu hamil dan biasanya menimbulkan kekhawatiran dengan proses persalinan. Meskipun sudah ada cara aman untuk melahirkan bayi secara operasi sesarea, namun banyak ibu hamil yang merasa kecewa.

Ada Gawat Darurat Obstetrik/AGDO pada faktor risiko ini ibu hamil harus segera dirujuk ke Rumah sakit sebelum kondisi ibu dan janin bertambah jelek. Yang membutuhkan penanganan atau tindakan pada waktu itu juga dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya yang terancam. Faktor Risiko pada kelompok ini adalah:

1. Perdarahan Antepartum (perdarahan jalan lahir)

(27)

Solusio Plasenta

Terlepasnya plasenta dari dinding rahim bagian dalam sebelum proses persalinan, baik seluruhnya maupun sebagian, dan merupakan komplikasi kehamilan yang serius namun jarang terjadi. Solusio plasenta ini terjai pada trimester ketiga dan ini terjadi sebelum lahirnya janin. Ditandai dengan perdarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang, dan gerak janin berkurang. Sebaiknya dilakukan penanganan pada rumah sakit.

2. Preeklamsia berat /eklamsia

Preeklamsia berat ini ditandai dengan tekanan darah >110 mmHg disertai proteinuria dan atau disertai edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Eklamsia adalah kasus akut penderita preeklamsi yang disertai dengan adanya kejang menyeluruh dan koma. Perawatan sebaiknya dirumah sakit diruang isolasi pada kamar gelap, dan beri obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4). Preeklamsia dan eklamsia merupakan indikasi dari persalinan tindakan seksio sesarea, karena sangat berisiko untuk ibu yang harus mengejan, baik persalinan normal ataupun tindakan pervaginam.

2.3.2. Cara Kriteria

(28)

riwayat kehamilan yang buruk (pernah keguguran, pernah persalinan prematur, bayi lahir mati, riwayat persalinan dengan tindakan: vakum, ekstra vorsep, seksio sesarea. Preeklamsia/eklamsia, gravida serotinus, kehamilan dengan perdarahan antepartum. Kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi kehamilan.

Risiko adalah suatu ukuran statistik epidemiologik dari kemungkinan terjadinya suatu keadaan gawat-darurat-obstetrik yang tidak diinginkan pada masa mendatang yaitu perkiraan,prediksi akan terjadinya komplikasi dalm persalinan dengan dampak kematian atau kesakitan pada ibu/ bayi. Kelompok risiko berdasarkan jumlah skor pada tiap kontak, ada 3 kelompok risiko yaitu:

1. Kehamilan Risiko Rendah/KRR jumlah skor 2 perawatan dilakukan bidan tempat rujukan di polindes dengan kode warna hijau. Kehamilan Risiko Rendah, kehamilan tanpa masalah/faktor resiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat. Ibu hamill dalam kondisi kesehatan yang baik dan tidak memiliki faktor risiko yang digolongkan dalam risiko sedang maupun risiko tinggi. Seperti ibu primipara tanpa komplikasi, kepala masuk Pintu Atas Panggul (PAP) pada minggu ke 36.

(29)

ibu hamil yang memiliki usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm.

3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi/KRST jumlah skor ≥12 perawatan dilakukan dokter rujukan ke rumah sakit dengan kode warna merah, ibu hamil denagn faktor risiko ganda dua atau tiga dan lebih. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi, Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih faktor risiko tingkat tinggi, yang nantinya dapat dianggap mempengaruhi kondisi ibu maupun janin, dan kemungkinan dapat mengancam keselamatan dan dapat menimbulkan komplikasi pada saat hamil maupaun persalinan. Kehamilan risiko sangat tinggi ini dapat menyebabkan :

Keguguran, dapat terjadi secara tidak sengaja. Misalnya karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.

Kematian ibu dan janin ini dapat terjadi karena faktor kurangnya pengetahuan serta lambatnya keluaga membawa ibu kepelayanan kesehatan akibat dari kemiskinan, gizi buruk, kualitas asuhan antenatal yang buruk.

(30)

akan asupan gizi sangat rendah, pemeriksaan kehamilan(ANC) yang kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu cacat bawaan juga disebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri. Pengetahuan ibu akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.

Penyakit janin atau bayi neonatus, penyakit yang sering terjadi pada janin atau bayi neonatus yaitu infeksi. Karena infeksi/sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir. Biasanya penyebab sepsis ini adalah bakteri. Contoh: infeksi pada tali pusat (omfalitis) bisa menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar.

2.4. Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi

(31)

semua ibu hamil perlu dilakukan skrining antenatal. Untuk itu periksa ibu hamil paling sedikit dilakukan empat kali selama kehamilan; satu kali pada triwulan I untuk mendeteksi adanya anemia, satu kali pada triwulan II untuk mendeteksi adanya preeklamsia dan penyakit yang menyertai kehamilan, dua kali dalam triwulan III untuk mendeteksi letak janin abnormal dan kehamilan ganda.

Pada ibu hamil perawatan yang diberikan secara berkala dan teratur selama masa kehamilan sangat penting, sebab merupakan upaya barsama antara petugas kesehatan dan ibu hamil, suami, keluarga, dan masyarakat. Setiap kontak pada saat melakukan skrining dibicarakan dengan ibu hamil, suami, keluarga tentang tempat dan penolong untuk persalinan aman. Pengambilan keputusan dapat dilakukan dalam keluarga untuk persiapan mental dan perencanaan untuk biaya, transportasi telah mulai dilakukan jauh sebelum persalinan menuju kepatuhan untuk Rujukan Dini Berencana/ Rujukan In Utero dan Rujukan Tepat Waktu. Mengingat sebagian besar kematian ibu sesungguhnya dapat dicegah, maka diupayakan untuk mencegah 4 terlambat yang meyebabkan kematian ibu, yaitu : Mencegah terlambat mengenali tanda bahaya resiko tinggi, Mencegah

terlambat mengambil keputusan dalam keluarga, Mencegah terlambat memperoleh

transportasi dalam rujukan, Mencegah terlambat memperoleh penanganan gawat

darurat secara memadai. Disamping itu juga perlu untuk mengkonsumsi makan-makanan yang begizi yaitu memenuhi empat sehat lima sempurna.

2.5. Penatalaksanaan Kehamilan Risiko Tinggi

(32)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis atau penelitian lebih lanjut di masa depan, khususnya mengenai

menjadikan Peranan Wanita Jepang Pada Zaman Meiji sebagai judul kertas

Sehingga diharapkan kepada petugas kesehatan untuk tetap memperhatikan dan memberikan motivasi agar koping pasien kanker kolorektal saat menjalani perawatan post kolostomi tetap

Naskh dari Segi Hubungan dengan Pelaksanaan Hukum .... Istilah yang Menyerupai Naskh

Pengumpulan data pada hasil belajar menggunakan tes essay yang di berikan pada pertemuan terakhir. Sebelum tes akhir dilakukan, siswa diminta duduk pada posisi yang

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kasih karunia dan penyertaan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “

Diajukan Kepada Jurusan Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dengan nilai Ratio Prevalence (RP) = 2,5 yang artinya lansia yang pola konsumsi makanan sumber lemak sering akan memiliki status gizi normal 2,5 kali dibanding yang pola